Anda di halaman 1dari 16

Vol. 1 | No.

2 | September 2017 | Halaman : 139-154


http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy

Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak


Akibat Tindak Pidana Abortus Provocatus Criminalis
Aji Mulyana
Universitas Suryakancana
Email: ajimulyana94@gmail.com

Info Artikel:
Diterima: 27 April 2017 |Disetujui: 25 September 2017 |Dipublikasikan: 30 September 2017

Abstrak
Aborsi sudah perlu mendapat perhatian melalui pengaturan yang lebih bijak
untuk menghindari praktik aborsi tidak aman dan pemenuhan hak reproduksi
perempuan maupun hak asasi perempuan dan anak (janin). Legalisasi aborsi perlu
Kata Kunci: diperhatikan lebih bijak tetapi bukan dalam pengertian memberikan liberalisasi aborsi
Aborsi; Hak Asasi; sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal
Perempuan; Anak dan 75 sampai dengan Pasal 77 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014
Legislasi. Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Pasal 31 sampai dengan Pasal 39 diatur tentang
diperbolehkannya aborsi dengan syarat tertentu. Meskipun aborsi secara hukum
terlarang, tetapi kenyataannya aborsi masih banyak dilakukan oleh perempuan dengan
berbagai alasan disebabkan peraturan dan hukum yang ada kurang akomodatif
terhadap alasan-alasan yang memaksa perempuan melakukan tindakan aborsi.

Abstract
Abortion already have to get attention via setting the wiser to avoid the practice of unsafe
abortion and women’s reproductive rights or the fulfilment of the rights of women and children
Keywords: (the fetus). Legalization of abortion to note more wisely but not in the sense of providing
Abortion; Human Rights; abortion liberalisation as in Act No. 36 of the year 2009 about health, article 75 up to Article
Women; Children and the 77 and Government Regulation (PP) No. 61 Year 2014 About reproductive health In article 31
Legislation. up to Article 39 set about abortion by certain conditions allowed. Although abortion is legally
restricted, but the reality of abortion are still widely performed by women for various reasons
caused the rules and laws that are no less accommodating toward the reasons that compel
women do abortion.

ISSN
Jurnal Wawasan Yuridika
2549-0664 (print)
139
Vol. 1 | No. 2 | September 2017
2549-0753 (online)
A. PENDAHULUAN kedokteran pun telah cukup meresahkan,
Pada hakikatnya kehidupan sehingga lahirlah pemahaman bahwa
merupakan suatu anugerah yang abortus merupakan desakan berbagai
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa pihak agar “masalah saat kapan
yang harus dihormati oleh setiap orang. dimulainya sebuah kehidupan dan saat
Kehidupan yang diberikan kepada setiap pula kehidupan itu dianggap tidak ada,
manusia merupakan Hak Asasi Manusia dapat diagendakan secepatnya”.2
yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi Aborsi atau abortus secara buatan
kehidupan yakni Tuhan YME. Sebagai atau juga disebut terminasi kehamilan
sasaran misi dan visi Islam, manusia yang mempunyai dua macam, yakni,
menurut al-Qur’an adalah makhluk bersifat illegal (abourtus provocatus
Tuhan yang paling terhormat dibanding criminalis), dan bersifat legal (abourtus
ciptaan-Nya yang lain.1 provocatus therapeuticus).3 Masalah
Ditinjau dari perpektif hukum aborsi saat ini sudah bukan merupakan
indonesia penghilangan hak hidup rahasia lagi untuk dibicarakan, karena
dapat diancam dengan hukuman yang aborsi sudah menjadi hal yang aktual
berat sebagaimana diatur dalam KUHP, dan peristiwanya sudah terjadi dimana-
seperti pembunuhan yang direncanakan mana dan dilakukan oleh siapa saja,
terlebih dahulu, atau karena kelalaian bahkan telah menjadikan anak yang
yang menyebabkan matinya orang. Selain akan dilahirkan menjadi korban.
itu juga disinggung hak reproduksi Kelahiran anak yang seharusnya
yang didasarkan pada pengakuan hak dianggap sebagai suatu anugerah yang
asasi manusia bagi setiap pasangan tak terhingga, ini malah dianggap sebagai
atau individu untuk menentukan secara suatu beban yang kehadirannya tidak
bebas dan bertanggung jawab mengenai diinginkan. Hal ini sangat ironis sekali
jumlah anak, penjarakan anak, dan karena di satu sisi orang menikah karena
menentukan kelahiran anak mereka. ingin mendapatkan keturunan, bahkan
Abortus menjadi salah satu masalah yang sudah bertahun-tahun menikah
yang cukup serius dan perlu penanganan belum mendapatkan keturunan, mereka
segera, dan dalam lapangan ilmu sampai melakukan berbagai cara agar

1
Mia Amalia, “Kekerasan Perempuan Dalam Perspektif Hukum Dan Sosiokultural.” Jurnal Wawasan
Yuridika Volume 25, Nomor 2, 2011, hlm. 401.
2
Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum Praktik Kedokteran,
Djambatan, Jakarta, 2007, hlm. 77.
3
Cucu Solihah dan Trini Handayani, Kajian Terhadap Tindakan Atas Jiwa Dan Bukan Jiwa (Aborsi)
Menurut Hukum Pidana Islam Dan Hukum Kesehatan, Jurnal Hukum FH UNSUR. Cianjur, Volume
V, Nomor 04 Juni-Desember 2009, hlm. 11.

140 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
segera mendapatkan keturunan, tapi di 1. Barang siapa dengan sengaja
sisi lain, ada pasangan yang membuang mengobati seorang wanita atau
anak kandungnya sendiri yang masih menyuruh supaya diobati, dengan
dalam kandungan tanpa adanya hati diberitahukan atau ditimbulkan
nurani kemanusiaan.4 harapan bahwa karena pengobatan
Menurut Adi Vivid, dokter gadungan itu hamilnya dapat digugurkan,
berinisial M ternyata hanya mengenyam diancam dengan pidana penjara
pendidikan Sekolah Menengah Pertama paling lama empat tahun atau pidana
(SMP). Salah satu tersangka, M, denda paling banyak empat puluh
mengaku dokter padahal hanya lulusan lima ribu rupiah.
SMP,” kata Adi, dalam menjalankan 2. Jika yang bersalah berbuat demikian
praktik ilegalnya, para tersangka untuk mencari keuntungan, atau
mematok tarif bervariasi tergantung usia menjadikan perbuatan tersebut
kandungan. Untuk janin yang usianya 3 sebagai pencarian atau kebiasaan,
bulan ke bawah, sindikat ini memasang atau jika dia seorang tabib, bidan
tarif Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus atau juru obat, pidananya dapat
ribu rupiah) hingga Rp. 3.000.000,00 ditambah sepertiga.
(tiga juta rupiah). Sedangkan untuk 3. Jika yang bersalah melakukan
usia kandungan yang sudah lebih dari kejahatan tersebut dalam
3 bulan, biaya dinegosiasikan dengan menjalankan pencariannya, dapat
si dokter. Bukan hanya dokternya yang dicabut haknya untuk menjalakukan
mencengangkan, alat-alat kesehatan dan pencarian itu.5
obat-obatan yang digunakan di klinik
sindikat ini pun sungguh mengejutkan. Aborsi sudah perlu mendapat
Alat-alatnya sangat tidak layak dan perhatian melalui pengaturan yang
obat-obatnya kadaluwarsa, maka pelaku lebih bijak untuk menghindari praktik
diancam pidana dengan Pasal 299: aborsi tidak aman dan pemenuhan
hak reproduksi perempuan maupun
hak asasi perempuan dan anak (janin).
Legalisasi aborsi perlu diperhatikan

4
Diberitakan akhir-akhir ini terbongkarnya praktik aborsi yang terjadi di ibu kota (Jakarta) sebanyak
10 orang diduga pelaku praktik aborsi sekitar 5.400 janin bayi berhasil dibongkar Direktorat Kriminal
Khusus Polda Metro Jaya. Sepuluh pelaku yang ditetapkan sebagai tersangka itu terdiri dari dua
yang mengaku dokter ahli kandungan dengan inisial dr MN dan dr Li, empat karyawan poliklinik
YN, AE, SA, DW, dan empat calo atau broker yang bertugas mencari korban yakni Li, Sm, Ww, dan
Ro. Semua pelaku adalah warga Jakarta, dan disebut-sebut bagian dari jaringan aborsi di Ibu kota.
5
Ibid.

Jurnal Wawasan Yuridika 141


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
lebih bijak tetapi bukan dalam menetapkan dan merumuskan tindak
pengertian memberikan liberalisasi pidana aborsi yang berkenaan dengan
aborsi.Meskipun aborsi secara hukum Undang-Undang Nomor 36 Tahun
terlarang, tetapi kenyataannya aborsi 2009 tentang Kesehatan, dan Peraturan
masih banyak dilakukan oleh perempuan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014
dengan berbagai alasan disebabkan tentang Kesehatan Reproduksi, maka
peraturan dan hukum yang ada kurang pendekatannya terutama ditempuh
akomodatif terhadap alasan-alasan lewat pendekatan yuridis normatif
yang memaksa perempuan melakukan yang bertumpu pada data sekunder dan
tindakan aborsi. ditunjang dengan pendekatan yuridis
normatif.

B. METODE PENELITIAN
Berdasarkan perumusan C. PEMBAHASAN
masalah, dapat diidentifikasi bahwa 1. Negara Hukum dan Pelanggaran
permasalahan pokok dalam penelitian Terhadap Hukum
ini termasuk salah satu perlindungan Sebagai negara hukum Indonesia
hukum pidana, khususnya perlindungan yang tercermin dalam pembukaan
hukum terhadap perempuan dan Undang-Undang Dasar Negara
anak dalam merumuskan tindak Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pidana aborsi Abortus Provocatus Tahun 1945 amandemen ke-4 Pasal 1 ayat
Criminalis oleh karena itu, pendekatan (1) yang menyatakan “Negara Indonesia
yang digunakan adalah pendekatan ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
yang berorientasi pada pendekatan Republik”, ayat (2) “kedaulatan berada
perundang-undangan (statute approach), di tangan rakyat dan dilaksanakan
pendekatan perbandingan (comparative menurut Undang-Undang Dasar”,
approach), Pendekatan analitis (analytical dan ayat (3) yang berbunyi “Negara
approach), dan Pendekatan konseptual Indonesia adalah negara hukum”.6
(conseptual approach). Namun karena Sebagaimana dimaksud dalam
sasaran utama dalam penelitian ini Pembukaan Undang-Undang Dasar
pada masalah perlindungan hukum 1945, menegaskan tentang menciptakan
terhadap perempuan dan anak yaitu suatu kesejahteraan umum dalam
mengenai Perundang-undangan dalam negara (welfare state). Untuk memajukan

6
Dedi Mulyadi, Kebijakan Legislasi Tentang Sanksi Pidana Pemilu Legislatif, Gramata Publishing, Jakarta,
2012, hlm. 1.

142 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
kesejahteraan umum tersebut, mutlak hukum ialah menciptakan suatu tatanan
dibutuhkan sarana ketertiban sosial, hidup dalam masyarakat yang tertib
yang merujuk pada upaya menciptakan dan sejahtera di dalam keseimbangan-
aman, tertib dan damai, yang salah keseimbangan, untuk terciptanya
satunya melalui sarana hukum ketertiban di dalam masyarakat
(terutama penegakan hukum). Hukum diharapkan kepentingan manusia
yang berfungsi imperatif sebagai sarana akan terlindungi. Modernisasi menjadi
kontrol sosial diwujudkan dalam sanksi- proyek yang normatif di negara-negara
sanksinya, yang berkolerasi antara berkembang dan modernitas menjadi
penerapan hukum sebagai kebijakan tujuan yang didambakan. Menurut
hukum, khususnya hukum pidana Hegel, Marx dan Teori Kritis, terdapat
yang dilakukan melalui kebijakan sebuah penegasan yang lebih radikal
kriminal (criminal policy) dan kebijakan dan total, setiap masyarakat manusia
sosial (social policy). Selain itu UUD terdiri dari atas mahluk-mahluk rasional
1945 Amandemen kedua Pasal 28A-J dan dapat menentukan diri.8
telah memberikan jaminan atas Hak Adapun perbuatan sifat melanggar
Asasi Manusia (HAM), yang kemudian hukum yaitu, rangkaian peraturan
dipertegas dalam Undang-Undang mengenai tingkah laku orang-orang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak sebagai anggota masyarakat, sedangkan
Asasi Manusia.7 satu-satunya tujuan dari hukum adalah
Hukum pada umumnya diartikan mengadakan keselamatan, kebahagiaan,
sebagai keseluruhan kumpulan- dan tata tertib di dalam masyarakat.9 Maka
kumpulan peraturan-peraturan tertulis dari sifat melanggar hukum itu munculah
atau kaidah-kaidah dalam suatu sebuah kejahatan yaitu berbicara tentang
masyarakat sebagai susunan sosial, pelanggaran norma (hukum pidana),
keseluruhan peraturan tingkah laku perilaku yang merugikan, perilaku yang
yang berlaku dalam suatu kehidupan menjengkelkan, atau perilaku yang
bersama yang dapat dipaksakan imbasnya menimbulkan korban.10
pelaksanaannya dengan memberikan
sanksi bila dilanggar. Tujuan pokok dari

7
Henny Nuraeny, Penyuluhan Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Bagi Guru Bimbingan Konseling dan Siswa/
Siswi SMK/SMA/MA Se-Kabupaten Cianjur, Journal of Empowerment, Vol.  1, Nomor 1, 2017, hlm. 27.
8
Dedi Mulyadi, Internalisasi Nilai-Nilai Ideologi Pancasila, Refika Aditama, Bandung, 2014, hlm. 12.
9
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm.
15.
10
Yesmil Anwar & Adang, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 178.

Jurnal Wawasan Yuridika 143


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
2. Sanksi Pidana Terhadap Tindakan Dilihat dari segi hukum kedokteran
Aborsi pada dasarnya bertumpu pada hak-
Sebagaimana penjelasan dalam hak dasar manusia yang melekat sejak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana lahir; dasar pertama adalah hak atas
(KUHPidana), perbuatan abourtus pemeliharaan kesehatan (the right
provocatus therapeuticus dalam hal ini to health care) dan hak kedua adalah
tidak adanya sifat kriminal sedangkan hak untuk menetukan nasib sendiri
perbuatan abourtus provocatus criminalis, (the right to self determination). Dari
memiliki sifat criminal yang di atur kedua unsur itulah hukum kedokteran
dalam ketentuan dalam Pasal 299, 283, berdiri, karena apabila kita membahas
346, 347, 348, dan 349 Undang-Undang hukum kedokteran tidak mungkin kita
Hukum Pidana (KUHPidana) tersebut melupakan kaitan antara hak manusia
sangat jelas tidak memberikan peluang dan kesehatan.12
dilakukan aborsi, jika pemberlakuan Hak untuk hidup adalah salah satu
ketentuan pasal tersebut mutlak dan hak asasi manusia yang dicantumkan
tidak ada alasan apapun. Segala bentuk dalam Konstitusi Negara sebagaimana
tindakan aborsidilarangbagi perempuan, dijelaskan dalam Pasal 28 (a) Undang-
tanpa memberikan alternatif untuk Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
menyediakan teknologi kesehatan “Setiap orang berhak untuk hidup serta
reproduksi yang aman yang dapat berhak mempertahankan hidup dan
mengurangirisiko kematianperempuan kehidupannya”. Dengan hak hidup itu
hamil, disebabkan adanya risiko penyakit negara akan menjaga dan melindungi
yang berat yang membahayakan jiwa hak hidup setiap warganya, sehingga
perempuan hamil tersebut. Undang- negara melalui alat negara penegak
Undang Hukum Pidana (KUHPidana) hukum akan bertindak apabila ada dan
di Indonesia dikategorikan sebagai diketahui terjadi penghilangan hak
tindakan kriminal, yang menerima hidup manusia, dan dalam ketentuan
hukuman adalah ibu yang melakukan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Tahun
aborsi; dokter atau bidan atau dukun 1945 negara mempunyai kewajiban
yang membantu melakukan aborsi; untuk melindungi harkat dan martabat
orang-orang yang mendukung anak, serta menurut Pasal 1 ayat (1)
terlaksananya aborsi. 11
Undang-Undang Nomor 23 Tahun

11
Yuke Novia Langie, Tinjauan Yuridis Atas Aborsi Di Indonesia (Studi Kasus di Kota Manado), Jurnal
Lex et Societatis, Volume, II, Nomor, 2, Februari 2014, hlm. 53.
12
Moh. Hatta, Hukum Kesehatan Dan Sengketa Medik, Liberty, Yoyakarta, 2013, hlm. 9.

144 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
2002 tentang Perlindungan Anak. Anak b. Pengaturan kehamilan, alat
adalah seorang yang belum berusia konstrasepsi, dan kesehatan seksual;
delapan belas tahun termasuk anak yang dan
masih dalam kandungan.13 c. Kesehatan sistem reproduksi.
Ditinjau dari perpektif hukum
Indonesia penghilangan hak hidup itu Berkaitan dengan kesehatan
diancam dengan hukuman yang berat reproduksi, Pasal 72 Undang-Undang
sebagaimana diatur dalam KUHP, Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
seperti pembunuhan yang direncanakan mengatur bahwa setiap orang berhak:
terlebih dahulu, atau karena kelalaian
yang menyebabkan matinya orang. Selain a. Menjalani kehidupan reproduksi
itu juga disinggung hak reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat,
yang didasarkan pada pengakuan hak aman, serta bebas dari paksaan dan/
asasi manusia bagi setiap pasangan atau kekerasan dengan pasangan
atau individu untuk menentukan secara yang sah;
bebas dan bertanggung jawab mengenai b. Menentukan kehidupan reproduksi-
jumlah anak, penjarakan anak, dan nya dan bebas dari diskriminasi,
menentukan kelahiran anak mereka.14 paksaan, dan/atau kekerasan yang
Kesehatan reproduksi mencangkup menghormati nilai-nilai luhur
kesehatan perempuan sebagaimana yang tidak merendahkan martabat
diatur dalam Undang-Undang Nomor manusia sesuai dengan norma
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, agama;
bahwa kesehatan reproduksi merupakan c. Menentukan sendiri kapan dan
keadaan sehat secara fisik, mental, dan berapa sering ingin bereproduksi
sosial secara utuh, tidak semata-mata sehat secara medis serta tidak
bebas dari penyakit atau kecacatan yang bertentangan dengan norma agama;
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan dan
proses reproduksi pada laki-laki dan d. Memperoleh informasi, edukasi,
perempuan. Pasal 71 ayat (2): dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat
a. Saat sebelum hamil, hamil, dipertanggungjawabkan.
melahirkan, dan sesudah melahirkan;

13
Trini Handayani, Perlindungan Dan Penegakan Hukum Terhadap Kasus Kekerasan Seksual Pada
Anak. Jurnal Hukum Mimbar Justitia, Vol. 2, Nomor 2, 2017, hlm. 829.
14
Koes Irianto, Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan Praktikum, CV. Alfabeta, Bandung,
2015, hlm. 1.

Jurnal Wawasan Yuridika 145


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Pemahaman kesehatan reproduksi terakhir. Kadang-kadang berakhir
tersebut termasuk pula adanya hak- sebelum waktunya dan adakalanya
hak setiap orang untuk memperoleh melebihi waktu yang normal.15
pelayanan kesehatan reproduksi yang Menurut Kamus Hukum “Aborsi”
aman, efektif dan terjangkau. Maka adalah penghentian atau penggagalan
upaya kesehatan ibu, dan janin di atur kehamilan atau pengguguran anak
juga pada, Peraturan Pemerintah Nomor dalam kandungan dengan menggunakan
61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan cara yang melawan hukum, sedangkan
Reproduksi, Pasal 2 huruf a, b, dan “Abortus” adalah gugurnya anak
c, serta pada Bab IV tentang Indikasi yang ada di dalam kandungan karena
Kedaruratan Medis dan Perkosaan kelahiran sebelum waktunya tanpa
Sebagai Pengecualian atas Larangan adanya unsur kesengajaan di dalam
Aborsi pada Pasal 31 sampai dengan prosesnya.16 Adapun istilah-istilah
Pasal 39. abortus secara klinis yaitu sebagai
Hak-hak reproduksi merupakan berikut: Abourtus Imminens (keguguran
hak asasi manusia, dan dijamin oleh mengancam; Abourtus Incipiens
undang-undang, untuk menjamin hak- (keguguran berlangsung); Abourtus
hak reproduksi tersebut pemerintah Incompletus (keguguran tidak lengkap);
membuat ketentuan sebagai berikut, Abourtus completus (keguguran lengkap);
sebagaimana tercantun dalam Undang- Missed Abortion (keguguran tertunda);
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang dan Abourtus Habitualis (keguguran
Kesehatan, Pasal 73 sampai Pasal 74. berulang-ulang).17
Adapun tercantum dalam Peraturan Menurut Dorland, aborsi adalah
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 pengeluaran hasil konsepsi secara
Tentang Kesehatan Reproduksi, pada prematur dari uterus-embrio, atau fetus
Bab II Tanggung Jawab Pemerintah yang belum dapat hidup, dengan kata
dan Pemerintah Daerah, Pasal 4 sampai lain berhentinya kehamilan sebelum
dengan Pasal 7. Lamanya kehamilan usia kehamilan 20 minggu yang
yang normal adalah 280 hari atau 40 mengakibatkan kematian janin.18
minggu dihitung dari pertama haid

15
Cucu Solihah dan Trini Handayani, Kajian Terhadap… loc.cit.
16
M. Marwan, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009, hlm.
10.
17
Cucu Solihah dan Trini Handayani, Kajian Terhadap... op.cit.
18
Masrudi Muchtar, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Perspektif Bidan dalam Pelayanan Kebidanan Di
Indonesia, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 192.

146 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Menurut Dadang Hawari, Abortus Sedangkan aborsi atau abortus
Provocatus di bagi menajdi 2, yaitu: secara buatan atau juga disebut terminasi
kehamilan yang mempunyai dua macam,
a. Abortus provocatus medicalis, yaitu yakni: Bersifat illegal (abourtus provocatus
penghentian kehamilan (terminasi) criminalis) dan Bersifat legal (abourtus
yang sengaja karena alasan medis; provocatus therapeuticus).21 Alasan untuk
b. Abortus provocatus kriminalis, yaitu melakukan tindakan aborsi apabila
penghentian kehamilan atau dijabarkan, ada beberapa alasan yang
pengguran yang melanggar kode etik digunakan oleh perempuan dalam
kedokteran atau melawan hukum.19 menggugurkan kandungannya baik legal
maupun ilegal yang disebabkan karena
Merujuk dari segi kedokteran atau tidak menginginkan untuk meneruskan
medis, keguguran adalah pengeluaran kehamilan sampai melahirkan. Alasan-
hasil konsepsi sebelum janin dapat alasan tersebut sebagaimana: alasan
hidup diluar kandungan. Untuk kesehatan; alasan sosial; alasan ekonomi
lebih memperjelasnya, berikut ini dan alasan keadaan darurat (memaksa).22
akan dikemukakan defenisi para ahli Selain itu juga dimuat mengenai
tentang aborsi menurut Eastman, syarat dan ketentuan dari pelaksanaan
Aborsi adalah keadaan terputusnya aborsi dalam Undang-Undang Nomor
suatu kehamilan dimana fetus belum 36 Tahun 2009.23 Jika pada Pasal 299
sanggup berdiri sendiri di luar terus. dan 346-349 KUHPidana tidak ada
Belum sanggup diartikan apabila fetus diatur masalah aborsi provocatus
itu beratnya terletak antara 400-1000 medicalis. Apabila ditelaah lebih jauh,
gram atau kehamilan kurang dari 28 kedua peraturan tersebut berbeda
minggu. Menurut Jeffcoat, Aborsi yaitu satu sama lain. KUHPidana mengenal
pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum larangan aborsi provocatus tanpa kecuali,
28 minggu, yaitu fetus belum viable by termasuk aborsi provocatus medicalis atau
llaous, dan menurut Holmer, Aborsi aborsi provocatus therapeuticus. Tetapi
yaitu terputusnya kehamilans ebelum Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
minggu ke-16 di mana plasentasi belum justru memperbolehkan terjadi aborsi
selesai.20 provocatus medicalis dengan spesifikasi

19
Masrudi Muchtar, Etika Profesi… Ibid., hlm. 192.
20
Koes Irianto Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health)… op.cit., hlm. 343.
21
Cucu Solihah dan Trini Handayani, Kajian Terhadap… Ibid.
22
Yuke Novia Langie, Tinjauan Yuridis Atas Aborsi… op.cit., hlm. 56.
23
Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1992,
hlm. 215.

Jurnal Wawasan Yuridika 147


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
therapeutics. Dalam konteks hukum dapat memberikan suasana yang
pidana, terjadilah perbedaan antara kondusif bagi dinamika masyarakat
peraturan perundang-undangan yang Indonesia pada masa sekarang ini. Asas
lama (KUHPidana) dengan peraturan Lex posteriori derogat legi priori merupakan
perundang-undangan yang baru. asas hukum yang berkembang diseluruh
Padahal peraturan perundang-undangan bidang hukum. Fungsinya dalam ilmu
di sini berlaku asas “lex posteriori derogat hukum (khususnya hukum pidana)
legi priori”. hanya bersifat mengatur dan eksplikasitif
Asas ini beranggapan bahwa jika (menjelaskan). Asas ini berfungsi untuk
diundangkan peraturan baru dengan menjelaskan berlakunya Pasal 75-78
tidak mencabut peraturan lama yang ketika harus dikontfrontasikan dengan
mengatur materi yang sama dan keduanya pasal-pasal KUHPidana yang mengatur
saling bertentangan satu sama lain, maka masalah abortus provocatus.25
peraturan yang baru itu mengalahkan Abortus provokatus medicinalis atau
atau melumpuhkan peraturan yang artificialis atau therapeuticus adalah aborsi
lama.24 Dengan demikian, Pasal 75 yang dilakukan dengan disertai indikasi
UU No.36 Tahun 2009 yang mengatur medis. Di Indonesia yang dimaksud
tentang aborsi provocatus medicinalis tetap dengan indikasi medis adalah demi
dapat berlaku di Indonesia meskipun menyelamatkan nyawa ibu.
sebenarnya aturan berbeda dengan
rumusan aborsi provocatus criminalis 3. Perlindungan Hukum Terhadap
menurut KUHPidana. Berlakunya asas Korban Abortus
Lex posteriori derogat legi priori sebenarnya Upaya perlindungan hukum bagi
merupakan salah satu upaya pemerintah pelaku tindak pidana diatur dalam Pasal
untuk mengembangkan hukum pidana 50 sampai dengan Pasal 68 Undang-
Indonesia. Banyak aturan-aturan Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHPidana yang dalam situasi khusus Hukum Acara Pidana, mengatur
tidak relevan lagi untuk diterapkan pada perlindungan terhadap tersangka atau
masa sekarang ini. Untuk mengatasi terdakwa untuk mendapat perlindungan
kelemahan KUHPidana tersebut dari berbagai kemungkinan pelanggaran
pemerintah mengeluarkan undang- hak asasi manusia.
undang kesehatan dengan harapan

24
Hasnil Basri Siregar, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat
Fakultas Hukum USU, Medan, 1994, hlm. 53.
25
Annette Anasthasia Napitupulu, Pembaharuan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Di
Indonesia. Jurnal FH USU, Medan, 2013, hlm. 13.

148 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Perlindungan hukum berarti dalam KUHPidana adalah tindakan
melindungi hak setiap orang untuk menggugurkan atau mematikan
mendapatkan perlakuan dan kandungan yang dilakukan oleh seorang
perlindungan yang sama oleh hukum perempuan atau orang yang disuruh
dan undang-undang, oleh karena itu melakukan itu. Perempuan dalam hal
untuk setiap pelanggaran hukum yang ini adalah perempuan hamil yang atas
dituduhkan padanya serta dampak yang kehendaknya ingin menggugurkan
diderita olehnya ia berhak pula untuk kandungannya, sedangkan tindakan
mendapat perlindungan dari hukum yang menurut KUHPidana dapat
yang diperlukan sesuai dengan asas disuruh lakukan untuk itu adalah dokter,
hukum.26 Asas hukum yang dimaksud bidan atau juru obat.
yaitu larangan aborsi yang diatur juga Tindakan aborsi yang diatur dalam
pada Pasal 75 ayat (1) Undang-undang Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan itu pun hanya dapat
Kesehatan. Adapun Pengecualian dilakukan setelah melalui konseling
yang dijelaskan dalam Pasal 75 ayat (2) dan/atau penasehatan pra tindakan
Undang-undang Kesehatan terhadap dan diakhiri dengan konseling pasca
larangan melakukan aborsi diberikan tindakan yang dilakukan oleh konselor
hanya dalam 2 kondisi. yang kompeten dan berwenang, yang
Regulasi tentang pengguguran dijelaskan pada Pasal 75 ayat (3) Undang-
kandungan yang disengaja (abortus Undang Kesehatan. Jadi, praktik aborsi
provocatus) dalam Kitab Undang- yang bertentangan dengan peraturan
Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur perundang-undangan sebagaimana
dalam Buku kedua Bab XIV tentang disebut di atas merupakan aborsi ilegal.
Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal
299, dan Bab XIX Pasal 346 sampai diatur dalam Pasal 194 Undang-undang
dengan Pasal 349, dan digolongkan ke Kesehatan yang berbunyi:
dalam kejahatan terhadap nyawa. Dari
ketentuan Pasal 346-349 KUHPidana “Setiap orang yang dengan sengaja
dapat diketahui, bahwa aborsi menurut melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana
konstruksi yuridis peraturan perundang-
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
undangan di Indonesia yang terdapat dipidana dengan pidana penjara

26
Yuli Susanti, Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana Aborsi (Abortus Provocatus)
Korban Perkosaan, FH UNISBA. Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum, Volume. XIV. Nomor. 2, September
2012-Februari 2013. hlm. 302.

Jurnal Wawasan Yuridika 149


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
paling lama 10 tahun dan denda banyak kepala keluarga yang tidak
paling banyak Rp. 1.000.000.000.- memiliki pekerjaan tetap dan
(satu miliar)”.
penghasilan yang minim, namun
tidak menuntut kemungkinan
Pasal 194 Undang-undang Nomor 36
memiliki anak lebih dari 2 (dua),
Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut
yang notabene penghasilan mereka
dapat menjerat pihak dokter dan/atau
tidak mencukupi untuk membiayai
tenaga kesehatan yang dengan sengaja
anak-anak mereka;
melakukan aborsi ilegal, maupun
d. Memasukan materi kesehatan
pihak perempuan yang dengan sengaja
reproduksi dalam kurikulum
melakukannya. Adapun dalam Peraturan
pembelajaran di Sekolah Tingkat
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
Pertama (SMP), Sekolah Menengah
tentang Kesehatan Reproduksi Pasal 31
Atas (SMA) ataupun sederajat, dan
sampai dengan Pasal 39, menjelaskan
di tingkat Perguruan Tinggi (PT);
tentang indikasi kedaruratan medis dan
e. Mengadakan penyuluhan atau
perkosaan sebagai pengecualian atas
seminar mulai di sekolah atau
larangan aborsi atau dengan kata lain
perguruan tinggi untuk memberita-
memperbolehkan aborsi berdasarkan
hukan seberapa bahayanya tindakan
indikasi medis dan/atau akibat dari
pengguguran kandungan akibat dari
korban pemerkosaan.
pergaulan bebas atau free sex;
Adapun upaya-upaya penanggu-
f. Pendekatan secara agama,
langan atau pencegahan tindak pidana
pengetahuan tentang apa dan
pengguguran kandungan (aborsi),
bagaimana abortus provocatus
dengan:
tersebut, yang merupakan suatu
tindakan yang membahayakan jiwa
a. Konsultasi kepada dokter atau ahli
si ibu dan lebih-lebih perbuatan
medis yang berkompeten pada
tersebut jelas-jelas dilarang oleh
bidangnya, baik langsung ataupun
agama apapun, khususnya kepada
tidak langsung (melalui sosial
para kalangan remaja yang banyak
media);
bersentuhan dengan masalah ini.
b. Sosialisasi atau penyuluhan di
Dengan memberi pengertian bahwa
tingkat Rukun Tetangga (RT) oleh
tindakan abortus provocatus adalah
aparatur desa bekerja sama dengan
suatu tindakan yang melanggar
dokter ataupun bidan sekitar yang
hukum, dan dijelaskan pula tentang
dilaksanakan pada saat kegiatan
sanksi yang akan diterima oleh
imunisasi atau penimbangan bayi;
mereka apapun dan bagaimanapun
c. Peningkatan kesempatan kerja untuk
alasannya;
menekan tingkat pengangguran,
g. Pengawasan orang tua, karena
karena akibat pengangguran
kurangnya pengawasan orang tua atau

150 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
dampak dari broken home (perceraian karena itu untuk setiap pelanggaran
orang tua) banyak anak-anak muda hukum yang dituduhkan padanya serta
terjerumus pada pergaulan bebas, dampak yang diderita olehnya ia berhak
dari penggunaan Narkoba ataupun pulauntuk mendapat perlindungan dari
Napza yang merupakan singkatan hukum yang diperlukan sesuai dengan
dari  narkotika,  psikotropika, asas hukum.
dan  zat adiktif, seks bebas (free sex) Selain itu juga disinggung hak
dan tindakan-tindakan lain yang reproduksi yang didasarkan pada
melanggar hukum.27 pengakuan hak asasi manusia bagi
setiap pasangan atau individu
Adapun upaya tambahan untuk untuk menentukan secara bebas dan
mengurai terjadinya seks bebas ataupun bertanggung jawab mengenai jumlah
pemerkosaan pada kalangan remaja anak, penjarakan anak, dan menentukan
pada saat ini yaitu dengan diberikannya kelahiran anak mereka, sebagaimana
pendidikan personal safety skills, diatur dalam Undang-undang Nomor
sebagaimana yang dijelaskan oleh Trini 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal
Handayani, bahwa ibu merupakan orang 71 ayat (2) dan Pasal 72. Pemahaman
yang bertanggungjawab terhadap pola kesehatan reproduksi tersebut termasuk
asuh anak yang diberikan pembekalan pula adanya hak-hak setiap orang untuk
tentang personal safety skills.28 memperoleh pelayanan kesehatan
reproduksi yang aman, efektif dan
terjangkau. Maka upaya kesehatan ibu,
D. PENUTUP dan janin di atur juga pada Peraturan
Perlindungan hukum terhadap Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
perempuan dan anak akibat tindak tentang Kesehatan Reproduksi, Pasal
pidana abortus provocatus criminalis, perlu 2 huruf a, b, dan c, serta pada Bab IV
mendapat perhatian melalui pengaturan tentang Indikasi Kedaruratan Medis dan
yang lebih bijak untuk menghindari Perkosaan Sebagai Pengecualian atas
praktik aborsi tidak aman dan pemenuhan Larangan Aborsi pada Pasal 31 sampai
hak reproduksi perempuan maupun hak dengan Pasal 39.
asasi perempuan dan anak (janin). Oleh

27
Tanti Kirana Utami, dan Aji Mulyana, Tanggung Jawab Dokter dalam Melakukan Aborsi Tanpa
Seijin Ibu Yang Mengandung Atau Keluarga dalam Perspektif Hukum Positif Di Indonesia, Jurnal
Hukum Mimbar Justitia Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2015, hlm. 513.
28
Trini Handayani, Peningkatan Ketahanan Keluarga melalui Optimalisasi Pola Asuh Maternalistik
dalam Pencegahan Kejadian Pedofilia,  Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum (Journal Of Law)  Volume 3,
Nomor 3, 2016, hlm. 547-564.

Jurnal Wawasan Yuridika 151


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Adapun upaya-upaya penanggu- DAFTAR PUSTAKA
langan atau pencegahan tindak pidana
pengguguran kandungan (aborsi), Annette Anasthasia Napitupulu.
dengan: 1) Konsultasi kepada dokter Pembaharuan Hukum Pidana
atau ahli medis yang berkompeten Terhadap Tindak Pidana Aborsi Di
pada bidangnya; 2) Sosialisasi atau Indonesia. Jurnal FH USU. Medan.
penyuluhan di tingkat Rukun Tetangga 2013.
(RT); 3) Peningkatan kesempatan kerja
untuk menekan tingkat pengangguran; Cucu Solihah & Trini Handayani, Kajian
4) Memasukan materi kesehatan Terhadap Tindakan Atas Jiwa Dan
reproduksi dalam kurikulum Bukan Jiwa (Aborsi) Menurut
pembelajaran di Sekolah Tingkat Hukum Pidana Islam Dan Hukum
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas Kesehatan. Jurnal Hukum FH
(SMA) ataupun sederajat, dan di tingkat UNSUR. Cianjur, Volume, V, Nomor,
Perguruan Tinggi (PT); 5) Mengadakan 04, Juni-Desember 2009.
penyuluhan atau seminar Dimulai di
sekolah atau perguruan tinggi untuk Dedi Mulyadi, Internalisasi Nilai-Nilai
memberitahukan seberapa bahayanya Ideologi Pancasila, Refika Aditama,
tindakan pengguguran kandungan Bandung, 2014.
akibat dari pergaulan bebas atau free
sex; 6) Pendekatan secara agama; dan 7) __________, Kebijakan Legislasi Tentang
Pengawasan orang tua.Adapun upaya Sanksi Pidana Pemilu Legislatif,
tambahan untuk mengurai terjadinya Gramata Publishing, Jakarta, 2012.
seks bebas ataupun pemerkosaan pada
kalangan remaja pada saat ini yaitu Hasnil Basri Siregar, Pengantar Hukum
dengan diberikannya pendidikan Indonesia, Penerbit Kelompok Studi
personal safety skills. Hukum dan Masyarakat Fakultas
Hukum USU, Medan, 1994.

Henny Nuraeny, Penyuluhan Hukum


Mengenai Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Bagi Guru
Bimbingan Konseling Dan Siswa/
Siswi Smk/Sma/Ma Se-Kabupaten
Cianjur, Journal of Empowerment,
Vol.  1, Nomor 1, 2017.

152 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Johnny Ibrahim, Teori & Metodelogi Yang Mengandung Atau Keluarga
Penelitian Hukum Normatif, Bayu dalam Perspektif Hukum Positif
Media Publishing, Malang, 2008. Di Indonesia, Jurnal Hukum Mimbar
Justitia  Volume 1, Nomor 2, Juli-
Koes Irianto, Kesehatan Reproduksi Desember 2015.
(Reproductive Health) Teori dan
Praktikum, Cv Alfabeta, Bandung, Trini Handayani, Perlindungan Dan
2015. Penegakan Hukum Terhadap
Kasus Kekerasan Seksual Pada
Masrudi Muchtar, Etika Profesi dan Hukum Anak.  Jurnal Hukum Mimbar
Kesehatan, Perspektif Bidan dalam Justitia, Vol. 2, Nomor 2, 2017.
Pelayanan Kebidanan Di Indonesia,
Pustaka Baru Press, Yogyakarta, _______________, Peningkatan
2016. Ketahanan Keluarga melalui
Optimalisasi Pola Asuh
M. Marwan, Kamus Hukum Dictionary Maternalistik dalam Pencegahan
Of Law Complete Edition, Reality Kejadian Pedofilia,  Padjadjaran
Publisher, Surabaya, 2009. Jurnal Ilmu Hukum (Journal Of
Law) Volume 3, Nomor3, 2016.
Mia Amalia, Kekerasan Perempuan
Dalam Perspektif Hukum Dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Sosiokultural,  Jurnal Wawasan Republik Indonesia (NKRI) Tahun
Yuridika Volume 25, Nomor 2, 2011. 1945 amandemen ke-4.

Moh. Hatta, Hukum Kesehatan Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946


Sengketa Medik, Liberty, Yoyakarta, tentang Kitab Undang-Undang
2013. Hukum Pidana.

Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981


Kehakiman Edisi Kedua, Gramedia tentang Kitab Undang-Undang
Pustaka Utama Jakarta, 1992. Hukum Acara Pidana.

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009


Tahun 2014 Tentang Kesehatan Tentang Kesehatan.
Reproduksi.
Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman
Tanti Kirana Utami, dan Aji Mulyana, Dalam Perspektif Peradilan dan
Tanggung Jawab Dokter dalam Aspek Hukum Praktik Kedokteran,
Melakukan Aborsi Tanpa Seijin Ibu Djambatan, Jakarta, 2007.

Jurnal Wawasan Yuridika 153


Vol. 1 | No. 2 | September 2017
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum
Pidana Di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2003.

Yesmil Anwar & Adang, Kriminologi,


Refika Aditama, Bandung, 2010.

Yuke Novia Langie, Tinjauan Yuridis


Atas Aborsi Di Indonesia (Studi
Kasus di Kota Manado), Jurnal Lex
et Societatis, Volume, II, Nomor 2,
Februari 2014.

Yuli Susanti, Perlindungan Hukum


Bagi Pelaku Tindak Pidana Aborsi
(Abortus Provocatus)

Korban Perkosaan, FH UNISBA.


Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum,
Volume. XIV. Nomor 2, September
2012-Februari 2013.

154 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 2 | September 2017

Anda mungkin juga menyukai