Anda di halaman 1dari 50

ABSTRAK

Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas yang terjadi jika
dalam suatu bahan yang bersifat kontinu terdapat gradient suhu, dimana panas akan
mengalir tanpa ada disertai oleh suatu gerakan zat. Prinsip dasarnya adalah jika ada dua
benda yang berbeda suhu maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi
ke benda yang suhunya lebih rendah. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan laju
aliran panas melintasi benda padat satu dimensi pada keadaan stedi dan menentukan
overall heat transfer coefficient, aliran panas melintasi kombinasi bahan dalam susunan
seri. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran temperatur disetiap thermocouple pada
masing-masing bahan (aluminium, brass, stainless steel) dengan memvariasikan voltage
(1 volt, 2 volt, 3 volt, 4 volt dan 5 volt), sehingga didapatkan data-data temperatur di setiap
posisi thermocouple T1, T2, T3, T6, T7 dan T8 untuk bahan stainless steel dan aluminium.
Untuk bahan brass didapatkan data-data temperatur disetiap posisi thermocouple T1, T2,
T3, T6, T7 dan T8. Laju aliran kalor (Q) yang diperoleh untuk bahan Brass adalah 40.4 Watt
dan Overall Heat Transfer Coefficient yang diperoleh 45899,99 W/m2 0C. Pada bahan
Aluminium laju aliran kalor (Q) yang diperoleh 35.1 Watt, Overall Heat Transfer
Coefficient 25771,16 W/m20C.Sedangkan pada bahan Stainless Steel laju aliran kalor (Q)
yang diperoleh 30.8 Watt dan Overall Heat Transfer Coefficient 26121,6 W/m20C.

Kata kunci : konduksi, laju aliran kalor, overall heat transfer coefficient, perpindahan
kalor.
Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia I Komalasari, ST, MT

“PERPINDAHAN PANAS SECARA KONDUKSI”

DISUSUN OLEH :
D3-C
Kelompok II

1. FAHIRA ( 1807036075 )
2. HAIRUL MUHSININ ( 1807035925 )
3. NOVIN INTAN Z. ( 1807036037 )
4. SANDI JAYA N. ( 1807025217 )

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan laju aliran kalor melintasi benda padat satu dimensi pada
keadaan stedi.
2. Menentukan overallheat transfer coefficient aliran kalor melintasi kombinasi
bahan dalam susunan seri.

1.2. Dasar Teori


Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah ketika kedua benda bersentuhan.Suhu adalah ukuran rata -rata energi kinetik
partikel dalam suatu benda. Kalor bisa diibaratkan seperti air yang secara spontan
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa peduli berapa banyak
air yang sudah berada di bawah. Panas juga mengalir secara spontan dari benda
yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah tidak peduli
seberapa besar ukuran kedua benda itu (ukuran benda menentukan banyaknya
kandungan kalor).Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk
2 cara, yaitu untuk merubah wujud benda atau untuk menaikkan suhu benda itu.
Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan
suhu tergantung pada (Kern, 1965) :
1. massa benda
2. kalor jenis benda
3. perbedaan suhu kedua benda
Suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang
terjadi. Dua kemungkinan tersebut adalah kalor sensibel (sensible heat) dan kalor
laten (latent heat). Kalor sensibel (sensible heat) adalah kalor yang dihasilkan pada
peristiwa perubahan temperatur dari zat yang menerima atau melepaskan kalor.
Apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka akan mengalami peningkatan
temperatur dan jika zat tersebut melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami
penurunan temperatur. Yang kedua adalah terjadi perubahan fase zat. Kalor jenis
ini disebut dengan kalor laten (latent heat). Jika suatu zat menerima atau
melepaskan kalor, pada awalnya akan terjadi perubahan termperatur, namun
demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan
perubahan fase. Kalor yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat
terdapat dua macam kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten
penguapan (pengembunan). Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor
sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu
zat (MC Cabe, 1985).
Bila dua buah benda atau zat yang suhunya berbeda berada dalam kontak
termal,maka kalor akan mengalir (berpindah) dari benda yang suhunya lebih tinggi
ke benda yang suhunya lebih rendah. Secara natural perpindahan kalor tersebut
terjadi akibat perbedaan temperatur, dimana kalor bergerak dari suatu zat dengan
termperatur tinggi ke suatu zat dengan terperatur lebih rendah. Perpindahan energi
kalor ini akan terus berlangsung hingga kedua benda tersebut mencapai
kesetimbangan terperatur. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada
kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju
perpindahan panas. Pengaliran kalor itu dapat berlangsung dengan 3 ragam
mekanisme, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi .Konduksi adalah perpindahan
kalor di mana zat perantaranya tidak ikut berpindah. Konveksi adalah perpindahan
kalor di mana zat perantaranya ikut berpindah akibat adanya perbedaan massa jenis
atau kerapatan. Radiasi adalah perpindahan kalor secara pancaran yang berupa
gelombang elektromagnetik. Namun akan lebih banyak dibahas tentang
perpindahan kalor secara konduksi ( Gerald, 2005).
Konduksi adalah proses perpindahan kalor yang terjadi tanpa disertai dengan
perpindahan partikel-partikel dalam zat itu, contoh perpindahan kalor secara
konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek pemasak air atau batang
logam pada dinding tungku (Kern,1965).
Panas bisa diibaratkan seperti air yang secara spontan mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa peduli berapa banyak air yang sudah
berada di bawah. Panas juga mengalir secara spontan dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah tidak peduli seberapa
besar ukuran kedua benda itu (ukuran benda menentukan banyaknya kandungan
panas) (Gerald,2005).
Bagaimana perpindahan panas secara konduksi ini? Bayangkan kita
memegang sendok untuk mengaduk kopi panas yang nikmat, beberapa saat setelah
ujung sendok tercelup kopi panas, ujung yang sedang kita pegang akan terasa panas
juga padahal tidak ikut tercelup kopi. Proses pindahnya panas dari kopi ke sendok
itu adalah perpindahan secara konduksi. Cerita tentang perpindahan panas itu
dimulai ketika molekul air dan kopi yang lebih beringas dan brutal menendang dan
menonjok molekul di sepanjang permukaan sendok yang tercelup kopi. Akibatnya
molekul di permukaan sendok itu marah dan ikut-ikutan berbuat brutal kepada
sesama molekul sendok yang berada di dekatnya, kejadian terus berulang sampai
semua molekul sendok baik yang tercelup maupun tidak menjadi sama brutalnya
dengan molekul air dan kopi. (ingat panas dan temperatur benda adalah akibat dari
sikap brutal molekul/partikelnya) (Kreith, 2005).
1.2.1 Konduktivitas Thermal (Daya Hantar Panas)
Adalah sifat bahan yang menunjukkan seberapa cepat bahan itu dapat
menghantarkan panas konduksi. Pada umumnya nilai k dianggap tetap, namun
sebenarnya nilai k dipengaruhi oleh suhu (T). Berdasarkan daya hantar kalor, benda
dibedakan menjadi dua, yaitu (Gerald,2005):
1. Konduktor →bahan yang mudah dalam menghantarkan kalor (mempunyai
konduktivitas yang baik)
Contoh : aluminium, besi, baja, tembaga
2. Isolator→bahan yang lebih sulit dalam menghan tarkan kalor (mempunyai
konduktivitas yang jelek)
Contoh : plastik, kayu, kain, kertas, kaca

Tabel 1. Thermal Conductivities, Densities, and Heat Capacities of Metal


T ρ Cp
Material k (W/m.K)
(oC) (kg/m3) (KJ/Kg.K)

Aluminium 20 2707 0,896 202 (0o C) 206 (1000C) 215 (2000C)


Brass (70-
20 8522 0,385 97 (00C) 104 (1000C) 109 (2000C)
30)
Cast iron 20 7953 0,465 55(00C) 52 (1000C) 48 (2000C)
Cooper 20 8954 0,383 388 (00C) 377 (1000C) 372 (2000C)
Lead 20 11370 0,13 35 (00C) 33 (1000C) 31 (2000C)

Steel 1% C 20 7801 0,473 45,3 (00C) 45 (1000C) 45 (2000C)


308
stainless 20 7849 0,461 15,2 (00C) 21,6(1000C) 18,9(2000C)
steel

1.2.2 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh Overall Heat Transfer


Coefficient, U
Merupakan aliran panas menyeluruh sebagai hasil gabungan proses
konduksi dan konveksi. Koefisien perpindahan panas menyeluruh dinyatakan
dengan W/m2oC (Holman, 2006).

1.2.3 Perpindahan Kalor Konduksi di dalam Zat Padat

Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat
dari transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu.
Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada
logam cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Christie, 2000).

Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah berupa
kesebandingan antara laju aliran kalor melintas permukaan isothermal dan gradient
suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut hukum
Fourier yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu.
Hukum tersebut dapat dituliskan sebagai (Kern,1965):

dq ∂T
= −k ∂n……………………………………………… (1)
dA

Dimana:
A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran kalor
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan
T = suhu
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi
posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk
aliran stedi satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan (Kreith, 2005) :
q 𝑑T
= −k ...........................................................(2)
A 𝑑n
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Kreith,2005).
1.2.4 Aliran Kalor Melintasi Lempeng

Jika pada suatu lempeng rata seperti terlihat pada Gambar 1, diandaikan
bahwa k tidak tergantung pada suhu dan luas dinding sangat besar dibandingkan
dengan tebalnya, sehingga kehilangan kalor dari tepi-tepinya dapat diabaikan.
Permukaan-permukaan luar dinding tegak lurus terhadap bidang gambar, dan kedua
permukaan itu isothermal (Kreith,2005)
T1

T2

x1 x2

Gambar 1. Pemanasan Suatu Lempeng pada Keadaan Stedi


Arah aliran kalor tegak lurus terhadap dinding. Karena keadaan stedi, tidak
ada penumpukan ataupun pengurasan kalor di dalam lempeng itu, dan q konstan di
sepanjang lintas aliran kalor. Jika x adalah jarak dari sisi yang panas, maka
persamaan 2 dapat dituliskan (Kreith,2005):
q 𝑑T
= −k .........................................................................(3)
A 𝑑x
Oleh karena hanya x dan T yang merupakan variabel dalam Pers. (3), integrasi
langsung akan menghasilkan :
q T1−T2 ∆T
=k = …………………………………………………(4)
A x2−x1 ∆x
Dimana ∆T = beda suhu melintas lempeng
∆x = tebal lempeng
Bila konduktivitas termal k berubah secara linier dengan suhu, maka k diganti
dengan nilai rata-rata k̅. Nilai k̅ dapat dihitung dengan mencari rata-rata aritmetik
dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan menghitung rata-rata
aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk (Gerald, 2005):
∆T
q= ……………………………………………………………(5)
R
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2.
Karena dalam aliran kalor stedi semua kalor yang melalui tahanan pertama
harus seluruhnya melalui tahanan kedua pula, dan lalu tahanan ketiga, maka qa, qb
dan qc tentulah sama, dan ketiganya dapat ditandai dengan q.
q ka ∆Ta kb ∆Tb kc ∆Tc
= = = ………………………………………(6)
A ∆xa ∆xb ∆xc

Selanjutnya,
q x x x
(T1 − T8 ) = (∆Ta + ∆Tb + ∆Tc ) = ( a + b + c ).............................(7)
A k k k a b c

atau
q
= U(T1 − T8 )……………………………………………………...(8)
A

dimana
1 xa xb x
=( + + c ) = R ...................................................................(9)
U ka kb k c

U adalah overall heat transfer coefficient


Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses konduksi ini
tergantung pada :
1. Berbanding lurus dengan luas penampang batang
2. Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan
3. Berbanding terbalik dengan panjang batang

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1.Alat
Peralatan percobaan berupa :
1. HT10X Heat Transfer Service Unit
2. HT11 Linier Heat Conduction Accessory
3. Multimeter
4. Lempeng aluminium, stainless stell dan brass

2.2.Prosedur Percobaan
2.2.1. Set-up peralatan
1. Tempatkan HT11 Linier Heat Conductin Accessory berdekatan dengan
HT10X Heat Transfer Service Unit
2. Pada HT11, selipkan Brass Section atau Stainless Steel Section atau
aluminium antara heated section dan cooled section
3. Hubungkan 8 termokopel ke HT11
4. Set VOLTAGE CONTROL potensiometer keminimum dan switch
selector ke MANUAL
5. Hubungkan power heat dari HT11 ke socket marked O/P3 Service Unit
6. Pastikan bahwa suplai air pendingin berhubungan kemasukan Pressure
Regulating Valve pada HT11.

2.2.2. . Prosedur Percobaan


1. Alirkan air pendingin atau atur Flow Control valve pada 1,5 liter/menit.
2. Set heater voltage pada 1.5 volt (pembacaan pada voltage control
potentiometer dan top panel meter diset ke posisi V).
3. Tunggu sampai HT11 stabil (monitor temperaturnya dengan lower
selector swith/meter)
4. Jika temperaturnya stabil,catat T1,T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8 (0C) dan I
(Ampere) dengan menggunakan bahan brass, stainless stell, dan
aluminium.
5. Ulangi percobaan diatas pada voltase 2.5, 3.5, 4.5 , dan 5.5.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan

3.1.1 Harga Q, K dan U Untuk Setiap Bahan Menggunakan HT11

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan dengan


data sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Menggunakan HT11 untuk Lempengan Brass

K rata-
V I Q K hot K cold K int U
No. rata
(Volt) (A) (W) (W/m0C) (W/m0C) (W/m0C) (W/m20C)
(W/m0C)

1 1.5 2 3 375 214,29 1200 596,43 2666,67

2 2.5 7 17.5 2100 1166,67 4200 2488,9 17500

3 3.5 10 35 5625 2250 9000 5625 33333,3

4 4.5 13 58.5 7800 4875 9454,5 7376,5 69333,3

5 5.5 16 88 12000 8571 48000 68571 106666,7

Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan brass:
(3 + 17.5 + 35 + 58.5 + 88)
Q rata−rata = = 40.4 watt
5
2666,67+17500+33333,3+69333,3+106666,7
Urata−rata = = 45899,99 W/m2 °C
5

Tabel 3.2. Hasil Percobaan Menggunakan HT11 untuk Lempengan Aluminium

K cold
V I Q K hot K int K rata-rata U
No. (W/m0C
(Volt) (A) (W) (W/m0C) (W/m0C) (W/m0C) (W/m20C)
)
1 1.5 2 3 375 1500 136,32 670,44 1481,5
2 2.5 5 12.5 1875 1250 780 1301,67 5882
3 3.5 8 28 4500 1800 3200 3166,67 20000
4 4.5 11 49.5 5500 4125 6139,5 5254,8 44000
5 5.5 15 82.5 4326,92 11250 64285,7 26620,87 57692,3

Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan
aluminium:
(3 + 12.5 + 28 + 49.5 + 82.5)
Q rata−rata = = 35.1 watt
5
1481,5+5882+20000+44000+57692,3
Urata−rata = = 25811.16W/m2 °C
5

Tabel 3.3. Hasil Percobaan Menggunakan HT11 untuk Lempengan Stainless Steel.

V K hot K cold K int K rata- U


No I Q
(Volt (W/m0C (W/m0C (W/m0C rata (W/m20C
. (A) (W)
) ) ) ) (W/m0C) )

1 1.5 2 3 750 150 184,62 361,5 2500

2 2.5 4 10 3000 545,5 1920 1755,2 9411,8

3 3.5 7 24.5 5250 926,47 1200 2458,8 17500

4 4.5 10 45 5000 3750 12000 6916,67 42105,3

5 5.5 13 71.5 6093,8 5416,67 78000 29836,8 59090,9

Laju aliran kalor (Q) dan Overall Heat Transfer Coefficient (U) untuk bahan
stainless steel :
(3 + 10 + 24.5 + 45 + 71.5)
Q rata−rata = = 30.8 watt
5
2500+9411,8+17500+42105,3+59090,9
Urata−rata = = 26121,6W/m2 °C
5

3.2Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Konduktivitas Termal pada Bahan Brass, Aluminium dan
Stainless Steel.

Percobaan dilakukan dengan tiga variasi bahan yaitu brass, aluminium dan
stainless steel. Bahan diselipkan pada 2 buah area yaitu heated section dan
cooledsection, dan selanjutnya panas mengalir pada bahan secara linier. Data yang
didapati dari percobaan ialah kuat arus (I), tegangan (V), dan temperature T1, T3,
T6, T7, T8 untuk ketiga bahan. Dari ketiga bahan memiliki konduktivitas (K), laju
perpindahan panas (Q) dan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) yang
berbeda-beda. Pada percobaan selain jenis bahan yang divariasikan, tegangan juga
divariasikan pula pada masing-masing bahan. Nilai voltage yang digunakan pada
setiap bahan adalah sama. Voltage yang digunakan adalah 1.5 v, 2.5 v, 3.5 v, 4.5 v,
dan 5.5 v. Namun, hasil kuat arus yang didapat memiliki variasi yang berbeda
walaupun ada beberapa yang memiliki kuat arus yang sama.
koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju aliran kalor memiliki
nilai yang bervariasi. Nilai konduktivitas thermal, koefisien perpindahan panas
keseluruhan, dan laju aliran kalor yang didapat dari bahan brass adalah 16931.56
W/moC, 45899,99 W/m2oC, dan 40.4 Watt. Nilai konduktivitas thermal,
koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju aliran kalor yang didapat dari
bahan stainless steel adalah 8265.79W/moC, 26121,6 W/m2 oC, dan 30.8 Watt.
Nilai konduktivitas thermal, koefisien perpindahan panas keseluruhan, dan laju
aliran kalor yang didapat dari bahan aluminium adalah 7402.89 W/moC,
25811.16W/m2 oC, dan 35.1 Watt.
Berdasarkan literature, semakin tinggi nilai konduktivitas thermal suatu
benda, maka semakin cepat benda tersebut mengalirkan panas yang diterima dari
satu sisi ke sisi yang lain. Bahan brass menghasilkan nilai konduktivitas thermal
yang tertinggi pada percobaan ini yaitu 68571W/moC dan nilai konduktivitas
thermal yang terkecil diperoleh dari bahah stanless steel, yaitu 29836,8W/moC.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan brass merupakan bahan yang tercepat
dalam mengalirkan panas yang diterima dibandingkan bahan yang lain.

3.2.2 Pembahsan Grafik Laju Perpindahan Panas (Q) vs Tegangan (V) untuk
Bahan Brass, Aluminium dan Stainless Steel

Hubungan antara tegangan (V) dengan laju perpindahan panas (Q) untuk ketiga
bahan dapat dilihat pada gambar 3.2.2
Laju Perpindahan Panas, Q (Watt)
90
80
70
60
50
aluminium
40
30 brass
20 stainless steel
10
0
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 3.2.2 Grafik laju perpindahan panas (Q) vs tegangan (V) untuk bahan
brass, aluminium dan stainless steel

Dari gambar 3.1 juga dapat diketahui bahwa dari ketiga jenis bahan memiliki
laju perpindahan panas yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dan dari ketiga bahan
didapati bahwa jenis bahan brass memiliki laju perpindahan panas yang paling
besar dengan nilai laju perpindahan panas rata-rata 40.4 watt. Selanjutnya jenis
bahan aluminium yang memiliki laju perpindahan panas terbesar kedua dengan laju
perpindahan panas rata-rata 35.1 watt sedangkan untuk laju perpindahan panas
terkecil ialah jenis bahan stainless steel dengan laju perpindahan panas rata-rata
30.8 watt. Jadi laju perpindahan panas yang baik berturut-turut berdasarkan
percobaan ketiga jenis bahan adalah pada jenis bahan brass, aluminium dan
stainless steel.

3.2.3 Pembahasan Grafik Konduktivitas (K) vs Tegangan (V) untuk Bahan


Brass, Aluminium dan Stainless Steel

Hubungan antara tegangan (V) dan konduktivitas (K) untuk ketiga bahan
dapat dilihat pada gambar 3.2.3
Konduktivitas, K(W/m.C)
80000
70000
60000
50000 aluminium
40000
brass
30000
stainless steel
20000
10000
0
0 2 4 6
Tegangan V (Volt)

Gambar 3.2.3 Grafik konduktivitas (K) vs tegangan (V) untuk bahan brass,
aluminium dan stainless steel

Berdasarkan gambar 3.2 diatas, diketahui bahwa hubungan antara tegangan


(V) dan konduktivitas (K) berbanding lurus dimana konduktivitas semakin
meningkat dengan semakin besarnya tegangan yang diberikan. Dari gambar 3.2
juga dapat diketahui bahwa bahan brass memiliki nilai konduktivitas yang paling
tinggi, selanjutnya jenis bahan stainless steel dan yang memiliki konduktivitas
terendah ialah bahan aluminium. Nilai konduktivitas untuk bahan brass pada
tegangan tertinggi 5.5 volt adalah 16931.56 W/m0C. Nilai konduktivitas untuk
bahan stainless steel pada tegangan tertinggi 5.5 volt adalah 8265.79W/m0C.
Sedangkan untuk bahan aluminium pada tegangan tertinggi 5.5 volt nilai
konduktivitasnya 7402.89 W/m0C. Jadi nilai konduktifitas bahan yang baik
berturut-turut berdasarkan percobaan ketiga jenis bahan adalah pada jenis bahan
brass, stainless steel , dan aluminium.

3.2.4 Pembahasan Grafik Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U) vs


Tegangan (V) untuk Bahan Brass, Aluminium dan Stainless Steel.

Hubungan antara tegangan (V) dan koefisien perpindahan panas menyeluruh


(U) dapat dilihat pada gambar 3.2.4 :
Koefisien Perpindahan Panas
Menyeluruh, U (W/m2. C)
120000

100000

80000 aluminium
60000 brass

40000 stainless steel

20000

0
0 2 4 6
Tegangan V (Volt)

Gambar 3.2.4 Grafik koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) vs tegangan


(V) untuk bahan brass, aluminium dan stainless steel

Berdasarkan gambar 3.2.4 diatas diketahui bahwa bahan brass memiliki


koefisien perpindahan panas menyeluruh rata-rata sebesar 45899,99 W/m2 °C, dan
untuk stainless steel memiliki nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh rata-
rata sebesar 26.121,6 W/m2 °C, sedangkan bahan aluminium memiliki nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruh rata-rata sebesar 25.771,16 W/m2°C.
Bahan brass memiliki koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) yang paling
besar dari ketiga bahan yang diuji cobakan. Sedangkan untuk nilai koefisien
perpindahan panas menyeluruh (U) yang terkecil ialah pada bahan aluminium. Jadi
nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh bahan yang baik berturut-turut
berdasarkan percobaan ketiga jenis bahan adalah pada jenis bahan brass, stainless
steel , dan aluminium.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil percobaan yang di lakukan adalah sebagai


bertikut:

1. Semakin rendah voltase yang digunakan maka temperatur bahan yang mengalir
didalam bahan juga semakin rendah, dan sebaliknya.
2. Laju perpindahan panas (Q) untuk bahan brass, aluminium dan stainless stell
secara berturut-turut adalah 40.4 Watt, 35.1 Watt, 30.8 Watt.
3. Overall heat transfer coefficient (U) untuk bahan brass, stainless steel , dan
aluminium yang paling besar berturut-turut yaitu 45899,99 W/m2 0C; 26.121,6
W/m2 0C, dan 25.771,16 W/m2 0C pada tegangan rata-rata 3.5 volt.
4. Konduktivitas termal untuk bahan brass pada tegangan 5.5 volt adalah
16931.56 W/m2 0C. Sedangkan konduktivitas termal untuk bahan aluminium dan
stainless steel berturut-turut yaitu sebesar 8265.79 W/m2 0C dan 7402.89 W/m0C
pada tegangan 5.5 volt.
5. Bahwa jenis bahan brass merupakan bahan yang paling baik dalam
mengalirkan kalor dibandingkan dengan aluminium, stainless steel,
4.2. Saran
Adapun saran yang dapat di berikan untuk praktikan selanjutnya yang
berdasarkan prkatikum yang sudah di lakukan adalah sebaiknya alat yang
digunakan diperiksa terlebih dahulu kondisinya oleh teknisi sebelum dipergunakan
dalam praktikum, agar memudahkan praktikan melakukan percobaan, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat. Kemudian sebaiknya untuk alat-alat yang sudah
rusak atau tidak layak pakai lagi dilakukan perbaikan ulang agar data hasil
praktikum yang di dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Gerald, C.F. 2005. Applied Numerical Analysis. Addison-Wesley Publishing


Company.
Holman, J.P. 2006. Perpindahan Panas. Penerbit Erlangga. Jakarta.
J. Christie. 2000. Transport Processes and Unit Operation.University of Minnesota
Kern, DQ. 1965. Process Heat Transfer. New York : Mc.Graw-Hill.
Kreith, F. 2005. Principles Heat Transfer. Harper & Row Publisher.
Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau.
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 1985. Unit Operation of Chemical
Enginering 4th ed. New York : Mc.Graw-Hill.

LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Pratikum : Perpindahan Panas Secara Konduksi


Dosen Pembimbing : Komalasari, ST, MT
Kelompok : II
Nama Kelompok : 1. Fahira ( 1807036075 )
2. Hairul Muhsinin ( 1807035925 )
3. Novin Intan Z. ( 1807036037 )
4. Sandi Jaya N. ( 1807025217 )

Tabel A.1. Hasil Percobaan pada HT11 Lempeng Brass


V I Temperatur (°C)
(volt) (A) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
1.5 4 26.3 26.1 25.9 25.1 24.8 25.5 25.1 24.8
2.5 5 26.8 26.55 26.3 25.6 25.2 26.1 25.6 25.2
3.5 8 27.6 27.4 27.2 27.6 26.2 26.8 26.2 25.8
4.5 11 28.2 27.55 27.7 28.2 26.7 27.5 27.1 26.7
5.5 15 28.4 28.5 27.9 28.4 26.9 27.6 27.4 26.9

Tabel A.2. Hasil Percobaan pada HT11 Lempeng Aluminium


V I Temperatur (°C)
(volt) (A) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
1.5 2 23.8 23.6 23.4 22.1 21.6 21.1
2.5 4 24.3 24.1 23.9 23.1 22,8 22.6
3.5 9 23.8 24.7 23.4 23.4 23.2 21.1
4.5 12 25.3 24.85 24.9 24.3 23.9 23.5
5.5 16 26.4 25.75 25.1 24.6 24.1 23.8

Tabel A.3. Hasil Percobaan pada HT11 Lempeng Stainless Steel


V I Temperatur (°C)
(volt) (A) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
1.5 2 24.1 24 23.9 23.9 23.1 22.5
2.5 4 24.3 24.2 24.1 23.7 23.4 22.6
3.5 8 25.5 25.35 25.2 24.8 24.3 23.1
4.5 11 26.6 25.9 25.6 25.1 24.7 24.3
5.5 14 26.6 26.2 25.8 25.3 24.8 24.4

Mengetahui, Pekanbaru, 25 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Ria Afriyani Buchari) Hairul Muhsinin


LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

A. Perhitungan
∆Xhot = 0,0375 m
∆Xint = 0,030 m
∆Xcold = 0,0375 m
D = 0,025 m
Untuk bahan dari Almunium
1. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 1.5 V
1. Heat Flow
Q =VxI
= 1.5 V x 2 A
= 3 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 23,8 – 23,4
= 0,4 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 2
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 375 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 22,1- 21,1
= 1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 2
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1
= 1500 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(23,6 − 23,4)
= 23,4 −
2

= 23,3 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(22,1 − 21,6)
= 22,1 +
2
= 22,35 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,3 – 22,35
= 0,95 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,95
= 126,32 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (375 + 126,32 + 1500) × 3

= 667,11
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (23,8 − 21,1)
= 1481,5 W/m2 oC

2. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 2.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 2.5 V x 5 A
= 12.5 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 24,3 – 23,9
= 0,4 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 10
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 1875 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 23,2- 22,6
= 0,6 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 10
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,6
= 1250 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(24,1 − 23,9)
= 23,9 −
2

= 23,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,2 − 22,8)
= 23,2 +
2
= 23 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,8 – 23
= 0,8 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 10
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,8
= 937,5 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (1875 + 937,5 + 1250) × 3

= 1354,2
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
10
=
0,0005 (24,3 − 22,6)
= 11764,7 W/m2 oC

3. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 3.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 3.5 V x 8 A
= 28 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 23,8 – 23,4
= 0,4 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 24
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 4500 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 22,1 – 21,1
= 1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 24
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1
= 1800 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(24,7 − 24,2)
= 24,2 −
2

= 23,95 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,8 − 23,2)
= 23,8 +
2
= 23,5 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 23,95 – 23,5
= 0,45 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 24
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,45
= 3200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (4500 + 3200 + 1800) × 3
= 3166,67
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
24
=
0,0005 (25,2 − 22,8)
= 20000 W/m2 oC

4. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 4.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 4.5 V x 11 A
= 49.5 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 25,5 – 24,9
= 0,6 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 44
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,6
= 5500 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 24,3 – 23,5
= 0,8 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 44
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,8
= 4125 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(24,85 − 24,9)
= 24,9 −
2

= 24,93 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,3 − 23,9)
= 24,3 +
2
o
= 24,1 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 24,93 – 24,1
= 0,83 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 44
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,83
= 3180,7 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5500 + 3180,7 + 4125) × 3

= 4268,57
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
44
=
0,0005 (25,5 − 23,5)
= 44000 W/m2 oC

5. Pengolahan data untuk bahan Almunium pada voltase 5.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 5.5 V x 15 A
= 82.5 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 26,4 – 25,1
= 1,3 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 75
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 1,3
= 4326,9 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 24,6 – 23,8
= 0,8 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 75
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,8
= 7031,25 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(25,75 − 25,1)
= 25,1 −
2

= 24,78 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,6 − 24,1)
= 24,6 +
2
= 24,85 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 24,78 – 24,85
= 0,07 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 75
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,07
= 64285,7 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (4326,9 + 64285,7 + 7031,25) × 3

= 25214,62
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
75
=
0,0005 (26,4 − 23,8)
= 57692 W/m2 oC

Untuk bahan dari BRASS

1. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 1.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 1.5 V x 2 A
= 2 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 26,3 – 25,9
= 0,4 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 2
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 375 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 25,5 – 24,8
= 0,7 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 2
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,7
= 214,29 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(26,1 − 25,9)
= 25,9 −
2

= 25,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(25,5 − 25,1)
= 25,5 +
2
o
= 25,7 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 25,8 – 25,7
= 0,1 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,1
= 1200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (375 + 1200 + 214,29) × 3
= 596,43
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (26,3 − 25,8)
= 2666,67 W/m2 oC

2. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 2.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 2.5 V x 7 A
= 14 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 26,8 – 26,3
= 0,5 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 14
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,5
= 2100 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 26,1 – 25,2
= 0,9 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 14
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,9
= 1166,67 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(26,55 − 26,3)
= 26,3 −
2

= 26,2 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(26,1 − 25,6)
= 26,1 +
2
o
= 26,4 C

9. Temperature difference across specimen


∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 26,2 – 26,4
= 0,2 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 14
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 4200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (2100 + 4200 + 1166,67) × 3

= 2488,9
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
14
=
0,0005 (26,8 − 25,2)
= 17500 W/m2 oC

3. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 3.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 3.5 V x 10 A
= 30 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 27,6 – 27,2
= 0,4 oC

4. Conductivity in heated section


∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 30
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,4
= 5625 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 26,8 – 25,8
= 1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 30
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1
= 2250 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(27,4 − 27,2)
= 27,2 −
2

= 27,3 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(26,8 − 26,2)
= 26,8 +
2
= 27,1 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint = Thotface – Tcoldface
= 27,3 – 27,1
= 0,2 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 30
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 9000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5625 + 9000 + 2250) × 3

= 5625
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
30
=
0,0005 (27,6 − 25,8)
= 33333,33 W/m2 oC
4. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 4.5 V
1. Heat Flow
Q =VxI
= 4.5 V x 13 A
= 52 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 28,2 – 27,7
= 0,5 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 52
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,5
= 7800 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 27,5 – 26,7
= 0,8 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 52
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,8
= 4875 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(27,85 − 27,7)
= 27,7 −
2

= 27,63 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(27,5 − 27,1)
= 27,5 +
2
= 27,3 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 27,63 – 27,3
= 0,33 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 52
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,33
= 9454,5 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (7800 + 9454,5 + 4875) × 3
= 7376,5
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
52
=
0,0005 (28,2 − 26,7)
= 69333,33 W/m2 oC

5. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 5.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 5.5 V x 16 A
= 80 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 28,4 – 27,9
= 0,5 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 80
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,5
= 12000 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 27,6 – 26,9
= 0,7 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 80
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,7
= 8571 W/moC

7. Temperature at hotface of specimen


(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(28,15 − 27,9)
= 27,9 −
2

= 27,8 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(27,6 − 27,4)
= 27,6 +
2
o
= 27,7 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 27,8 – 27,7
= 0,1 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 80
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,1
= 48000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) ×
3
1
= (12000 + 48000 + 8571) × 3
= 68571
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
80
=
0,0005 (28,4 − 26,9)
= 106666,67 W/m2 oC

Untuk bahan dari STAINLES

1. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 1.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 1.5 V x 2 A
= 2 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 24,1 – 23,9
= 0,2 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 2
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 750 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 23,5 – 22,5
= 1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 2
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1
= 150 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(24 − 23,9)
= 23,9 −
2

= 23,85 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,5 − 23,1)
= 23,5 +
2
o
= 23,2 C
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Tcoldface - Thotface
= 23,85 – 23,2
= 0,65 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 2
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,65
= 184,62 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (750 + 184,62 + 150) × 3
= 361,5
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
2
=
0,0005 (24,1 − 22,5)
= 2500 W/m2 oC

2. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 2.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 2.5 V x 4 A
= 8 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 24,3 – 24,1
= 0,2 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 8
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 3000 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 23,7 – 22,6
= 1,1 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 8
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1,1
= 545,5 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(24,2 − 24,1)
= 24,1 −
2

= 24,1 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(23,7 − 23,4)
= 23,7 +
2
o
= 23,85 C
\

9. Temperature difference across specimen


∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 24,1 – 23,85
= 0,25 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 8
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,25
= 1920 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (3000 + 1920 + 345,5) × 3

= 1755,2
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
8
=
0,0005 (24,3 − 22,6)
= 9411,8 W/m2 oC

3. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 3.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 3.5 V x 7 A
= 21 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 25,5 – 25,2
= 0,3 oC

4. Conductivity in heated section


∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 21
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,3
= 5250 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 24,8 – 23,1
= 1,7 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 21
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 1,7
= 926,47 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(25,35 − 25,2)
= 25,2 −
2

= 25,1 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(24,8 − 24,3)
= 24,8 +
2
= 25,05 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 25,1 – 25,05
= 0,05 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 21
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,05
= 1200 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5250 + 1200 + 926,47) × 3

= 2458,8
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
21
=
0,0005 (25,5 − 23,1)
= 17500 W/m2 oC

4. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 4.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 4.5 V x 10 A
= 40 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 26,2 – 25,6
= 0,6 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 40
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,6
= 5000 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 25,1 – 24,3
= 0,8 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 40
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,8
= 3750 W/moC
7. Temperature at hotface of specimen
(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(25,9 − 25,6)
= 25,6 −
2

= 25,5 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(25,1 − 24,7)
= 25,1 +
2
= 25,3 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 25,5 – 25,3
= 0,2 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 40
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,2
= 12000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (5000 + 12000 + 3750) × 3

= 6916,67
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
40
=
0,0005 (26,2 − 24,3)
= 42105,3 W/m2 oC

5. Pengolahan data untuk bahan Brass pada voltase 5.5 V


1. Heat Flow
Q =VxI
= 5.5 V x 13 A
= 65 Watt
2. Cross sectional area
𝜋𝐷 2
𝐴=
4
(3,14)(0,025)2
=
4
= 0,0005 m2
3. Temperature difference in heated section
∆Thot = T1 – T3
= 26,6 – 25,8
= 0,8 oC
4. Conductivity in heated section
∆𝑋ℎ𝑜𝑡 × 𝑄
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
0,0375 × 65
𝐾ℎ𝑜𝑡 =
0,0005 × 0,8
= 6093,8 W/moC
5. Temperature difference in cooled section
∆Tcold = T6 – T8
= 25,3 – 24,4
= 0,9 oC
6. Conductivity in cooled section
∆𝑋𝑐𝑜𝑙𝑑 × 𝑄
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
𝐴 × ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑
0,0375 × 65
𝐾𝑐𝑜𝑙𝑑 =
0,0005 × 0,9
= 5416,67 W/moC

7. Temperature at hotface of specimen


(T2 − T3 )
Tℎ𝑜𝑡𝑓𝑎𝑐𝑒 = T3 −
2
(26,2 − 25,8)
= 25,8 −
2
= 25,6 oC
8. Temperature at coldface of specimen
(T6 − T7 )
T𝑐𝑜𝑙𝑑𝑓𝑎𝑐𝑒 = T6 +
2
(25,3 − 24,8)
= 25,3 +
2
= 25,55 oC
9. Temperature difference across specimen
∆Tint =–Thotface - Tcoldface
= 25,6 – 25,55
= 0,05 oC
10. Conductivity in intermediate section
∆𝑋𝑖𝑛𝑡 × 𝑄
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
𝐴 × ∆𝑇𝑖𝑛𝑡
0,03 × 65
𝐾𝑖𝑛𝑡 =
0,0005 × 0,05
= 78000 W/moC
1
11. K rata−rata = (K hot + K int + K cold ) × 3
1
= (6093,8 + 78000 + 5416,67) × 3

= 29836,8
12. Overall Heat Transfer Coefficient
𝑄
𝑈=
𝐴(𝑇1 − 𝑇8 )
65
=
0,0005 (26,6 − 24,4)
= 59090,9 W/m2 oC

Anda mungkin juga menyukai