Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KESEHATAN”
OLEH:
170103034
FARMASI
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber radiasi dari unsur alamiah adalah thorium dan uranium berada
di lapisan bumi, sedangkan karbon dan radon berada di udara. Sumber
radiasi yang berada di air adalah tritium dan deuterium. Jika ditinjau jenisnya
radiasi terdiri dari alpha (α), beta (β), gamma (γ), sinar-X dan neutron (n)
(Ferry Suyatno, 2010).
PEMBAHASAN
II.2 Radioisotop
Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif.
Radionuklida mampu memancarkan radiasi. Radionuklida dapat
terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam
reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi
dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di
dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron,
sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron
yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga
jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini
dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat
menjadi radioaktif. Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan
antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99, dan I-131 (Achmad Hizkia,
1992).Radionuklida terdiri atas 2 jenis:
1. Radionuklida Alami
Berdasarkan sumbernya, radionuklida alam secara garis
besar dapat dibagi dalam dua jenis. Yang pertama adalah
radionuklida primordial, yang ada di kerak bumi sejak
terbentuknya alam semesta, dan yang kedua adalah radionuklida
kosmogenik yang terjadi akibat interaksi antara radiasi kosmik
dengan udara. Selain dua jenis tersebut, terdapat radionuklida
yang muncul karena peluruhan spontan nuklida dapat belah atau
karena reaksi inti tangkapan neutron dari radiasi kosmik, dan ada
juga radionuklida punah yang sekarang tidak ada lagi karena umur
paruhnya yang pendek, tetapi karena secara kuantitas sangat
sedikit maka dapat diabaikan (Ramazona Nababan, 2014)
2. Radionuklida buatan
Radionuklida buatan adalah radionuklida yang terbentuk kar
ena dibuat oleh manusia.Radionuklida buatan dihasilkan dari
pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai maupun militer. Di
bawah ini akan dibahas jumlah radionuklida akibat pembangkitan
listrik tenaga nuklir maupun percobaan nuklir. Radionuklida buatan
dapat dikelompokkan menjadi radionuklida yang muncul karena
pembangkitan listrik tenaga nuklir, radionuklida yang diproduksi
untuk kedokteran, industri, ataupun radionuklida yang muncul
akibat percobaan nuklir. Bahan radioaktif adalah bahan yang
memancarkan radiasi a, b, g atau neutron. Pada tabel susunan
berkala, dapat dilihat unsur yang memancarkan radiasi yang
disebut unsur radioaktif, ataupun yang tidak memancarkan radiasi
yang disebut unsur stabil. Sebagai contoh, yodium dengan nomor
massa 129 atau 131 sampai 135 adalah unsur radioaktif. Unsur
radioaktif disebut juga radionuklida. Di bawah ini akan ditunjukkan
jumlah radioisotop alam dan buatan, dan kemudian akan
ditunjukkan juga dosis yang diterima manusia dari radionuklida
(Ramazona Nababan, 2014).
II.3 Sifat-sifat Radioisotop
Meskipun tidak dapat dilihat dengan mata namun secara umum
sinar radioaktif memiliki sifat-sifat:
menghitamkan pelat film
dapat mengionkan gas yang dilewati
memiliki daya tembus yang besar
menyebabkan benda-benda berlapis ZnS dapat berpendar
(mengalami fluoresensi).
Sinar yang dipancarkan unsur radioaktif ada tiga macam, yaitu
sinar alfa (α), sinar beta (β), dan sinar gamma (γ).
a. Sinar alfa (α)
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan
positif. Partikel sinar alfa sama dengan inti helium-4,
bermuatan+2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel
terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Karena memiliki
massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara
diantara sinar-sinar radioaktif (Anna Maulina et al, 2013).
b. Sinar beta (ß)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif.
Sinar beta merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom.
Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm
dalam uadara kering dan dapat menembus kulit. Karena sangat
kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan
dengan notasi (Anna Maulina et al, 2013).
c. Sinar gamma (γ)
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi
tinggi, tidak bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma
dinyatakan dengan notasi . Sinar gamma mempunyai daya
tembus (Anna Maulina et al, 2013).
Dosis
Bentuk Rute
Radionuklida Penggunaan lazim
Sediaan pemberianb
(Dewasaa)
Diagnosis infeksi
Karbon C 14 Urea 1 µCi Oral
Helicobacter pylori
Pemindaian ginjal-anatomi
5 mCi Intravena
kortikal
Teknetium Tc Injeksi koloid
Pemindaian hati-limpa 5 mCi Intravena
99m sulfur
0,4-0,6
Limfosintigrafi (payudara) Interstitial
mCi
0,5-0,8
Limfosintigrafi (melanoma) Intradermal
mCi
Pengosongan lambung
1 mCi Oral
(scrambled egg)
Perdarahan lambung
10 mCi Intravena
(akut)
Aspirasi paru 5 mCi Oral
Refluks gastroesofagal 0,2 mCi Oral
Teknetium Tc Injeksi
Fungsi dan perfusi miokard 8-40 mCi Intravena
99m tetrofosmin
Thallium Tl Injeksi thallus
Pencitraan perfusi miokard 3-4 mCi Intravena
201 klorida
Pencitraan paratiroid 2 mCi Intravena
Xenon Xe 133 Xenon Pencitraan ventilasi paru 10-20 mCi Inhalasi
Ibritumomab Pengobatan limfoma non- 0,3-0,4
Yttrium Y 90 Intravena
tiuksetan Hodgkin derajat rendah mCi/kg
Pencitraan:
(I) Brain scintigraphy
Pencitraan otak bisa dimulai dari 2 menit setelah injeksi.
(II) Dalam lokalisasi in vivo leukosit berlabel teknesium-99m. Pencitraan
dinamis dapat dilakukan dalam 60 menit pertama setelah injeksi untuk
memeriksa klirens paru-paru dan untuk menunjukkan migrasi sel yang
segera terjadi. Pencitraan statis dilakukan dalam waktu 0,5-1,5 jam, 2-4
jam dan jika perlu, pada 18-24 jam pasca injeksi, untuk mendeteksi
akumulasi aktivitas titik pemeriksaan (bahan radioaktif). Setelah satu jam
pertama penyuntikkan leukosit berlabel teknesium-99m, aktivitas terlihat
pada paru-paru, hati, limpa, pompa darah, sumsum tulang dan kandung
kemih.
1. Radiodiagnostik
2. Radioterapi
1. Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme
sehingga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran.
Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa keunggulan
jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional (menggunakan
bahan kimia), yaitu:
a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan
mikroorganisme.
b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut
tidak mungkin tercemar bakteri lagi sampai kemasan
terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu
disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses
pengemasan masih ada kemungkinan terkena bibit
penyakit.
2. Terapi tumor atau kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi.
Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker dapat dirusak
oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih sensitif
(lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat
dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel
kanker tersebut.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Jalil Abdul. 2004. Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatra Utara
Anonim. 2015. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Bab 18. Dirjen
BPOM RI