1941313009
PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada
manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di
kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.
Beratnya 1200 – 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah
diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen.
Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh
peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava
inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak
diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari
dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa
ligamen.
Macam-macam ligamennya:
2. Fisiologi
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada
beberapa fung hati yaitu :
a. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan
1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus
menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di
dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses
pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini,
hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah
glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa.
Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi,
biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus
krebs).
b. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan
katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
c. Enselopati
Ensefalopati hepatikum terjadi karena intoksikasi otak oleh hasil pemecahan
metabolisme protein oleh bakteri dalam usus. Hasil dari metabolisme protein
adalah amoniak yang dalam keadaan normal akan diubah oleh hati menjadi
ureum. Akan tetapi, pada pasien sirosis, hati tidak mampu melakukan hal
tersebut sehingga amonia yang bersifat toksik ini akan ikut sirkulasi darah dan
mengganggu metabolisme otak. Sindrom dari ensefalopati hepatikum ini
adalah kekacauan mental dan asteriksis (flapping tremor). Pemeriksaan untuk
mengetahui adanya flapping tremor dilakukan dengan memerintahkan pasien
mengangkat kedua lengannya dan minta pasien mendorsofleksikan
pergelangan tangannya, akan tampak pasien menjatuhkan jari-jarinya dan
terlihat seperti gerakan involuntir yang cepat dari pergelangan tangan dan
sendi metakarpofalang (Price & Wilson, 2006).
Black &Hawks (2009), membagi ensefalopati hepatikum dalam 4 tingkatan,
yaitu tingkat 1, ditandai dengan lemas, gelisah, iritabilitas, penurunan
kemampuan intelektual, penurunan rentang perhatian, gangguan memori
jangka pendek, perubahan kepribadian, dan perubahan pola tidur; tingkat 2,
ditandai dengan flapping tremor, bingung, mengantuk, letargi, kemunduran
dalam tulisan tangan, dan fetor hepaticum; tingkat 3, ditandai dengan
kebingungan yang semakin parah, ketidakmampuan mengikuti komando, dan
tidur yang dalam tapi dapat dibangunkan; dan tingkat 4, ditandai dengan koma,
tidak berespon terhadap stimulus nyeri, postur tubuh dapat dekortikasi atau
deserebrasi.
Selain itu, salah satu ciri yang paling mencolok dari ensefalopati hepatikum
adalah apraksia konstitusional, yang ditandai dengan ketidakmampuan pasien
untuk menulis, menggambar, atau menghubungkan angka-angka. Tes yang
dilakukan untuk mengetahui adanya ciri tersebut adalah number connection
test. Pasien diminta untuk menghubungkan angka-angka. Pada pasien yang
mengalami ensefalopati hepatikum, pasien membutuhkan waktu yang lama
untuk menghubungkan angka-angka tersebut, yakni lebih dari 30 hingga 120
detik. Tes ini dengan menggunakan angka-angka sebagai berikut :
7) WOC
terlampir
C. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Gejala pada sirosis hepatis terkadang samar-samar dan tidak spesifik,
memungkinkan pasien tidak menyadari penyakit dini. Kaji pasien dengan
ketat untuk adanya manifestasi secara dini, seperti hepatomegali, dan secara
hati-hati memeriksa data laboratorium untuk adanya indikasi sirosis.
b. Kaji manifestasi komplikasi sirosis seperti asites, hipertensi porta, atau
enselopati hepatikum.
c. Pasien dengan sirosis hepatis biasanya memiliki riwayat konsumsi alkohol
jangka panjang, riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan toksin, trauma
hati, perdarahan saluran cerna, dan penggunaan obat yang mempengaruhi
fungsi hati.
d. Pola aktivitas dan istirahat
Pasien melaporkan adanya kelelahan dan kelemahan. Hasil observasi
menunjukkan pasien letargi dan terjadi penurunan tonus otot.
e. Sirkulasi
Pasien melaporkan adanya riwayat kanker hati, dapat terjadi disritmia,
distensi vena jugularis, dan distensi vena abdomen.
f. Eliminasi
Pasien melaporkan bahwa urin berwarna gelap/pekat, feses berwarna hitam,
terlihat distensi abdomen karena hepatomegali dan asites.
g. Makanan/cairan
Pasien melaporkan adanya keluhan tidak nafsu makan, mual, muntah,
penurunan berat badan atau peningkatan berat badan (akibat edema). Pasien
tampak edema, kulit kering, dan turgor buruk.
h. Neurosensori
Orang terdekat pasien melaporkan adanya perubahan mental atau penurunan
kesadaran. Pasien tampak bingung, terjadi penurunan kesadaran, bicara
lambat/tidak jelas, dan terdapat asterik/flapping tremor.
i. Nyeri/Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan adanya nyeri tekan pada perut kanan atas dan gatal pada
tubuh. Pasien akan tampak melindungi dan berhati-hati pada area perutnya
yang nyeri, serta fokus pada diri sendiri.
j. Pernapasan
Pasien mengeluhkan adanya sesak, tampak takipnea, pernapasan dangkal,
bunyi napas tambahan, dan ekspansi paru terbatas karena asites.
k. Keamanan
Pasien melaporkan bahwa badan menguning dan terasa gatal. Pasien tampak
ikterik, dapat terjadi perdarahan (hematoma, perdarahan gusi, hematemesis,
melena), terdapat spidernevi ataupun eritema palmar. Pasien mengalami
asites (shifting dullness positif)
l. Pengkajian fisik
a) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c) Antropometri. Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan.
d) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
g) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j) Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Perumusan diagnosa (NANDA) NOC, NIC
terlampir
NANDA, NOC, NIC