Makalah Agama
Makalah Agama
PENDAHULUAN
1
Secara hakiki, maksiat adalah perbuatan durhaka (asha) kepada Allah
SWT. Perbuatan maksiat ini bisa berupa menolak perinta Allah SWT atau
melanggar larangan-Nya. Orang yang tidak mau melaksanakan kewajiban shaat,
kewajiban puasa di bulan Ramadhan, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban
pergi haji bagi yang mampu adalah golongan orang yang telah melakukan
perbuatan maksiat. Demikian juga perbuatan melanggar larangan Allah SWT
seperti mencuri, membunuh, berzina, meminum minuman keras dan memakai
narkoba. 1
Oleh karena itu, prinsip dari perbuatan dkatakan maksiat dalam ajaran
islam adalah tindakan menyalahi syariat Allah SWT. Allah SWT berfirman “Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.” (Q.S Al-Azhab 36)
1
Ashabul Muslimin. 2012. Maksiat Jenis dan Dampaknya. http://ashabul-
muslimin.blogspot.co.id/2012/04/maksiat-jenis-dan-dampaknya.html (diakses pada tanggal 28
Desember 2017)
2
Nasrudiyanto Abatasa. 2014. Dampak Maksiat terhadap Iman.
http://nasrudiyanto.abatasa.co.id/post/detail/2014/dampak-maksiat- terhadap-iman.html
(diakses pada tanggal 28 Desember 2017)
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan seseorang melakukan maksiat?
2. Bagaimana dampak maksiat terhadap keimanan seseorang?
3. Bagaimana cara menghindari perbuatan maksiat?
3
Dalam penulisan mengelompokkan pembahasan dalam kelompok Bab-
bab. Satu kelompok pembahasan dimasukkan dalam satu judul Bab, yang mana
Bab-bab ini terdiri dari subbab-subbab.
BAB 2
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4
صقاَلسنوا صوصمنن يصأنصبىَ صياَ صرسسنوصل ان؟ِهلل صقاَصل صمنن أص ص.َسكلُل أسنمنتيِ يصندسخلسنوصن انلصجننةص نإلِ صمنن أصصبى
صوصمنن صع ص.طاَصعننيِ صدصخصل انلصجننصة
ِصصصاَنني
رواه البخاَري. َفصقصند أصصبى
Artinya:
Setiap umatku pasti masuk surga kecuali yang enggan. Mereka (para Sahabat)
bertanya. " siapa yang enggan Ya Rasulullah?". Nabi Menjawab "Barang siapa
yang taat kepadaku pasti masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat
kepadaku berarti ia enggan (HR.Bukhari)
Dari Hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah Saw memberikan
jaminan kepada umatnya bahwa mereka pasti masuk surga. Hanya sangat
disayangkan diantara sebagian umatnya ada yang menyia-nyiakan jaminan
tersebut dengan cara maksiat dan tidak mau mengikuti ajaran beliau. Rasulullah
perintah ke kanan, ia malah ke kiri, Rasulullah perintah maju, ia malah mundur.
Singkatnya tindak-tanduknya selalu bertentangan dengan perintah Rasulullah
Saw. Oleh karena itu kita perlu mengetahui hal-hal yang dapat menjerumuskan
seseorang ke dalam perbuatan maksiat, agar ia selamat di dunia dan akhirat.
seandainya salah satu faktor ini ada pada diri seseorang maka ia berhak masuk
nereka, apalagi jika semuanya ada . Berikut ini faktor-faktor penyebab maksiat.
1. ( اصنلصجنهسلBodoh)
Seseorang yang tidak memiliki ilmu (khususnya ilmu agama) maka akan
mudah sekali melakukan maksiat. Sesuatu yang haram dia sangka halal, sesuatu
yang dilarang dia sangka biasa. Semua itu karena bodohnya. Sebagaimana
seorang bijak mengatakan
Artinya :
Orang yang tidak mengetahui perbuatan yang haram, pasti terjerumus ke
dalamnya
5
Sebaliknya orang-orang yang memiliki ilmu agama, dan menyakininya serta
mengamalkannya maka ia akan menjadi orang yang paling takut maksiat. Allah
Swt berfirman
Artinya :
sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu (QS
Fathir:28)
2. ضنع س
ف النيصماَنن ( صLemah Iman)
Faktor yang kedua ini bisa terjadi pada siapa saja, sebab iman manusia
biasa seperti kita bisa bertambah dan bisa berkurang. Terkadang orang tersebut
berilmu. Namun, godaan nafsunya tak dapat ditahan oleh imannya yang lemah,
sehingga ia tergoda untuk mencicipi maksiat. Sebab itu keimanan manusia seperti
tumbuhan, harus terus dipupuk dan disiram. Jika tidak maka imannya akan mati
karena keracunan dosa.
6
Manusia ini laksana wadah, apapun yang masuk maka akan keluar hal
yang sama. Jika ada botol diisi air teh maka ketika dituang akan keluar air teh.
Jika diisi air solokan maka ketika dituang yang keluar air solokan. Begitu juga
manusia, apabila ia mengkonsumsi makanan halal maka yang timbul dari dirinya
adalah perbuatan baik, ibadah, dan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ataupun
orang lain. Sebaliknya jika yang dikonsumsi makanan haram maka yang muncul
adalah perbuatan jahat, keji, kotor dan memalukan, bahkan merugikan diri sendiri
dan orang lain. Sebab itu setiap orang yang beriman hendaknya mengkonsumsi
makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram.
Lalu jika ia bertaubat kepada Allah dan melakukan amal shalih maka
kembalilah khasyyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan
kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sampai
menutupi serta menguncinya maka ia tidak lagi mengenal yang baik dan tidak
mengingkari kemungkaran.
7
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu
anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya
orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya.
Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka mengkilaplah hatinya.
Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai
menutupi hatinya. Itulah ’rain’ yang disebut oleh Allah dalam Al-Quran: Sekali-
kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup
hati mereka. (Al-Muthaffifin: 14, HR. Ahmad, II/297)3
Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang maupun batangnya
maka hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan
batang-batang dan cabang-cabang yang bisa berdaun maka keringlah akar-akar itu
dan hancurlah ia dalam tanah. Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya
dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan
dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan sedikitnya
kemaksiatan tersebut.
Perbuatan maksiat menjadi salah satu fenomena yang kerap kita jumpai
saat ini. Tidak mengenal usia, siapapun bisa menjadi korban atau bahkan pelaku
3
Ibnul Qoyyim.1994. Akibat Perbuatan Maksiat, Penerjemah: Nabhani Idris. Jakarta: Gema
Insani Press Cet.
4
Ibid.
8
dari kemaksiatan. Ini semua terjadi dikarenakan kurangnya ilmu agama yang
dimiliki orang tersebut.
Tidak hanya itu saja, pengaruh lingkungan serta gaya hidup cenderung
menjadi faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat.
Padahal sebenarnya hal yang demikian inilah yang kemudian dapat
menjerumuskan manusia ke dalam api neraka saat di akhirat kelak.
1. Menjaga Mata
Maka tidak heran apabila Allah SWT senantiasa memerintahkan kita untuk
menjaga mata dan pandangan dari segala sesuatu yang diharamkan. Allah Ta’ala
berfirman:
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”
(QS. An-Nur [24] : 30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala
kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan
mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang
9
kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan
tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).
2. Menjaga Telinga
Salah satu kemaksiatan yang kerap terjadi disebabkan oleh telinga ini ialah
ketika kita mendengar ucapan yang tidak pantas. Tidak hanya itu saja, ternyata
mendengar gosip juga dapat membuat kita terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Maka tidak heran jika kita harus senantiasa menjaga telinga. Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain)
adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga
dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat.”
3. Menjaga Lidah
10
lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda
khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini.”
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Lidah tidak hanya dapat membuat hubungan antar tetangga menjadi tidak
harmonis, bahkan perkataan yang disebabkan oleh lidah ini dapat memecah belah
suatu bangga.
Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena
lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi).
Selain menjaga lidah dari segala perkataan yang dapat memecah belah,
kita juga harus menjauhi perbuatan berbohong, ingkar janji, mengumpat ataupun
debat kusir yang kerap dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang ini.
4. Menjaga Perut
Syahwat yang demikian ini telah membuat Nabi Adam As dikeluarkan dari
surga yang kekal. Tidak hanya itu, dari syahwat ini pula kemudian timbul syahwat
kemaluan dan kerakusan terhadap harta. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian, ialah syahwat mengikuti
nafsu pada perut dan pada kemaluan kalian serta fitnah-fitnah yang menyesatkan”.
(HR. Ahmad)
11
5. Menjaga Kemaluan
Menjaga kedua tangan juga dapat menjadi salah satu cara untuk
menghindari maksiat. Ada begitu banyak kemaksiatan yang bisa disebabkan oleh
kedua tangan ini, seperti pencurian, perampokan bahkan juga pembunuhan.
Tidak hanya itu saja, bahkan kemaksiatan tangan juga bisa dikarenakan
tulisan kita di media sosial yang dapat menyakiti hati orang lain. Oleh sebab itu,
kita diperintahkan untuk menjaga kedua tangan agar tidak menjadi sumber dari
kemaksiatan yang merugikan diri sendiri ataupun menyakiti orang lain.
12
7. Menjaga Dua Kaki
Tidak hanya itu saja, kaki juga dapat berjalan menuju tempat di mana
orang-orang zalim berada. Perbuatan seperti inilah yang dilarang karena dapat
membuat kita terpengaruh dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Firman Allah
SWT:
“Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan
disentuh oleh api neraka.” (Hud: 113)
Perbuatan maksiat menjadi salah satu fenomena yang kerap kita jumpai saat ini.
Tidak mengenal usia, siapapun bisa menjadi korban atau bahkan pelaku dari
kemaksiatan. Ini semua terjadi dikarenakan kurangnya ilmu agama yang dimiliki
orang tersebut.
Tidak hanya itu saja, pengaruh lingkungan serta gaya hidup cenderung
menjadi faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat.
Padahal sebenarnya hal yang demikian inilah yang kemudian dapat
menjerumuskan manusia ke dalam api neraka saat di akhirat kelak.
Maka tidak heran jika Rasulullah SAW senantiasa memperingatkan
umatnya untuk menjauhi kemaksiatan. Selain memperkuat keimanan kepada
Allah, ternyata ada beberapa cara bagi kita untuk menghindarkan diri dari
perbuatan maksiat yang kian merajalela tersebut.
13
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
14
masih muda sehingga dapat bertobat jika ia tua nanti. Padahal seperti yang
kita ketahui bahwa kematian tidak mengenal umur dan kita juga tidak tau
kapan kematian datang. Penyebab selanjutnya ialah makan makanan yang
haram.
2. Dampak maksiat terhadap keimanan seseorang dapat dikiaskan dalam
sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman,
yaitu bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rindang. Maka akar-
akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup,
sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang
itulah kelestarian dan hidupnya terjamin. Se-makin bertambah cabangnya
maka semakin bertambah dan sempurna pohon itu, dan jika berkurang
maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa
cabang maupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu. Manakala
akar-akar itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang
bisa berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah.
Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia
selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan
keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan
sedikitnya kemaksiatan tersebut.
3. Cara menghindari perbuatan maksiat ialah dengan cara menjaga segala
panca indera yang dapat menjerumuskan dalam perbuatan maksiat seperti
mata, tangan, telinga, kaki, dll.
3.2 Saran
15
Dalam sebuah hadis, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin
akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan
pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak,
engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan
Muslim 2628).5
Hadis ini mengandung makna bahwa paling tidak ada dua kemungkinan
jika bersahabat dengan teman yang baik, kita akan menjadi baik atau minimal kita
mendapati kebaikan teman kita. Namun, jika kita berteman dengan teman yang
buruk maka kita bisa ikut-ikutan dalam perbuatan buruk yang selama ini
dilakukan. Maka dari itu, selektiflah dalam memilih teman.
DAFTAR PUSTAKA
5
Anonim. 2010. Ibarat Penjul Minyak Wangi dan Pandai Besi.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/05/10/no43lf-ibarat-penjual-
minyak-wangi-dan-pandai-besi (diakses pada tanggal 28 Oktober 2017)
16
Qoyyim, Ibnul.1994. Akibat Perbuatan Maksiat, Penerjemah: Nabhani Idris.
Jakarta: Gema Insani Press Cet.
17