Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan
y a n g a b n o r m a l y a n g disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya
tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006)
S T T a d a l a h S u a t u b e n j o l a n a t a u p e m b e n g k a k a n y a n g a b n o r m a l di
dalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang.

2. Anatomi Fisiologi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, dan jaringan lemak
Menurut Pearce (2010), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut:
1. Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi
bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama
dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil
oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil 2.
2. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai
yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis. 3.
3. Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan
serabut elastis.

3. Etiologi
1. Kondisi genetik Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

4. Manifestasi Klinis\
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak
terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf
saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut
dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa
nyeri atau bengkak, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.

5. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal
tubuh.Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di
badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di
lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi
atas 4 fase yaitu:
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

6. Fathways

kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya Inflamasi Terputusnya kontinuitas Adanya luka post op


jaringan
Perubahan Fisik peradangan Pada Tempat Masuknya
Menstimulasi respon Kulit Mikroorganisme
A'natomi kulit abnormal Nyeri
Bercak-bercak Resti Infeksi
Kurang pengetahuan Merah
Nyeri

Cemas Kerusakan
Integritas Kulit
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray X-ray
untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak,
transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-
samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1. Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan untuk
mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik 2
2. Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan
lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Pembedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang,
sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker
dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber
dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal.
Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi
setelah dilakukan operasi.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no rm,
diagnose medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab,
alama, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
b. Status Kesehatan
 Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian paha, nyeri bertambah apabila beraktivitas
berat, adanya nyeri tekan pada daerah benjolan.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya benjolan besar dan nyeri pada daerah benjolan.
 Riwayat Penyakit
Dahulu Awalnya hanya benjolan kecil, lama-lama benjolan bisa bertambah
besar dan muncul nyeri
 Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat keluarga, karena biasanya penyakit ini merupakan penyakit
genetik
c. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital
TD : biasanya normal
N : biasanya normal
R : biasanya normal
S : biasanya normal
 Pemeriksaan Head to Toe –
 Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas -
 Mata
Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi : Tidak ada gangguan
 Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada gangguan -
 Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
 Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada benjolan -
 Dada
Inspeksi : Simetris Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada gangguan
Perkusi : Sonor
 Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : Timpani -
 Genetalia dan Anus
Inspeksi : Bersih -
 Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris Palpasi : Tidak ada gangguan -
 Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris, ada benjolan
Palpasi : Nyeri tekan
B. Intervensi keperawatan
PERENCANAAN

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
a. Gelisah mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih menunjukkan tehnik untuk mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri mengontrol cemas prosedur tindakan
g. Kekhawatiran c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas R/ mengurangi
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya kecemasan - Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi
nonverbal tehnik nonfarmakologi R/ mengetahui tindakan
b. Fakta dari untuk mengurangi nyeri, dan obat yang akan
observasi mencari bantuan) diberikan
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari berkurang dengan nonverbal dari
nyeri) menggunakan manajemen ketidaknyamanan
d. Gerakan nyeri R/ mengetahui tingkat
melindungi c. Mampu mengenali nyeri nyeri pasien
e. Tingkah laku (skala, intensitas, - Gunakan teknik
berhati-hati frekuensi dan tanda nyeri) komunikasi terapeutik
f. Muka topeng d. Menyatakan rasa nyaman untuk mengetahui
(nyeri) setelah nyeri berkurang pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur e. Tanda vital dalam rentang pasien
(mata sayu, normal R/membantu pasien
tampak capek, mengungkapkan
sulit atau gerakan perasaan nyerinya
kacau, - Evaluasi bersama
menyeringai) pasien dan tim
h. Terfokus pada kesehatan lain tentang
diri sendiri ketidakefektifan
i. Fokus menyempit kontrol nyeri masa
(penurunan lampau
persepsi waktu, R/untuk memberikan
kerusakan proses intervensi yang tepat
berpikir, - Kontrol lingkungan
penurunan yang dapat
interaksi dengan mempengaruhi nyeri
orang lain dan seperti suhu ruangan,
lingkungan) pencahayaan dan
j. Tingkah laku kebisingan
distraksi, contoh R/membantu
jalan-jalan, mengurangi nyeri
menemui orang pasien
lain dan atau - Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri
perubahan (farmakologi, non
tekanan darah, farmakologi dan inter
perubahan nafas, personal)
nadi dan dilatasi R/ membantu
pupil mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan pasien
otonom dalam - Kaji tipe dan sumber
tonus otot nyeri untuk
(mungkin dalam menentukan intervensi
rentang dari R/ memberikan
lemah ke kaku) intervensi yang tepat
m. Tingkah laku - Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh non farmakologi
gelisah, merintih, R/mengurangi nyeri
menangis, dengan cara
waspada, iritabel, pengobatan non
nafas farmakologis
panjang/berkeluh - Berikan analgetik
kesah untuk mengurangi
n. Perubahan dalam nyeri
nafsu makan dan R/ nyeri dapat
minum berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor Yang kontrol nyeri
Berhubungan : R/ nyeri terkontrol
Agen injury (biologi, - Tingkatkan istirahat
kimia, fisik, R/ menguragi nyeri
psikologis) b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous Membranes a. Wound care
dengan adanya luka Wound Healing :primary and - Anjurkan pasien
post operasi secondary intention untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Batasan karakteristik Kriteria Hasil : R/ menjaga integritas
: a. Integritas kulit yang baik kulit pasien
a. Gangguan pada bisa dipertahankan - Jaga kulit agar tetap
bagian tubuh (sensasi, elastisitas, bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa temperatur, hidrasi, R/agar kulit tetap
kulit (dermis) pigmentasi) lembab
c. Gangguan b. Tidak ada luka/lesi pada - Hindari kerutan pada
permukaan kulit kulit tempat tidur
(epidermis) c. Perfusi jaringan baik R/ menjaga integritas
d. Menunjukkan pemahaman kulit tetap baik
Faktor yang dalam proses perbaikan - Mobilisasi pasien
berhubungan : kulit dan mencegah (ubah posisi pasien)
terjadinya sedera berulang setiap dua jam sekali
Eksternal : e. Mampu melindungi kulit R/ membantu agar
a. Hipertermia atau dan mempertahankan pasien nyaman
hipotermia kelembaban kulit dan - Monitor kulit akan
b. Substansi kimia perawatan alami adanya kemerahan
c. Kelembaban f. Tidak ada tanda-tanda R/ mengetahui kondisi
udara infeksi integritas kulit
d. Faktor mekanik g. Menunjukkan terjadinya - Oleskan lotion atau
(misalnya : alat proses penyembuhan luka minyak/baby oil pada
yang dapat derah yang tertekan
menimbulkan luka, R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint) terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik luka baru
f. Radiasi - Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit R/ membantu pasien
i. Obat-obatan agar bisa mobilisasi
- Monitor status nutrisi
Internal : pasien
a. Perubahan status R/ mengawasi pasien
metabolik agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol nutrisi
c. Defisit imunologi - Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang hangat
berhubungan : R/mempertahankan
a. Gangguan personal higyene
sirkulasi pasien
b. Iritasi kimia - Observasi luka
(ekskresi dan :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh, kedalaman luka,
medikasi) karakteristik, warna
c. Defisit cairan, granulasi,
cairan,kerusakan jaringan nekrotik,
mobilitas fisik, tanda-tanda infeksi
keterbatasan lokal.
pengetahuan, R/ menguragi tanda-
faktor mekanik tanda infeksi
(tekanan, - Lakukan teknik
gesekan) perawatan luka
kurangnya nutrisi, dengan steril
radiasi, faktor R/mencegah adanya
suhu (suhu yang infeksi
ekstrim)

4. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)
luka post operasi control - Bersihkan lingkungan
c. Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : lain
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari tanda dan infeksi
pengetahuan gejala infeksi - Pertahankan teknik
untuk b. Mendeskripsikan proses isolasi
menghindari penularan penyakit, factor R/ menurunkan resiko
paparan patogen yang mempengaruhi kontminasi silang
c. Trauma penularan serta - Batasi pengunjung bila
d. Kerusakan penatalaksanaannya, perlu
jaringan dan c. Menunjukkan R/ menurunkan resiko
peningkatan kemampuan untuk infeksi
paparan mencegah timbulnya - Instruksikan pada
lingkungan infeksi pengunjung untuk
e. Ruptur membran d. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
amnion batas normal berkunjung dan setelah
f. Agen farmasi e. Menunjukkan perilaku berkunjung
(imunosupresan) hidup sehat meninggalkan pasien
g. Malnutrisi R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan kontaminasi silang
paparan - Gunakan sabun
lingkungan antimikrobia untuk cuci
patogen tangan
i. Imonusupresi R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan pada organisme
imun buatan infeksius
k. Tidak adekuat - Cuci tangan setiap
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan lingkungan
inflamasi) aseptik selama
l. Tidak adekuat pemasangan alat
pertahanan tubuh R/ mempertahankan
primer (kulit tidak teknik steril
utuh, trauma - Tingkatkan intake
jaringan, nutrisi
penurunan kerja R/ membantu
silia, cairan tubuh meningkatkan respon
statis, perubahan imun
sekresi pH, - Berikan terapi
perubahan antibiotik bila perlu
peristaltik) R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka

C. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
4. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilaksanakan

E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya
menurut Nursalam (2008) sebagai berikut
A. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
B. Mengidentifikasi, mengugkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol
cemas
C. Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
D. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
E. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
F. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
G. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2007). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2009).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai