Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang tergolong berat
dan berstadium lanjut dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin diterima oleh
pasien. Maka kondisi pasien tersebut akan mengalami sebuah goncangan yang hebat.
Kematian adalah salah satu jawaban pasti bagi para pasien terminal illness.
Berjalannya waktu baik itu pendek atau panjang.

Bagi para pasien terminal illness adalah hari hari yang sangat menyiksa
karena harus menantikan kematian. Menurut Dadang Hawari (1977,53) adalah
“orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami krisis kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian
khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi berat, perasaan marah
akibat ketidakberdayaan dan keputus asaan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan
spiritual dapat meningkatan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan
sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang
kekal.

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan guna menolong orang yang


sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga
menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab
kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa resiko
kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya
menghindari. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi

1
keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara
tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern.

Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam
diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan
sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja
yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan
penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan
demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah swt selalu menciptakan
selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada
hikmah atau pelajaran dibalik itu semua. (Q.S.Shaad:27)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sakaratul maut ?
2. Bagaimana gambaran sakaratul maut dalam alquran ?
3. Bagaimana gambaran sakaratul maut dalam hadits ?
4. Apa saja tanda tanda klinis sakaratul maut ?
5. Bagaimana langkah langkah seseorang dalam mendampingi pasien sakaratul
maut ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang laras ilmiah dan
ragam bahasa.
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengerti tentang sakaratul maut.


b. Mahasiswa mengerti tentang gambaran sakaratul maut dalam alquran.
c. Mahasiswa mengerti tentang gambaran sakaratul maut dalam hadits.
d. Mahasiswa mengerti tentang tanda tanda klinis sakaratul maut.
e. Mahasiswa mengerti langkah langkah seseorang dalam mendampingi pasien

2
sakaratul maut.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari bab I; pendahuluan, bab II;
tinjauan pustaka, bab III; penutup.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Tentang Sakaratul Maut

Istilah sakaratul maut berasal dari bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”.
Sakarat dapat diartikan dengan “mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian.
Dengan demikian, sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-
masa kematiannya.

Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi


kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakaratul maut dan
kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu
fenomena tersendiri. Kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut
merupakan akhir dari hidup.

B. Gambaran Sakaratul Maut Dalam Al-Quran


1. Dalam Al quran Surah Al Anfal ayat 50

َ َ‫ون ُو ُجو َه ُه ْم َوأ َ ْدب‬


‫ار ُه ْم َوذُوقُوا‬ ْ َ‫ِين َكفَ ُروا ۙ ا ْل َم ََلئِكَةُ ي‬
َ ُ‫ض ِرب‬ َ ‫َولَ ْو ت َ َر ٰى إِ ْذ يَتَ َوفَّى الَّذ‬
‫يق‬ َ َ ‫عذ‬
ِ ‫اب ا ْل َح ِر‬ َ

Artinya : Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang
orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata
“rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan
merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).

4
2. Dalam Al quran Surah Al An’am ayat 93

ِ ُ ‫َّللاِ َك ِذبًا أ َ ْو قَا َل أ‬


‫وح َي إِلَ َّي َولَ ْم يُو َح إِ َل ْي ِه ش َْي ٌء َو َم ْن‬ َّ ‫علَى‬ ْ ‫َو َم ْن أ َ ْظلَ ُم ِم َّم ِن‬
َ ‫افت َ َر ٰى‬
‫ت ا ْل َم ْوت‬ َ ‫ون فِي‬
ِ ‫غ َم َرا‬ َ ‫ظا ِل ُم‬ َّ ‫سأ ُ ْن ِز ُل ِمثْ َل َما أ َ ْن َز َل‬
َّ ‫َّللاُ ۗ َولَ ْو ت َ َر ٰى إِ ِذ ال‬ َ ‫قَا َل‬
َ َ ‫عذ‬
ِ ‫اب ا ْل ُه‬
‫ون ِب َما ُك ْنت ُ ْم‬ َ ُ‫ِيه ْم أ َ ْخ ِر ُجوا أ َ ْنف‬
َ ‫س ُك ُم ۖ ا ْل َي ْو َم تُجْ َز ْو َن‬ ِ ‫طو أ َ ْيد‬ُ ‫س‬ ِ ‫َوا ْل َم ََل ِئكَةُ َبا‬
ْ َ ‫ق َو ُك ْنت ُ ْم ع َْن آ َيا ِت ِه ت‬
َ ‫ست َ ْك ِب ُر‬
‫ون‬ ِ ‫غ ْي َر ا ْل َح‬
َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫ع َلى‬ َ ‫ون‬َ ُ‫تَقُول‬
Artinya : Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan
kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya,
dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang
diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut,
sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
“Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’am :93).

C. Gambaran Sakaratul Maut Dalam Hadits


1. “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR
Tirmidzi)
2. “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap
di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa
membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
3. “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut
seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga
ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan
meninggalkan yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)
4. “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara
sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya
kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian
sendiri.” (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan)

5
5. “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan
menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat
merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf,
persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.” ( Imam
Ghozali)

D. Tanda Tanda Klinis Sakaratul Maut


1. Kehilangan tonus otot
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan, dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai : nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsb.
d. Penurunan control spinkter urinary dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam sirkulasi
a. Kemunduran dalam sensasi
b. Cyanosis pada daerah ekstremitas
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga, dan
hidung.
3. Perubahan perubahan dalam tanda tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah
b. Tekanan darah menurun
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur.
4. Gangguan sensoria
a. Penglihatan kabur
b. Adanya gangguan penciuman dan perabaan.

E. Langkah Langkah Seseorang Dalam Mendampingi Pasien Sakaratul Maut


1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka
kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem.
Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka

6
kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada
sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik. Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat
seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya
dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata :
Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka
kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini
menunjukkan bahwa kebaikan apapun juga berada ditangannya.
2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau
minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas
yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit
yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air
dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang
yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya
dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu
Qudamah).
3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat.
Perawat muslim dalam mengajarkan atau mengingatkanya kalimah
laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Dalam keadaan yang seperti itu
peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi
kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan
Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan
(membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana
Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim.
“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat
Laailahaillallah karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju
surga”.

7
Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati
diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa,
kamu lihat .
4. Menghadapkannya ke arah kiblat
Caranya jika ia berbaring, maka lambung kanannya diarahkan ke
lantaiDisunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut
kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari
hadits Rasulullah Saw. Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan
bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah
menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:
a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya
dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit
agar ia menghadap kearah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini
sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit
atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang
membuatnya selesai.
5. Membacakan Surah Yasin
Berdasarkan hadits yang di riwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’I,
dan oleh Hakim dan Ibnu Hibban yang menyatakannya sah dari Ma’qil bin
Yasar: ”Yasin adalah jantung Al-Qur’an, dan tidak seorang pun yang
membacanya dengan mengharapkan keridhaan Allah swt dan pahala akhirat,
kecuali ia akan diampuni-Nya. Dan bacakanlah ia kepada manusia, yakni orang
yang hendak meninggal diantaramu !”. Menurut Ibnu Hibban : “Mauta
maksudnya ialah orang yang telah dekat ajalnya, jadi maksudnya bukan
dibacakan kepada mayat (orang yang telah meninggal dunia)”.
6. Mendo’akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh.
Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim
Rasulullah SAW bersabda:

8
“Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah
kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap
apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah
bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu,
maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang
keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan
terhadap apa yang kamu ucapkan.”
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport
mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan
yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang
terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi


kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakaratul maut dan
kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu
fenomena tersendiri. Kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut
merupakan akhir dari hidup.

Gambaran sakaratul maut dalam Al Quran di jelaskan dalam Surah Al Anfal


ayat 50, dan Surah Al An’am ayat 93. Sedangkan gambaran sakaratul maut dalam
hadits dijelaskan pada HR Tirmidz, HR Bukhari, Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah
saw, HR.Imam Ghozali.

Tanda tanda klinis sakaratul maut adalah kehilangan tonus otot, kelambatan
dalam sirkulasi, perubahan perubahan dalam tanda tanda vital, dan gangguan
sensoria. Langkah langkah seseorang dalam mendampingi pasien sakaratul maut
adalah membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut, mengajarkannya atau
mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat, menghadapkannya ke arah
kiblat, membacakan Surah Yasin, dan mendo’akannya agar dosanya diampunin dan
dimudahkan keluarnya ruh.

10
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:
1. Mahasiswa.
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan. Dengan
usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/425812312/Agama-Makalah-Manajemen-Sakaratul-
Maut-Kel-4

https://keperawatanreligionrafianti.wordpress.com/

http://www.jadipintar.com/2013/10/Tata-Cara-Membimbing-Orang-Yang-Sedang-
Sakaratul-Maut.html

12

Anda mungkin juga menyukai