Laporan Praktikum Waktu Pencampuran
Laporan Praktikum Waktu Pencampuran
Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas yang terjadi jika
dalam suatu bahan yang bersifat kontinu terdapat gradient suhu, dimana panas akan
mengalir tanpa ada disertai oleh suatu gerakan zat. Prinsip dasarnya adalah jika ada dua
benda yang berbeda suhu maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi
ke benda yang suhunya lebih rendah. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan laju
aliran panas melintasi benda padat satu dimensi pada keadaan stedi dan menentukan
overall heat transfer coefficient, aliran panas melintasi kombinasi bahan dalam susunan
seri. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran temperatur disetiap thermocouple pada
masing-masing bahan (aluminium, brass, stainless steel) dengan memvariasikan voltage
(1 volt, 2 volt, 3 volt, 4 volt dan 5 volt), sehingga didapatkan data-data temperatur di setiap
posisi thermocouple T1, T2, T3, T6, T7 dan T8 untuk bahan stainless steel dan aluminium.
Untuk bahan brass didapatkan data-data temperatur disetiap posisi thermocouple T1, T2,
T3, T6, T7 dan T8. Laju aliran kalor (Q) yang diperoleh untuk bahan Brass adalah 40.4 Watt
dan Overall Heat Transfer Coefficient yang diperoleh 45899,99 W/m2 0C. Pada bahan
Aluminium laju aliran kalor (Q) yang diperoleh 35.1 Watt, Overall Heat Transfer
Coefficient 25771,16 W/m20C.Sedangkan pada bahan Stainless Steel laju aliran kalor (Q)
yang diperoleh 30.8 Watt dan Overall Heat Transfer Coefficient 26121,6 W/m20C.
Kata kunci : konduksi, laju aliran kalor, overall heat transfer coefficient, perpindahan
kalor.
Laporan Praktikum Dosen Pembimbing
DISUSUN OLEH :
D3-C
Kelompok II
1. FAHIRA ( 1807036075 )
2. HAIRUL MUHSININ ( 1807035925 )
3. NOVIN INTAN Z. ( 1807036037 )
4. SANDI JAYA N. ( 1807025217 )
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat
dari transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu.
Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada
logam cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Christie, 2000).
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah berupa
kesebandingan antara laju aliran kalor melintas permukaan isothermal dan gradient
suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut hukum
Fourier yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu.
Hukum tersebut dapat dituliskan sebagai (Kern,1965):
dq ∂T
= −k ∂n……………………………………………… (1)
dA
Dimana:
A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran kalor
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan
T = suhu
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi
posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk
aliran stedi satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan (Kreith, 2005) :
q 𝑑T
= −k ...........................................................(2)
A 𝑑n
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Kreith,2005).
1.2.4 Aliran Kalor Melintasi Lempeng
Jika pada suatu lempeng rata seperti terlihat pada Gambar 1, diandaikan
bahwa k tidak tergantung pada suhu dan luas dinding sangat besar dibandingkan
dengan tebalnya, sehingga kehilangan kalor dari tepi-tepinya dapat diabaikan.
Permukaan-permukaan luar dinding tegak lurus terhadap bidang gambar, dan kedua
permukaan itu isothermal (Kreith,2005)
T1
T2
x1 x2
Selanjutnya,
q x x x
(T1 − T8 ) = (∆Ta + ∆Tb + ∆Tc ) = ( a + b + c ).............................(7)
A k k k a b c
atau
q
= U(T1 − T8 )……………………………………………………...(8)
A
dimana
1 xa xb x
=( + + c ) = R ...................................................................(9)
U ka kb k c
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1.Alat
Peralatan percobaan berupa :
1. HT10X Heat Transfer Service Unit
2. HT11 Linier Heat Conduction Accessory
3. Multimeter
4. Lempeng aluminium, stainless stell dan brass
2.2.Prosedur Percobaan
2.2.1. Set-up peralatan
1. Tempatkan HT11 Linier Heat Conductin Accessory berdekatan dengan
HT10X Heat Transfer Service Unit
2. Pada HT11, selipkan Brass Section atau Stainless Steel Section atau
aluminium antara heated section dan cooled section
3. Hubungkan 8 termokopel ke HT11
4. Set VOLTAGE CONTROL potensiometer keminimum dan switch
selector ke MANUAL
5. Hubungkan power heat dari HT11 ke socket marked O/P3 Service Unit
6. Pastikan bahwa suplai air pendingin berhubungan kemasukan Pressure
Regulating Valve pada HT11.
K rata-
V I Q K hot K cold K int U
No. rata
(Volt) (A) (W) (W/m0C) (W/m0C) (W/m0C) (W/m20C)
(W/m0C)
Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan brass:
(3 + 17.5 + 35 + 58.5 + 88)
Q rata−rata = = 40.4 watt
5
2666,67+17500+33333,3+69333,3+106666,7
Urata−rata = = 45899,99 W/m2 °C
5
K cold
V I Q K hot K int K rata-rata U
No. (W/m0C
(Volt) (A) (W) (W/m0C) (W/m0C) (W/m0C) (W/m20C)
)
1 1.5 2 3 375 1500 136,32 670,44 1481,5
2 2.5 5 12.5 1875 1250 780 1301,67 5882
3 3.5 8 28 4500 1800 3200 3166,67 20000
4 4.5 11 49.5 5500 4125 6139,5 5254,8 44000
5 5.5 15 82.5 4326,92 11250 64285,7 26620,87 57692,3
Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan
aluminium:
(3 + 12.5 + 28 + 49.5 + 82.5)
Q rata−rata = = 35.1 watt
5
1481,5+5882+20000+44000+57692,3
Urata−rata = = 25811.16W/m2 °C
5
Tabel 3.3. Hasil Percobaan Menggunakan HT11 untuk Lempengan Stainless Steel.
Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan
stainless steel :
(3 + 10 + 24.5 + 45 + 71.5)
Q rata−rata = = 30.8 watt
5
2500+9411,8+17500+42105,3+59090,9
Urata−rata = = 26121,6W/m2 °C
5
3.2Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Konduktivitas Termal pada Bahan Brass, Aluminium dan
Stainless Steel.
Percobaan dilakukan dengan tiga variasi bahan yaitu brass, aluminium dan
stainless steel. Bahan diselipkan pada 2 buah area yaitu heated section dan
cooledsection, dan selanjutnya panas mengalir pada bahan secara linier. Data yang
didapati dari percobaan ialah kuat arus (I), tegangan (V), dan temperature T1, T3,
T6, T7, T8 untuk ketiga bahan. Dari ketiga bahan memiliki konduktivitas (K), laju
perpindahan panas (Q) dan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) yang
berbeda-beda. Pada percobaan selain jenis bahan yang divariasikan, tegangan juga
divariasikan pula pada masing-masing bahan. Nilai voltage yang digunakan pada
setiap bahan adalah sama. Voltage yang digunakan adalah 1.5 v, 2.5 v, 3.5 v, 4.5 v,
dan 5.5 v. Namun, hasil kuat arus yang didapat memiliki variasi yang berbeda
walaupun ada beberapa yang memiliki kuat arus yang sama.
koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju aliran kalor memiliki
nilai yang bervariasi. Nilai konduktivitas thermal, koefisien perpindahan panas
keseluruhan, dan laju aliran kalor yang didapat dari bahan brass adalah 16931.56
W/moC, 45899,99 W/m2oC, dan 40.4 Watt. Nilai konduktivitas thermal,
koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju aliran kalor yang didapat dari
bahan stainless steel adalah 8265.79W/moC, 26121,6 W/m2 oC, dan 30.8 Watt.
Nilai konduktivitas thermal, koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju
aliran kalor yang didapat dari bahan aluminium adalah 7402.89 W/moC,
25811.16W/m2 oC, dan 35.1 Watt.
Berdasarkan literature, semakin tinggi nilai konduktivitas thermal suatu
benda, maka semakin cepat benda tersebut mengalirkan panas yang diterima dari
satu sisi ke sisi yang lain. Bahan brass menghasilkan nilai konduktivitas thermal
yang tertinggi pada percobaan ini yaitu 68571W/moC dan nilai konduktivitas
thermal yang terkecil diperoleh dari bahah stanless steel, yaitu 29836,8W/moC.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan brass merupakan bahan yang tercepat
dalam mengalirkan panas yang diterima dibandingkan bahan yang lain.
3.2.2 Pembahsan Grafik Laju Perpindahan Panas (Q) vs Tegangan (V) untuk
Bahan Brass, Aluminium dan Stainless Steel
Hubungan antara tegangan (V) dengan laju perpindahan panas (Q) untuk ketiga
bahan dapat dilihat pada gambar 3.2.2
Laju Perpindahan Panas, Q (Watt)
90
80
70
60
50
aluminium
40
30 brass
20 stainless steel
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 3.2.2 Grafik laju perpindahan panas (Q) vs tegangan (V) untuk bahan
brass, aluminium dan stainless steel
Dari gambar 3.1 juga dapat diketahui bahwa dari ketiga jenis bahan memiliki
laju perpindahan panas yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dan dari ketiga bahan
didapati bahwa jenis bahan brass memiliki laju perpindahan panas yang paling
besar dengan nilai laju perpindahan panas rata-rata 40.4 watt. Selanjutnya jenis
bahan aluminium yang memiliki laju perpindahan panas terbesar kedua dengan laju
perpindahan panas rata-rata 35.1 watt sedangkan untuk laju perpindahan panas
terkecil ialah jenis bahan stainless steel dengan laju perpindahan panas rata-rata
30.8 watt. Jadi laju perpindahan panas yang baik berturut-turut berdasarkan
percobaan ketiga jenis bahan adalah pada jenis bahan brass, aluminium dan
stainless steel.
Hubungan antara tegangan (V) dan konduktivitas (K) untuk ketiga bahan
dapat dilihat pada gambar 3.2.3
Konduktivitas, K(W/m.C)
80000
70000
60000
50000 aluminium
40000
brass
30000
stainless steel
20000
10000
0
0 2 4 6
Tegangan V (Volt)
Gambar 3.2.3 Grafik konduktivitas (K) vs tegangan (V) untuk bahan brass,
aluminium dan stainless steel
100000
80000 aluminium
60000 brass
20000
0
0 2 4 6
Tegangan V (Volt)
1. Semakin rendah voltase yang digunakan maka temperatur bahan yang mengalir
didalam bahan juga semakin rendah, dan sebaliknya.
2. Laju perpindahan panas (Q) untuk bahan brass, aluminium dan stainless stell
secara berturut-turut adalah 40.4 Watt, 35.1 Watt, 30.8 Watt.
3. Overall heat transfer coefficient (U) untuk bahan brass, stainless steel , dan
aluminium yang paling besar berturut-turut yaitu 45899,99 W/m2 0C; 26.121,6
W/m2 0C, dan 25.771,16 W/m2 0C pada tegangan rata-rata 3.5 volt.
4. Konduktivitas termal untuk bahan brass pada tegangan 5.5 volt adalah
16931.56 W/m2 0C. Sedangkan konduktivitas termal untuk bahan aluminium dan
stainless steel berturut-turut yaitu sebesar 8265.79 W/m2 0C dan 7402.89 W/m0C
pada tegangan 5.5 volt.
5. Bahwa jenis bahan brass merupakan bahan yang paling baik dalam
mengalirkan kalor dibandingkan dengan aluminium, stainless steel,
4.2. Saran
Adapun saran yang dapat di berikan untuk praktikan selanjutnya yang
berdasarkan prkatikum yang sudah di lakukan adalah sebaiknya alat yang
digunakan diperiksa terlebih dahulu kondisinya oleh teknisi sebelum dipergunakan
dalam praktikum, agar memudahkan praktikan melakukan percobaan, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat. Kemudian sebaiknya untuk alat-alat yang sudah
rusak atau tidak layak pakai lagi dilakukan perbaikan ulang agar data hasil
praktikum yang di dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
PERHITUNGAN
A. Perhitungan
∆Xhot = 0,0375 m
∆Xint = 0,030 m
∆Xcold = 0,0375 m
D = 0,025 m
Untuk bahan dari Almunium
1. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 1.5 V
1. Heat Flow
Q =VxI
= 1.5 V x 2 A
= 3 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 23,8 – 23,4
= 0,4 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 2
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 375 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 22,1- 21,1
= 1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 2
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1
= 1500 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(23,6 − 23,4)
= 23,4 −
2
= 23,3 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(22,1 − 21,6)
= 22,1 +
2
= 22,35 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,3 – 22,35
= 0,95 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,95
= 126,32 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (375 + 126,32 + 1500) × 3
= 667,11
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (23,8 − 21,1)
= 1481,5 W/m2 oC
= 23,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,2 − 22,8)
= 23,2 +
2
= 23 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,8 – 23
= 0,8 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 10
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,8
= 937,5 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (1875 + 937,5 + 1250) × 3
= 1354,2
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
10
=
0,0005 (24,3 − 22,6)
= 11764,7 W/m2 oC
= 23,95 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,8 − 23,2)
= 23,8 +
2
= 23,5 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,95 – 23,5
= 0,45 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 24
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,45
= 3200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (4500 + 3200 + 1800) × 3
= 3166,67
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
24
=
0,0005 (25,2 − 22,8)
= 20000 W/m2 oC
= 24,93 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,3 − 23,9)
= 24,3 +
2
o
= 24,1 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 24,93 – 24,1
= 0,83 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 44
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,83
= 3180,7 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5500 + 3180,7 + 4125) × 3
= 4268,57
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
44
=
0,0005 (25,5 − 23,5)
= 44000 W/m2 oC
= 24,78 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,6 − 24,1)
= 24,6 +
2
= 24,85 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 24,78 – 24,85
= 0,07 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 75
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,07
= 64285,7 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (4326,9 + 64285,7 + 7031,25) × 3
= 25214,62
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
75
=
0,0005 (26,4 − 23,8)
= 57692 W/m2 oC
= 25,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(25,5 − 25,1)
= 25,5 +
2
o
= 25,7 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 25,8 – 25,7
= 0,1 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,1
= 1200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (375 + 1200 + 214,29) × 3
= 596,43
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (26,3 − 25,8)
= 2666,67 W/m2 oC
= 26,2 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(26,1 − 25,6)
= 26,1 +
2
o
= 26,4 C
= 2488,9
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
14
=
0,0005 (26,8 − 25,2)
= 17500 W/m2 oC
= 27,3 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(26,8 − 26,2)
= 26,8 +
2
= 27,1 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 27,3 – 27,1
= 0,2 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 30
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 9000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5625 + 9000 + 2250) × 3
= 5625
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
30
=
0,0005 (27,6 − 25,8)
= 33333,33 W/m2 oC
4. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 4.5 V
1. Heat Flow
Q =VxI
= 4.5 V x 13 A
= 52 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 28,2 – 27,7
= 0,5 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 52
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,5
= 7800 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 27,5 – 26,7
= 0,8 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 52
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,8
= 4875 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(27,85 − 27,7)
= 27,7 −
2
= 27,63 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(27,5 − 27,1)
= 27,5 +
2
= 27,3 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 27,63 – 27,3
= 0,33 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 52
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,33
= 9454,5 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (7800 + 9454,5 + 4875) × 3
= 7376,5
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
52
=
0,0005 (28,2 − 26,7)
= 69333,33 W/m2 oC
= 27,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(27,6 − 27,4)
= 27,6 +
2
o
= 27,7 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 27,8 – 27,7
= 0,1 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 80
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,1
= 48000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) ×
3
1
= (12000 + 48000 + 8571) × 3
= 68571
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
80
=
0,0005 (28,4 − 26,9)
= 106666,67 W/m2 oC
= 23,85 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,5 − 23,1)
= 23,5 +
2
o
= 23,2 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 23,85 – 23,2
= 0,65 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,65
= 184,62 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (750 + 184,62 + 150) × 3
= 361,5
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (24,1 − 22,5)
= 2500 W/m2 oC
= 24,1 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,7 − 23,4)
= 23,7 +
2
o
= 23,85 C
\
= 1755,2
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
8
=
0,0005 (24,3 − 22,6)
= 9411,8 W/m2 oC
= 25,1 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,8 − 24,3)
= 24,8 +
2
= 25,05 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 25,1 – 25,05
= 0,05 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 21
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,05
= 1200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5250 + 1200 + 926,47) × 3
= 2458,8
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
21
=
0,0005 (25,5 − 23,1)
= 17500 W/m2 oC
= 25,5 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(25,1 − 24,7)
= 25,1 +
2
= 25,3 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 25,5 – 25,3
= 0,2 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 40
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 12000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5000 + 12000 + 3750) × 3
= 6916,67
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
40
=
0,0005 (26,2 − 24,3)
= 42105,3 W/m2 oC
= 29836,8
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
65
=
0,0005 (26,6 − 24,4)
= 59090,9 W/m2 oC