Busur Sulawesi Fix
Busur Sulawesi Fix
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 1
Pembagian Busur di Indonesia ( Carlile and Mitchell, 1994)
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang
terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen,
1949) sebagai berikut :
1. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke
Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar
Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini
sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
3
2.1 Geologi Regional
Sulawesi terletak pada pertemuan Lempeng besar Eurasia, Lempeng
Pasifik, serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan
kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan,
batuan bancuh, ofi olit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).
Berdasarkan keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu: Mandala
barat sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
Mandala tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai
bagian dari blok Australia; dan Mandala timur berupa ofi olit yang merupakan
segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias -
Miosen. Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur
magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara
memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai
sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik,
terbentuk pada Miosen - Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada
Eosen - Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih
bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api - sedimen
berumurMesozoikum - Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan
tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik
yang berupa batolit, stok, dan retas.
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat
komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur
kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper
seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling
berpegunungan di antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100).
Gambar 2
Peta Sebaran Batuan (Van Leeuwen, 1994)
4
2.2 Pembagian Litogenetik di Pulau Sulawesi
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 3 yaitu:
1. Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano - Plutonic Arc)
sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang
merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
2. Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan
malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok
Australia;
3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan
sedimen berumur Trias-Miosen
Mandala barat
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur
magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat.Bagian utara
memanjang dari Buol sampai sekitar manado Batuan bagian utara bersifat riodasitik
sampai andesitik, terbentuk pada Miosen- Resen dengan batuan dasar basaltik yang
terbentuk pada Eosen-Oligosen. Bagian barat dari Buol sampai sekitarMakassar.
Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen
yang terdiri atas batuan gunung api – sedimen berumur Mesozoikum- Mesozoikum
Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid
bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan
retas.
Mandala Tengah
Gambar 3
Zona Patahan Palu Koro
( Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2008)
a. Endapan alluvium,
b. Endapan teras (Kuarter),
c. Batuan tufa (Pliosen - Kuarter),
d. Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya
termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas - Eosen Bawah)
e. Batuan Gunung Api (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan
f. Formasi Tinombo
g. Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditentukan menerobos
batuan malihan Formasi Tinombo.
6
Mandala Timur
Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari
menjadi dua lajur, yaitu:
a) Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya
b) Lajur Hialu yang menempati bagian timur laut daerah ini.
Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan
potensi sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan
hidrokarbon. Panas Bumi berada di sekitar daerah Tinobu. Kecamatan Lasolo,
sepanjang sesar Lasolo. Cebakan Hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai
timur daerah ini, seperti : daerah kepulauan Limbele, Teluk Matapere (Kepulauan
Nuha Labengke). Wawalinda, Telewata, Singgere, pantai utara Kendari, dan lain
sebagainya.
Adapun Formasi batuan yang terdapat didaerah sulawesi selatan adalah
formasi Latimojong yang berumur Kapur. Formasi ini telah termetamorfisme dan
menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat
menengah hingga basa.Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan
Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih,
batugamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami
perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya
berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah.Satuan Batuan termuda berupa
endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari lempung, lanau, pasir kerikil dan
setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral (Qal) menempati daerah pesisir
timur dan barat.
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
1. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah
timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang
didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
2. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan
arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar
daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara
teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi
oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara
rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang
disebut zone limboto :
7
3. Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari
utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo )
yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara
lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya
100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar
teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di
bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah
permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ;
2006 : 101 )
Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan
menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah
1. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan
bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
2. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan
Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20
km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
3. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis
ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk
Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di
tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang
letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment
peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan
antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha,
sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan
pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke
timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang
berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang
teratur dengan membujug barat ke timur.
Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-
baratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006
: 103 ).
8
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada
di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan
pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah
Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara
ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan
lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat
danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya
lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan
ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang
dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di
sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang
mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar
pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di
luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal
dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone
1. Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi
oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara
dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi
dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga
zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-
selatan (Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut adalah :
a. Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan
Batuan utama seperti grafik.
b. Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sediment
pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya
tidak selaras diatas batuan metamotif.
c. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa,
batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum
(Sutardji, 2006:104).
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
http://explorasi08.blogspot.com/2011/03/hubungan-busur-magmatik-dan-
asosiasi.html. Diakses tanggal 3 November 2019
http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/fisik_lingkungan/tektonika_neogen_deta
il.php?id=1&judulumum. Diakses tanggal 3 November 2019
http://www.scribd.com/doc/69127274/Metallogenic-Province-Abah, diakses
tanggal 3 November 2019
http://yudi81.wordpress.com/2011/05/07/skala_waktu_geologi/. Diakses
tanggal 3 November 2019
12