Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah adalah satu-satunya makhluk yang paling sempurna di


muka bumi ini. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang sempurna melebihi
manusia. Sebagaimana Allah sendiri telah menyatakan dalam al-Qur’an surat At-
Tin ayat 4, yang artinya “kami (Allah) benar-benar telah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk”.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Allah mengangkat manusia sebagai


kholifah di muka bumi ini mengalahkan makhluk-makhluk lain yang telah
diciptakan ribuan tahun lebih dahulu. Hal seperti ini seharusnya patut disyukuri
oleh manusia dengan selalu melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah
kepadanya dan menjauhi segala sesuatu yang dilarangnya. Sama halnya kebaikan,
itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan
kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar maka
pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya
lebih rendah maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut.
Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar maka ia disebut
sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.
Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong
kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa
besar.

Namun, manusia pada zaman sekarang sudah tidak mengindahkan


keimanan lagi dengan menjalankan perintah-Nya. Banyak sekali orang-orang
yang telah menyimpang dari ajaran agama islam seolah-olah mereka sudah tidak
ingat lagi dengan kewajibannya sebagai umat manusia kepada sang pencipta.
Penyimpangan inilah yang biasa disebut dengan maksiat.

1
Secara hakiki, maksiat adalah perbuatan durhaka (asha) kepada Allah
SWT. Perbuatan maksiat ini bisa berupa menolak perinta Allah SWT atau
melanggar larangan-Nya. Orang yang tidak mau melaksanakan kewajiban shaat,
kewajiban puasa di bulan Ramadhan, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban
pergi haji bagi yang mampu adalah golongan orang yang telah melakukan
perbuatan maksiat. Demikian juga perbuatan melanggar larangan Allah SWT
seperti mencuri, membunuh, berzina, meminum minuman keras dan memakai
narkoba. 1

Ada beberapa perbuatan maksiat yang dapat membatalkan keimanan jika


seseorang melakukan perbuatan maksiat karena ingkat atau mendustakan dan
terkadang maksiat itu tidak sampai pada derajat sehingga membuatnya keluar dari
iman, tetapi memperburuk dan mengurangi iman. Maka siapa yang melakukan
dosa besar seperti berzina, mencuri, minum-minuman yang memabukkan atau
sejenisnya, tetapi tanpa meyakini kehalalannya maka hilang rasa takut, khusyu’
dan cahaya dalam hatinya. Sekalipun pokok pembenaran dan iman tetap ada di
hatinya.2

Oleh karena itu, prinsip dari perbuatan dkatakan maksiat dalam ajaran
islam adalah tindakan menyalahi syariat Allah SWT. Allah SWT berfirman “Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.” (Q.S Al-Azhab 36)

1
Ashabul Muslimin. 2012. Maksiat Jenis dan Dampaknya. http://ashabul-
muslimin.blogspot.co.id/2012/04/maksiat-jenis-dan-dampaknya.html (diakses pada tanggal 28
Desember 2017)

2
Nasrudiyanto Abatasa. 2014. Dampak Maksiat terhadap Iman.
http://nasrudiyanto.abatasa.co.id/post/detail/2014/dampak-maksiat- terhadap-iman.html
(diakses pada tanggal 28 Desember 2017)

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan seseorang melakukan maksiat?
2. Bagaimana dampak maksiat terhadap keimanan seseorang?
3. Bagaimana cara menghindari perbuatan maksiat?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui apa yang menyebabkan seseorang melakukan maksiat.
2. Mengetahui bagaimana dampak maksiat terhadap keimanan seseorang.
3. Mengetahui bagaimana cara menghindari perbuatan maksiat

1.4 Metodologi Penelitian


1.4.1 Jenis Data
Data yang diperoleh penulis untuk penulisan makalah melalui satu sumber
data saja yaitu:
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dalam penelitian atau dari pihak lain yang terkait dengan masalah yang diteliti.
Data ini bisa diperoleh dari studi pustaka berupa buku, referensi, dokumen.

1.4.2 Tempat dan Waktu Penulisan


1.4.2.1 Tempat Penulisan
Penulisan ini dilakukan di STIE Indonesia Banking School yang berlokasi
di Jalan Kemang Selatan Raya No. 35, Jakarta Selatan.
1.4.2.2 Waktu Penulisan
Penulisan ini dimulai pada 20-25 desember 2017.

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, yaitu:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dan informasi dengan
melakukan kegiatan kepustakaan melalui buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu
dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

3
Dalam penulisan mengelompokkan pembahasan dalam kelompok Bab-
bab. Satu kelompok pembahasan dimasukkan dalam satu judul Bab, yang mana
Bab-bab ini terdiri dari subbab-subbab.

Bab I Menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang, rumusan


masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II Mengenai analisis dan pembahasan dari rumusan masalah yang
telah diambil oleh penulis.
Bab III Mengenai kesimpulan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan
mencoba membantu para pembaca dengan memberikan saran yang
diperlukan.

BAB 2
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Seseorang Melakukan Maksiat

Rasulullah Saw pernah bersabda :

4
‫ صقاَلسنوا صوصمنن يصأنصبىَ صياَ صرسسنوصل ان؟ِهلل صقاَصل صمنن أص ص‬.َ‫سكلُل أسنمنتيِ يصندسخلسنوصن انلصجننةص نإلِ صمنن أصصبى‬
‫ صوصمنن صع ص‬.‫طاَصعننيِ صدصخصل انلصجننصة‬
ِ‫صصصاَنني‬
‫رواه البخاَري‬. َ‫فصقصند أصصبى‬

Artinya:

Setiap umatku pasti masuk surga kecuali yang enggan. Mereka (para Sahabat)
bertanya. " siapa yang enggan Ya Rasulullah?". Nabi Menjawab "Barang siapa
yang taat kepadaku pasti masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat
kepadaku berarti ia enggan (HR.Bukhari)

Dari Hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah Saw memberikan
jaminan kepada umatnya bahwa mereka pasti masuk surga. Hanya sangat
disayangkan diantara sebagian umatnya ada yang menyia-nyiakan jaminan
tersebut dengan cara maksiat dan tidak mau mengikuti ajaran beliau. Rasulullah
perintah ke kanan, ia malah ke kiri, Rasulullah perintah maju, ia malah mundur.
Singkatnya tindak-tanduknya selalu bertentangan dengan perintah Rasulullah
Saw. Oleh karena itu kita perlu mengetahui hal-hal yang dapat menjerumuskan
seseorang ke dalam perbuatan maksiat, agar ia selamat di dunia dan akhirat.
seandainya salah satu faktor ini ada pada diri seseorang maka ia berhak masuk
nereka, apalagi jika semuanya ada . Berikut ini faktor-faktor penyebab maksiat.

1. ‫( اصنلصجنهسل‬Bodoh)

Seseorang yang tidak memiliki ilmu (khususnya ilmu agama) maka akan
mudah sekali melakukan maksiat. Sesuatu yang haram dia sangka halal, sesuatu
yang dilarang dia sangka biasa. Semua itu karena bodohnya. Sebagaimana
seorang bijak mengatakan

‫صمنن صجنهصل انلصحصراصم صوقصصع فننينه‬

Artinya :
Orang yang tidak mengetahui perbuatan yang haram, pasti terjerumus ke
dalamnya

5
Sebaliknya orang-orang yang memiliki ilmu agama, dan menyakininya serta
mengamalkannya maka ia akan menjadi orang yang paling takut maksiat. Allah
Swt berfirman

‫إنننصماَ يصنخصشىَ نمنن نعصباَندنه انلسعلصصماَسء‬

Artinya :
sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu (QS
Fathir:28)

2. ‫ضنع س‬
‫ف النيصماَنن‬ ‫( ص‬Lemah Iman)

Faktor yang kedua ini bisa terjadi pada siapa saja, sebab iman manusia
biasa seperti kita bisa bertambah dan bisa berkurang. Terkadang orang tersebut
berilmu. Namun, godaan nafsunya tak dapat ditahan oleh imannya yang lemah,
sehingga ia tergoda untuk mencicipi maksiat. Sebab itu keimanan manusia seperti
tumbuhan, harus terus dipupuk dan disiram. Jika tidak maka imannya akan mati
karena keracunan dosa.

3. ‫( طسنوسل الصمنل‬Berangan-angan panjang)

Terkadang seorang berani maksiat karena merasa dirinya masih muda,


masih kuat dan lupa akan kematian yang datang secara tiba-tiba. Mereka
menyangka bahwa, kematian bisa ditahan. Mereka lupa bahwa kematian datang
tak pernah pandang bulu, tidak pandang tua atau muda, tidak pandang miskin atau
kaya. Jika ajalnya sudah tiba maka tak dapat ditunda walaupun hanya sesaat.
Kematian datang tidak membawa absensi yang dimulai dari huruf A dan berakhir
dengan huruf Z. Orang-orang yang memilki angan-angan panjang biasanya akan
mudah terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.

4. ‫ ( أصنكسل انلصحصرانم صواللُشبسصهاَ ن‬Makan sesuatu yang haram)


‫ت‬

6
Manusia ini laksana wadah, apapun yang masuk maka akan keluar hal
yang sama. Jika ada botol diisi air teh maka ketika dituang akan keluar air teh.
Jika diisi air solokan maka ketika dituang yang keluar air solokan. Begitu juga
manusia, apabila ia mengkonsumsi makanan halal maka yang timbul dari dirinya
adalah perbuatan baik, ibadah, dan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ataupun
orang lain. Sebaliknya jika yang dikonsumsi makanan haram maka yang muncul
adalah perbuatan jahat, keji, kotor dan memalukan, bahkan merugikan diri sendiri
dan orang lain. Sebab itu setiap orang yang beriman hendaknya mengkonsumsi
makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram.

2.2 Dampak Maksiat terhadap Keimanan Seseorang

Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu dalam bentuk meninggalkan


perintah maupun melakukan suatu larangan. Sedangkan iman, sebagaimana telah
kita ketahui adalah 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan "la ilaha
illallah" dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan.

Sebagaimana Allah menceritakan tentang Fir’aun dengan firmanNya:


"Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai." (An-Nazi’at: 21).

Terkadang maksiat itu tidak sampai pada derajat sehingga membuatnya


keluar dari iman, tetapi memperburuk dan mengurangi iman. Maka siapa yang
melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri, minum-minuman yang
memabukkan atau sejenisnya, tetapi tanpa meyakini kehalalannya, maka hilang
rasa takut, khusyu’ dan cahaya dalam hatinya; sekalipun pokok pembenaran dan
iman tetap ada di hatinya.

Lalu jika ia bertaubat kepada Allah dan melakukan amal shalih maka
kembalilah khasyyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan
kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sampai
menutupi serta menguncinya maka ia tidak lagi mengenal yang baik dan tidak
mengingkari kemungkaran.

7
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu
anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya
orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya.
Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka mengkilaplah hatinya.
Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai
menutupi hatinya. Itulah ’rain’ yang disebut oleh Allah dalam Al-Quran: Sekali-
kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup
hati mereka. (Al-Muthaffifin: 14, HR. Ahmad, II/297)3

Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman,


yaitu bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rindang. Maka akar-akarnya
adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup, sedangkan cabang-
cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah kelestarian dan
hidupnya terjamin. Se-makin bertambah cabangnya maka semakin bertambah dan
sempurna pohon itu, dan jika berkurang maka buruklah pohon itu. 4

Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang maupun batangnya
maka hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan
batang-batang dan cabang-cabang yang bisa berdaun maka keringlah akar-akar itu
dan hancurlah ia dalam tanah. Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya
dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan
dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan sedikitnya
kemaksiatan tersebut.

2.3 Cara Menghindari Perbuatan Maksiat

Perbuatan maksiat menjadi salah satu fenomena yang kerap kita jumpai
saat ini. Tidak mengenal usia, siapapun bisa menjadi korban atau bahkan pelaku

3
Ibnul Qoyyim.1994. Akibat Perbuatan Maksiat, Penerjemah: Nabhani Idris. Jakarta: Gema
Insani Press Cet.

4
Ibid.

8
dari kemaksiatan. Ini semua terjadi dikarenakan kurangnya ilmu agama yang
dimiliki orang tersebut.

Tidak hanya itu saja, pengaruh lingkungan serta gaya hidup cenderung
menjadi faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat.
Padahal sebenarnya hal yang demikian inilah yang kemudian dapat
menjerumuskan manusia ke dalam api neraka saat di akhirat kelak.

Maka tidak heran jika Rasulullah SAW senantiasa memperingatkan umatnya


untuk menjauhi kemaksiatan. Selain memperkuat keimanan kepada Allah,
ternyata ada beberapa cara bagi kita untuk menghindarkan diri dari perbuatan
maksiat yang kian merajalela tersebut.

1. Menjaga Mata

Cara pertama yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari


kemaksiatan adalah dengan menjaga mata. Mata merupakan salah satu sumber
berasalnya sebuah perbuatan maksiat. Sebab kebanyakan orang yang melakukan
maksiat dikarenakan penglihatannya.

Maka tidak heran apabila Allah SWT senantiasa memerintahkan kita untuk
menjaga mata dan pandangan dari segala sesuatu yang diharamkan. Allah Ta’ala
berfirman:
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”
(QS. An-Nur [24] : 30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala
kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan
mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang

9
kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan
tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).

Selain kemaksiatan yang mengundang nafsu, mata juga bisa menjadi


sumber kita tinggi hati. Hal ini dapat terjadi ketika kita menggunakan mata
tersebut untuk memandang rendah atau pun menghina orang lain.

2. Menjaga Telinga

Kiat untuk menghindari kemasiatan selanjutnya adalah dengan menjaga


telinga. Seperti yang kita ketahui bahwa telinga berfungsi untuk mendengar.
Namun ternyata bagian tubuh yang satu ini dapat membawa kita ke jurang
kemaksiatan apabila tidak dipergunakan sesuai dengan syariat Islam.

Salah satu kemaksiatan yang kerap terjadi disebabkan oleh telinga ini ialah
ketika kita mendengar ucapan yang tidak pantas. Tidak hanya itu saja, ternyata
mendengar gosip juga dapat membuat kita terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Maka tidak heran jika kita harus senantiasa menjaga telinga. Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain)
adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga
dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat.”

3. Menjaga Lidah

Lidah menjadi anggota tubuh yang tidak bertulang namun ternyata


memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Maka wajar saja
apabila Rasulullah SAW menjadikan lidah sebagai anggota tubuh yang harus
diwaspadai karena dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka.
“Wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan
berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, `Rabbku adalah Allah`,

10
lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda
khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini.”
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Lidah tidak hanya dapat membuat hubungan antar tetangga menjadi tidak
harmonis, bahkan perkataan yang disebabkan oleh lidah ini dapat memecah belah
suatu bangga.
Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena
lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi).
Selain menjaga lidah dari segala perkataan yang dapat memecah belah,
kita juga harus menjauhi perbuatan berbohong, ingkar janji, mengumpat ataupun
debat kusir yang kerap dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang ini.

4. Menjaga Perut

Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari


kemaksiatan adalah dengan menjaga perut. Hal yang perlu kita ingat adalah
bahwa perut bukanlah tempat sampah yang dapat dimasuki oleh semua makanan.
Hal tersebut dikarenakan makanan atau apapun itu dapat berpengaruh
secara langsung atau tidak terhadap tingkah laku seseorang. Terlebih lagi apabila
makanan tersebut berasal dari hasil yang tidak halal.

Ternyata itu termasuk dalam syahwat perut yang harus dikendalikan.


Sebab jika tidak dikendalikan akan membuat kita melakukan apa saja untuk
memuaskan nafsu perut tersebut. Ketika hal ini terjadi maka kita akan gelap mata
dan melakukan apa saja agar nafsu tersebut terpenuhi.

Syahwat yang demikian ini telah membuat Nabi Adam As dikeluarkan dari
surga yang kekal. Tidak hanya itu, dari syahwat ini pula kemudian timbul syahwat
kemaluan dan kerakusan terhadap harta. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian, ialah syahwat mengikuti
nafsu pada perut dan pada kemaluan kalian serta fitnah-fitnah yang menyesatkan”.
(HR. Ahmad)

11
5. Menjaga Kemaluan

Cara yang tidak kalah pentingnya untuk menghindarkan diri dari


kemaksiatan adalah dengan menjaga kemaluan dari segala sesuatu yang
menyesatkan. Nafsu syahwat menjadi hal yang paling berbahaya apabila tidak
dapat dikendalikan.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An-Nur: 30)
Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri dengan sekuat tenaga
dari hal-hal yang dapat membuat kita terjurumus dalam lembah kemaksiatan.
Firman Allah Ta’ala:
“Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka
tidak tercela.” (Al Mukminun: 5-6)

6. Menjaga Dua Tangan

Menjaga kedua tangan juga dapat menjadi salah satu cara untuk
menghindari maksiat. Ada begitu banyak kemaksiatan yang bisa disebabkan oleh
kedua tangan ini, seperti pencurian, perampokan bahkan juga pembunuhan.

Tidak hanya itu saja, bahkan kemaksiatan tangan juga bisa dikarenakan
tulisan kita di media sosial yang dapat menyakiti hati orang lain. Oleh sebab itu,
kita diperintahkan untuk menjaga kedua tangan agar tidak menjadi sumber dari
kemaksiatan yang merugikan diri sendiri ataupun menyakiti orang lain.

12
7. Menjaga Dua Kaki

Cara terakhir untuk menghindari kemaksiatan adalah dengan menjaga


kedua kaki. Ternyata bagian tubuh yang satu ini harus dipelihara dengan sebaik
mungkin. Hal tersebut dikarenakan kaki dapat melangkah ke tempat yang
diharamkan oleh Allah SWT.

Tidak hanya itu saja, kaki juga dapat berjalan menuju tempat di mana
orang-orang zalim berada. Perbuatan seperti inilah yang dilarang karena dapat
membuat kita terpengaruh dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Firman Allah
SWT:
“Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan
disentuh oleh api neraka.” (Hud: 113)

Perbuatan maksiat menjadi salah satu fenomena yang kerap kita jumpai saat ini.
Tidak mengenal usia, siapapun bisa menjadi korban atau bahkan pelaku dari
kemaksiatan. Ini semua terjadi dikarenakan kurangnya ilmu agama yang dimiliki
orang tersebut.
Tidak hanya itu saja, pengaruh lingkungan serta gaya hidup cenderung
menjadi faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat.
Padahal sebenarnya hal yang demikian inilah yang kemudian dapat
menjerumuskan manusia ke dalam api neraka saat di akhirat kelak.
Maka tidak heran jika Rasulullah SAW senantiasa memperingatkan
umatnya untuk menjauhi kemaksiatan. Selain memperkuat keimanan kepada
Allah, ternyata ada beberapa cara bagi kita untuk menghindarkan diri dari
perbuatan maksiat yang kian merajalela tersebut.

13
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang melakukan


perbuatan maksiat yaitu bodoh atau tidak tau bahwa sebenarnya perbuatan
tersebut dilarang oleh Allah SWT, keimanan seseorang yang dapat
berkurang atau lemah iman, berangan-angan yang panjang bahwa dirinya

14
masih muda sehingga dapat bertobat jika ia tua nanti. Padahal seperti yang
kita ketahui bahwa kematian tidak mengenal umur dan kita juga tidak tau
kapan kematian datang. Penyebab selanjutnya ialah makan makanan yang
haram.
2. Dampak maksiat terhadap keimanan seseorang dapat dikiaskan dalam
sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman,
yaitu bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rindang. Maka akar-
akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup,
sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang
itulah kelestarian dan hidupnya terjamin. Se-makin bertambah cabangnya
maka semakin bertambah dan sempurna pohon itu, dan jika berkurang
maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa
cabang maupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu. Manakala
akar-akar itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang
bisa berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah.
Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia
selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan
keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan
sedikitnya kemaksiatan tersebut.
3. Cara menghindari perbuatan maksiat ialah dengan cara menjaga segala
panca indera yang dapat menjerumuskan dalam perbuatan maksiat seperti
mata, tangan, telinga, kaki, dll.
3.2 Saran

Sebagai umat muslim yang mempunyai keimanan, wajib hukumnya kita


untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan maksiat terutama perbuatan maksiat
yang dapat membatalkan keimanan. Bagi seorang muslim memang tidak mungkin
jika tidak pernah melakukan perbuatan maksiat. Namun, sebagai satu-satunya
mahkluk yang dianugrahkan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Kita harus terus
mencoba mengurangi perbuatan maksiat itu satu persatu dengan cara menjaga diri
dan menjauhi hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan zina.
Teman merupakan salah satu faktor yang dapat membawamu kejalan kebaikan.
Namun, teman juga bisa menjerumuskan ke perbuatan maksiat.

15
Dalam sebuah hadis, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin
akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan
pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak,
engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan
Muslim 2628).5

Hadis ini mengandung makna bahwa paling tidak ada dua kemungkinan
jika bersahabat dengan teman yang baik, kita akan menjadi baik atau minimal kita
mendapati kebaikan teman kita. Namun, jika kita berteman dengan teman yang
buruk maka kita bisa ikut-ikutan dalam perbuatan buruk yang selama ini
dilakukan. Maka dari itu, selektiflah dalam memilih teman.

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.

5
Anonim. 2010. Ibarat Penjul Minyak Wangi dan Pandai Besi.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/05/10/no43lf-ibarat-penjual-
minyak-wangi-dan-pandai-besi (diakses pada tanggal 28 Oktober 2017)

16
Qoyyim, Ibnul.1994. Akibat Perbuatan Maksiat, Penerjemah: Nabhani Idris.
Jakarta: Gema Insani Press Cet.

Qoyyim, Ibnul. 2008. Kiat-kiat Meninggalkan Maksiat, Penerjemah: Ahmad


Warbi. Solo: Tiga Serangkai.

Muslimin, Ashabul. 2012. Maksiat Jenis dan Dampaknya. http://ashabul-


muslimin.blogspot.co.id/2012/04/maksiat-jenis-dan-dampaknya.html
(diakses pada tanggal 28 Desember 2017)

Abatasa, Nasrudiyanto. 2014. Dampak Maksiat terhadap Iman.


http://nasrudiyanto.abatasa.co.id/post/detail/2014/dampak-maksiat-
terhadap-iman.html (diakses pada tanggal 28 Desember 2017)

Albatani, Ian. 2009. 4 Hal Penyebab Maksiat.


http://ianalbantani.blogspot.co.id/2009/05/4-hal-penyebab-
maksiat.htmlh (diakses pada 28 Desember 2017)

Anonim. 2010. ibarat Penjual Minyak dan Pandai Besi.


Http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/hikmah/15/05/10/no43lf-ibarat-penjual-minyak-wangi-dan-
pandai-besi (diakses pada 28 Desember 2017)

17

Anda mungkin juga menyukai