Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disisun oleh :
KELAS 4E
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pembelajaran Sains Kelas Tinggi yaitu “Metode
Inkuiri”.
Selama penulisan tugas ini banyak pihak yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat
melaksanakan penulisan tugas ini sampai dengan selesai. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima
kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kami, terutama kepada:
1. Allah SWT
2. Siit Prabowo.,S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Sains Kelas Tinggi.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini
Saran dan kritik dari semua pihak selalu kami tunggu demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga hasil makalah ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya. Besar harapan kami semoga hasil tugas ini menjadikan amal sholeh dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan kita, Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan.................................................................................... 15
B. Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat proses belajar–mengajar maka akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang
beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana
pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit
menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya
mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai dalam
menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Profesionalisme seorang guru bukanlah hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada
kemampuanya melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa sehingga siswa lebih aktif
mengikuti pembelajaran. Daya tarik suatu pelajaran terletak pada dua hal yaitu oleh mata pelajaran itu
sendiri dan cara guru mengajar.
Cara guru mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu
caranya adalah dengan penerapan model pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri, guru sebagai “fasilitator pembelajaran”.
Siswa mengajukan beberapa pertanyaan, menimbulkan hipotesis, penelitian dan percobaan,
menganalisis data, dan memberikan penjelasan sebagai bukti.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada
proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Johnson dalam supriyono (2011:68) membedakan discovery learning dengan inquiry learning. Discovery
terdapat pengalaman yang disebut “ahaa experience” yang dapat diartikan nah ini dia. Inquiry learning
tidak selalu sampai pada proses ini. Hal ini karena karena proses akhir discovery learning adalah
penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhirnya terletak pada kepuasan kegiatan meneliti.
Discovery learning menekankan pada pengalaman seperti yang dialami oleh peneliti ketika melakukan
penemuan suatu temuan. Inquiry berarti guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga
siswa didorong untuk melakukan prosedur yang digunakan oleh penelitian. Persamaan discovery
learning dan inquiry learning yaitu kedua pembelajaran tersebut menekankan pada masalah konstektual
dan aktivitas penyelidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat berbagai permasalahan yang dapat
kami angkat dalam makalah ini, adapun masalah-masalah tersebut yaitu sebagai berikut.
9. Bagaimanakah cara penerapan model inkuiri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di
SD ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dari rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
8. Mengetahui dan mendeskripsikan keefektifan dan kesulitan dalam model pembelajaran inkuiri.
9. Mengetahui dan memahami cara penerapan model inkuiri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SD .
D. Manfaat
3. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khususnya untuk guru SD tentang model
pembelajaran inkuiri
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Latihan inkuiri dimulai dengan menyajikan kejadian yang sedikit membingungkan (puzzling event) pada
siswa (Joyce, 2009). Suchman (Joyce, 2009) percaya bahwa individu yang dihadapkan pada situasi
semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk menyelesaikannya. Jadi dapat menggunakan
kesempatan yang disediakan oleh inkuiri untuk mengajarkan prosedur – prosedur ilmiah yang
terstruktur.
Dalam beberapa buku ada menyebut inquiri ini sebagai model, sebagai strategi atau juga sebagai
pendekatan atau metode. Berpatokan pada Bell (1978), inkuiri ini dikelompokan pada model
pembelajaran yang berkaitan dengan objek tak langsung matematika. Artinya, model inkuiri merupakan
salah satu model yang dapat digunakan dalam mengajrakan pembuktian teorema, pemecahan masalah ,
learning how to learn, transfer of learning, dan sikap terhadap matematika. Menurut Joyce (2009)
mengelompokan pembelajaran ini pada kelompok model yang memproses informasi (information-
processing family), yakni bagaimana kita dan para siswa dapat memperoleh, mengelola, dan
menjelaskan informasi.
Model ini membahas tentang pembelajaran inkuiri yang dibagi dalam 2 kegiatan. Kegiatan belajar 1
membahas landasan teori, pengertian, tujuan, serta beberapa jenis dalam model inkuiri. Pada kegiatan
ke 2 pembahasan difokuskan pada perencanaan dan implementasi model pembelajaran inkuiri dalam
pembelajaran matematika sekolah.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Inkuiri
3) Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang di temukan dalam proses inkuiri
Inkuiri mengasumsikan bahwa sekolah berperan sebaik mungkin untuk mempermudah pengembangan
diri sendiri (self development). Oleh karena itu, inkuiri sebagian besar bersifat berpusat pada siswa,
menurut supaya para siswa ikut serta secara aktif dalam pembelajarannya (Wahyudin, 2008). Lebih
lanjut, dijelaskan bahwa inkuiri melibatkan unsur – unsur search surprise, dan sifat ini menjadikannya
bersifat sangat memotivasi siswa.
Tujuan umum inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
yang mempuni untuk meningkatkan pertanyaan – pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam
dari rasa keingintahuan mereka. Suchman (Joyce, dkk, 2009) tertarik membantu siswa meneliti secara
mandiri, tetapi dalam cara yang disiplin. Dalam hal ini Suchman merumuskan teori sebagai berikut;
1. Siswa meneliti secara ilmiah ketika mereka sedang menghadapi persoalan (kebingungan).
3. Strategi – strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan dapat ditambahkan pada
strategi yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
4. Penelitian kooperatif dapat memperkaya pemikiran dan membantu siswa belajar tentang
ketidaksemestian, sifat pengetahuan yang selalu berkembang, dan menghargai penjelasan alternatif.
Model inkuiri jenis ini melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah dengan cara – cara yang lazim
ditempuh para ilmuan. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problem kepada para siswa dan
melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati – hati mengundang siswa untuk
melakukan beberapa kegiatan sepeti;
a) Merancang eksperimen,
b) Merumuskan hiotesis,
d) Menginterpretasikan data,
e) Membuat grafik,
b. Pictorial riddle
Model ini merupakan metode mangajar yang dapat mangembangkan motivasi dan minat siswa dalam
diskusi kelompok kecil atau besar, gambar peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para siswa, biasanya suatu riddle (teka-teki atau puzzle)
berupa gambar di papan tulis, poster, atau diproyeksikan dari transparansi atau power point, kemudian
guru menjelaskan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
c. Synectics lesson
Model ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat
membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan
dapat membantu siswa dalam berpikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang
timbulnya ide – ide kreatif.
d. Value clarification
Pada model pembelajaran inkuiri jenis ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang
suatu tata aturan atau nilai – nilai pada suatu proses pembelajaran.
1. Guru memberikan penjelasan, intruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan di ajarkan;
5. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan
(Mulyasa, 2005)
Sanjaya (2008) juga menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah – langkah sebagai
berikut.
1. Orientasi
Pada tahap ini, guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yangkondusif.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka – teki.
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpilan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.
v Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa sehingga siswa dapat mengerti
tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
v Mebantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
· Kekurangan
Ø Strategi inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan,artinya pendekatan inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar
Ø Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri
Ø tujuan dari metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental
Metode Inquiry, Pengertian Makalah, Langkah Menurut Para Ahli - Metode Inquiry adalah cara
penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk
menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan
kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.
(Slamento. Proses Belajar Mengajar Dalam Proses Kridit Semester. Jakarta : Bumi Aksara. 1993. Hlm 116)
Metode Inquiry istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru
untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti
suatu masalah ke kelas. Siswa di bagi menjadi kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas
tertentu yang harus dikerjakan. (Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. 1991. Hlm
75)
Metode ini berasal dari John Dewey, maksud utama metode ini adalah memberikan latihan kepada
murid dalam berfikir. Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan tergesa-gesa,
menimbang-nimbang kemungkinan pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai
terdapat bukti-bukti yang cukup. (Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : CV. Citra Media. 1996.
Hlm 88)
Metode inquiry ini merupakan suatu metode yang merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu
persoalan sehingga menemukan pemecahannya. Dalam bahasa inggrisnya disebut problem solving
method. Metode ini membina kecakapan untuk melihat alasan-alasan yang tepat dari suatu persoalan,
sehingga pada akhirnya dapat ditemukan bagaimana cara penyelesaiannya. Metode inipun adalah
metode yang membina murid untuk dapat berfikir ilmiah, yaitu cara berfikir yang mengikuti jenjang-
jenjang tertentu di alam penyelesaiannya. Kemampuan untuk memperoleh tilikan dapat dilatih dan
dikembangkan dengan metode mengajar semacam ini. (Djajadisastra. Metode-Metode Mengajar.
Bandung : Angkasa.. 1981. Hlm 19)
Metode inquiry juga dikembangkan oleh Suchman untuk mengajar siswa memahami proses penelitian.
(Joyce and Weil. Models of Teaching Prentice: Prentice/Hall International. 1986. Hlm 56). Suchman
tertarik untuk membantu siswa melakukan penelitian secara mandiri dan disiplin. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa anak-anak selalu memiliki rasa ingin tau. Suchman menginginkan siswa
mempertanyakan mengapa suatu peristiwa terjadi dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan
mengolah data secara logis. Dengan demikian maka metode inquiry akan memperkuat dorongan alami
untuk melakukan eksplorasi dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan.
Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai
data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci pembuka masalahnya. Kegiatan semacam ini
merupakan ciri yang khas dari pada suatu kegiatan inteligensi. Metode ini mengembangkan kemampuan
berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data,
menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data yang telah
terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah tersebut.
Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu
kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan masalah itu
telah di ikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang berhasil dikumpulkan dan di analisa sampai
kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-benar dapat
dikembangkan dengan menggunakan metode pemecahan masalah. (Djajadiasatra. Metode-Metode
Mengajar. Bandung : Angkasa.. 1981. Hlm 19-20)
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry adalah metode mengajar yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang sebelumnya belum
mereka ketahui. Sedangkan tujuan dari metode inquiry ini adalah untuk membantu siswa dalam
mengembangkan intelektual dan ketrampilannya yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan dan
menyelidikinya untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan keingintahuan mereka. (Joyce And Weil.
Models of Teaching. Prentice/Hall International e. 1986. Hlm 57)
Meski awalnya metode inquiry dikembangkan untuk ilmu alam, namun prosedur inquiry bisa diterapkan
pada semua topik yang dapat diformulasikan menjadi situasi yang penuh dengan pertanyaan. Dari situasi
yang penuh dengan pertanyaan akan menimbulkan konfrontasi intelektual yang pada akhirnya
mendorong terciptanya inquiry. Dengan metode inquiry siswa dikondisikan untuk berpikir secara kritis
dan kreatif serta untuk mendorong kesimpulanya sendiri yang didasarkan atas observasi yang mereka
lakukan.
Dalam penelitian ini model inquiry yang dipakai adalah model inquiry yang dikembangkan oleh
Suchman. Model inquiry ini dimulai dengan menyajikan situasi yang penuh dengan pertanyaan. Setelah
situasi tersebut disajikan pada siswa, kemudian para siswa diberitahu bahwa mereka perlu mengupas
beberapa aspek dari situasi itu, misalnya mengenai sifat dan definisi. Pada saat seperti ini siswa
diperbolehkan untuk bertanya itu dijawab oleh guru hanya dengan kata “ya” atau “tidak”. Langkah
terakhir siswa diharapkan dapat menyimpulkan sendiri jawaban masalah yang diajukan.
Langkah-langkah selengkapnya model inquiry adalah sebagai berikut : (Ibid. Hlm 63)
Langkah pertama :
Menyajikan masalah
Langkah kedua :
Langkah ketiga :
Langkah keempat:
Menarik kesimpulan
Langkah kelima :
Prinsip dan norma yang dikandung dalam metode inquiry adalah kerja sama, kebebasan intelektual, dan
kesamaan derajat Selanjutnya menyatakan bahwa selama proses inquiry siswa saling berinteraksi dengan
siswa lain dan juga dengan gurunya. (Ibid. Hlm 63)
Di sisi lain ketepatan belajar dalam metode inquiry berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi.efektivitas
berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai, sedang efisiensi berkenaan dengan ketepatan waktu dan
kemudahan dalam pelaksanaan.
Dari uraian diatas maka untuk melihat efektivitas metode inquiry dilakukan evaluasi berdasarkan aktifitas
siswa selama melakukan proses inquiry. Aktifitas siswa ini meliputi ketertarikan, kesungguhan,
antusiasme, berani mengemukakan pendapat baik pada guru ataupun siswa, menghargai pendapat
siswa lain serta keceriaan. Aktifitas ini diamati pada setiap langkah dari model inquiry.
Metode pemecahan masalah juga dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Pengujian hipotesis
Memverifikasi kesimpulan. (Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : CV. Citra Media. 1996. Hlm
88)
Agar pembelajaran dengan metode inquiry dapat berjalan lancar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Guru mengontrol interaksi dalam kelas serta mengarahkan prosedur inquiry. Dalam proses ini diperlukan
kerja sama antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Siswa diberikan kebebasan dalam
mengemukakan pendapat atau dalam mengajukan pertanyaan.
b. Peran guru
Dalam metode inquiry guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan informan. Sebagai fasilitator,
guru menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh siswa dan menciptakan kondisi yang kondusif. Sebagai
motivator, guru berperan mendorong siswa agar senantiasa giat dalam melakukan kegiatan dengan
memberikan pertanyaan atau tanggapan yang bersifat memacu dan mengarahkan siswa. Sedangkan
sebagai informan, guru berperan sebagai sumber informasi bagi siswa akan tetapi dalam hal ini guru
tidak memberikan informasi langsung.
Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry (pemecahan masalah) adalah mengembangkan
kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini
melatih murid-murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan
memecahkan suatu masalah yaitu dengan memberikan kepada murid pengetahuan kecakapan praktis
yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-dasar
pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan suatu masalah dan kecakapan ini
dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya di dalam masyarakat.
Mengingat tujuan tersebut di atas, maka pemecahan suatu masalah jangan di ajarkan sebagai
pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi murid untuk selanjutnya dapat memecahkan
sendiri segala macam masalah yang mungkin akan dijumpainya, sekarang maupun kelak, disekolah,
dirumah maupun di masyarakat.
Tujuan-tujuan lainya selain dari tujuan utama yang telah disebutkan di atas yaitu :
Belajar menyadari bahwa setiap masalah pasti ada cara tertentu untuk memecahkannya.
BAB III
Penutup
A. kesimpulan
Pembelajaran inkuiri merupakan proses kolaboratif antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam prosesnya, siswa dapat mengajukan pertanyaan, mengeksplorasikan jawaban dan penyelesain
suatu masalah yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk menguji kemampuan siswa dalam mengelola dan
mengaplikasikan bentuk konsep keilmuan yang telah mereka pelajari dengan masalah dunia nyata dari
mulai yang sederhana hingga masalah yang komfleks.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Syaiful, dkk, 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.