Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Management Patient
Safety”.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang “Pengertian
dan Ruang Lingkup Komunikasi”. Makalah ini kami buat dengan semaksimal
mungkin, walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus
kami perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami harapkan
saran dari teman-teman semua.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampu kami ibu Hilda N
Kondoy yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Jayapura, 08 Mei 2019

Penyusun
1.a Pengertian Komunikasi

Menurut Effendi (1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai


suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberikan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara
langsung (lisan) maupun tak langsung. Istilah ‘komunikasi’ (communication)
berasal dari bahasa Latin ‘communicatus’ yang artinya berbagi atau menjadi
milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Komunikasi adalah suatu
proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang lain (khalayak). (Hovland, Janis dan Kelley : 1953)
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian
dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-
gambar, angka-angka dan lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964).
Frank E.X. Dance (1976) dalam bukunya, ‘Human Communication
Theory’ antara lain menginventarisasi 126 buah definisi tentang komunikasi
yang diberikan berbagai ahli.

Jadi Komunikasi itu apa?.....


• Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan- serta berkaitan satu sama
lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai proses komunikasi tidak ‘statis’
tapi ‘dinamis’ dalam arti akan mengalami perubahan secara terus menerus.
• Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
• Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat.
• Komunikasi bersifat simbolis.
• komunikasi bersifat transaksional.
Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.
1.b Ruang Lingkup Komunikasi
s

Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pikiran seorang atau orang –


orang kepada orang lain, komunikasi dapat diadakan dalam bentuk

1. Suatu perintah, Dalam hal ini komunikasi bagian daripada proses memimpin.
2. Suatu permintaan.
3. Suatu obesrvasi, suatu usaha untuk mengambil suatu keputusan atau
mungkin hanya suatu pernyataan dari satu sudut pandang.
4. Sebagai informasi.
5. Sebagai pelajaran, berhubungan dengan pelatihan atau sebagai bagian
penyuluhan.

1.c Proses Komunikasi

Komuniaksi terjadi pada suatu tingkat sosial ,diaman orang orang yang terlibat
didalamnya terlibat dalam kontak intreapersonal dan interpersonal. Proses ini
sangat dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika
komunikasi berlangsung , orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak
sadar akan setiap elemen komunikasi. Pada percakapan sehari-hari, peserta
tidak akan peduli untuk menganalisis makna setiap kata atau isyarat. Misalnya
seseorang mungkin menjadi lebih hidup, menggunakan tangannya untuk
mengekspresikan idenya tanpa berpikir secara sadar. “saya akan melambaikan
tangan untuk menekankan hal ini.” Namun seorang pearawat harus belajar
untuk menyadari setian elemen dari proses komunikasi.
c.1 Referen

Referen atau stimulus memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang


lain. Referen dapat berupa objek, pengalaman , emosi, ide atau tindakan.
Individu yang sadar memperhitungkan referen dalam interpesonal aksi
intrapersonal dapat dengan hati-hati mengembangkan dan mengatur pesan.
c.2 Pengirim

Yang disebut encorder, adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi
interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat
ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada
emosional pada pesan tersebut. Peran pengirim dapat diputar seterusnya antara
peserta pada waktu informasi ditransmisikan.
c.3 Pesan

Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim.


Pesan yang paling efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan
dengan cara yang dikenal baik oleh orang yang menerimanya. Misalnya jargon
profesional (terminologi teknis yang digunakan oleh pemberi perawatan
kesehatan) harus disiapkan untuk interkasi antara profesional dan bukan antara
perawat dan klien . pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan
nonverbal (misalnya,kata-kata yang diucapkan,ekspresi wajah,atau gerakan
tubuh). Sayangnya tidak semua simbol memiliki makna yang universal. Oleh
karena itu kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan tersebut jika
pengirim tidak waspada terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk
menjelaskan.

c.4 Saluran

Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk


membawa pesan, seperti melalui saran visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi
wajah pengirim secara visual menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan
melalui saluran pendengaran.meletakkan tangan pada individu pada waktu
berkomunikasi menggunakan saluran sentuhan. Secara umum, semakin banyak
saluran yang digunakan oleh seorang perawat untuk mengirimkan pesan,
semakin baik pemahaman klien. Misalnya, ketika berusaha untuk mengatasi
rasa sakit , perawat sebaiknya menunjukkan perhatian verbal, pengeksprsian
rasa kasihan dan reposisi klien secara hati-hati untuk meringankan rasa sakit.
c.5 Penerima

Penerima yang juga disebut deoder, adalah orang yang menerima pesan yang
dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan efektif , penerima harus merasa
atau mewaspadai pesan tersebut. Pesan dari pengirim kemudian bertindak
sebagai salah satu penerima referen dan mengharuskan penerima secara tepat
membaca sandi dan merespons pesan pengirim.

c.6 Respons

Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas


mengirimkan pesan kepada pengirim. Respons ini membantu untuk
mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Respons
verbal dan nonverbal dari penerima mengirimkan respons kepada pengirim
menunjukkan pemahaman penerima tentang pesan tersebut. Demi keefektifan ,
keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam hubungan
sosial , kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama
untuk mencari keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki
tanggung jawab yang besar dalam hubungan pearwat dan klien.
1.d Hambatan komunikasi
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi
hambatan internal dan hambatan eksternal , yaitu:
a. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami
hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan
(depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
b. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar
individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat
menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya,
perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah
pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori,
dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
a. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
 Gangguan mekanik : Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi
atau kegaduhan yang bersifat fisik.
 Gangguan semantic : Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke
dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih
banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini terjadi dalam salah
pengertian.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
c. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan
keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan
motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan
mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.
d. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu
kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-
apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi.

TEKHNIK KOMUNIKASI EFEKTIF

1.Berbicaralah dengan antusias


Saat komunikasi sedang berlangsung agar lawan bicara kamu merasakan bahwa
kamu peduli dan mendengarkan setiap perkataan mereka. Akibatnya, mereka
akan lebih terbuka kepada kamu, karena percaya diri mereka akan meningkat.
Sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik dan penuh dalam canda tawa.
(baca juga: Model Komunikasi Transaksional)
2. Berikan pertanyaan yang bersifat terbuka
Kepada lawan bicara kamu seperti hobby mereka, apa yang mereka sukai,
bagaimana kehidupan mereka dan lainnya. Usahakan untuk mengetahui
kehidupan dari lawan bicara secara detail, agar kamu mungkin dapat
memberikan perspektif baru tentang diri dan tujuan hidup mereka. (baca
juga: Model Komunikasi Gudykunst)
3. Gunakan bahasa tubuh
Kamu ketika sedang berbicara, misalnya dengan menggerakkan tangan,
mengeluarkan ekspresi wajah dan lain sebagainya. Sebisa mungkin cobalah
untuk mengetahui perasaan mereka ketika berkomunikasi dengan cara
mengamati gerak tubuh dan intonasi suara mereka. Teknik ini akan memberikan
kamu kesempatan yang lebih besar untuk menyesuaikan kata-kata, bahasa
tubuh, dan nada suara serta respon yang kamu berikan akan bermakna lebih
positif. (baca juga: Perkembangan Media Massa di Indonesia)

4. Sanjung dan pujilah mereka


Serta tunjukkan rasa kagum kamu akan kepribadian mereka, adat budaya
mereka dengan jujur. Berikan juga alasannya kenapa kamu menyukai atau
mengagumi mereka. Jika kondisi komunikasi tidak tepat untuk menyatakannya
secara langsung, cobalah untuk menyatakan pujian kamu secara tidak langsung.
6. Dengarkan semua yang mereka katakan

Dengan baik dan penuh perhatian serta usahakan selalu fokus terhadap apa yang
dibicarakan dan responlah pertanyaan mereka dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa kamu memang mendengarkan apa saja hal yang mereka
bicarakan sehingga mereka merasa kamu adalah bagian dari komunikasi itu
juga.
6. Beri tatapan mata
Yang kuat kepada mereka untuk menunjukkan bahwa kamu bukan hanya
sebagai pendengar saja, melainkan kamu juga mengerti dan paham apa yang
dibicarakan. Ketika dilakukan dengan baik, mereka juga secara alami akan lebih
memperhatikan apa yang kamu katakan.
7. Bukalah diri kamu seterbuka mungkin
Agar kamu mendapatkan kepercayaan dari mereka. Ceritakan kejadian menarik
yang kamu alami, bagaimana kehidupan kamu dan lain sebagainya. Tapi,
jangan terlalu berlebihan sehingga menganggap mereka cerita mereka tidak
penting. Biarkan mereka mengetahui lebih jauh tentang diri kamu seiiring
berjalannya komunikasi.
8. Jangan gunakan kata Aku atau Saya
Karena hal itu hanya akan memberikan kesan bahwa hanya kamulah yang harus
didengarkan. Sebaiknya, ketika berkomunikasi gunakanlah kata “kita” atau
“kami” untuk menciptakan hubungan layaknya keluarga dan berada pada pihak
atau sisi yang sama dengan lawan bicara.
9. Tersenyumlah kepada mereka
Agar ketika komunikasi sedang berlangsung tidak terjadi ketegangan antara
kamu dengan mereka. Pada saat tersenyum, kamu sebenarnya telah
menunjukkan bahwa kamu telah siap untuk berkomunikasi dengan mereka,
serta mengganggap berkomunikasi dengan mereka adalah sebuah kebahagiaan.
10. Berikan saran yang bermanfaat
Kepada lawan bicara kamu seperti tempat yang enak untuk berkomunikasi,
makanan apa yang enak pada tempat tersebut, acara apa yang berlangsung pada
hari itu, peluang karir yang mungkin bisa mereka dapatkan, dan lain sebagainya.
Ketika kamu memberikan saran atau ide yang menarik perhatian mereka, maka
secara tidak langsung kamu telah memberikan kesan kepada mereka bahwa
kamu memiliki banyak pengetahuan. Jadi, ketika mereka membutuhkan sesuatu,
maka mereka akan menghubungi kamu. (baca juga:Contoh Komunikasi
Langsung)
11. Berikan mereka motivasi
Ketika kamu sedang berkomunikasi dengan orang yang lebih muda dari kamu,
atau kehidupannya lebih sulit dari kamu karena biasanya mereka akan
menganggap kamu lebih baik dari mereka. Untuk itu, motivasi yang kamu
berikan mungkin saja akan menggugah semangat mereka agar bekerja lebih giat
dan menjalani hidup dengan lebih semangat. Yakinkan mereka bahwa mereka
pasti mampu menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi, sehingga mereka
akan menjadikan kamu sebagai teman. (baca juga: Teori Kepribadian
Kelompok)
12. Percaya dirilah
Kamu ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain dengan
cara menunjukkan suara dan bahasa tubuh yang lebih bersemangat dan lebih
berenergi positif. Tapi jangan pula kamu terlalu berlebihan sehingga peran
mereka sebagai lawan bicara menjadi tidak terlihat. Apapun yang terlalu
berlebihan, efek atau akibatnya akan kembali kepada diri kamu sendiri. (baca
juga: Tujuan Komunikasi Pemasaran)
13. Panggilah mereka dengan sopan
Seperti menyebutkan nama mereka dengan baik, atau misalnya dengan
memanggil mereka dengan sebutan ” Bro “, ” Guys”, ” Boss “, ” Sobat” dan
panggilan lainnya yang membuat mereka senang. Ketika kamu memanggil
mereka dengan baik, mereka akan menganggap bahwa kamu sudah menjadi
teman mereka. Jangan pernah memanggil lawan bicara dengan kata-kata yang
kurang sopan dan tidak enak didengar.
14. Ajak mereka menjalin hubungan yang lebih erat
Dengan cara misalnya mengajak mereka makan atau bersama, mengajak mereka
pergi berwisata, mengajak mereka untuk mampir kerumah kamu, dan ajakan
lainnya. Meskipun mereka menolak tawaran kamu, mereka akan merasa
tersanjung dengan apa yang kamu tawarkan serta disisi lain, mereka akan
menganggap kamu memiliki keberanian menjalin persahabatan dengan baik
kepada siapa saja.
15. Jangan pernah terlambat datang
Ketika ingin melakukan komunikasi atau pembicaraan dengan mereka pada
lokasi yagn telah ditentukan. Ketika kamu datang lebih awal atau tepat waktu,
maka hal ini akan memberikan mereka kesan bahwa, ketika berkomunikasi
kamu sangat menghargai mereka dan mendengarkan mereka.
Komunikasi verbal efektif
. Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
(written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena
kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan
secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.

 Berlangsung secara timbal balik.

 Makna pesan dapat disampaikan secara ringkas dan jelas

 Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami.

 Cara penyampaian mudah diterima.

 Disampaikan secara tulus.

 Mempunyai tujuan yang bisa ditangkap jelas.

 Memperhatikan norma yang berlaku.

 Disertai dengan humor atau cara-cara menyenangkan lainnya.


Komunikasi nonverbal efektif

2. Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi


penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya
tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu
bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu
kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang,
baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.
Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu
komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus
memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat,
ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi
suara.
 Sikap tubuh dan gesture.

 Ekspresi wajah.

 Sentuhan.

Tekhnik Komunikasi Yang Baik Antara Dokter Dan Pasien

Selain gangguan fisik, pasien juga mengalami beban psikologik atau ketegangan
jiwa,untuk itu Seorang dokter harus memahami bagaimana cara berkomunikasi
yang baik antara dokter dan pasien. Karena gangguan fisik dan beban
psikologik itu, sebagian besar pasien akan sulit untuk melakukan komunikasi
atau bekerja sama dengan dengan staf klinik,dokter,dan tenaga kesehatan
lainnya. Hal tersebut sangat mengganggu upaya pertolongan dalam prosedur
pengobatan, terutama pada kasus gawat darurat. Dengan mengetahui cara
komunikasi yang baik antara dokter dan pasien dapat dengan segera
menciptakan hubungan atau komunikasi yang positif,dapat mengurangi rasa
cemas dan ingin diperhatikan.

Cara petugas kesehatan menyampaikan informasi sangat mempengaruhi hasil


dan kejelasan informasi yang diterima oleh pasien. Hal ini juga berkaitan
dengan kenyamanan selama tindakan , Keberhasilan atau kegagalan upaya
pertolongan dan kesalahpahaman dalam menilai apa yang telah mereka terima
selama dalam perawatan. Para pasien akan kesulitan , terutama bila ada unsur
kesengajaan , untuk menjelaskan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
suatu komplikasi . Pasien baru mengerti mengapa petugas bertanya secara rinci ,
apabila dijelaskan kaitan informasi yang diinginkan dengan terapi yang akan
dijalankan. Kelancaran komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan sangat
membantu pertukaran informasi diantara kedua belah pihak. Landasan untuk
membina hubungan yang baik tersebut adalah rasa saling percaya diantara
kedua belah pihak.
Cara Komunikasi Yang Baik Antara Dokter Dan Pasien Saat Sebelum
Pengobatan Dilakukan.
Untuk membuat rencana pengobatan, diperlukan cukup masukan informasi
klinis untuk membuat suatu diagnosis yang tepat. Pastikan pasien mengerti
bahwa semua pertanyaan yang diajukan digunakan untuk memberikan cara
pengobatan yang terbaik bagi dirinya . Beri kesempatan pada pasien
menentukan pengobatan yang ditawarkan. Sebaliknya, pasien membutuhkan
informasi tentang kondisi kesehatannya dan pilihan prosedur klinik yang akan
dilakukan. Gunakan bahasa sederhana sehingga mereka mengerti pertanyaan
yang diajukan dan informasi yang telah diberikan. Petugas kesehatan harus
menjelaskan informasi khusus dan penting untuk pasien.

Cara Komunikasi Yang Baik Antara Dokter Dan Pasien Selama Prosedur
Klinik
Selama prosedur klinik ,Perhatian dan bantuan yang diberikan oleh dokter atau
petugas kesehatan dapat mengurangi kecemasan dan rasa nyeri yang dialami
oleh pasien. Dialog yang disampaikan secara lembut dan menenangkan , dapat
mengalihkan fokus perhatian pasien dan rasa kurang nyaman yang sedang
dialaminya. Peran dokter dan semua petugas pelayan dalam menerapkan hal ini
akan memberikan hasil yang luar biasa.

Cara Komunikasi Yang Baik Antara Dokter Dan Pasien Setelah Tindakan
Tenangkan pasien dengan penjelasan tentang kondisi kesehatan dan hasil
tindakan yang telah dilakukan . Setelah rasa khawatir dan kecemasan , akibat
prosedur yang dihadapinya berkurang, berikan beberapa informasi baru tentang
langkah perawatan dan pemantauan lanjutan.

Petunjuk Berkomunikasi Untuk Cara Komunikasi Yang Baik Antara Dokter


Dan Pasien :

Cara komunikasi yang baik antara dokter dan pasien hendaknya memperhatikan
petunjuk umum berikut ini :
 Dengarkan keluhan dan ungkapan perasaan pasien, jangan memotong
pembicaraan.
 Beri kesan bahwa kita sedang mendengar dan mencoba memahami apa
yang diungkapkan pasien.
 Jawab setiap pertanyaan dengan sabar dan penuh perhatian.
 Berikan penjelasan secara singkat , lengkap, dan mudah dimengerti.
Ulangi informasi penting yang harus diketahui oleh pasien.
 Gunakan istilah umum dan sederhana, jangan gunakan bahasa medis yang
tidak dimengerti oleh pasien.
 Tunjukkan isyarat atau komunikasi nonverbal, misalnya mendekat atau
tersenyum.

Saling Percaya
Semua informasi yang diberikan oleh pasien seharusnya dapat dipertimbangkan
untuk dipercayai. Dalam hal ini termasuk diantara riwayat kesehatan , alasan
untuk meminta pertolongan, pelayanan yang diterima, dan keputusan untuk
memilih tempat pelayanan kesehatan.Termasuk dalam rasa saling percaya ini
adalah kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan pasien, yang dianggap tidak
layak untuk diketahui oleh suami,pendamping, wali atau keluarganya, termasuk
petugas kesehatan yang tidak terlibat langsung dalam penanganan pasien.
Namun, apabila apabila pasien ingin suami atau pasangannya membantu
membuat keputusan , petugas kesehatan harus memberikan kemudahan untuk
itu.

Privasi
Menciptakan suasana privasi merupakan salah satu bagian dari upaya
menimbulkan rasa saling percaya diantara pasien dan petugas kesehatan
.Adanya rasa aman , kedekatan , dan keterbukaan akan sangat membantu
terjalinnya komunikasi dan persahabatan. Hanya diperlukan sedikit penyesuain
lingkungan fisik untuk memenuhi keinginan pasien agar dapat dilayani secara
pribadi. Beberapa keadaan di bawah ini, dapat dijadikan pegangan untuk
mempertahankan suasana pribadi :
 Gunakan ruang terpisah untuk berbicara secara terpisah dalam bertukar
informasi.
 Tutup pintu atau tirai pemisah pada saat pasien melepas atau berganti
pakaian .
 Atur meja ginekologi agar bagian bawah tubuh pasien tidak menghadap
ke pintu.
 Gunakan alas bokong dan kain penutup tubuh untuk melapisi dan
menutup bagian tubuh pasien pada saat pemeriksaan atau melakukan tindakan.
 Batasi jumlah orang didalam ruang pemeriksaan atau tindakan. Walaupun
pasien mengijinkan , sebaiknya jumlah yang hadir harus di batasi.
 Hindarkan diskusi tentang penyakit pasien yang sedang di rawat , baik
diantara dokter, instruktur dan peserta pelatihan, maupun dengan pengunjung
lainnya.
Secara garis besar petugas kesehatan yang mampu melaksanakan komunikasi
positif secara efektif adalah bila bersangkutan :
 Mampu menciptakan suasana aman dan nyaman bagi pasien.
 Menimbulkan rasa saling percaya diantara pasien dan petugas kesehatan.
 Mampu mengenali hambatan sosio-kultural setempat.
 Mampu menyampaikan informasi objektif , lengkap, dan jelas.
 Mau mendengar aktif dan bertanya secara efektif dan sopan.
 Memahami dan mampu menjelaskan berbagai aspek kesehatan.
 Mampu mengenali keinginan pasien dan keterbatasan penolong.
 Membuat pasien bertanya , berbicara, dan mengeluarkan pendapat.
 \Menghormati hak pasien , membantu, dan memperhatikan .
Petunjuk Teknis Berkomunikasi :
Teknik-teknik ini membantu petugas kesehatan menegakkan kejujuran ,
perhatian, dan hubungan kepercayaan terhadap pasien.
 Beri salam dan perkenalkan diri anda.
 Panggil nama pasien atau nama keluarganya.
 Lakukan kontak mata.
 Jaga harkat dan martabat pasien.
 Budayakan perilaku positif.
 Gunakan tehnik mendengar aktif, jangan menyela atau memotong
pembicaraan .
 Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan ringkas.
 Jangan gunakan bahasa medis atau istilah yang sulit dipahami.
 Tunjukkan perhatian dengan isyarat, mendekat, atau komunikasi
nonverbal lainnya.

Tekhnik Komunikasi Efektif Antara Tenaga Kesehatan


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan
berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan
perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus
pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan
klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses
kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan
manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara
dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim
kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun
kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan
kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk


sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja
akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien
pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah
salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam
hubungan kerja dengan para profesional lain membantu mempertahankan
kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada
hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang
lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu
mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999 :
· Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan
mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
· Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan
dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
· Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan
yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian
pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah
efek yang diharapkan terjadi.
· Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia,
hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.

Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan


mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya
sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah
menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999. )

Selalu ingat bahwa :


· Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh
orang, semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah
kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
· Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau
cara benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan.
Hindarkan meja berbentuk huruf U
Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud
pertemuan atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah
komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan
pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan dengan
pengaturan tempat duduk.
1. KONSEP UMUM
1. Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan
kegiatan atau tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi
bermanfaat untuk memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan
mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus
bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan
mendelegasikan kegiatan perawat kepada asisten. Karena langkah dari proses
keperawatan memerlukan perawat untuk pengambilan keputusan, maka tahap
ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga kesehatan lain. Untuk
mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja
keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional
yang bersifat terbuka. Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat memperbaiki
efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kerja. Lima syarat dalam
pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas yang tepat, kondisi yang tepat, orang
yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat.( Potter &
Perry, 2009).

1. Konflik dalam berkomunikasi


Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam
banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan
teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
· Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk
masalah perawatan kesehatan.
· Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi
penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
· Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya
bertemu secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan
klien.

2. Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja
di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada
instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar
prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh :
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada
saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah
medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik


apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat
dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien
serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat
terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat
dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:


1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan
posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain
yang terlibat dalam masalah dengan nama.
2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
3. Menyatakan tujuan ,
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan
praktek klinik,
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk
pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon,
menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).

3. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang
sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing-
masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

4. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan
lebih jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit
paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat
bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang
dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang
diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti
buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli
farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi
tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari
bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan.
Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat
keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur
dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga
informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.

6. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di
RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai
pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah
pihak.

7. Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan
hubungan interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998)
mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam hubungan
interprofesional yaitu:
1) Stres Peranan (Role Stress)
2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
3) Otonomi yang keras (autonomy struggle)

Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah.
Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam
kontak dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam
hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau penyakit yang
serius. Sumber masalah role stress yang dialami para professional kesehatan
berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role
stress dibagi dua jenis yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict
dapat ditunjukan salah satunya dengan reality shock.

Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa


stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara
lingkungan pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan
perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja di sebuah
Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini ternyata
belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat
Yanti akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya
komunikasi terapeutik antara perawat dan klien. Karena baru pertama masuk
dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan kesulitan berkomunikasi dengan tim
kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan suatu forum tim kesehatan.
Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus terpelihara
dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan
pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau profesi.

Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan
berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak
memicu konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan
perawat atau tim kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan interpersonal
perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang
digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam
menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk
mempertahankan hubungan yang harmonis serta mengurangi beban stress di
lingkungan kerja, akhirnya para professional kesehatan membuat jadwal
pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing atau berdiskusi tentang
masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan tersebut antara lain
rapat rutin tim kesehatan dan case conference.

Rapat Tim Kesehatan


Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan
(rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang untuk membicarakan
hal-hal yang terkait dengan manajerial.Tujuan rapat tim keehatan yaitu
menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapat dari masalah yang
ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan
pemberian pelayanan kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan
meningkatkan koordinasi antara anggota tim kesehatan.

Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara
rutin (Regularly Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut
dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan untuk diskusi tentang masalah-
masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan perawatan pasien
dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi kelompok tim kesehatan
tentang kasus asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan
memiliki jadwal case conference masing-masing dan biasanya diadakan dua
kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan tim kesehatan yang
terkait seperti perawat, dokter, atau anggota profesi lainnya jika diperlukan.
Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau
tingkat urgensi kasus, dan lamnya pertemuan tentatif.

Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan


permasalahannya, mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian
masalah asuhan keperawatan, meningkatkan koordinasi dalam rencana
pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan
dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan untuk
mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu
dengan cara mengutarakan inisiatif untuk mendiskusikan masalah,
menggunakan keterampilan mendengar aktif, menyediakan dokumentasi data
yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi, menciptakan iklim dimana para
pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha kolaborasi, membuat
ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam semua keputusan dalam
sebuah catatan. Kegiatan case conference ini harus melalui tahap persiapan
sebelumnya. Perawat Dewi dapat memilih salah satu topik yang akan
disampaikan dalam case conference.

Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada
perkembangan, kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus
pasien dengan masalah yang jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat dilakukan
dengan mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini dipegang
oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat
suatu analisa permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.

Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses


kolaborasi antara tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang
membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung
jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi dalam case conference ini
meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif
kepada seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan
keperawatan. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual
respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab dapat menghasilkan
outcome yang lebih baik bagi pasien.
Menangani masalah-masalah staf perawat
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas
kesehatan : Mengatur pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan
pertemuan untuk menyatukan perspektif kelompok, mengidentifikasi masalah
utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan, saling menghormati dan
menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok dapat
bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif, mendiskusikan solusi
dengan mengidentifikasi manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai alternatif
solusi demi kepentingan klien, menghincari situasi konflik, menghindari emosi,
memutuskan untuk mengimplementasikan solusi terbaik, menentukan orang
yang bertanggung jawab untuk implementasi, membangun garis waktu dan
metode evaluasi.(Armold & Boogs, 2007).

Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural meliputi


verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal meliputi pengaturan
ruang, lingkungan, penampilan, kontak mata, postur tubuh, gerak, ekspresi,
waktu dan isayarat suara. Komunikasi verbal dengan prilaku asertif, sedangkat
komunikasi diam dengan menjadi pendengar yang baik dengan menyadari
pengalaman, sikap yang mepengaruhi dalam mempresepsikan pesan.

Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain


meliputi: menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan
orang lain, tertutup dan tidak menghargai serta memahami perspektif orang lain.
( Arnold & Boggs, 2007).
Komunikasi SBAR

SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima
(handover) ke pasien.

Keuntungan dari penggunaan metoda SBAR

a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham


akan kondisi pasien.

c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Tehnik Pelaksanaan SBAR

a. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat

2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan

Contoh Penerapan Rumah Sakit :

a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang
tujuan pemindahan

b) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh
dokter yang merawat

c) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien
yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan yang
baru

b. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien


terkini)

1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan
obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan

3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan

4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan


obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan

5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis

Contoh Penerapan Rumah Sakit :

a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau
jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang

b) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang


ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat
masuk rumah sakit)

c. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)

1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital,
skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas
score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.

2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

Contoh Penerapan Rumah Sakit :

a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign
dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6

b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien

c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan
nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi

d) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse
pump dll

d. R : Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer
to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.

Contoh Penerapan Rumah Sakit :

a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi


dll

b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari
apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah
merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang
sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.

Komunikasi juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan. Kepemimpinan yang


efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin kepada
anggotanya. Visi pemimpin bisa saja bagus, namun tanpa komunikasi yang efektif, maka visi
tersebut tidak akan pernah bisa terwujud. Dalam mengkomunikasikan visi, maka pemimpin
harus bisa menyampaikan suatu gambaran di masa depan yang mendorong antusiasme serta
komitmen orang lain.

Pokok Permasalahan

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki


beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari komunikasi?
2. Bagaimana proses komunikasi?
3. Apa saja yang menjadi hambatan komunikasi?
4. Apa saja jenis-jenis komunikasi?
5. Mengapa komunikasi menjadi inti kepemimpinan?
Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
komunikasi dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan komunikasi, bagaimana
mengatasi hambatan komunikasi, apa saja jenis-jenis komunikasi, dan mengapa komunikasi
menjadi inti kepemimpinan. Di samping itu, makalah ini ditulis sebagai tugas kelompok pada
mata kuliah Kepemimpinan yang diberikan oleh pengajar.

Anda mungkin juga menyukai