Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PARA PEJABAT

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia

Dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Tulungagung

Dosen pembimbing ;

Eva Dewi Purwitasari SPd.MPd

Disusun Oleh :
Feni Aftikasari

Npm : 19611100011

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


Judul

PROPOSAL TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PARA PEJABAT

I . PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, yang mengatur segala kehidupan masyarakat Indonesia, Hukum disini
mempunyai arti yang sangat penting dalam aspek kehidupan sebagai pedoman tingkah laku
manusia dalam hubunganya dengan manusia yang lain.

Hukum merupakan sarana untuk mengatur masyarakat sebagai sarana kontrol sosial,
maka hukum bertugas untuk menjaga agar masyarakat dapat tetap berada dalam pola-pola
tingkah laku yang diterima olehnya. Didalam peranannya yang demikian ini hukum hanya
mempertahankan saja apa yang telah terjadi sesuatu yang tetap dan diterima dalam masyarakat.
Tetapi diluar itu hukum masih dapat menjalankan fungsinya yang lain yaitu dengan tujuan
untuk mengadakan perubahan-perubahan di dalam masyarakat.

Hukum bertugas untuk mengatur masyarakat yang dimaksudkan bahwa kehadiran


hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan untuk mengkoordinasikan
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat, Sehingga diharapkan kepentingan-
kepentingan yang satu dan yang lain tidak saling barlawanan. Untuk mencapai keadaan ini
dapat dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan tersebut.

Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik hukum institusi


Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Secara parsial, dapat disimpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia serius melawan dan
memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Tebang pilih. Begitu kira-kira pendapat
beberapa praktisi dan pengamat hukum terhadap gerak pemerintah dalam menangani kasus
korupsi akhir-akhir ini.

Celah kelemahan hukum selalu menjadi senjata ampuh para pelaku korupsi untuk
menghindar dari tuntutan hukum. Kasus Korupsi mantan Presiden Soeharto, contoh kasus yang
paling anyar yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Perspektif politik selalu
mendominasi kasus-kasus hukum di negeri sahabat Republik BBM ini. Padahal penyelesaiaan
kasus-kasus korupsi besar seperti kasus korupsi Soeharto dan kroninya, dana BLBI dan kasus-
kasus korupsi besar lainnya akan mampu menstimulus program pembangunan ekonomi di
Indonesia.

Korupsi merupakan permasalah mendesak yang harus diatasi, agar tercapai


pertumbuhan dan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang setiap hari
diberitakan oleh media massa baik cetak maupun elektronik, tergambar adanya peningkatan
dan pengembangan model-model korupsi. Retorika anti korupsi tidak cukup ampuh untuk
memberhentikan praktek tercela ini. Peraturan perundang-undang yang merupakan bagian dari
politik hukum yang dibuat oleh pemerintah, menjadi meaning less, apabila tidak dibarengi
dengan kesungguhan untuk manifestasi dari peraturan perundang-undangan yang ada. Politik
hukum tidak cukup, apabila tidak ada recovery terhadap para eksekutor atau para pelaku
hukum. Konstelasi seperti ini mempertegas alasan dari politik hukum yang dirancang oleh
pemerintah tidak lebih hanya sekedar memenuhi meanstream yang sedang terjadi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis dapat merumuskan masalah mengenai :

a. Bagaimana terselenggaranya suatu keadilan terhadap kasus korupsi di indonesia ?

b. Bagaimanakah ketertarikan masyarakat terhadap penindakan kasus korupsi terhadap para


pejabat ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan penelitian ini antara lain yaitu dikemukakan
sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana terselenggaranya suatu keadilan terhadap kasus korupsi.

b. Untuk mengetahui ketertarikan masayarakat terhadap penindakan kasus korupsi yang dilakukan
pejabat negara.

D. Ruang Lingkup : Hukum Pidana


II. LANDASAN TEORI

1. Pengertian korupsi

Jeremy Pope dalam bukunya Confronting Coruption: The Element of National Integrity
System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi
keprihatinan semua orang.

Menurut Dieter Frish, mantan Direktur Jenderal Pembangunan Eropa. Korupsi merupakan
tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu Negara, dan
menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena
alasan keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan publik. Korupsi selalu
menyebabkan situasi sosial-ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian ini tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi dan peluang bisnis yang sehat. Akhiar Salmi
dalam makalahnya menjelaskan bahwa korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.

perundang-undangan Republik Indonesia mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak


pidana. Mubaryanto, Penggiat ekonomi Pancasila, dalam artikelnya menjelaskan tentang
korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan adalah korupsi, yang kini
kita lunakkan menjadi “KKN”. Perubahan nama dari korupsi menjadi KKN ini barangkali
beralasan karena praktek korupsi memang terkait koneksi dan nepotisme. Tetapi tidak dapat
disangkal bahwa dampak “penggantian” ini tidak baik karena KKN ternyata dengan kata
tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingkan dengan penggunaan kata
korupsi secara gamblang dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

4. Penanganan terhadap Kasus Korupsi

Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghambat pengembangan


sistem pemerintahan demokratis. Korupsi memupuk tradisi perbuatan yang menguntungkan
diri sendiri atau kelompok, yang mengesampingkan kepentingan publik. Dengan begitu
korupsi menutup rapat-rapat kesempatan rakyat lemah untuk menikmati pembangunan
ekonomi, dan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan yang paling ampuh dalam melawan
korupsi di Indonesia. Pertama, mulai dari meningkatkan standar tata pemerintahan – melalui
konstruksi integritas nasional. Tata pemerintahan modern mengedepankan sistem tanggung
gugat, dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang bebas dengan batas-batas undang-
undang yang juga harus mendukung terciptanya tata pemerintah dan masyarakat yang bebas
dari korupsi. Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan yang merupakan bagian dari tata
pemerintahan, yudikatif, tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun, memiliki ruang
kebebasan menegakkan kedaulatan hukum dan peraturan. Dengan demikian akan terbentuk
lingkaran kebaikan yang memungkin seluruh pihak untuk melakukan pengawasan, dan pihak
lain diawasi.

jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri, namun
sebagai tangggung jawab untuk mengelola dan bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan
mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Biasanya resiko politik merupakan
hambatan utama dalam melawan gerusan korupsi terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Masyarakat sipil akan mendorong pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang
memadai. masyarakat sipil pula yang memberi ruang dan menciptakan ruang pembangunan
ekonomi yang potensial. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah yang tidak pernah
kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah tersebut tidak pernah tepat sasaran. Oleh
sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat keputusan
politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia. Tidak mudah
memang.

5. Penegakan Kasus Tindak Pidana Korupsi

Reformasi di bidang hukum dimulai dengan melakukan perubahan atau amandemen Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD RI 1945) dan
dilanjutkan dengan serangkaian perubahan undang-undang yang berkaitan dengan
penyelenggaraan demokrasi dan undang-undang yang esensinya melanjutkan sikap yang anti
KKN dalam lapangan hukum administrasi dan hukum pidana.

Pada dua sektor yang terakhir ini masyarakat mulai curiga dan mulai tidak percaya karena ada
dugaan terjadinya permainan politik dalam praktek penegakan hukum. Permainan politik ini
tidak dama dengan intervensi politik terhadap aparat penegak hukum, tetapi lebih jauh lagi
terjadi konspirasi antara pemegang kendali politik/kekuasaan, pembentuk hukum dan dengan
aparat penegak hukum dan hakim.

Problem hukum dan penegakan hukum tersebut tercermin dari adanya indikasi rasa
ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek penegakan hukum.

III. Metodologi Penelitian

A. Tempat penelitian : dikantor pemerintahan dan pejabat negara


B. Waktu penelitian : selama satu minggu
C. Subyek dan Obyek penelitian

Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji


kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ini dengan maksud agar para pelaku korupsi sadar
akan betapa banyaknya kerugian yang ditimpulkan akibat korupsi dan mengambil kesimpulan
umum dari bahan-bahan mengenai objek permasalahanya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

● Metode Pengumpulan Data Primer ( Data Lapangan) : Yang dimaksud dengan pengumpulan
data primer adalah dengan mengadakan penelitian lapangan langsung pada objeknya.

●Observasi : Dimana dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap sampel yang bersangkutan untuk memperoleh data yang cukup valid.

●Wawancara/Interview : adalah tanya jawab dengan pejabat-pejabat ataupun dengan


responden-responden lainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian akan dilakukan analisa data dengan menghubungkan
masalah-masalah yang telah dilakukan penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan, analisa
akan dilakukan secara normatif kualitatif dimana hasil yang akan dilaporkan dalam bentuk
proposal.

Anda mungkin juga menyukai