MAKALAH
MAKALAH
PENDAHULUAN
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan. Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang
mengenai bagian manapun saluran pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah,
faring (tenggorokan)), kotak suara (laring), bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis
penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian atas antara lain
Batuk pilek, Sakit telinga (otitis media), Radang tenggorokan (faringitis).
Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bagian bawah
antara lain : Bronchitis, Bronkhiolitis, Pneumonia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya
40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam
tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan
4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan
menuju paruparu dengan bantuan darah.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari lingkungan
sampai ke paru-paru (rongga hidung dan nasal, faring, laring, trakea, percabangan
bronkus, dan paru-paru). Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil oksigen
(O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbondioksida
(CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring,
laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchiolus, alveoli dan
membran alveouler – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh
ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui
saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses
dimana terjadi pertukaran gas pada membran alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun
saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus
bronkeolus) dan paru-paru.
Adapun faktor-faktor dalam proses respirasi yaitu :
1. Tekanan intrapleura yang menahan paru-paru tetap berkontak dengan dinding
toraks.
2. Jaringan elastik dalam paru-paru yang bertanggung jawab terhadap
kecenderungannya untuk menjauh dari dinding toraks dan mengempis.
3. Tekanan intra-alveolar yang merupakan tekanan di dalam paru-paru.
3
4. Surfaktan adalah sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam
alveoli paru. Dimana surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang
menurunkan kecenderungan pengempisan alveoli.
5. Komplians yang merupakan suatu ukuran peningkatan volume paru yang
dihasilkan setiap unit perubahan dalam tekanan intra-alveolar.
6. Pneumotoraks merupakan kondisi dimana udara berada di dalam dada.
7. Atalektasis merupakan proses pengempisan paru-paru.
4
7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat
mempengaruhi semua jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di
paru-paru.
8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan
alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, protozoa, virus, atau zat kimia.
2.3.2 Alergi
5
Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga terdapat alergi
untuk membentuk antibody terhadap allergen tertentu yang memasuki tubuh
(antigen). Antibodies ini dari tipe IgE (immunoglobulin type E), juga disebut
regain, mengikat dari pada mastcells antara lain disaluran pernapasan, mata dan
hidung. Jika jumllah IgE sudah cukup besar maka pada waktu allergen yang sama
masuk lagi ke dalam tubuh terjadilah penggabungan antigen-antibodi. Mattcells
pecah (degranulasi) den segera melepaskan mediatornya. Akibatnya sering kali
bronchokontriksi dengan pengembangan mukosa dan hipersekresi dahak, yang
merupakan gejala khas asma.
a. Alergen inhalasi; yang masuk ke tubuh lewat pernapasan.
b. Alergen oral dan lokali; yang memasuki tubuh melalui mulut atau kulit
2.3.3 Infeksi saluran pernapasan
Dapat menyebabkan gejala radang dengan perubahan di selaput lender,
yang pada pasien asma dan COPD memperkuat HRB dan bronchokontriksi serta
mempermudah penetrasi allergen sehingga terjadi infeksi yang sering kambuh
akibat obtruksi bronchi.
2.3.3.1 ASMA
Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril kronis yang
bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-sengal,
disertai batuk dan hipersekresi dahak. Berlainan dengan COPD, obstruksi saluran
napas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam.
Penyebabnya, adanya peradangan steril kronis dari saluran pernapasan
dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Selain itu juga
terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap berbagai stimuli aspesifik yang dapat
memicu serangan (Tjay, 2002).
Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang dapat menyebabkan masalah pada
sistem pernapasan, yaitu (Tjay,2002):
1. Rangsangan fisis, seperti perubahan suhu, dingin, dan kabut.
2. Rangsangan kimiawi, seperti polusi udara (gas-gas pembuangan,
sulfurdioksida, ozon, asap rokok).
6
3. Rangsangan fisik, seperti exertion, hiperventilasi.
4. Rangsangan psikis, seperti emosi dan stress.
5. Rangsangan farmakologi, seperti histamin, serotonin, asetilkolin, asetosal,
dan lainnya
Peranan lekosit
Di membrane mukosa saluran napas dan alveoli terdapat banyak makrofag dan
limfosit. Makrofag berperan pada pengikatan pertama allergen, dapat melepaskan
mediator peradangan seperti prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan PAF
(Platelet activating factor). Aktivitas makrofag dan limfosit dihambat oleh
kortikosteroid tetapi tidak oleh β2 adrenergik.
Mastcells
Pada penderita asma, mastcells bertambah banyak di sel-sel epitel serta
mukosa dan melepaskan mediator vasoaktif kuat pula, seperti histamine,
serotaonin, dan bradikinin yang mmencetuskan reaksi asma akut (Tjay, 2002).
2.3.3.2 BRONCHITIS KRONIS
Penyakit ini bercirikan batuk ‘produktif’ menahun dengan pengeluaran banyak
dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan. Dalam kebanyakan kasus (80%)
disebabkan infeksi akut saluran pernapasan oleh virus, yang mudah
disuprainfeksikan (Str pneumonia dan branhamella catarrhalis) dengan suatu
bakteri Haemophilus influenza (Tjay, 2002).
2.3.3.3 EMFISEMA PARU
Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru, yang
mengakibatkan sesak napas terus-menerus dan menghebat pada waktu
mengeluarkan tenaga. Gelembung paru (alveoli) terus mengembang dan
rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh
darah menjadi amat tipis dan sebagian akhirnya rusak sehingga permukaan paru
untuk penyerapan oksigen dapat berkurang di bawah 30% hingga jantung harus
bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen. Tonus di cabang-cabang
batang nadi (aorta) bertambah dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat.
Sehingga menimbulkan kegagalan ventrikel jantung dan terjadilah cor pulmonale
(jantung membesar) (Tjay, 2002).
7
Penyebab emfisema adalah :
a. Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga asma.
b. Merokok
c. Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim elastase yang
merombak serat-serat elastin dalam dinding gelembung paru, sehingga
kekenyalannya menurun, terjadi kelainan irreversible dalam bentuk fibrosis dan
destruksi dari dinding gelembung bersama pembuluh darahnya.
Anti histamin
Difenhidramin D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
( Benadryl ) D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak
lebih dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tunggal
8
antihistamin) D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
Prometazine D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
Timeprazine A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)
Turunan
piperazine D: PO: 25-100 mg
(aksi A: (<6thn):>
antihistamin)
hydroxyzine
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena
2.4.2. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan
secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling
sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu
waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol : Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3
hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
2.4.3. Inhalasi
9
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang
memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya
lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah
sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat
dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat
tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan
dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak
napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg
setiap 6-8 jam.
2.4.4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan
bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan
alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa rangsangan lokal pada selaput
lender tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan kering, batuk-batuk,
kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita hamil dapat
menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma
bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya
adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic beta
dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat
menimbulkan serangan asma.,
2.4.5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan
gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat
infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi
peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat
10
diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama
hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat
mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.
11
3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini
berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis =
melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase),
obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang
mengelitik.
5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan
alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan
batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
1. Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga
bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan.
Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
2. Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.
12
c. Antihistamin
Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan
kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama
panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai
mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya
histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal, yang biasanya
dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas
menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat
golongan ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada saat rapat.
d. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine)
merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang
Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di
Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga
digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan
terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk inilah,
Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat
batuk, maksimal 15 mg per takaran.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat-obat pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik, Inhalasi,
Kromoglikat, Kortikosteroid, Antiasma dan Bronkodilator, Obat-obat batuk, Zat-
zat sentral SSP, Zat-zat perifer di luar SSP.
3.2 Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://noverickog08.student.ipb.ac.id/2010/11/13/obat-yang-berpengaruh-pada-
saluran-pernafasan/
http://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/farmakologi-obat-saluran-
pernapasan.html
http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/farmakologi-obat-saluran-
pernafasan.html
http://hanyasekedarblogg.blogspot.co.id/2013/04/obat-sistem-pernapasan.html
15