IDENTITAS BUKU
Buku berjudul School Leadership & Administration atau yang dalam Bahasa
Indonesia artinya Kepemimpinan dan Administrasi Sekolah merupakan buku karya
Richard Gorton, Judy A. Alston, dan Petra Snowden. Buku yang diterbitkan pada
tahun 2007 oleh McGraw-Hill Companies Inc. merupakan panduan lengkap bagi para
administrator pendidikan, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dalam
memahami konsep, studi kasus, dan simulasi dari kepemimpinan dan administrasi
sekolah. Buku ini merupakan terbitan ke 7, sejak terbitan pertamanya pada tahun 1993.
Dengan total halaman buku sejumlah 438 halaman, buku ini memberikan
kemudahan kepada para pembaca dengan membagi pembahasan mengenai
kepemimpinan dan administrasi sekolah dalam 2 bagian. Bagian pertama menjelaskan
mengenai konsep utama administrasi dan sains sosial yang berjumlah 7 bab serta
bagian 2 berisi penjelasan mengenai studi kasus dan simulasi yang berjumlah 8 bab.
Pada bagian kedua, pembaca dibawa oleh penulis untuk ikut menyelesaikan contoh-
contoh permasalahan yang terjadi melalui soal-soal yang telah disiapkan oleh penulis
dengan mengimplementasikan teori-teori pada bagian pertama dalam pemecahan
masalahnya. Secara rinci sistematika yang terdapat pada buku ini, terdiri dari:
BAGIAN I: KONSEP UTAMA DALAM ADMINISTRASI DAN SAINS SOSIAL
Bab 1: Kepemimpinan
Bab 2: Pembuatan KeputusanDecision Making
Bab 3: Otoritas, Kekuatan, dan Pengaruh
Bab 4: Komunikasi
Bab 5: Manajemen Konflik
Bab 6: Budaya Organisasi
Bab 7: Pengembangan Sekolah
BAGIAN II: STUDI KASUS DAN SIMULASI
Bab 8: Pengenalan terhadap Materi Klinis dan Pengalaman Belajar
Bab 9: Memulai Tantangan
Bab 10: Permasalahan Peserta Didik
Bab 11: Hubungan antara Administrator dan Staf
Bab 12: Hubungan antara Sekolah dan Masyarakat
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
c. Pemberdayaan
Menurut Taylor dan Rosebarch kepemimpinan adalah sebuah
kegiatan yang melibatkan semua orang untuk saling membantu bekerja
dengan organisasi untuk mendapatkan kendali atas sumber daya demi
kebaikan bersama. Bukti bahwa suatu kelompok benar-benar
diberdayakan dapat dilihat dalam situasi dimna orang merasa penting serta
dapat berkontribusi dengan seorang pemimpin yang dapat memperlakukan
dan menghargai pembelajaran serta kompetensi orang dalam organisasi
juga dipandang sebagai pekerjaan yang menarik.
2. Pembuatan Keputusan
a. Sifat Pembuatan Keputusan
Lebih dari satu abad, berbagai model dan teori yang terkait dengan
proses pengambilan keputusan telah tercermin dalam literatur penelitian
tentang manajemen dan pendidikan. administrasi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kinerja dengan membuat keputusan secara kumulatif dan
berturut-turut dibangun berdasarkan asumsi pilihan.
1) Model Rasional
Pada satu model, umumnya disebut preskriptif rasional atau
normatif, pengambilan keputusan dipandang sebagai suatu proses
yang dimulai dengan suatu masalah atau kebutuhan yang kemudian
ditangani oleh administrator dengan melibatkan serangkaian langkah-
langkah Sequentlal, yang berpuncak pada solusi atau keputusan yang
efektif.
2) Menyampaikan Membuat Keputusan
Teori partisipatif secara definisi pengambilan keputusan
sebagai pilihan rasional yang dibuat semata-mata oleh administrator di
puncak hierarki pendidikan. Sebaliknya, fokusnya adalah pada
pengambilan keputusan konsensual, yang berakar pada nilai-nilai dan
keyakinan para peserta.
3) Pengambilan Keputusan Strategis
10
4. Komunikasi
a. Komunikasi: Peran Ganda Administrator
Pentingnya komunikasi bagi sebagian administrator, banyaknya
menyebutkan bahwa administratorlah yang memiliki peran utama sebagai
komunikator. Meskipun administrator sebagai komunikator merupakan
peran penting, peran tersebut hanya satu dari berbagai peran
administrator dalam pengelolaan administrasi yang efektif dan efisien.
Pada bab ini, akan dibahas berbagai peran administrator dalam
komunikasi pada organisasi selain sebagai komunikator saja.
3) Pengirim Pesan
Adapun dari sisi pengirim pesan, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan menurut penulis, diantaranya: Kepercayaan
mutual, Persepsi status pengirim pesan, pengaturan nada/intonasi,
pemahaman pribadi, dan pemahaman terhadap orang lain. Dalam
mengirim pesan, terdapat jalur yang perlu diperhatikan diantaranya:
Tertulis Verbal (Face to Verbal/Elektronik/
Face) Visual
Catatan Konferensi individu Telepon
Surat Rapat Kelompok Proyektor
Memorandum Fungsi sosial Radi
Koran Televisi
Buletin Sekolah Videotip
Internet Email
Papan tulis Internet
Elektronik CD/DVD/Laserdisc
5. Manajemen Konflik
Penulis ingin memberikan pengertian pada pembaca, bahwa seorang
administrator kadang harus menghindari konflik, terutama jika konflik
tertentu dapat mengganggu. Untuk memenuhi tantangan ini, administrator
perlu terlibat dalam manajemen konflik. Dalam bab ini, manajemen konflik
akan didefinisikan secara luas untuk mengatasi dua aspek permasalahan. Di
satu sisi, manajemen konflik mengacu pada upaya yang dirancang untuk
mencegah, memperbaiki, atau menyelesaikan ketidaksepakatan antara
beberapa individu dan kelompok. Di sisi lain, manajemen konflik juga dapat
mencakup upaya yang dilakukan administrator untuk memulai konflik - bukan
untuk kepentingannya sendiri tetapi karena kebutuhan untuk mengambil sikap
yang tidak populer atau memperkenalkan perubahan yang akan ditentang oleh
beberapa orang.
a. Konsep Peran
Setiap posisi administratif dalam organisasi yang dikelola secara efektif
memiliki uraian tugas atau kebijakan tertulis dan berasal dari dewan
pimpinan, yang secara umum mewujudkan harapan formal organisasi.
Perilaku seorang administrator juga dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi,
namun mengarah pada peran yang harus dimainkan oleh administrator.
Kebutuhan ini menjadi harapan diri administrator dan mungkin lebih
penting daripada harapan orang lain dalam menentukan peran yang akan
diambil dalam keadaan tertentu. Hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
20
Menurut Gross, Harapan dari sebuah peran dapat dijabarkan dalam tiga
cara dasar, diantaranya Arahan, Kejelasan, dan Intensitas.
1) Arahan
Arahan dari harapan atas peran administrator berada pada posisi
diantara kesepahaman menyeluruh hingga perlawanan absolut dari
setiap staf. Faktor utama yang mempengaruhi arahan pada harapan
individu atau kelompok adalah adalah sifat dari situasi yang telah
menciptakan harapan bagi bawahannya.
2) Kejelasan
Aspek lain dari ekspektasi peran adalah kejelasan. Harapan
seringnya tidak tertulis dan kadang-kadang tidak tersampaikan
secara lisan, administrator kadang tidak memperhatikan beberapa
kelompok memiliki harapan akan peran administrator. Dalam hal
ini terdapat beberapa factor penting yang mempengaruhi
21
Menurut Lindelow dan Scott konflik sosial adalah konflik yang terjadi
antara individu dan konflik antar kelompok terhadap lingkungan sekolah.
Penulis dalam hal ini mengidentifikasi empat sumber konflik sosial yang
terjadi di sekolah, diantaranya: permasalahan komunikasi, struktur
organisasi, faktor manusia seperti kepribadian, dan minimnya sumber
daya yang ada.
g. Inisiasi Konflik
Umumnya administrator akan mencegah konflik terjadi di skeolah.
Namun demikian, dalambeberapa situasi, administrator tidak hanya
mencegah terjadinya konflik tapi justru menginisiasi tindakan yang
diketahui akan memicu konflik dengan individu atau kelompok. Biasanya
kondisi ini terjadi karena beberapa individua tau kelompok tidak
berkinerja sebagaimana yang diharapkan dan tidak mau berubah. Dalam
melakukan ini, administrator, perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan
berbagai kemungkinan sebelum menginisiasi konflik seperti ini.
Administrator perlu meyakini hal tersebut dengan alasan yang jelas,
bahwa memang masalah yang dihadapi cukup serius sehingga diperlukan
inisiasi konflik ini. Administrator perlu memahami akibat dari inisiasi
konflik ini terhadap efektivitas pelayanan yang diberikan.
mencoba mengubah arah atau intensitas dari satu atau beberapa ekspektasi
yang ada.
c. Membangun kepercayaan
d. Membantu Kelompok yang berkonflik untuk menghormati satu
sama lain
e. Menemui kelompok-kelompok secara terpisah
f. Menurunkan teni
3) Pencarian Fakta
Hal yang esensial adalah administrator perlu memvalidasi
informasi dari berbagai kelompok yang berkonflik disbanding
menerima informasi yang ada mentah-mentah. Pada tahap ini,
administrator perlu mengenali bahwa meskipun orang yang
berkonflik mungkin setuju pada fakta-fakta yang ada, mungkin juga
mereka gagal untuk memahami fakta tersebut. Untuk itu, tujuan dari
pencarian fakta adalah diharapkan administrator mengklarifikasi
dan memperluas area yang mendukung kesepahaman dan
mempersempit isu-isu yang mendukung ketidaksetujuan.
4) Mengembangkan Solusi integratif
Dalam hal ini, administrator diharapkan dapat mengembangkan
resolusi konflik yang tidak memihak. Untuk mendapatkan hasil
sepert ini, mungkin memerlukan kompromi dari pihak yang
melibatkan semua orang dalam konflik. Untuk mendapatkan hasil
tersebut diperlukan penelaahan terhadap kebutuhan dari semua sisi
yang bertentangan, serta diperlukan usaha untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
5) Mengembangkan Kompromi
Hal-hal yang perlu dipahami dalam hal ini adalah:
a) Kompromi bukan berarti lemah
b) Kompromi tidak memihak
c) Implikasi perlu dikenali
d) Sudut pandang berlawanan perlu dipahami
6) Kontra-proposal
Saat berhadapan dengan konflik antar kelompok, setiap
kelompok perlu ditawari kontraproposal yang setidaknya mengenali
27
6. Budaya Organisasi
Sebuah komisi yang bernaung dalam pendidikan mengungkapkan
bahwa kualitas pembelajaran dan pengalaman sekolah sangat bergantung
dengan budaya organisasi sekolah itu sendiri, yang mana hal ini menjadi
budaya organisasi tersebut menunjung tinggi nilai perbedaan dalam sebuah
kebersamaan. Hal itu dituangkan di dalam buku ini, penulis mengatakan
bahwa peran pemimpin dalam membangun keberagaman sekolah yang dapat
memberikan nilai serta mampu meningkatan kualitas sekolah sangatlah
diperlukan. Adapun elemen-element dalam budaya organisasi mencakup
beberapa elemen yaitu sebagai berikut:
28
History of
Organization
Characterics of
the members of Organizational
Cultures
the Organization
Currents Problems
and External
Demands
30
7. Pengembangan Sekolah
Administrator sekolah adalah orang yang berperan dalam kesuskesan
dunia pendidikan, ia juga seorang yang memiliki andil dalam pengembangan
fasilitas sekolah, kemajuan prestasi siswa, sebagai sumber daya yang mampu
menyatukan keseluruhan aspek sekolah agar satu visi dan misi. Maka dari itu,
sejalan dengan tujuan tersebut penulis dalam buku ini mengemukakan bahwa
seorang administrator harus membawa sekolah pada peningkatan yang lebih
baik, karena kata meningkat sangat erat kaitannya dengan segala sesuatu yang
32
memiliki nilai jual. Dalam hal ini sekolah yang meningkat bisa dikatakan
sebagai sekolah yang memiliki tingkat efektifitas secara optimal dari segala
sudut pandang orang melihatnya.
Orang Amerika menjadi contoh pada kasus ini. Mereka percaya bahwa
kekuatan sekolah terletak pada sejauh mana sekolah dapat berusaha untuk
bertransformasi untuk terus meningkatkan kualitas, baik kualitas secara
fasilitas maupun dari sumber daya disekolah itu sendiri. Oleh sebab itu,
berikut beberapa aspek yang dijelaskan mengenai faktor-faktor apa saja yang
dapat berpengaruh terhadap peningkatan sekolah dalam buku berjudul School
leadership and Administration ini:
a. Mempersiapkan pemimpin yang professional
Sejalan dengan upaya mempersiapkan pemimpin yang professional,
penulis dalam buku ini menjelaskan bahwa sebagai seorang administrator
sekolah. Ia harus mampu bertahan dalam setiap tekanan yang datang,
kemudian administrator juga harus senantiasa melakukan sebuah perubahan
dengan cara membangun relasi yang baik dengan guru, siswa, orang tua,
dewan komite sekolah bahkan dengan partner business. Selain itu,
pemimpin disini memiliki beberapa karakteristik. Hall dalam penelitiannya
mengatakan bahwa berikut adalah spesifikasi gaya kepemimpinan yang
sukses:
1) Initiator, Pemimpin dapat menginisiasi tujuan kemajuan sekolah
termasuk melakukan sebuah inovasi.
2) Manager, sosok ini diartikan sebagai seorang yang tidak hanya dapat
menjadi inisiator dalam melakukan perubahan namun ia juga mampu
menjadi pelaku dalam melakukan perubahan tersebut tanpa ketinggalan
iapun memberi teladan lewat perilakunya sehari-hari.
3) Responders, dalam hal ini seorang pemimpin dapat memberikan arahan
kepada rekan kerja untuk melakukan sebuah program, kemudian ia juga
bisa mempercayakan kepada orang lain mengenai pekerjaan yang
sekiranya memerlukan bantuan orang lain.
b. Mempersiapkan mutu guru untuk meningkatkan kualitas sekolah
33
Tujuan mencapai kualitas sekolah yang efektif lahir dari guru yang
terus melakukan perubahan. Karena indikator sekolah yang efektif dapat
diukur dari tingginya standar pencapaian dalam prestasi akademik
maupun non akademik. Oleh sebab itu, merujuk pada ciri sekolah yang
efektif maka sekolah perlu melakukan perubahan pada teanag
pendidiknya. Adapun untuk memperbaiki mutu tenaga pendidik dapat
dilakukan dengan mengadakan workshop atau loka karya, kemudian
melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan
kemampuan guru.
c. Mempersiapkan komitte dan sederet stakeholder yang terlibat dalam
pembangunan sekolah
Tidak jauh berbeda dengan mempersiapkan tenaga pengajar,
sederet stakeholder pun perlu diikutsertakan dalam kegiatan sekolah, baik
dalam bentuk diskusi untuk merancang program, pelaksanaan program,
pemecahan masalah maupun dalam kegiatan yang bersifat peningkatan
kualitas diri dengan workshop atau loka karya dan kegiatan sejenisnya.
Hal ini bertujuan untuk membangun budaya atau kultur organisasi yang
optimal. Karena kultur atau budaya organisasi menjadi sebuah landasan
yang kuat sebagai determinasinya dalam mencapai kesuksesan akademik
budaya sekolah yang efektif.
d. Melakukan sebuah Inovasi
Menurut Demeter dalam tulisannya, Inovasi adalah salah satu
kunci sukses sebuah perubahan. Terutama dalam sebuah kepemimpinan,
perlu adanya sebuah inovasi. Adapun menurut Havelock, dalam proses
sebuah inovasi harus melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.
1) Awareness stage
Hal itu berarti bahwa setiap individu yang terlibat harus
memiliki kesadaran dalam melakukan sebuah inovasi. Jikalau mereka
tidak memiliki keilmuan dalam melakukan sebuah inovasi,
sederhanannya mereka harus memiliki minat dalam melakukan inovasi
tersebut.
2) Interest stage
34
melalui pengalaman dan masa kerja dari sumber daya manusia itu
sendiri.
2) Membangun kultur perubahan
Dalam hal ini, sekolah harus adaptif terhadap perkembangan
jaman yang berlaku sehingga terus melakukan perubahan-perubahan
yang dapat mendukung program kerja sekolah. Oleh sebab itu
fasilitas yang dirasa menunjang kegiatan sekolah perlu diadakan.
3) Kurangnya saling memahami
Fasilitas tidak hanya sebatas sarana dan prasarana serta upah
saja. Namun, lebih dari pada itu setiap individu perlu memahami satu
sama lain dalam menyikapi setiap perbedaan yang terjadi. Selain itu
seluruh unsur yang terlibat perlu bahu membahu dalam membantu
setiap individunya dengan berpedoman bahwa setiap orang perlu
memperkaya dirinya untuk kemajuan sekolah serta anak didiknya.
4) Menjunjung norma dikalangan guru dan komunitas
Pada saat proses interaksi satu dengan yang lainnya, setiap
orang yang terlibat dalam kemajuan sekolah perlu menjunjung tinggi
norma. Hal itu bertujuan untuk menjaga citra dan tingkat
professionalitas dalam bekerja.
g. Melakukan analisis dari diberlakukannya sebuah keputusan
Untuk melakukan atau melaksanakan sebuah program, rencana
adalah langkah awal dalam memulai kegiatan tersebut. Melalui rencana,
kita dapat menentukan aktivitas apa yang kiranya dapat berlangsung,
kemudian bagaimana dampak positif dan negative dari program tersebut,
kapan program tersebut bisa dilaksanakan serta solusi atau alernatif apa
yang ditawarkan jika dalam pelaksanannya tidak bisa terealisasi.
h. Melakukan evaluasi menyeluruh
Evaluasi adalah salah satu aspek penting yang tidak bisa
dipisahkan dalam pelaksanaan sebuah program. Pada buku ini dijelaskan,
terdapat dua macam evaluasi.
a. Evalusi yang bersifat formatif
36
9. Memulai Tantangan
Gorton, Alston dan Snowden berkata bahwa, memulai pekerjaan yang
baru adalah sebuah tantangan. Sebagai seorang pemimpin, administator yang
baru saja akan memulai pekerjaan pada bidang yang sebelumnya pernah
dilakukan adalah sebuah permasalahan yang akan membawa pada perubahan
baik dan buruk. Oleh sebab itu terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangakan dalam memulai, memutuskan hingga melakukan sebuah
tindakan. Berkaitan dengan itu, dalam buku ini penulis memberikan uraian
singkat sebuah studi kasus, yang mana dari studi kasus tersebut pembaca
dapat mengambil beberapa pertanyaan yang kiranya mampu menjawab
38
BAB III
KESIMPULAN
Buku ini merupakan panduan lengkap baik bagi para akademisi di bidang
pendidikan, administrator pendidikan, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan dalam memahami teori mengenai kepemimpinan dan administrasi
sekolah serta memahami implementasi dari teori-teori tersebut dalam berbagai kasus-
kasus yang menurut penulis sering terjadi di lingkungan sekolah.
Bagi program studi administrasi pendidikan sendiri, buku ini merupakan buku
yang wajib difahami. Buku ini secara lengkap menjabarkan teori mengenai
kepemimpinan di sekolah, serta implementasi teori-teori tersebut pada beragam contoh
studi kasus di lapangan. Meskipun studi kasus tersebut terjadi pada sekolah-sekolah di
Amerika Serikat, namun rata-rata kasus-kasus tersebut terjadi juga di Indonesia.
Teori kepemimpinan yang dijabarkan dalam buku ini, dipaparkan secara runut
dan lengkap. Berbagai teori tersebut didominasi oleh pemikiran-pemikiran orsinil dari
penulis, namun terdapat juga beberapa pendapat-pendapat para ahli yang disadur oleh
penulis. Berdasarkan aspek-aspek yang dibahas oleh penulis, pembaca diharapkan
dapat memahami bahwa dalam mempertahankan kualitas administrasi sekolah,
terdapat banyak aspek kepemimpinan yang terlibat dalam pelaksanaannya. Oleh sebab
itu setiap aspeknya perlu diperhatikan karena jika salah satu saja diabaikan, maka
sekolah bisa jadi tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal.
Keunggulan utama buku ini jika dibandingkan dengan buku lain sesungguhnya
terdapat pada Bagian II yaitu adanya Studi kasus dan Simulasi. Bagian ini membahas
berbagai kasus yang melibatkan permasalahan antara administrator/pemimpin sekolah,
guru, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan bahkan
masyarakat.
Penulis dalam bagian ini tidak sekedar memberikan kasus dengan solusinya,
namun penulis mengajak setiap pembaca untuk membahas masalah tersebut dimulai
dengan proses menganalisis kasus, mendiskusikan isu-isu yang lebih besar, perumusan
solusi atas masalah yang dibahas, mengetes solusi tersebut kepada praktisi dalam hal
ini administrator dengan mengembangkan rencana aksi yang sesuai dengan kondisi
lapangan sebenarnya, terakhir pembaca diajak untuk menginvestigasi lebih lanjut isu
46
tersebut yang dikaitkan dengan masalah-masalah lain diluar kasus tersebut yang masih
relevan.
Metode penulis inilah yang dapat melatih para calon administrator pendidikan
untuk mampu memahami teori administrasi dan kepemimpinan sekolah secara lebih
baik. Sehingga diharapkan saat terjun ke lapangan sebagai bagian dari pengelola
administrasi pendidikan, pembaca khususnya yang berkecimpung di bidang
pendidikan dapat memahami lebih baik pengelolaan pendidikan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Gulsecen dan Kubat (Zainal, 2007:1) yang menyatakan bahwa
Penelitian studi kasus, melalui laporan studi sebelumnya, memungkinkan eksplorasi
dan pemahaman masalah kompleks. Ini dapat dianggap sebagai metode penelitian
yang kuat terutama ketika investigasi holistic dan mendalam diperlukan. Diakui
sebagai metode penelitian dalam banyak studi ilmu sosial, peran metode studi kasus
dalam penelitian menjadi lebih menonjol ketika masalah yang diteliti berkaitan dengan
pendidikan.
47
Referensi:
Zainal, Z. (2007). Case Study as a Research Method. Jurnal Kemanusiaan, 9, 1-6.
http://psyking.net/htmlobj-3837/case_study_as_a_research_method.pdf.