Anda di halaman 1dari 7

RMK “TEORI KONTINGENSI KEPEMIMPINAN”

ANALISIS TOKOH NASIONAL PEMIMPIN BANGSA

“MUHAMMAD YAMIN”

(MATERI 7)

NAMA : RAFAEL DARRYLANDA PRATAMA AJI

NIM : 1707521152

ABSEN : 25

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2019
PENDAHULUAN

Tokoh pemimpin yang saya akan analisis adalah salah satu tokoh pahlawan nasional
pemimpin bangsa yakni Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. Beliau lahir di Talawi, Sawahlunto,
Sumatra Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun.
Beliau adalah seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah
dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Beliau merupakan salah satu perintis puisi
modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang
mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.

Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia


merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing
berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima
istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-
saudara Yamin antara lain: Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro,
seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain
itu sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS)


Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta.
Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti
Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden,
Belanda harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani
kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten
(Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
ANALISIS TOKOH PEMIMPIN

“TEORI KONTINGENSI KEPEMIMPINAN”

7.1 TEORI KONTIGENSI

Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena
teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori
kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya
pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin.

Model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada
aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku
dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967)
disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi
pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan
(leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor
ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan
antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure)
dan kekuatan posisi (position power).

• Gaya kepemimpinan Fiedler :


1. Kepemimpinan berorientasi-tugas
2. Kepemimpinan berorientasi-hubungan

• Faktor-faktor situasional :
1. Hubungan pemimpin-anggota
2. Struktur tugas
3. Position power

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin
itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk
pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi
dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai
sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya
diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari
tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana
pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan
penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions)

7.2 MODEL KONTIGENSI

Karakteristik situasi kepemimpinan yang paling penting terdapat dalam tiga model, yaitu:

 Leader-Member Orientation
Hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya. Jika sebuah organisasi
memiliki situasi leader-member orientation yang baik, itu berarti anggota menyukai,
mempercayai, dan menghargai pemimpin. Hal ini dianggap efektif dalam kepemimpinan
sebuah organisasi.

 Task Structure
Tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota
organisasi. Semakin terstrukturnya tugas maka pemimpin akan semakin memiliki pengaruh
besar dalam sebuah organisasi.

 Kekuasaan Jabatan

Tingkat hukuman, penghargaan, kenaikan pangkat,disiplin, teguran yang dapat


diberikan pemimpin kepada anggotanya. Pemimpin mempunyai kekuasaan besar dalam sebuah
organisasi apabila ia mampu memberikan penghargaan dan menjatuhkan hukuman bagi yang
melakukan kesalahan.

7.3 PATH GOAL THEORY

Teori ini termasuk teori perilaku kepemimpinan dan teori harapan dalam motivasi.
Menurut pendapat Robert House dan kawan-kawannya perilaku pimpinan itu dilihat oleh
bawahannya dalam usahanya untuk mengarahkan pada tujuannya: kegiatan tugas dan
kepuasan. Menjelaskan dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan berkaitan sendirinya
dengan menolong karyawan memfokuskan pada harapannya, alat imbalan dan nilai di dalam
situasi kerja. Pada akhirnya pimpinan harus mengetahui apa yang diinginkan oleh bawahannya
dalam situasi tugas tertentu dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Teori ini menganggap pimpinan itu bersifat fleksibel didalam
memilih gaya kepemimpinan tertentu dari empat kemungkinan sebagai berikut :

1. Pimpinan direktif (Directive Leaders)


Tugas-tugas yang telah di tetapkan untuk karyawan, dengan tanggung jawab tertentu,
pengawasan yang ketat, imbalan dan hukuman untuk mengawasi perilaku mereka. Gaya
kepemimpinan ini baik jika tugas-tugas tidak terstruktur yang menimbulkan kebingungan dan
frustasi. Gaya ini juga kehendaki jika bawahan mengharapkan pimpinan memberikan petunjuk
yang berhubungan dengan pekerjaan, informasi dan bantuan tehnik.

2. Pimpinan suportif (Supportive Leaders)


Pimpinan disini bersahabat, penuh pendekatan dan memperhatikan kepentingan orang
lain. Gaya ini cocok jika tugas-tugas terstruktur dengan baik sekali. Bila tugas-tugas pekerjaan
itu kurang memuaskan, karyawan mengharapkan pimpinannya dapat mempergunakan rapat
atau minum kopi di kafetaria sebagai tempat menolong kepuasaan mereka dalam kebutuhan
sosial.

3. Pimpinan partisipatif (Participative Leaders)


Gaya ini mendorong karyawan untuk berpartisipasi di dalam menentukan tugas-tugas
dan menyelesaikan persoalan. Gaya ini cocok jika tugas-tugas begitu kompleks dan saling
berhubungan sehingga memerlukan kerjasamayang tinggi diantara karyawan. Gaya ini juga
cocok kalau karyawan mempunyai keahlian dan pengetahuan,mereka puas karena mempunyai
kekuasaan dan pengawasan sendiri.

4. Pimpinan yang beroerientasi pada prestasi (Achievement-oriented leadership)


Gaya ini sebagai kelanjutan dari kepemimpinan partisipatif yang menekankan pada
penentuan tujuan. Dibawah pendekatan ini pimpinan memimpin karyawan dengan menetapkan
tugas-tugas yang menantang dengan mengharapkan mereka mencapai tugas-tugas ini.
Sepanjang karyawan ingin mencapai tujuannya, mereka bebas memimpin tugas mereka.
Pendekatan ini cocok untuk individu yang ingin mencapai prestasi yang tinggi.
7.4 TEORI PENGGANTI KEPEMIMPINAN

Teori pengganti kepemimpinan mengenali aspek-aspek situasi yang membuat perilaku


kepemimpinan itu berlebihan atau tidak teledan. Beragam karakteristik dari bawahan, tugas
dan organisasi berfungsi sebagai pengganti bagai kepemimpnan dan atau netraliastor dari
pengaruhnya. Model berbagai hubungan menjelaskan bagaimana seorang pemimpin dapat
mempengaruhi variabel yang mengganggu untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Kinerja
dari sebuah kelompok atau subunit organisasi adalah paling tinggi saat anggotanya memiliki
keterampilan dan memotivasi tugas yang tinggi, teratur secara efisien dan kerja sama yang
tinggi antara anggota, tersedianya sumber daya yang mmemadai dan aktivitas unit terpengaruh
oleh beragamm variabel situasional selain oleh tindakan pemimpin.

7.5 TEORI SUMBER DAYA KOGNITIF

Teori sumber daya kognitif menguji kondisi di mana sumber daya kognitif seperti
kecerdasan dan pengalaman berhubungan dengan kinerja kelompok. Variabel situasional
seperti tekanan antar pribadi, dukungan kelompok dan kerumitan tugas menentukan apakah
kecerdasandan pengalaman seorang pemimpin memmperkuat kinerja kelompok.Sebuah
keterbatasan dari teori kontingensi adalah kurangnya perhatian yang cukup bagibeberapa
proses kepemimpinan yang mengubah cara para pengikut memandang diri merekasendiri dan
pekerjaan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Peter G. Northouse. 2013. KEPEMIMPINAN. Edisi Keenam. PT Indeks, Jakarta.

Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks Gramedia

Anda mungkin juga menyukai