TINJAUAN PUSTAKA
Tata letak merupakan suatu proses perancangan dan pengaturan tata letak fasilitas fisik
seperti mesin atau peralatan, lahan, bangunan, dan ruanguntuk mengoptimalkan keterkaiatan
antara pekerja, aliran bahan, aliran informasi dan metode yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuanperusahaan secara efisien, ekonomis, dan aman. Menata tata letak pabrik adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan
eratdengan industri manufaktur, dan penggambaran hasil rancangan dikenal sebagai tata letak
pabrik. Untuk pabrik atau perusahaan harus dilakukanevaluasi tata letak.
Tata letak (layout) atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada merupakan
landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik
akan ikut menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup
ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Tata letak fasilitas produksi mempunyai dampak tehadap
proses oprasi perusahaan, terutama dalam hal ditinjau dari segi kegiatan atau proses produksi salah
satunya perpindahan material dari satu unit ke unit lainya, sampai material tersebut menjadi barang
jadi. Hal ini terlihat aktivitas pemindahan (movement) sekurang-kurangnya satu dari tiga elemen
dasar sistem produksi, meliputi bahan baku, orang (pekerja) dan peralatan produksi. Bahan baku
akan lebih sering dipindahkan mulalui beberapa tahap untuk di proses, sampai akhirnya
dipindahkan ke unit pengudangan barang jadi. Oleh karena itu perlu adanya suatu pertimbangan
bagaimana membuat atau mendesain tata letak fasilitas yang lebih efektif dan efesien.
Tata Letak Proses (Process Layout) Tata letak berdasarkan proses, sering dikenal dengan process
atau functional layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan
kesamaan tipe atau fungsinya. Mesin-mesin yang digunakan tata letak proses berfungsi umum
(general purpose). Tata letak proses umumnya digunakan untuk industri manufaktur yang bekerja
dengan volume produksi yang relatif kecil dan jenis produk yang tidak standar . Keuntungan dari
penggunaan tata letak proses yaitu (Chandra, 2011):
1. Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan peralatan produksi lainnya.
2. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup mengerjakan berbagai macam
jenis dan model produk.
3. Kemungkinan adanya aktivitas pengawasan yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi
pekerjaan.
4. Pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan baik terutama untuk pekerjaan yang sukar dan
butuh ketelitian tinggi.
5. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara memindahkan prosesnya ke
mesin lain tanpa banyak menimbulkan hambatan yang signifikan. Keterbatasan dari tata letak
proses antara lain :
Tata letak posisi tetap, sering dikenal dengan fixed material location atau fixed position
layout, adalah metode pengaturan dan penempatan satsiun kerja dimana material atau komponen
utama akan tetap pada posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia,
serta komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama tersebut . Keuntungan dari tata
letak posisi tetap yaitu (Chandra, 2011):
1. Karena banyak bergerak adalah fasilitas produksi maka perpindahan material bisa
dikurangi.
2. Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan produksi, maka kontinyuitas
operasi dan tanggung jawab kerja bisa tercapai dengan sebaik- baiknya. Kesempatan untuk
melakukan pengkayaan kerja (job enrichment) dengan mudah bisa diberikan, selain itu
juga dapat meningkatkan kebanggaan dan kualitas kerja karena dimungkinkan untuk
menyelesaikan pekerjaan secara penuh (“do the whole job”). 4. Fleksibilitas kerja tinggi.
Tata letak jenis ini didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang akan
dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok- kelompok berdasarkan langkah-langkah
pemrosesan, bentuk, mesin, atau peralatan yang dipakai dan sebagainya. Disini pengelompokan
tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir seperti halnya pada tipe product layout
(Chandra, 2011).
Beberapa keuntungan dari tata letak teknologi kelompok dibandingkan dengan tata letak
yang lain adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan waktu setup. Suatu sel manufaktur dirancang untuk mengerjakan part-part
yang memiliki kesamaan bentuk ataupun proses. Pada sel tersebut, part-part dapat
dikerjakan dengan menggunakan alat bantu (fixture) yang sama, sehingga waktu untuk
mengganti alat bantu maupun peralatan lainnya dapat dikurangi.
2. Pengurangan ukuran lot. Jika waktu setup dapat dikurangi, maka ukuran lot yang kecil
menjadi mungkin dan ekonomis. Ukuran lot yang kecil juga dapat membuat aliran
produksi lebih lancar.
3. Pengurangan work-in-process (WIP) dan persediaan barang jadi. Jika waktu setup dan
ukuran lot menjadi kecil maka jumlah WIP dapat dikurangi. Part- part dapat diproduksi
menggunakan konsep just-in-time (JIT) dengan ukuran lot yang kecil sehingga waktu
penyelesaiannya lebih cepat.
4. Pengurangan waktu dan ongkos material handling (OMH). Pada tata letak seluler, tiap
part diproses seluruhnya dalam satu sel (jika dimungkinkan). Oleh karena itu, waktu dan
jarak perpindahan part antar sel lain menjadi minimal.
5. Perbaikan kulitas produk. Oleh karena part-part berpindah dari stasiun kerja satu ke
stasiun kerja yang lainnya dalam unit yang tunggal dan diproses dalam area yang relatif
kecil, maka penjadwalan dan pengendalian job akan lebih mudah. Masukan terhadap
perbaikan akan lebih cepat dan proses dapat dihentikan jika terjadi kesalahan (Chandra,
2011).
Gambar 3. Tata Letak Teknologi
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi.
Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang
diimplementasikan. Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material
handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga yang berbeda.
Semua peralatan material handling diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe diantaranya trucks,
conveyors, cranes dan hoists (Taufiq Rochman, 2010).
Material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling),
pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), dan pengawasan
(controlling), dari material dengan segala bentuknya . Kenyamanan dari pekerja sudah terbukti
sangat menunjang tingkat produktivitas pekerja, dengan demikian para penanggung jawab
keselamatan dan kesehatan kerja harus memikirkan faktor-faktor bahaya biomekanika, sebaiknya
aktivitas manual material handling tidak membahayakan pekerja dan tidak menimbulkan rasa sakit
pada pekerja ( Eli Mas’idah, 2009).
Pemindahan Material Secara Tekins Beberapa pemindahan material secara teknis dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut ( Eli Mas’idah, 2009):
a. Memindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan
menggunakan roller (ban berjalan).
b. Menggunakan meja yang dapat digerakkan naik-turun untuk menjaga agar bagian
permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam
ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin.
c. Menempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan menurunkan
dengan bantuan gaya grafitasi.
d. Menggunakan peralatan yang mengangkat, misalnya, pada ujung belakang truk untuk
memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak diperlukan lagi alat angkat
(crane).
e. Merancang Overhead Monorail dan Hoist diutamakan yang menggunakan power (tenaga)
baik untuk gerakan vertikal maupun horisontal.
f. Mendesain kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handle yang ergonomis sehingga
mudah pada waktu mengangkat.
g. Mengatur peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada
ketinggian permukaan pinggang.
Kegitan pemindahan bahan merupakan kegitan yang membutuhkan biaya dan ikut mempengaruhi
struktur biaya produksi, sehingga perlu dilakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian serta
perbaikan agar tujuan kegiatan pemindahan bahan itu sendiri dapat tercapai yaitu: (Taufiq
Rochman, 2010)
1. Meningkatkan kapasitas produksi; Peningkatan kapasitas produksi ini dapat dicapai melalui:
2. Mengurangi limbah buangan (waste); Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan
pemindahan bahan harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
3. Memperbaiki kondisi area kerja; Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan
ini, dengan cara:
4. Memperbaiki distribusi material; Dalam hal ini, kegiatan material handling memiliki sasaran:
a. Mengurangi terjadinya kerusakan terhadap produk selama proses pemindahan bahan dan
pengiriman.
b. Memperbaiki jalur pemindahan bahan.
c. Memperbaiki lokasi dan pengaturan dalam fasilitas penyimpanan.
d. Meningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman barang dan penerimaan.
e. Mengurangi biaya
c. Peningkatan produktivitas.
Ongkos material handling cukup besar dan terjadi secara terus menerus disamping juga
termasuk dalam klasifikasi ongkos variabel. Material handling pada dasarnya merupakan kegiatan
yang tidak produktif yaitu dalam arti tidak memberikan nilai tambah apaapa dari material yang
dipindahkan. Ongkos material handling dapat dengan mudah dihitung. Biasanya ongkos material
handling akan proporsinal dengan jarak pemindahan material. Ongkos material handling seringkali
akan sangat dipengaruhi oleh relayout-nya sendiri (Joko Susetyo, 2007).
Secara umum biaya yang termasuk dalam perancangan dan operasi sistem penanganan
material pada proses produksi genting adalah biaya investasi (termasuk harga pembelian peralatan,
harga komponen alat bantu, dan biaya instalasi), biaya operasi (perawatan mesin, bahan bakar dan
tenaga kerja) dan biaya transportasi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan ongkos
material handling adalah alat angkut yang digunakan (tenaga manusia-manual, tenaga manusia-
semi otomatis, dan mesin otomatis) serta jarak pengangkutan dengan frekuensi perpindahannya.
Ongkos material handling (OMH) dihitung dengan mengkalikan total jarak perpindahan dan
frekuensi perpindahan dengan biaya angkut material handling per meter (BAM). Persamaan untuk
menghitung BAM dan OMH terdapat pada persamaan (1) dan (2). Biaya angkut material handling
per meter dapat dihitung dengan persamaan berikut (Dede Muslim, 2018) :
∑ BOM
𝐵𝐴𝑀 = ∑ r ×hk (1)
Keterangan:
BAM = biaya angkut material handling per meter
r = jarak perpindahan (m)
hk = hari kerja dalam satu bulan
Total ongkos material handling (OMH) dapat dihitung dengan persamaan berikut:
∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑀𝐻 = 𝐵𝐴𝑀 × ∑ 𝑟 × ∑ 𝑓 (2)
Keterangan:
OMH = ongkos material handling
BAM = biaya angkut material handling per meter
Σr = total jarak perpindahan (m)
Σf = total frekuensi pemindahan
2.5 From to Chart
From To Chart disebut pula sebagai Trip Frequency Chart atau Travel Chart, yaitu suatu
teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan
bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi di mana banyak item
yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor, dan lain-lain.
Angka-angka yang terdapat dalam suatu From To Chart akan menunjukkan beberapa ukuran yang
perlu diketahui untuk analisa aliran bahan, seperti jumlah beban yang dipindahkan, jarak tempuh,
volume, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. From To Chart digunakan sebagai dasar bagi
penyusunan data dalam perbaikan tata letak pabrik. Contoh From to Chart disajikan pada Gambar
4 (Elly Setia Budi, 2014).