Kesesatan (Filsafat)
Kesesatan (Filsafat)
BAB II KESESATAN
A. Pengertian Kesesatan
Begitu banyak manusia yang terjebak dalam penyusunan kata-kata, sehingga
diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok
dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang
yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan
bahkan biasa mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir
yang benar.
Secara sederhana kesesatan (atau seing disebut Kesesatan berpikir) berdasar dari
bahasa Latin disebut Fallacia dan bahasa Inggris disebut Fallacy. Kesesatan adalah
kesalahan yang terjadi dalam aktifitas berpikir dikarenakan penyalahgunaan Bahasa
dan penyalahan relevansi. Kesesatan merupakan bagian dari logika dikenal juga
ketidaktepatan Bahasa dan ketidaktepatan relevansi, Pada dasarnya logika diajarkan
untuk menghindari kesesatan berpikir seorang, agar dia keliru dalam mengambil
sebuah kesimpulan dari beberapa proposisi.
2. Paralogisme
Paralogisme adalah pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir
yang dilakukannya. Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan
sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta,
pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah
belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu.
Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy, sehingga
diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok
dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang
yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan
bahkan biasa mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan
berpikir yang benar.
C. Klasifikasi Kesesatan Berpikir (Fallacy)
Secara garis besar, klasifikasi kesesatan berpikir dapat dibedakan kedalam
dua kategori sebagaimana yang dikemukan Soekadijo, yaitu :
a. Kesesatan Formal
Kesesatan Formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk
(forma) penalaran yang tidak tepat atau tidak valid. Kesesatan ini menyangkut
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dan kaidah logika.
Sesat pikir tidak hanya terjadi dalam fakta-fakta saja, melainkan juga dalam
bentuk penarikan kesimpulan yang sesat dikarenakan tidak dari
premispremisnya yang menjadi acuannya. Sesat pikir juga bisa terjadi ketika
menyimpulkan sesuatu lebih luas dari dasarnya. Seperti: kucing berkumis,
candra berkumis.
Jadi, candra Kucing.
- Klasifikasi
Kesesatan dalam klasifikasi terjadi pada dasar penggolongan yang tidak
jelas, tidak konsisten dan tidak bisa menampung seluruh fenomena
yang ada.
Contoh: Musim menurut kegiatannya dapat dibagi menjadi musim
tanam, musim menyiangi, musim hujan dan musim panen; (kesesatan:
musim kemarau dan musim hujan bukanlah kegiatan).
- Perlawanan
Kontraris hukumnya jika salah satu proposisi salah, berarti yang lain
tentu benar. Contoh: Jika semua karyawan korupsi dinilai salah, berarti
semua karyawan tidak korupsi pasti benar.
- Proposisi Majemuk
Dalam mengolah proposisi majemuk. Menyamakan antara proposisi
hipotesis kondisional dan prposisi kondisional. Contoh:
Jika mencuri maka dihukum. Berarti jika dihukum berarti dia mencuri.
b. Kesesatan Informal/Material
Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi
(materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa
(kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik
kesimpulan, dan juga dapat teriadi karena memang tidak adanya hubungan
logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan relevansi).
Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing
kata itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat
yang bersangkutan. Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun
dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya. Ketidak
cermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan
kesesatan penalaran.
1. Kesesatan Bahasa
Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing
kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan
keseluruhan arti kalimatnya.
Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat
yang berbeda, kata tersebut dapat bervriasisi artinya. Ketidak cermatan
dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan
kesesatan penalaran. Berikut ini adalah beberapa bentuk kesesatan
karena penggunaan bahasa.
a. Kesesatan aksentuasi
Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena
ada suku kata yang harus diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan
terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan arti. Karena itu
kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan
perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
· Contoh kesesatan aksentuasi verbal :
- Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam
pertempuran)
- Apel (buah) dan apel (upacara bendera)
b. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena
satu kata mempunyai lebih dari satu arti. Bila dalam suatu
penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka
terjadilah kesesatan penalaran.
· Contoh kesesatan ekuivokasi verbal :
- bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
- buntut (ekor) dan buntut (anak kecil yang mengikuti
kemanapun seorang dewasa pergi)
· Contoh kesesatan ekuivokasi nonverbal :
- Bergandengan sesama jenis pasti homo
- Menggelengkan kepala (berarti tidak setuju), namun di India
menggelengkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain
menunjukkan kejujuran.
c. Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang
dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya
menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau term
tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari
satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja
makna yang benar sementara makna yang lain pasti salah.
Contoh :
- Kucing makan tikus mati.
· Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
· Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
· Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati
2. Kesesatan Relevansi
Kesesatan relevansi timbul kalau orang menurunkan suatu kesimpulan yang
tidak relevan dengan premisnya, artinya secara logis kesimpulan tidak terkandung
atau tidak merupakan implikasi dari premisnya. Kesesatan Relevansi adalah sesat
pikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan
yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal
seseorang (lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau
kekeliruan isi argumennya. Jadi penalaran yang mengandung kesesatan relevansi
tidak menampakkan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan,
walaupun secara psikologis menampakkan adanya hubungan - namun kesan akan
adannya hubungan secara psikologis ini sering kali membuat orang terkecoh.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk dari kesesatan relevansi :
a. Argumentum ad hominem
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau
menolak sesuatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi
karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
Contohnya :
Dalam suatu rapat umun yang dipimpin oleh kepala desa, semua warga desa
yang hadir dimintai pandangannya mengenai cara-cara memelihara
lingkungan desa agar dapat terhindar dari bahaya demam berdarah. Marzuki,
salah seorang warga desa, juga ikut hadir dan memberikan pendapatnya.
Tetapi pandapatnya langsung ditolak oleh sebagian warga desa yang hadir.
Alasnya adalah karena Marzukiitu desanya dikenal sebagai orang yang suka
mabuk-mabukan.
c. Argumentum ad baculum
Baculum artinya ‘tongkat’. Maksudnya, kesesatan ini timbul kalau penerimaan
atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman.
Jika, kita tidak menyetujui sesuatu maka dampaknya kita akan kena sanksi.kita
menrima sesuatu itu karena terpaksa, karena takut bukan karena logis.
Contoh:
Seorang anak yang belajar bukan karena ia ingin lebih pintar tapi karena kalau
ia tidak terlihat sedang belajar, ibunya akan datang dan mencubitnya.
d. Argumentum ad misericordiam
Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini
ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat
diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu
perbuatan dimaafkan.
Contohnya, seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia
mencuri karena lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di
rumah sakit, oleh karena itu ia meminta hakim membebaskannya.
e. Argumentum ad populum
Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis
tidak perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga
emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu.
Yang seperti ini biasanya terdapat pada pidato politik, demonstrasi, kampanye,
propaganda dan sebagainya.
Contoh :
“Sejak awal tekad Golkar hanya satu, yakni memperjuangkan dan membela
kepentingan rakyat. Golkar memahami aspirasi rakyat, Golkar merasakan
penderitaan rakyat, Golkar tidak pernah meninggalkan rakyat, Golkar selalu
menyatu dengan rakyat, golkar merupakan hati nurani rakyat. Karena itu siapa
pun yang menetang program Golkar, dia menentang perjuangan rakyat dan
yang menentang rakyat, da adalah musuh rakyat.”
E. Kesimpulan
Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang berarti ‘sesat pikir’.
Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang di akibatkan
oleh ketidak disiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara
sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana
dengan ‘ngawur’.
Dalam pembahasan terkait kesesatan berpikir (fallacy), Ada dua pelaku,
yaitu Sofisme dan Paralogisme, secara sederhana kesesatan dapat dibedakan
dalam dua kategori, yaitu kesesatan formal dan kesesatan material. Kesesatan
formal terbagi menjadi 4, yaitu : definisi, klasifikasi, perlawanan dan proposisi
majemuk.
Sedangkan kesesatan informal terbagi menjadi 2, yaitu : kesesatan
bahasa dan kesesatan relevansi.
Kesesatan bahasa terbagi menjadi 4, yaitu : aksentuasi, ekuivokasi,
amfiboli dan metaforis.
Kesesatan relevansi terbagi menjadi 10, yaitu : Argumentum ad hominem,
Argumentum ad Verecundiam, Argumentum ad baculum, Argumentum ad
misericordiam, Argumentum ad populum, Kesesatan non cause pro cause,
Kesesatan aksidensi, Kesesatan karena komposisi dan devisi, Kesesatan karena
pertanyaan yang kompleks, dan Argumentum ad ignorantum.
Daftar Pustaka