Anda di halaman 1dari 30

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang


dinamis dan sarat perkembangan (Trianto, 2009: 1). Menurut Hamalik (2014:3)
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkunganya, dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya.
Pendidikan sekolah menegah kejuruan dituntut untuk mengembangkan
peserta didik yang kreatif. Namun untuk mencetak peserta didik yang demikian,
sekolah mempunyai banyak tantangan. Diantaranya harus menciptakan kondisi
belajar yang bisa membuat peserta didik merasa senang dan kreatif untuk belajar.
Peserta didik pada SMK NU Sunan Ampel sebagian justru merasa tidak
sungguh-sungguh dalam belajar. Kurangnya kreatifitas belajar mempengaruhi
proses pembelajaran dan hasil belajar. Kreativitas peserta didik dirasa sangat
kurang ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Guru pada SMK NU Sunan Ampel masih sering menggunakan metode
teacher center yaitu metode pembelajaran yang menekankan guru untuk aktif,
metode pembelajaran belum efisien di terapkan pada SMK NU sunan Ampel,
sehingga minat peserta didik untuk belajar juga kurang. Peserta didik belum
terpacu untuk mengembangkan pemikiran mereka dan cenderung sedikit pasif.
Untuk itu guru dituntut melakukan kreativitas dalam pembelajaran, untuk
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan merangsang cara berfikir peserta didik. Menurut Rusman,
2014: 229 menyatakan bahwa salah satu kecendrungan yang sering dilupakan
adalah melupakan hakikat pembelajaran adalah belajarnya peserta didik dan
bukan mengajarnya guru. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang
dapat memacu semangat setiap peserta didik untuk aktif ikut dalam pengalaman
belajarnya. Menurut Kemendikbud (2014: 26) PBL merupakan sebuah pendekatan

1
2

pembelajaran yang menyajikan maslah kontekstual sehingga merangsang peserta


didik untuk belajar.
Pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan
memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang
terlibat didalamnya. PBL mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi, yang
mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi
pemecahan masalah. Inovasi PBL menggabungkan penggunaan dari akses e-
learning, interdisipliner kreatif, penguasaan, dan pengembangan keterampilan
individu (Rusman, 2010). Pierce dan Jones (Rusman: 2010) mengemukakan
bahwa kejadiankejadian yang harus muncul dalam implementasi pembelajaran
berbasis masalah adalah: (1) keterlibatan yaitu mempersiapkan siswa untuk
berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama, (2) inquiry dan
investigasi yaitu mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi, (3) performasi
yaitu menyajikan temuan, (4) tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari solusi,
dan (5) refleksi terhadap pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Teknologi WAN dengan
Menerapkan Model PBL Pada Peserta Didik Kelas XI TKJ Smk Nu Sunan Ampel
Poncokusumo”

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan penerapan model PBL dapat:


1. meningkatkan kreativitas belajar teknologi WAN pada peserta didik kelas
XI TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo?;
2. meningkatkan hasil belajar teknologi WAN pada peserta didik kelas XI
TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo?

C. Tujuan Penelitian

Dengan penerapan model PBL dapat:

2
3

1. meningkatkan kreavititas bejajar teknologi WAN pada peserta didik kelas


XI TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo;
2. meningkatkan hasil belajar teknologi WAN pada peserta didik kelas XI
TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo.

D. Hipotesis

Hipotesis yang akan dalam penelitian adalah:


1. jika model PBL di terapkan untuk pembelajaran teknologi WAN, maka
akan dapat meningkatkan kreativitas belajar teknologi WAN pada peserta didik
kelas XI TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo;
2. jika model PBL di terapkan untuk pembelajaran teknologi WAN, maka
akan dapat meningkatkan hasil belajar teknologi WAN pada peserta didik kelas
XI TKJ SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo.

E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah kreativitas, dan hasil
belajar. Penelitian ini hanya membahas tentang:
1. Ketuntasan belajar peserta didik dalam menerapkan model PBL
2. Materi pembelajaran dibatasi pada kompetensi menganalisis jaringan
berbasis luas (WAN)
3. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dibatasi pada 2 siklus, yaitu :
a) Siklus I :
4. Siklus II :
5. Sasaran penilaian adalah peserta didik XI TKJ 1 SMK NU Sunan Ampel
Poncokusumo.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan di harapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoretis

3
4

a. Penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah yang bermanfaat


bagi perkembangan ilmu pendidikan
b. Sebagain kajian untuk peserta didik yang ingin menambah kajian dan
wawasan mengenai penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran teknologi
WAN
c. Sebagai masukan guru agar selalu mengajar dengan metode pendekatan
sesuai dengan kompetensi dasar guna mengembangkan proses belajar mengajar
bagi peserta didik
d. Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penelitian
di masa mendatang khususnya model pembelajaran PBL.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa
1) Dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik
2) Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
b. Bagi guru
1) Membantu guru untuk menambah referensi guru mengenai model
pembelajaran khususnya Problem Based Learning untuk diterapkan dalam
pembelajaran teknologi WAN
2) Membantu guru mengaitkan materi pelajaran (content) dengan situasi
dunia nyata siswa (context).
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model atau acuan dalam
melakukan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan dalam
penerapan model pembelajaran tertentu pada peningkatan kreativitas dan hasil
belajar teknologi WAN dengan menerapkan model PBL pada peserta didik kelas
XI TKJ Smk Nu Sunan Ampel Poncokusumo

G. Definisi Operasional

1. Model Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

4
5

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan


masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik
awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian
dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman baru.

2. Kreativitas Belajar
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya
seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada
dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan
dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan
hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan
kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang
berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam
belajarnya.

3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tingkat penugasan yang di capai oleh pelajar dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetepkan. Sedangkan Briggs (1979:149) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
seluruh kecakapan dan segala hal yang di peroleh melalui proses belajar mengajar

5
6

di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan di ukur menggunakan tes pada
setiap akhir materi. Penilaian hasil belajar kognitif dilaksanakan untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak.

4. Teknologi WAN
Teknologi WAN adalah adalah salah satu mata pelajaran pada kurikulum
2013 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan program keahlian Teknik
Komputer dan Informatika Kelompok C (Kejuruan).
Cakupan umum materi Teknologi WAN adalah mempelajari tentang
jaringan area luas yang mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu jaringan
antar kota, negara, atau bahkan benua. Jaringan WAN menggunaan koneksi
perangkat yang terpisah oleh area yang luas dengan media transmisi, perangkat,
dan protocol yang berbeda. Komponen dan peralatan WAN yang diperlukan untuk
membangun jaringan WAN, antaralain sebagai antarmuka, sebagai penghubung
jaringan, maupun sebagai penghantar sinyal WiFi.

Kompetensi dasar dari silabus yang akan di ulas adalah sebagai berikut:
(1) menganalisis jaringan berbasis luas (WAN) dan (2) membuat disain jaringan
berbasis luas.

6
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan kegiatan
penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.
Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untk
bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pengertian
belajar dari Dictionary of Psychology ini menekankan aspek proses serta
keadaan sebagai hasil belajar (Sriyanti,2013:16-17). Sedangkan menurut
Slameto(2010:2) Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti
dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
(Baharuddin, 2010). Sedangkan menurut Tsiqoh (2013) belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman
sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-
aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

7
8

2. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya perekmbangan
potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang
tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat
singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya perubahan kearah
perkembangan pada peserta didik dapat dicermati melalui instrumen-nstrumen
pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh karena itu seluruh proses dan
tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya mencapai perkembangan
potensi-potensi anak tersebut.(Hidayat, 2016)
Prinsip-prinsip dalam belajar baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas
mengajarnya. Prinsip-prinip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual. (Burhanuddin, 2014).

3. Kreativitas Belajar
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya
seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada
dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan
dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).

8
9

Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk
(1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atau sadar
akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-
unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam
informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan
(mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis,
mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya
mengkomunikasikan hasil-hasilnya”.
Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat
bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti,
rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan,
kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya.
Belajar kreatif berarti harus melibatkan komponen-komponen pengalaman
belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu
menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin
berada di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan,
pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang
sangat bernilai bagi kita.
Kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik
menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan
mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses
belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi
yang baru dalam belajarnya.
Refinger (1980: 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan
empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting. Belajar kreatif membantu anak
menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek
penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani
dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di
masa depan. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam
kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi

9
10

atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita. Belajar
kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman belajar yang sangat
menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif serta ingin mendalami
bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara kreatif digunakan proses
berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan
banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri konvergen (proses berfikir
yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat) berfikir kritis. Gagasan-gagasan
yang kreatif, hasil-hasil karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat
menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak
duduk di bangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan
seseorang agar dapat memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data
(pengalaman) memungkinkan seorang mencipta, yaitu dengan mengabung-
gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang
professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
a. menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
1) memberikan pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa
sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima
(reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja
terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas
atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar
yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan
memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan
yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2) pengaturan fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
3) kesibukan dalam kelas

10
11

Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan


fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa
dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada
tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara
yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
4) guru sebagai fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada
sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator
gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam
menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua
siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt
menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).

4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa
memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui
sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut.
Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau
proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Menurut Susanto (2013: 5) perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
belajar Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto,
2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

11
12

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat di simpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

5. Problem Based Learning (PBL)


a) Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono,
2009: 45-46). Model pembelajaran dapat digunakan untuk menyusun kurikulum,
merancang bahan pembelajaran, dan menuntun pelajaran di dalam kelas atau pada
kondisi lainnya.
Sedangkan menurut Sumantri (2015: 37) model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Hal serupa
di ungkapkan oleh Okayana (2016) bahwa pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

b) Model Pembelajaran Problem Based Learning


Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran yang berbasis pada masalah. Model pembelajaran ini menuntut
siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Model PBL
dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner.
Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Konsep
tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang
berorientasi pada kecakapan memproses informasi. Menurut Kemendikbud (2014:

12
13

27) PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar” bekerja bersama kelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan nyata siswa.
Menurut Istarani (2012:32), Model PBL adalah salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para
peserta didik tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
Beberapa paparan dari para ahli di atas dapat diambil kesimpulan jika
model pembelajaran PBL adal model pembelajaran yang mengangkat
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa
terangsang untuk belajar.
c) Karakteristk PBL
Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masingmasing untuk
membedakan model yang satu dengan model yang lain. PBL merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleks yang ada. Seperti yang diungkapkan Gijbelc
Yamin(2013: 64) karakteristik model PBL yaitu: (a) pembelajaran dimulai dengan
mengangkat suatu permaslahan atau suatu pertanyaan yang nantinya menjadi focal
poin untuk keperluan usaha-usaha investigasi siswa; (b) siswa memiliki tanggung
jawab utama dalam menyelidiki masalahmasalah dan memburu pertanyaan-
pertanyaan; dan (c) guru dalam pembelajaran PBL berperan sebagai fasilitator.
Sedangkan menurut Rusman (2014) adalah sebagai berikut : Permasalahan
menjadi starting point dalam belajar. (a) permasalahan yang diangkat adalah
permasalahan yang ada di nyata yang tidak terstruktur; (b) permasalahan
membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); (c) permasalahan
menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang
kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar; (d) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; (e) pemanfaatan
sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL; (f) belajar adalah
kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; (g) pengembangan keterampilan inquiry

13
14

dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan


untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (h) sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; dan (i) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman
siswa dan proses belajar.

d) Tujuan Model Pembelajaran PBL


Menurut pendapat Tofa (2016) tujuan model pembelajaran PBL adalah
sebagai berikut: (a) dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-
Learning ) akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan
suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Artinya belajar
tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan;
(b) dalam situasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning),
siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka
lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis, sehingga masalah-
masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori akan mereka temukan sekaligus
selama pembelajaran berlangsung; (c) pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based-Learning) dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam belajar kelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends
(2008:70) bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan
masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa
untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri,
untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri.
Jadi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah tugas guru adalah merumuskan
tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugastugas pelajaran.

14
15

e) Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBL


Pada dasarnya model PBL mendorong peserta didik agar mampu berfikir
kritis dalam memecahkan suatu masalah. Terdapat langkahlangkah penerapan
model PBL yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Al-Thabany (2014: 72) terdapat lima langkah utama dalam
penerapan model PBL yaitu: (a) mengorientasikan siswa pada masalah; (b)
mengorganisasikan siswa untuk belajar; (c) memandu menyelidiki secara mandiri
atau kelompok; menggabungkan dan menyajikan hasil karya; dan (d)
menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

6. Mapel Teknologi WAN


Teknologi WAN adalah adalah salah satu mata pelajaran pada kurikulum
2013 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan program keahlian Teknik
Komputer dan Informatika Kelompok C (Kejuruan).
Cakupan umum materi Teknologi WAN adalah mempelajari tentang
jaringan area luas yang mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu jaringan
antar kota, negara, atau bahkan benua. Jaringan WAN menggunaan koneksi
perangkat yang terpisah oleh area yang luas dengan media transmisi, perangkat,
dan protocol yang berbeda. Komponen dan peralatan WAN yang diperlukan untuk
membangun jaringan WAN, antaralain sebagai antarmuka, sebagai penghubung
jaringan, maupun sebagai penghantar sinyal WiFi.
Kompetensi dasar dari silabus yang akan di ulas adalah sebagai berikut:
(1) menganalisis jaringan berbasis luas (WAN) dan (2) membuat disain jaringan
berbasis luas.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini akan di sajikan beberapa hasil penelitian model pembelajaran


menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).
Pertama, penelitian sebelumnya dilakukan oleh Darlena pada tahun 2017
tentang “ Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Eknomi Kelas X 7

15
16

SMA Negeri 1 Purworejo”. Hasil penelitian menggunakan Penelitian Tindakan


Kelas (PTK) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan
Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran ekonomi dalam
pembelajaran ekonomi dapat meningkat. Hal tersebut di tunjukkan dengan adanya
peningkatan sebesar 12,43% pada siklus I sebesar 77,84% dan pada siklus II
sebesar 90,27%.
Kedua, PBL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Hajar dkk (2016)
dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)”
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3 Pada Mata Pelajaran
Sosiologi SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2015/2016” mengemukakan
bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, yaitu 67,65 pada tahap pratindakan
meningkat menjadi 75,65 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 80,86
pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa
kelas X-3 SMA N Kebakkramat.

C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran di kelas merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat
melibatkana peran kedua belah pihak. Dalam hal ini melibatkan peran serta antara
guru dan peserta didik. Guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek
belajar, di tuntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,
kemampuan, sikap, dan tata nilai agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien. Sehingga proses belajar mengajar terjadi interaksi antara kedua belah
pihak yang menjadikan kondisi belajar menjadi kondusif. Tetapi pada praktiknya
di lapangan tidak terjadi hal yang demikian, karena kebanyakan dari guru hanya
menjadikan peserta didik sebagai objek pada saat pembelajaran. Dalam
pemebelajaran guru kurang melibatkan peserta didik untuk ikut dalam kegiatan
karena guru cenderung kurang meperhatikan metode student learning. Hal ini lah
yang menyebabkan kurangnya kreativitas dan rendahnya hasil belajar peserta
didik.

16
17

Perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam


meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik. Guru hendaknya dapat
melakukan berbagai metode pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik
dalam proses pembelajaran. Metode tersebut dapat di sesuaikan dengan kedaan
dan kemampuan individual dari setiap peserta didik. Salah satu metode yang dapat
di gunakan agar dapat meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran yaitu PBL. Dalam metode ini guru menjadi fasilisator dan
motivator, sehingga peserta didik akan ikut terlibat dalam proses pembelajaran.
Seperti dalam kegiatan diskusi kelompok dan presentasi, hal trsebut tentu akan
menarik minat peserta didik karena tidak akan merasa jenuh ketika melaukan
pembelajaran di dalam kelas. Pada kegiatan tersebut akan terjadi interaksi antar
peserta didik yang membuat semakin aktif dan kreatif dalam melakukan proses
pembelajaran yang tentunya akan berimbas pula terhadap hasil belajar peserta
didik.

17
18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk Penelitian


Tindakan Kelas, atau disebut juga CAR (Classroom Action Research). Kemmis
melalui Sukarno (2009:2) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan itu dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki
kondisi tempat praktik pembelajaran itu dilakukan. Ada berbagai macam desain
model PTK yaitu Kurt Lewin, Kemmis dan Mc Taggart dan Elliot. Penelitian ini
menggunakan desain model PTK yang diciptakan oleh Kemmis dan Mc Taggart,
karena desain penelitian ini dianggap mudah dalam prosedur tahapannya. PTK
mempunyai tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas dan
perilaku siswa dikelas.
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui untuk
melakukan penelitian dengan metode penelitian tindakan kelas yaitu, (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Keempat tahapan
tersebut merupakan suatu unsur dalam membentuk sebuah siklus, yaitu dengan
satu putaran kegiatan beruntun kemudian kembali ke tahap pertama. Penelitian
tindakan kelas ini akan dilakukan secara kolaboratif partisipatif, yaitu penelitian
dengan melakukan kolaborasi atau kerjasama antara guru dengan peneliti.

Gambar 1 : Siklus penelitian tindakan kelas yang dikembangkan Oleh Kemmis dan
McTaggart. (Hopkins, 2011: 92)

18
19

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di SMK NU SUNAN AMPEL Poncokusumo Jl.
Raya Subandi No. 59 Wonomulyo - Poncokusumo
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2019/2020 selama bulan
Agustus sampai dengan Desember 2019 penelitian ini dimulai dari persiapan
(penyusunan proposal, seminar proposal, dan perbaikan proposal), penelitian,
seminar hasil, ujian skripsi sampai penyerahan laporan penelitian.

C. Instrumen penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru


kelas XI TKJ 1 dengan jumlah 33 siswa, peserta didik berjenis kelamin 29
perempuan dan 4 laki-laki dan teman gurunya sebagai observer.

D. Cara Mengukur Siklus

1. Refleksi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan
refleksi awal guna mengetahui permasalahan yang terdapat di SMK NU Sunan
Ampel Poncokusumo. Berdasarkan hasil refleksi awal di temukan permasalahan
yaitu rendahnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran teknologi
WAN, khusunya pada kelas XI TKJ 1. Kemudian peneliti melaksanakan sebuah
rancangan penelitian yang terdiri dari beberapa siklus dengan tujuan
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran teknologi
WAN di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo. Pembagian materi pada tiap
siklus didasarkan pada keterkaitan antara kompetensi dasar dan indikator
pencapaian hasil belajar siswa.

2. Siklus I

19
20

Pada siklus I, peneliti bekerja sama dengan guru pengajar Teknologi WAN
di kelas XI TKJ 1. Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas XI TKJ
1 menyusun rancangan tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan
sebagai berikut.

a) Tahapan Perencanaan Tindakan I


Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas XI TKJ 1 menyusun
tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan yaitu sebagai berikut.
1) Menganalisis silabus tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator
dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari siswa pada pelaksaan tindakan
siklus I.
2) Menjabarkan materi pembelajaran menjadi kategori fakta, konsep,
prinsip,dan prosedur yang sesuai dengan pedoman kurikulum 2013.
3) Merumuskan indikator sebagai pembatasan tentang yang diharapkan dapat
dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang didasarkan pada
kompetensi inti.
4) Merancang instrumen dan perangkat pembelajaran seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model PBL, lembar kerja kelompok
(LKK), kuis, dan tes kognitif pada akhir siklus.
5) Melakukan orientasi awal dan pengenalan kepada siswa mengenai model
PBL yang nantinya akan diterapkan di kelas.
6) Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dalam kelompok
yang heterogen.
7) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
pembelajaran seperti presensi, format penilaian, dan menyiapkan alat-alat
praktikum.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali
pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes kognitif dan
pengisian angket motivasi belajar siswa pada akhir siklus. Adapun pembelajaran
masing-masing pertemuan dirinci sebagai berikut.
1) Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan selama
proses pembelajaran.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model PBL
yang memiliki tahapan yaitu menyampaikan indikator dan memotivasi siswa,
menyajikan sebuah permasalahan dan memfokuskan permasalahan,

20
21

menindaklanjuti permasalahan dengan melakukan praktikum, presentasi, dan


kesimpulan.
c) Tahap Observasi dan Evaluasi I
Observasi dan evaluasi pada pelaksanaan siklus I dalam penelitian ini yaitu
(1) angket motivasi, (2) tes prestasi belajar di akhir siklus I, dan (3) kendala-
kendala atau permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan I.
d) Tahapan Refleksi I
Kegiatan refleksi ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan akhir
siklus I. Sebagai dasar refleksi pada setiap akhir pembelajaran adalah kendala-
kendala yang dialami selama pembelajaran melalui penerapan model PBL dapat
dilihat dari keaktifan, keantusiasan, dan kesungguhan siswa dalam menindak
lanjuti permasalahan yang disajikan, kegiatan praktikum, diskusi, dan presentasi.
Hasil-hasil refleksi tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan
atau penyempurnaan tahapan-tahapan pada siklus II.

3. Siklus II
a) Tahapan Perencanaan Tindakan II
Tahapan perencanaan pada siklus II disesuaikan dengan refleksi pada
siklus I. Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas XI TKJ menyusun
tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan yaitu sebagai berikut:
1) Menganalisis silabus tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator
dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari siswa pada pelaksaan tindakan
siklus II.
2) Menjabarkan materi pembelajaran menjadi kategori fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang sesuai dengan pedoman kurikulum 2013.
3) Merumuskan indikator sebagai pembatasan tentang yang diharapkan dapat
dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang didasarkan pada
kompetensi inti.
4) Merancang instrumen dan perangkat pembelajaran seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model PBL, lembar kerja kelompok
(LKK), kuis, dan tes kognitif pada akhir siklus.
5) Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dalam kelompok
yang heterogen.
6) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
pembelajaran seperti presensi, format penilaian, dan menyiapkan alat-alat
praktikum.

b) Tahap pelaksanaan tindakan II

21
22

Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti dan guru


menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pada tahapan ini juga disampaikan
hasil refleksi pada siklus I dan langkah-langkah perbaikan yang ditekankan pada
siswa.
Tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2
kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes kognitif dan
pengisian angket motivasi belajar siswa pada akhir siklus. Adapun pembelajaran
masing-masing pertemuan dirinci sebagai berikut.
1) Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan selama
proses pembelajaran.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model PBL
yang memiliki tahapan yaitu menyampaikan indikator dan memotivasi siswa,
menyajikan sebuah permasalahan dan memfokuskan permasalahan,
menindaklanjuti permasalahan dengan melakukan praktikum, presentasi, dan
kesimpulan.
c) Tahap Observasi dan Evaluasi II
Observasi dan evaluasi pada pelaksanaan siklus II dalam penelitian ini yaitu
(1) angket motivasi siswa, (2) tes prestasi belajar di akhir siklus II, dan (3)
kendala-kendala atau permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan
II.
d) Tahapan Refleksi II
Kegiatan refleksi ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan akhir
siklus II. Sebagai dasar refleksi pada setiap akhir pembelajaran adalah kendala-
kendala yang dialami selama pembelajaran melalui penerapan model PBL dapat
dilihat dari keaktifan, keantusiasan, dan kesungguhan siswa dalam menindak
lanjuti permasalahan yang disajikan, kegiatan praktikum, diskusi, dan presentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seperti pada tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No. Jenis Sumber Teknik Instrumen Waktu
Data Data

22
23

1. Motivasi Siswa Angket Angket Akhir siklus


belajar Motivasi motivasi I dan II
belajar

2. Prestasi Siswa Tes Tes prestasi Akhir siklus


belajar belajar I dan II

3. Tanggap Siswa Angket Angket Pada akhir


an siswa tanggapan siklus II

2. Instrumen Pengumpulan Data


Kegunaan instrumen penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang
diperlukan di lapangan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah
pengumpulan informasi terkait dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini
menggunakan instrumen angket motivasi untuk memperoleh data peningkatan
kreativitas belajar siswa pada pembelajaran teknologi WAN dan ditunjang dengan
lembar pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Data hasil belajar siswa
dalam pemecahan suatu masalah adalah perangkat tes untuk mengevaluasi hasil-
hasil yang dicapai selama dan setelah pelaksanaan tindakan. Setiap akhir siklus
siswa diberikan tes dan angket motivasi untuk mengukur hasil belajar dan
kreatifitas belajar siswa pada pembelajaran Teknologi WAN. Intstrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut
.
a) Lembar Angket
Instrumen penelitian berupa angket merupakan instrumen penelitian paling
efektif untuk memperoleh data atau informasi dari responden. Angket yang
digunakan berupa angket tertutup yang telah dilengkapi dengan alternatif jawaban
yang dapat dipilih oleh responden. Lembar angket merupakan instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar dan tanggapan siswa
terhadap penerapan model PBL.
1) Angket Peningkatan Kreativitas Belajar
Kemampuan peningkatan kreativitas belajar siswa diperoleh dari respon
siswa terhadap pernyataan yang terkait dengan kreativitas siswa pada
pembelajaran Teknologi WAN. Validasi angket kreativitas dilakukan agar terdapat
kesesuaian antara indikator peningkatan kreativitas belajar dengan angket
peningkatan kreativitas belajar.
2) Angket Tanggapan Siswa

23
24

Tanggapan siswa diperoleh dari respon siswa terhadap pernyataan yang


terkait dengan model problem based learning yang diterapkan dalam
pembelajaran pemrograman dasar di kelas X Multimedia.

b) Tes Prestasi Belajar


Peneliti menggunakan tes tertulis yang dilakukan di akhir pembelajaran
dan bersifat individual. Tes yang diberikan berkaitan dengan prestasi belajar. Tes
pada penelitian ini merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data prestasi belajar. Hasil belajar terdiri dari kemampuan kognitif siswa yang
dianalisis secara deskriptif dengan menentukan nilai siswa. Data hasil belajar
siswa dikumpulkan melalui pemberian tes kognitif pada setiap akhir siklus.

3. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan


Analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan dengan analisis
kuantitatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Kreativitas Belajar
Data mengenai kreativitas belajar teknologi WAN siswa dianalisis

berdasarkan skor rata-rata motivasi belajar Teknologi WAN ( , mean ideal


(MI), dan standar deviasi ideal (SDI).Adapun rumus skor rata-rata motivasi
belajar adalah sebagai berikut.

(Arikunto, 2012)
Keterangan:
= rata-rata (mean)
= jumlah seluruh skor
= banyaknya subjek

Tabel 3.2 Kriteria Penggolongan Motivasi Belajar Siswa

Kriteria Kategori

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup tinggi

Kurang tinggi

Sangat kurang tinggi

24
25

(diadaptasi dari Nurkancana & Sunartana, 1990)

Hasil perhitungan MI dan SDI adalah sebagai berikut.

(skor ideal + skor terendah ideal)

(skor ideal – skor terendah ideal)


Skor rerata yang diperoleh dari perhitungan yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan seperti pada tabel 3.2.
Kriteria keberhasilan untuk motivasi belajar siswa minimal adalah tinggi.

b) Prestasi belajar
Data mengenai kemampuan prestasi belajar siswa dianalisis dengan
menghitung nilai tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kemampuan
prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut.

(Arikunto, 2012)
Keterangan:
= rata-rata
= jumlah seluruh skor
= banyaknya subjek
Ketuntasan pengetahuan siswa dapat ditentukan dengan menggunakan
ketuntasan klasikal (KK). Rumus untuk menghitung ketuntasan klasikal adalah
sebagai berikut.

KK = x 100%
Kriteria keberhasilan siswa adalah jika memenuhi KKM dan ketuntasan
klasikal (KK). Penelitian dikatakan berhasil jika memenuhi ketuntasan klasikal
(KK).
c) Tanggapan siswa
Data tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL diperoleh dari
angket tanggapan siswa. Adapun rumus skor rata-rata tanggapan siswa adalah
sebagai berikut.

25
26

(Arikunto, 2012)
Keterangan:
= rata-rata (mean)
= jumlah seluruh skor
= banyaknya subjek
Data tanggapan siswa dianalisis berdasarkan skor rata-rata ( ), mean ideal
(MI), dan standar deviasi ideal (SDI).

Tabel 3.3 Kriteria Penggolongan Tanggapan Siswa


Kriteria Kategori

Sangat positif

Positif

Cukup positif

Kurang positif

Sangat kurang positif

(Nurkancana & Sunartana, 1990)

Hasil perhitungan MI dan SDI adalah sebagai berikut.

(skor ideal + skor terendah ideal)

(skor ideal – skor terendah ideal)


Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kriteria
penggolongan yang telah ditetapkan seperti pada tabel 3.3.Penelitian ini dikatakan
berhasil apabila skor rata-rata tanggapan siswa minimal positif.

26
27

Daftar Rujukan

Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al Tabany, I. B. T. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan


Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar .


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arruz Media.

Burhanuddin, Afid. 2014. Prinsip-Prinsip Belajar dan Implikasinya. (Online).


www.afidburhanuddin.wordprees.com. Diakses tanggal 9 Desember 2018

Conny Semiawan dkk. (1990). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah. Jakarta : Gramedia.

Hamalik, Oemar. 2014.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hopkins, David.2011.Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta:Pustaka Pelajar


Jakarta: Rineka Cipta.

Istarani. 2012. Model Pembelajaran Inovatif . Medan: Media Persada.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasikan Kurikulum 2013.


Kemendikbud RI: Jakarta

Kemendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 58,


Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama (SMP) /
Madrasah Tsanawiyah (MTs).

27
28

Martinis Yamin. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan


Pendidikan. Jakarta: Referensi.

Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, S.C. Utami , 1992, Mengembangkan Bakat Anak, Jakarta : Gramedia

Munandar,Utami (1995) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: P.T


Rineka Cipta.

Okayana, K. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
3 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. Bandar Lampung : Universitas
Lampung

Pelajaran Ekonomi Kelas X.7 SMA Negeri 1 Purworejo. Jawa Tengah :


Universitas Muhammadiyah Purworejo.

R.M, Gagne dan Briggs, L.J. 1979. Principles Instructional Design. New York:
Holt, Rinehart and Wiston

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2014). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme


Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Semiawan, Conny. dkk. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.


Gramedia

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Sumantri. 2015. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Supriyadi, D. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung:


Alfabeta

28
29

Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. ………Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group

Trianto, 2009 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta


Kencana Prenada Group. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientas Konstruktivistitik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

29
30

30

Anda mungkin juga menyukai