Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Contextual Teaching And Learning/CTL

Dosen Pembimbing
Ulumul Umah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
1. Wahyu Sanjaya (5217006)
2. Masfhiyatus Sholichah (5217005)
3. Devita Lely Wuriandari (5217013)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada allah tuhan
yang maha esa, oleh karena rahmatnya kami selaku penyusun makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. selain sebagai tugas, penulisan makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasai tentang contextual teaching and
learning/CTL.
Banyak sekali hambatan yang dialami dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, selesainya makalah ini bukan semata-mata karena kemampuan
penulisan kami, namun banyak pihak yang membantu. Dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami
butuhkan agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi.

penyusun

TTD

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual ........................................................... 3
2.2 Karakteristik pembelajarn kontekstual .......................................................... 4
2.3 Komponen Model Pembelajaran Kontekstual............................................... 5
2.4 Langkah-langkah Pembelajaran CTL............................................................ 7
2.5 Sintak Model pembelajaran Kontekstual ...................................................... 7
2.6 Kelebihan dan Kekurangan CTL................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran Berbasis Kontekstual (Contextual teaching and Learning) telah
lama sekali diusulkan oleh John Dewey pada tahun 1916 yang menyarankan agar
kurikulum dan metodologi pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan
pengalaman siswa. Dewey tidak menyetujui konsentrasi pembelajaran pada
pengembangan intelektual terpisah dari pengembangan aspek kepribadian. Dewey
juga tidak menyetujui dijauhkannya kegiatan pembelajaran di sekolah dengan
kegiatan di dunia kerja dan di dunia nyata sehari-hari.
Seperti dikatakan Dewey bahwa model pembelajaran ini
dikembangkannya pada tahun 1916, yang ia sebut dengan Learning by doing ini
era tahun 1916, kemudian tahun 1970-an konsep model pembelajaran kontekstual
ini lebih dikenal dengan experiential learning, kemudian pada era tahun 1970-
1980 lebih dikenal dengan applied learning, pada tahun 1990-an model
kontekstual ini dikenal dengan school to work. Kemudian pada era tahun 2000-an,
model kontekstual ini lebih efektif digunakan.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau
peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya.
Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) dikembangkan oleh The
Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang
melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak
dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah
melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di
Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui
Direktorat SLTP Depdiknas.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Contextual Teaching And Learning (CTL)?
2. Bagaimana Karakteristik Dan Komponen Dari Contextual Teaching And
Learning (CTL)?
3. Bagaimana Langkah-Langkah Dan Sintak Dari Contextual Teaching And
Learning (CTL)?
4. Apa Kelebihan Dan Kelemahan Dari Contextual Teaching And Learning
(CTL)?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Contextual Teaching And Learning (CTL)?
2. Mengetahui Bagaimana Karakteristik Dan Komponen Dari Contextual
Teaching And Learning (CTL)?
3. Mengetahui Bagaimana Langkah-Langkah Dan Sintak Dari Contextual
Teaching And Learning (CTL)?
4. Mengetahui Kelebihan Dan Kelemahan Dari Contextual Teaching And
Learning (CTL)?

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi
siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, social, dan kultural). Sehingga, siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
satu permasalahan/konteks ke permasalahan /konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.
Model pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning)
adalah merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dan mengaitkannya dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya (Hasibuan, 2014)
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Dengan lima strategipembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferring diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama

3
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang
baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam
mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat
maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut
bagi kehidupannyan dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas
pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Karakteristik pembelajarn kontekstual


Menurut Muslich dalam (Cahyo, 2013) pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in
real life setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi antar teman (learning in group).
e. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain
secara mendalam (learning to know each other deeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as
an enjoy activity).

4
2.3 Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual memiliki 7 komponen dalam pembelajaran.
Komponen tersebut adalah sebagai berikut(Hasibuan, 2014) :
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses pembangunan pengetahuan siswa dari
pengalamannya sendiri. Dengan demikian, sangat penting bagi siswa untuk bias
membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Siswa pun berperan
sebagai subjek pembelajaran dan pengetahuan tidak ditransfer secara langsung
dari guru. Dalam konstruktivisme ini guru memiiki peran penting sebagai
fasilitator, karena guru harus menjadikan atau menyajikan pembelajaran yang
relevan dan bermakna bagi siswa, memberikan siswa kesempatan dan
membangun pengetahuannya, dan memotivasi siswa untuk memakai caranya
sendiri dalam belajar yang cocok dengan diri siswa.
b. Menemukan (inquiry)
Inkuiri berbeda dengan discovery. Dalam discovery siswa menggali dan
menemukan sesuatu yang sudah ada, sedangkan dalam inkuiri siswa melakukan
proses pembentukan dan pencarian suatu pengetahuan atau konsep oleh siswa itu
sendiri sehingga pengajar atau guru harus merancang pembelajaran yang
mengutamakan pada keaktifan siswa dalam membentuk dan mencari konsepnya
sendiri. Cara ini secara lain tidak langsung memberi tahu konsep ke[ada siswa
sehingga sisw terdorong untuk berpikir terlebih dahulu.
c. Bertanya (Questioning)
Menurut Sanjaya (2006), belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu, sedangkan menjawab petanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berpikir. Dengan demikian, dalam proses penerapan pendekatan
kontekstual, siswa bisa didorong oleh guru dalam proses pencarian pengetahuan
dan konsepnya dengan cara diberi pertanyaan oleh guru. Misalnya, pada
pembelajaran geometri bangun datar luas persegi panjang, siswa dibimbing oleh
guru dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa pada
konsep luas persegi panjang.

5
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam pembelajaran konstektual, proses siswa dapat pemahamannya dibantu oleh
adanya interaksi siswa dengan lingkungannya. Guru bisa memfasilitasi hal ini
dengan cara membantu siswa dengan cara membentuk siswa dalam kelompok-
kelompok yang heterogen., dan kemampuan siswa satu kelompok bermacam-
macam sehingga diharapkan akan muncul interaksi antarsiswa. Perbedaan
kemampuan antarsiswa juga akan mendorong terjadinya tutor sebaya antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai sehingga siswa dapat saling
membantu dalam proses pemahaman.
e. Pemodelan (modeling)
Pemodelan di sini berarti bahwa dalam proses pembelajaran harus ada contoh,
yang dalam pembelajaran konstektual tidk harus selalu dilakukan oleh guru
namun bias juga oleh siswa sendiri. Siswa menjadi model yang dimodelkan
sesuatu berdasarkan pengalamannya.
f. Refleksi (Reflection)
Setiap akhir kegiatan pembelajaran kontekstual guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, dengan menafsirkan
pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat menyimpulkan tentang pengalaman
belajarnya. Hal ini bias dilakukan dengan cara guru menanyakan kembali kepada
siswa, apa saja yang telah dipelajari pada hari it. Atau bias dengan cara
melakukan sedikit permainan dimana siswa menuliskan dalam secarik kertas
sebuah kalimat yang mereka dapat dari pembelajaran hari iru, kemudian kertas
tersebut dikumpulkan oleh guru untuk dibagikan lagi secara acak kepada siswa.
Kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk mengutarakan pendapatnya
terhadap kalimat di kertas yang didapatkannya.
g. Penilaian Autentik (Authentic Assement)
Penilaian autntik/nyata, yakni guru melakukan penilaian terhadap keaadaan nyata
dari perkembangan siswa sehingga penilaian lebih menitikberatkan pada saat
proses pembelajaran bukan dari hasil belajar saja. Dengan demikian, siswa tidak
akan sia-sia dalam berproses. Berdasarkan proses yang dilakukan siswa, dapat
diketahui tingkat pemahamannya. Seain menilai pengetahuan siswa atau
kognitifnya, guru juga menilai juga aspek afektif dan psikomotornya.

6
2.4 Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Dalam proses pembelajaran CTL guru mendesaian langkah-langkah pembelajaran
yang dikaitkan dengan kemampuan koneksi. Beberapa tahapan yang
dikembangkan melalui pembelajaran CTL dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut(Musriliani, Marwan and Anshari, 2015):
a. Siswa dibuat kelompok kecil sekitar 4-5 orang dengan kemampuan yang
heterogen.
b. Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, manfaat materi yang akan
dipelajarinya serta membahas beberapa soal dasar yang terpilih.
c. Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk LKS) yang
menantang siswa agar mencari solusinya.
d. Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan pengetahuan
yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, baik
secara berkelompok ataupun sendiri.
e. Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa dengan
siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang tidak dimengerti
oleh siswa.
f. Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas bertindak
sebagai fasilitator dan moderator dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan.
g. Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah satu
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Melalui interaksi
siswa diajak membantu permasalahan yang disajikan.
h. Di akhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah
berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran, selanjutnya guru
memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan dirumah.

2.5 Sintak Model pembelajaran Kontekstual


Isrok’atun and Rosmala(2018) menyatakan bahwa pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual dilakukan melalui beberapa tahapan belajar. Tahapan

7
belajar model pembelajaran kontekstual menurut Sa’ud(2010) terdapat empat
tahapan, yakni sebagai berikut.
a. Tahap Invitasi
Dalam tahap invitasi, siswa didorong untuk berani mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang aka dibahas oleh guru. Guru dapat memulainya
dengan cara memberikan pertanyaan yang mengandung masalah kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dibahas. Pada bagian ini,
siswa diberikan kesempatan untuk berpendapat dan mengkomunikasikan
pemahamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki serta menemukan
konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan interprestasi data dalam
sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Dalam tahap ini siswa dapat
berkelompok untuk melakukan kegiatan diskusi tentang permasalahan yang
dibahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa
tentang masalah kehidupan lingkungan sekelilingnya.
c. Tahap penjelasan dan solusi
Pada tahap ini, siswa memberikan penjelasan tentang solusi dari permasalahan
tersebut, yang didasarkan pada hasil observasi dan ditambah penguatan oleh guru
siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman, dan
juga ringkasan,
d. Tahap pengambilan tindakan
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membuat keputusan,
mengunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi informasi dan gagasan,
mengajukan pertanyaan lanjutan, serta mengajukan saran baik secara individu
maupun kelompok yang berhubungan dengan pemevahan masalah.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan CTL


 Kelebihan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Anisah dalam Hartini(2010), ada 2 kelebihan model pembelajaran
kontekstual, yaitu :

8
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model
pembelajaran CTL adalah siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
 Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning)
kelemahan model pembelajaran CTL antara lain (Isrok’atun and Rosmala, 2018) :
a) Umumnya guru belum mampu membimbing kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa secara maksimal, dan berakibat pada kegiatan belajar yang tidak
berjalan sesuai dengan harapan karena dalam metode CTL Guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi.
b). Kekurangan dalam kegiatan ini adalah sulit dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang aktif sehingga masih terdapat kegiatan belajar
berdasarkan kehendak guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah guru harus dapat
mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi
pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-
hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga Negara, dengan
tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannyan dan
menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan masalah yang akan
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
 Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
a. Konstruktivisme (Constructivism)
b. Menemukan (inquiry)
c. Bertanya (Questioning)
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
e. Pemodelan (modeling)
f. Refleksi (Reflection)
g. Penilaian Autentik (Authentic Assement)
 Langkah-langkah Pembelajaran CTL :
a. Siswa dibuat kelompok kecil sekitar 4-5 orang dengan kemampuan yang
heterogen.
b. Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, manfaat materi yang akan
dipelajarinya serta membahas beberapa soal dasar yang terpilih.
c. Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk LKS) yang
menantang siswa agar mencari solusinya.
d. Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan pengetahuan
yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, baik
secara berkelompok ataupun sendiri.
e. Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa dengan
siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang tidak dimengerti
oleh siswa.

10
f. Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas bertindak
sebagai fasilitator dan moderator dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan.
g. Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah satu
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Melalui interaksi
siswa diajak membantu permasalahan yang disajikan.
h. Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah
berlangsung.
 Sintak Model pembelajaran Kontekstual
a. Tahap Invitasi
b. Tahap Eksplorasi
c. Tahap penjelasan dan solusi
d. Tahap pengambilan tindakan

11
BAB 4
LAPORAN

4.1 Pertanyaan
1. Bagaimana tahapan CTL di sekolah? (Alia)
2. Berikan contoh penerapan pembelajaran CTL! (Himma)
3. Apa yang diharapkan setelah menerapkan pembelajaran CTL? (Fabi)

4.2 Jawaban
1. Tahapan belajar model pembelajaran kontekstual menurut Sa’ud(2010) terdapat
empat tahapan, yakni sebagai berikut.
a. Tahap Invitasi
Dalam tahap invitasi, siswa didorong untuk berani mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang aka dibahas oleh guru. Guru dapat memulainya
dengan cara memberikan pertanyaan yang mengandung masalah kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dibahas
b. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki serta menemukan
konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan interprestasi data dalam
sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Dalam tahap ini siswa dapat
berkelompok untuk melakukan kegiatan diskusi tentang permasalahan yang
dibahas.
c. Tahap penjelasan dan solusi
Pada tahap ini, siswa memberikan penjelasan tentang solusi dari permasalahan
tersebut, yang didasarkan pada hasil observasi dan ditambah penguatan oleh guru
siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman, dan
juga ringkasan,
d. Tahap pengambilan tindakan
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membuat keputusan,
mengunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi informasi dan gagasan,
mengajukan pertanyaan lanjutan, serta mengajukan saran baik secara individu
maupun kelompok yang berhubungan dengan pemevahan masalah.
2.

12
3. harapannya siswa dapat menemukan secara langsung materi yang akan
dipelajarinya (bukan didapat dari guru). Melatih siswa berfikir kritis dan terampil
dalam memproses pengetahuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, A. N. (2013) Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual


dan Terpopuler. Jogjakarta: DIVA Press.

Hartini, N. (2010) Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and


Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Siswa Kelas Ii.
Available at: https://eprints.uns.ac.id/7974.

Hasibuan, I. (2014) ‘Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And


Learning)’, Logaritma, II(01), pp. 1–12.

Isrok’atun and Rosmala, A. (2018) Model-Model Pembelajaran Matematika.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Musriliani, C., Marwan and Anshari, B. I. (2015) ‘Pengaruh Pembelajaran


Contextual Teaching Learning ( CTL ) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa SMP Ditinjau dari Gender’, Jurnal Didaktik Matematika, 2(2), pp. 49–58.

14

Anda mungkin juga menyukai