Disusun Oleh :
Alifa Noora Rahma (V1001800)
Muthi’ah Rabbaniyyah (V100180025)
Yunita Cahya Awalyani Lingga K (V100180035p)
Pulmonary DDS
Pemberian obat paru menjadi rute yang efektif untuk pemberian obat local
maupun sistemik. Aplikasi DDS pulmonary lebih efektif, larut baik dalam air
maupun lipid, untuk pengobatan gangguan paru-paru atau untuk pengiriman
sistemik (systemic delivery) (Chandira, 2009).
Keuntungan DDS pulmonary
Beberapa keuntungan menggunakan system pengiriman obat melalui paru antara
lain (Lorensia dan Suryadinata, 2018);
1. Efek dapat langsung ke target pengobatan dalam saluran pernafasan
2. Dapat secara efektif mencapai konsentrasi tinggi
3. Efek sistemik yang dihasilkan lebih sedikit
4. Waktu kerja bronkodilator lebih cepat diberikan secara inhalasi
dibandingkan secara oral
5. Beberrapa obat tidak terabsorpsi pada pemberian oral dan hanya dapat
diberikan melalui inhalasi
6. Relative ringan dan kecil, sehingga mudah dibawa kemana-mana
7. Mudah digunakan dengan petunjuk yang benar
Obat-obatan dapat diberikan melalui rute paru menggunakan 2 teknik
yaitu aerosol inhalasi dan instalasi intratrakeal. Dengan menerapkan teknik
aerosol, dapat didapatkan distribusi yang lebih seragam dengan tingkat
penembusan perifer atau paru yang lebih besar, tetapi biaya lebih mahal, juga
memiliki kesulitan dalam mengukur dosis tepat di dalam paru-paru. Bertentangan
dengan ini, proses penanaman jauh lebih sederhana, tidak mahal dan memilki
distribusi obat yang tidak seragam (Chandira, 2009).
Sediaan aerosol adalah disperse atau suspense stabil bahan padat dan
tetesan cair dalam medium gas. Sebagian besar obat dengan partikel yang lebih
besar diendapkan oleh dua partikel pertama di saluran udara, sedangkan partikel
yang lebih kecil masuk ke wilayah perifer paru dengan mengikuti difusi.
Keuntungan sediaan aerosol adalah; dosis dapat dihilangkan tanpa kontaminasi
bahan yang tersisa, obat-obatan dapat dikirim langsung ke daerah yang diinginkan
dalam bentuk yang diinginkan, dan iritasi yang dihasilkan oleh aplikasi mekanik
obat topical atau yang dihilangkan. Ada tiga aerosol yang secara umum digunakan
yaitu; dosis terukur inhaler (Meter Dose Inhaler/MDI), inhaler serbuk kering
(Dose/DPI), dan nebulizier (Chandira, 2009).
MDI adalah jenis inhaler yang paling banyak digunakan pada penyakit
pernafasan karena nyaman untuk digunakan. Alat MDI terdiri dari canister logam
yang berisi suspense obat termikronisasi dalam propelan dan diberi tekanan
sehingga membentuk suspense. Komponen lainnya berupa katup yang berguna
untuk mengukur reprodusibilitas yaitu berkisar 5% (Ikawati, 2006).
Obat dalam sediaan ini terkandung dalam aerosol bertekanan yang
bercampur dengan propelen sehingga dapat membantu obat untuk keluar dari alat
menuju ke mulut dan paru-paru (Waldron, 2007). Komponen dari MDI adalah
tabug bertekanan, ruang dengan corong (mouthpiece), serta tutup pelindung.
Bahan seperti obat, surfaktan dan/pelarut, serta propelan cair berada dalam tabung
tersebut. Berikut komponen dalam MDI (Beaucage and Nesbitt, 2002);
a.) Plastic holder (pegangan plastic) yaitu casing plasting berisi tabung logam
dan memiliki mouthpiece yang ditutupi cap.
b.) Headspace dan inhaler air entry atau ruang kosong berisi udara yang akan
keluar bersamaan dengan cairan suspense sehingga membentuk aerosol
c.) Obat-Propalen
d.) Pressurized canister (canister bertekanan)
e.) Valve stem (tangki katup sebagai jalan keluar obat menuju atomizing
nozzle)
f.) Atomazing nozzle (pipa semprot atomic)
g.) Metering Valve (seperangkat skat antara canister dengan valve stem)
h.) Activator body (pemicu mekanisme terbukanya metering valve, dan
perpindahan obat menuju atomizing nozzle)
i.) Actuator
j.) Mouthpiece
Spacer
Perangkat spacer akhir-akhir ini ditambahkan untuk digunakan bersama
dengan MDI, untuk menghilangkan beberapa partikel yang tidak terhirup oleh
impaksi pada dinding dan katupnya (Chandira, 2009), sehingga akan
meningkatkan penghantaran obat ke paru-paru. Spaser akan menahan aerosol pada
reservoir spaser, sehingga dapat mengatasi permasalahan terkait sinkronisasi
antara penekanan canister dengan penghirupan aerosol. Selain itu spaser juga
dapat meningkatkan deposisi aerosol di paru-paru. Beberapa alasan penggunaan
spanser pada pasien adalah (Lorensia dan Suryadinata, 2018);
- Pasien yang menggunakan inhalasi kortikosteroin berdosis tinggi dengan
tujuan untuk mencegah candidiasis orofaringal
- Pasien yang tidak mampu untuk menahan nafas selama 4 detik, sehingga
dapat mendapatkan dosis obat adekuat selama waktu tersebut
- Pasien yang kesusahan menggunkan MDI karena cacat atau yang tidak
bisa mengelola obat inhalasi
- Pasien yang tidak dapat menutup bibirnya disekitar mouthpiece
- Pasien yang menggunakan CFC-driven untuk menahan atau
menghilangkan penangkapannya
DPI adalah alat dengan berbagai macam bentuk sediaan yang merupakan
alat inspiratory flow driven portable yang menghantarkan formula berbentuk dry
powder melalui inhalasi ke dalam paru-paru. Obat yang digunakan dalam DPI
dapat berupa obat murni atau merupakan campuran obat murni dengan eksipien
berukuran besar (laktosa) sebagai pembawa. Secara umum DPI lebih mudah
digunakan dibanding MDI karena cepat digunakan (David dan Geller, 2005).
Ketertarikan pada DPI sebagai cara penyampaian obat-obat ke paru yang efektif,
efisien dan ramah lingkungan telah meningkat.
Keunggulan DPI dibanding bentuk lainnya (Sims, 2011);
- Penggunaan tidak perlu dikocok dahulu sebagaimana MDI, karena tidak
mengandung propelan untuk distribusi obat.
- Inhalasi lebih cepat dan kuat diperlukan karena partikel obat akan segera
terlepas sehingga perlu memastikan obat yang terlepas mencapai organ
yang diinginkan
- Tidak memerlukan kaitan antara menekan canister engan menarik nafas.
- Tidak memerlukan alat bantu berupa spacer.
Kekurangan sediaan DPI adalah;
- Tidak dapat digunakan pada pasien dibawah 5 tahun maupun pasien
dengan fungsi paru-paru yang lemah
- Tidak tepat digunakan untuk keadaan darurat karena diperlukan penarikan
nafas yang dalam saat menggunakan
- Rentan terhadap kelembaban sehingga dapat mengakibatkan agregasi dan
jumlah obat yang terlepas juga terpengaruhi (Sims, 2011), (David dan
Geller, 2005).
Penggolongan jenis DPI antara lain (Lorensia dan Suryadinata, 2018):
- Single dose DPI
Pada desain dosis ini terbagi menjadi 2 bentuk yaitu reusable (sebelum
digunakan pasien perlu mengisi satu kapsul gelatin keras yang
mengandung formula serbuk ke dalam alat. Contoh sediaan: Handihaler)
dan disposable (dalam alat telah berisi dosis tunggal sehingga setelah
digunakan langsung dapat dibuang. Contoh; directhaler).
- Multiple unit-dose
Terdiri dari perangkat multiunit yaitu pre-metered replaceable blisters,
disk, dimples atau tubes yang akan mengeluarkan dosis individual saat
digunakan. Contoh sediaan adalah diskhaler dan diskus
- Multiple dose DPI
Pada perangkatnya mengandung sejumlah besar obat dengan mekanisme
yang terpasang, sehingga dosis tunggal yang diberikan dapat terukur.
Contoh sediaan turbuhaler
NEBULIZIER
Nebulizier adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat dalam bentuk
cairan menjadi uap yang nantinya akan dihirup ke dalam paru-paru. Alat ini
menggunakan oksigen, udara terkompresi atau gelombang ultrasonic sehingga
memungkinkan pemecahan larutan dan suspense menjadi droplet aerosol kecil
sehingga dapat langsung terhirup. Nebulizier bekerja lebih efisien (memberikan
lebih banyak obat) ketika mengisi volume yang lebihh tinggi digunakan (Yoon,
2004).
Dua macam nebulizier yang umum adalah Jet nebulizier dan Ultrasonic
nebulizier;
a. Nebulizier Jet jenis yang paling sering digunakan karena harga yang
terjangkau. Bentuk ini menggunakan udara atau oksigen bertekanan untuk
mengoperasikannya (aerolisasi obat cair).
b. Ultrasonic Nebulizer: mekanisme umum yang terjadi adah pengubahan
energy listrik menjadi getaran frekuensi tinggi dengan menggunakan
transduser. Geteran ini akan menghasilkan aerosol dengan adanya
gelombang yang dibentuk dari pemindahan getaran ke permukaan larutan.
Kelebihan nebulizier adalah (Gardenhire dkk, 2013);
- Menghantarkan obat larutan obat campuran maupun tunggal dalam bentuk
aerosol dengan baik.
- Dapat mengatur konsentrasi dan dosis obat sesuai keinginan
- Dapat digunakan untuk usia dibawah 5 tahun, bayi, maupun dalam kondisi
lemah
- Relative mudah digunakan dan tidak diperlukan untuk menahan nafas
- Mudah untuk menghirup obat
Kerugian nebulizier antara lain (Gardenhire dkk, 2013);
- Memakan waktu sekitar 10-20 menit untuk perawatan nebulizier
- Peralatan besar dan tidak praktis
- Mengunakan sumber listrik
- Potensi obat mengenai mata dalam penggunaan menggunakan masker
wajah
- Resiko kontaminasi pada pembersihan yng tidak tepat maupun
penanganan obatnya
MDI
Komposisi sediaan dalam bentuk MDI umumnya terdiri dari bahan aktif,
propelan, dan pelarut/surfaktan.
Propelan
Propelan berfungsi mencairkan obat berbentuk gas menjadi cair saat
ditekan. Secara umum propelan sebagai gas yang dicairkan ataupun yang
dimampatkan. Propelan baik tidak tosik, tidak mudah terbakar, kompatibel dalam
bentuk suspense ataupun larutan dalam formulasi obat, memiliki titik didih serta
densitas baik (Lorensia dan Suryadinata, 2018). Umumnya propelin meliputi
bagian dari hidrokarbon yang memiliki bobot molekul rendah seperti butane dan
petana, serta gas mampat (karbondioksida dan nitrogen). Hampir semua aerosol
menggunakan CFC (chlorofluorocarbon), atau hydrofluoroalkanes (Chandira,
2009);
1. CFC (Chlorofluorocarbon)
CFC yang digunakan memiliki fase cairan dan gas dalam suatu wadah,
kesetimbangan antar keduanya akan memberikan tekanan gas yang sama baik
walau dalam keadaan hampir habis. Tekanan yang digunakan antara 300-500 kPa.
Penggunaan CFC berfungsi untuk agregasi partikel dalam melincirkan mekanisme
katup pengukur dosis, tetapi saat ini penggunaannya dilarang karena dapat
mengeluarkan klorin yang merusak ozon. Selain itu CFC juga memberikan dosis
berkurang saat terkena dingin (Newman, 2005). Klorofluorokarbon khususnya
merupakan kontaminan yang menyusahkan yang masuk ke dalam ruang hampa
udara meskipun hanya ada sedikit udara di dalam ruang tersebut ketika ruang
tersebut dibuka.
CFC terdiri dari senyawa mengandung chlorine, fluorine, carbon, dan
possible hydrogen dan digunakan bahan pendorong dalam kaleng semprot aerosol,
sebagai pendingin, dan sebagai bahan peniup, misalnya, untuk memproduksi busa
poliuretan. Karakteristik kimianya telah membuat mereka secara ideal cocok
untuk kegunaan seperti itu di mana mereka umumnya tidak beracun dan lembam
secara kimia. Dengan demikian, mereka dapat digunakan di sekitar api terbuka,
dan kebocoran di unit pendingin tidak menimbulkan bahaya kesehatan seperti unit
yang lebih tua dioperasikan pada pendingin seperti SO2 dulu.
Klorofluorokarbon utama yang telah digunakan adalah CCl3F, CCl2F2,
dan CHClF2. Ini sering disebut sebagai CFC-11, CFC-12, dan CFC-22, masing-
masing; sebagai alternatif, singkatan F-11, F-12, dan F-22. Senyawa CFC berasal
dari metana dan etana, senyawa ini memiliki rumus CCLmF4-m dan C2ClmF6-
M. Struktur dan sifatnya secara umum mudah menguap, tapi kurang dari alkana
induknya. Titik didih lebih dari metana -161° dan fluorometana -51.7 dan -128°C.
Kepadatan CFC lebih tinggi dari alkana, kerapatan senyawa berkolerasi dengan
jumlah klorida.
2. HFA (Hydrofluoroalkane)
HFA menjadi alternative yang lebih baik dari CFC, karena lebih ramah
lingkungan, tetapi propelan ini lebih mudah terbakar dan harus diperhatikan
penggunaannya. Contoh sediaan yang menggunakan HFA adalah Ventolin dan
Atrovent. Kelebihan lain dari HFA adalah dapat memberikan dosis yang
konsisten bahkan saat terkena suhu rendah (-20°c) (Newman, 2005).
Nama : HFA (HFA 227)
Kegunaan : Propelan aerosol
Pemerian : merupakan gas cair dan berbentuk cair pada temperature ruang
saat berada pada tekanan uap yang rendah dan berbentuk gas pada
suhu kamar dan tekanan atmosfer. HFA berupa cairan praktis yang
tidak berbau dan tidak berwarna. Gas ini dalam konsentrasi tinggi
memiliki bau serupa dengan eter. HFA non korosif, tidak mudah
terbakar, dan tidak menyebabkan iritasi.
Kelarutan : Larut dalam etanol 95%, eter, dan 1:1294 bagian dari air pada
suhu 20°C.
Titik Didih : -26,5°C
Titik Beku : -108°C
Kestabilan : non reaktif dan stabil.stabil pada bentuk gas cair ketika digunakan
sebagai propelan
Penyimpanan : Ditempatkan pada silinder logam dan disimpan pada tempat sejuk
dan kering
Pelarut atau surfaktan
Surfaktan yang umumnya digunakan adalah sorbitan trioleat atau asam
oleat (Lorensia dan Suryadinata, 2018).
Chandira Margaret R., Jayakar B., Debjit, Chiranjib., 2009., Recent Aspects of
Pulmonary Drug Delivery System-An Overview,. Farmanet.
Gardenhire DS, Ari A, Hess D, Myers TR., 2013, A Guide to Aerosol Delivery
Device for Respiratory Therapists. Ed 3rd. American Association for
Respiratory Care.
Groneberg D.A., Witt, C., Wagner, U., Chung K. F., and Fischer A., 2003.,
Fundamental of Pulmonary Drug Delivery. Respiratory Medicine (Original
Article)., Vol.97, hal 382-387.
Newman PS,. 2005., Principles of Metered Dose Inhaler Design. Respire Care;
50(9), hal 1177-1188
Odili VU and Okuribe CO., 2010., Assessment of Phamacists’ Knowledge on
Correct Inhaler Technique., Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Science., 1(3), hal 768-772.
Patil J.S., and Sarasija S., 2012., Pulmonary Drug Delivery Strategies: A Concise,
Systematic Review., (Review Article) Lung India., Vol 29 (1)
Sims MW., 2011., Aerosol Therapy for Obstructive Lung Diseases. Chest.
140(30), hal:781-788.