Anda di halaman 1dari 9

7 Miskonsepsi Umum tentang Luar Angkasa dan

Fakta Ilmiahnya
Ternyata tidak seperti di film-film fiksi ilmiah lho!

wired.com

Community Writer
Shandy Pradana
Share to Facebook Share to Twitter

Banyak kesalahpahaman tentang luar angkasa, dan produk fiksi seperti film atau komik malah
membenarkan fakta salah tersebut. Padahal ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum kita
benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi di atas sana.

Berikut 7 kesalahpahaman umum tentang luar angkasa dan fakta ilmiah di baliknya.
1. Kita akan meledak ketika berada di luar angkasa
tanpa setelan khusus

bbc.co.uk

Mungkin salah satu kesalahpahaman yang paling umum adalah bahwa kita akan meledak jika
berada di ruang hampa udara. Logikanya di sini adalah, karena tidak ada tekanan kita hanya akan
menggembung dan meletus, seperti balon yang terbang terlalu tinggi.

Pada kenyataannya, kita tidak akan "meletus" di luar angkasa — karena tubuh kita terlalu kuat
untuk itu. Mungkin kita akan sedikit kembung, tetapi tulang, kulit, dan organ-organ lain kita
cukup kuat untuk menahan tekanan tersebut, kecuali ada sesuatu yang secara aktif merobek
tubuh kita.

Bahkan, beberapa orang pernah terpapar di lingkungan bertekanan sangat rendah saat
mengerjakan misi luar angkasa. Pada tahun 1966, seorang pria menguji pakaian luar angkasa
ketika didekompresi pada ketinggian 120.000 kaki. Dia kehilangan kesadaran, tetapi tidak
meledak, dan kembali pulih setelah mendapatkan cukup istirahat.

2. Kita akan membeku jika berada di luar angkasa


tanpa setelan khusus
twitter.com

Ini juga menjadi salah satu kesalahpahaman yang sering diabadikan oleh film. Banyak film
berlatar luar angkasa yang akan memiliki adegan di mana salah satu karakter berada di luar
pesawat tanpa pakaian khususnya. Dia dengan cepat mulai membeku dan, kecuali berhasil
kembali ke dalam, berubah menjadi es dan mengapung.

Kenyataannya adalah kebalikannya, karena kita tidak akan membeku jika terkena ruang hampa
udara, melainkan akan kepanasan. Kita semua mungkin ingat diagram arus konveksi di kelas
sains. Air di atas sumber panas akan memanas, naik ke atas, menjadi dingin, tenggelam ke dasar,
lalu mengulangi proses ini dari awal lagi.

Hal itu terjadi karena air mentransfer panasnya ke udara di sekitarnya, yang menyebabkan air
berkontraksi, sehingga menjadi lebih padat dan tenggelam. Di luar angkasa, tidak ada yang bisa
memindahkan panas tubuh kita, sehingga tubuh akan terus bekerja dan menghasilkan panas.

Namun tentu saja, sebelum tubuh kita menjadi sangat panas, kita akan mati terlebih dahulu.

Baca Juga: 7 Penjelajahan Luar Angkasa Terbesar yang Pernah Dilakukan Manusia

3. Matahari mengeluarkan api


popsugar.com

Matahari adalah salah satu hal pertama yang kita pelajari tentang luar angkasa. Matahari adalah
bola api besar yang diputari oleh semua planet, terletak cukup jauh dari Bumi sehingga membuat
kita hangat, bukannya terbakar.

Mengingat bahwa kita tidak akan pernah ada jika bukan karena panas dan cahaya yang
dilepaskan oleh Matahari, mengejutkan bahwa begitu banyak dari kita memiliki kesalahpahaman
mendasar bahwa Matahari itu terbakar.

Dilansir dari laman Pop Sugar, Matahari adalah bola gas besar yang mengeluarkan energi cahaya
dan panas melalui fusi nuklir, yang terjadi ketika dua atom hidrogen bergabung dan membentuk
helium. Jadi, Matahari memang memancarkan cahaya dan panas, tetapi tidak ada api
konvensional di dalamnya.

4. Lubang hitam berbentuk terowongan


quora.com

Lubang hitam pada dasarnya "tidak terlihat", tetapi film sering memperlihatkan mereka seperti
pusaran malapetaka yang tidak berujung. Di dalam film, lubang hitam sering ditampilkan sebagai
objek 2D, berbentuk terowongan, dan menjadi pintu masuk ke dalam kehampaan lewat satu sisi
saja.

Namun dalam kehidupan nyata, representasi ini tidak dapat dibenarkan. Lubang hitam
sebenarnya adalah sebuah bola, dan tidak hanya satu sisi yang akan menarik kita — karena itu
seperti sebuah planet dengan banyak gravitasi. Jika kita mendekatinya di sisi mana pun, maka
kita akan langsung ditarik masuk ke dalamnya.

5. Pesawat yang masuk melewati atmosfer akan


terbakar
LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH

Editor’s Picks

 9 Benda Ini Harus Kamu Hancurkan Agar Tidak Dipakai Orang Lain
 Mengapa Parfum Ada Yang Wanginya Tahan Lama Dan Tidak? Simak Faktanya!

 10 Hewan Dengan Penampilan Paling Aneh, Ada Yang Seperti Manusia Pt. 2

cellcode.us

Kita semua pernah melihat cuplikan tentang pesawat luar angkasa yang memasuki kembali
atmosfer Bumi. Terlihat seperti perjalanan yang sulit, dan segala sesuatunya cenderung menjadi
sangat panas di permukaan pesawat tersebut.

Sebagian besar dari kita akan berpikir bahwa hal ini disebabkan karena gesekan antara pesawat
dan atmosfer, dan tampaknya menjadi penjelasan yang masuk akal. Namun yang benar adalah,
bahwa gesekan tersebut hanya mempengaruhi kurang dari satu persen pada panas yang
membakar pesawat tersebut.

Meskipun merupakan faktor penyebab, sebagian besar panas tersebut berasal dari kompresi.
Dilansir dari situs resmi NASA, saat pesawat meluncur kembali ke Bumi, udara yang dilaluinya
akan dikompresi dan terkumpul di sekitar pesawat.

Hal ini dikenal sebagai haluan busur. Udara di haluan busur terperangkap oleh pesawat luar
angkasa dan mendorongnya. Kecepatan yang tinggi menyebabkan udara memanas, sehingga
tidak ada waktu untuk dekompresi atau pendinginan.
Sebagian dari panas itu dipindahkan ke pesawat dan diserap oleh perisai panas. Bara yang kita
lihat dalam momen "masuk kembali" adalah udara di sekitar pesawat, bukan api yang membakar
pesawat.

6. Merkurius bukanlah planet terpanas di sistem


tata surya kita

pics-about-space.com

Merkurius adalah planet yang terdekat dengan Matahari, jadi wajar untuk mengasumsikan bahwa
itu adalah planet terpanas sistem tersebut. Hal itu bukan hanya tidak benar, karena nyatanya
Merkurius juga bisa menjadi sangat dingin.

Suhu terpanas di Merkurius bisa mencapai sekitar 427 derajat Celsius. Jika ini adalah suhu
konstan untuk seluruh planet sepanjang waktu, maka itu akan lebih dingin daripada Venus, yang
bersuhu 460 derajat Celcius di saat terpanasnya.

Universe Today menuliskan alasan mengapa Venus jauh lebih panas meskipun berada lebih jauh
dari Merkuris adalah, karena Venus memiliki atmosfer CO2 untuk menangkap panas, sedangkan
Merkurius tidak. Lalu alasan mengapa Merkurius bisa menjadi begitu dingin bukan dikarenakan
kurangnya atmosfer, tetapi karena rotasi dan orbitnya.
Untuk mengelilingi Matahari, Merkurius membutuhkan sekitar 88 hari Bumi, sedangkan rotasi
planet ini sekitar 58 hari Bumi. Itu berarti bahwa malam berlangsung 58 hari di planet ini,
memberi cukup banyak waktu untuk menurunkan suhu planet hingga -173 derajat Celsius.

7. Gravitasi nol di luar angkasa

scienceabc.com

Fakta ini memang terlihat benar, walau pada kenyataannya satelit, pesawat luar angkasa,
astronot, dan sebagainya tidak mengalami gravitasi nol. Gravitasi-nol sejati atau gravitasi-mikro,
nyaris tidak ada di mana pun di luar angkasa, dan tentu saja tidak ada manusia yang pernah
mengalaminya.

Kebanyakan manusia berpikir bahwa astronot dan segala sesuatu yang ada di antariksa akan
mengambang ketika sudah begitu jauh dari Bumi, karena mereka tidak lagi terpengaruh oleh
tarikan gravitasi. Padahal kenyataannya, keberadaan gravitasi lah yang membuat mereka
mengambang.

https://www.youtube.com/embed/qtQchbUgeLE

Ketika mengorbit Bumi atau benda langit lain yang memiliki gravitasi yang signifikan, sebuah
benda sebenarnya akan jatuh. Tetapi karena Bumi terus bergerak, hal-hal seperti wahana
antariksa tidak jatuh dan tetap mengambang.
Menurut NASA, hal ini dikarenakan gravitasi Bumi yang sedang mencoba untuk menarik
pesawat itu ke permukaan, tetapi Bumi terus bergerak, sehingga pesawat itu akan terus
"tertolak." Hal inilah yang menghasilkan ilusi gravitasi nol.

Para astronot juga akan jatuh di dalam pesawat, tetapi karena mereka bergerak dengan kecepatan
yang sama, mereka jadi terlihat mengambang. Fenomena yang sama bisa dialami di lift atau
pesawat yang jatuh.

Bahkan, adegan tanpa bobot untuk Apollo 13 difilmkan dalam sebuah pesawat jatuh yang
digunakan untuk melatih para astronot. Pesawat tersebut naik sampai ketinggian 30.000 kaki
sebelum "terjun bebas" yang memungkinkan untuk mengalami 23 detik "gravitasi nol."

Meskipun berlangsung kurang dari satu menit, hal itu persis seperti yang dialami astronot saat
berada di luar angkasa.

Nah, itu tadi 7 miskonsepsi umum tentang luar angkasa dan fakta ilmiah di baliknya. Ternyata
luar angkasa selalu menyimpan banyak misteri dan pengetahuan baru yang bisa kita pelajari
secara ilmiah

Anda mungkin juga menyukai