Anda di halaman 1dari 14

PERUBAHAN PSIKOLOGIS POST PARTUM

DOSEN PENGAMPU:

YULIANI BUDIARTI., Ns.,M.Kep., Sp. Maternitas

KELOMPOK 2 :

KELAS : B

REZKY ADHAYANI 1714201110049

SALSA NOOR SABRINA 1714201110057

SITI AINIAH 1714201110058

SITI PATIMAH 1714201110059

TIARA 1714201110062

RAHMA INDAH ISLAMY 1714201110064


TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MATERNITAS TERKAIT MASALAH-MASALAH
KESEHATAN WANITA

A. Pengertian trend

i
PERUNAHAN PSIKOLOGIS POSTPARTUM

1. Pengertian PostPartum

Postpartum dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ


reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Menurut Ambarwati
dalam Herawati Mansur(2009:152).1

Postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali


pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru.2

2. Komponen Menjadi Orang Tua


Menurut Steele dan Pollack, proses menjadi orang tua terkait dua
komponen besar yaitu sebagai berikut:

1. Keahlian kognitif-motor, yaitu keahlian yang berhubungan dengan


mental. Keahlian ini harus dipelajari, contohnya memandikan bayi.
2. Keahlian kognitif-afektiv, yaitu proses mental dengan perasaan atau
emosi, contohnya dalam merawat anak dengan menunjukkan sikap
peduli dan cinta.

2.1 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Adaptasi Orang Tua

1. Usia ibu
2. Aspirasi personal. Keinginan pribadi kadang menghambat dalam proses
menjadi orang tua contohnya wanita mendapat konflik dimana harus
memilih karier atau menjadi seorang ibu
3. Dukungan sosial. Kemampuan adaptasi dari orang tua, saudara kandung,
kakek nenek, dll.3

1
Herawati Mansur.Hal 152.2009
2
Metayani.Hal 122.2009

1
2.2 Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
Berikut adalah masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan oleh
pasangan

1. Fase Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang
lama antara ibu, ayah, dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis
honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Bounding Attachment yaitu merupakan satu langkah awal untuk
mengungkapkan afeksi (kasih sayang). Attachment merupakan interaksi
antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding
attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran,
untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara
keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan
terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan
bayinya.4

3. Adaptasi Psikologis Postpartum


Adanya peran, tugas dan tanggung jawab baru pada keluarga membuat
semua anggota keluarga harus mampu beradaptasi. Perawat hendaknya
dapat membantu keluarga pada masa transisi tersebut.

Adaptasi psikologis postpartum oleh Rubin dibagi dalam 3 periode yaitu


sebai berikut:

3.1 Periode Taking In (dependent phase)

a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.


b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik. Ibu menjadi sangat bergantung pada orang lain,

3
Regina VT Novita.Hal 69.2011
4
Regina VT Novita.Hal 69.2011

2
mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
Perhatiannya tertuju pada khawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu
mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara verulang-ulang. Diperlukan lingkungan kondusif agar ibu dapat
tidut dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya deperti
sediakala. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan
nutrusi, kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.5

3.2 Periode Taking Hold ( dependent- interdependent phase)

a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.


b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah
tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari
orang-orang terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayi
nya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar
untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang
perawatan diri dan bayinya.

3.3 Letting Go ( interdependent phase)

a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjadi


ketika ibu kembali kerumah.
b. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi

5
Regina VT Novita.Hal 69.2011

3
meningkat. Adakalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues.

4. Gangguan Psikologis Postpartum


Beberapa penyesuain dibutuhkan oleh wanita untuk melakukan aktivitas dan
peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian
wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak
berhasil menyesuikan diri bahkan menaglami gangguan-gangguan psikologis,
antara lain sebagai berikut6:

4.1 Postpartum Blues ( Baby Blues)

a. Pengertian postpartum blues

Postpartum blues menurut Ambarwati dalam Herawati Mansur(2009:155)


adalah perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini
berkaitan dengan bayinya. Menurut Cunninghum dalam Herawati Mansur
(2006:155), postpartum blues adalah gangguan suasana hati yang
berlangsung selama 3-6 hari pascamelahirkan. Postpartum blues sering
disebut juga dengan maternity blues atau baby syndrome, yaitu kondisi
yang sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan
cenderung lebih buruk pada hari ketiga dan keempat menurut Suririnah
dalam Herawati Mansur (2008:156).
Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah
suasana hari yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang
berlangsung selama 3-6 hari dalam 14 hari pertama pascamelahirkan,
dimana perasaan ini berkaitan dengan bayinya.7

6
Herawati Mansur.Hal 155.2009
7
Herawati Mansur.Hal 155-156.2009

4
b. Gejala postpartum blues menurut Ambarwati dalam Herawati
Mansur(2009:156).

1) Menangis
2) Mengalami perubahan perasaan
3) Cemas
4) Khawatir mengenai sang bayi
5) Kesepian
6) Penurunan gairah seksual
7) Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang
ibu.8

c. Penyebab postpartum blues

1) Faktor hormonal, berupa perubahan kadar esterogen, progesterone,


prolactin, estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar
esterogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternhata
esterogen memiliki efek supresi terhadap aktivitas enzim
monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktivasi, baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan
dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2) Faktor demografik, yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu
muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.
Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara
mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi
tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah

8
Herawati Mansur.Hal 156.2009

5
melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum blues
sebelumnya.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan. Kesulitan-
kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut
memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada
persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup
lamanya persalinan serta intervensi medis yang di gunakan selama
proses persalinan, seperti ibu melahirkan dengan cara operasi
Caesar (sectio Caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut
terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin
besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan, akan
semakin besar pula trauma psikis yang muncul.

4) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti


tingkat Pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, status sosial
ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya
(suami, keluarga, dan teman ).

5) Fisik, kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,


memandikan, mengganti popok dan menimang sepanjang bahkan
tak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika
tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.9

d. Penatalaksanaan Postpartum Blues


1. Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat.
2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu.
3. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi.
4. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri.10

9
Herawati Mansur.Hal 157.2009
10
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 73.2011

6
4.2 Depresi postpartum
a. Pengertian Depresi Postpartum
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari kehari
dengan menunjukan kelelahan mudah marah gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami) . (pitt, regina dkk,2001) depresi postpartum hamper sama dengan
baby blues syndrome, perbedaan keduanya terletak pada frekuensi,
intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang timbul pada
post partum depresi, ibu akan merasakan berbagai gejala yang ada pada
babyblues syndrome tetapi dengan intensitas yang lebih sering, lebih
hebat, serta lebih lama.11

b. Gejala depresi postpartum


1) Dipenuhi rasa sedih dan depresi dan disertai dengan menangis tanpa
sebab
2) Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja
3) Tidak dapat berkonsentrasi
4) Ada perasaan bersalah dan tidak berharga
5) Menjadi tidak tertarik dengan bayinya atau terlalu memperhatikan
dan menghawatirkan bayinya
6) Gangguan nafsu makan
7) Ada perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya
8) Gangguan tidur12
9) Mimpi buruk
10) Phobia 13

11
Lilis Lisnawati.Hal 192.2013
12
Herawati Mansur.Hal 152.2009
13
Erna Setiyaningrum.Hal 116.2013

7
c. Penyebab depresi postpartum
1. Faktor konstitusional. Wanita primipara lebih umum menderita
blues karena setelah melahirkan ia berada dalam proses adaptasi.
2. Faktor fisik. Perubahan hormon berpengaruh pada keseimbangan.
Kadang progesterone naik dan esterogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan.
3. Faktor psikologis.
4. Faktor social.
5. Wanita yang mempunyai riwayat depresi.
6. Wanita yang berasal dari keluarga kurang harmonis.
7. Wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-
orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan.
8. Wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa
kehamilannya, misalnya kurang komunikasi dan informasi.
9. Wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.14

d. Penatalaksanaan depresi postpartum


1. Pelajari diri sendiri.
2.Tidur dan makan yang cukup.
3.Olahraga.
4.Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan.
5.Beritahukan perasaan ibu.
6.Dukungan keluarga dan orang lain.
7.Persiapkan diri yang baik.
8.Lakukan pekerjaan rumah tangga.
9.Dukungan emosional.15

14
Erna Setiyaningrum.Hal 116.2013
15
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 74.2011

8
4.3 Psikosa postpartum
Postpartum psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama
dalam 6 minggu setelah melahirkan.16 Postpartum psikosa adalah masalah
kejiwaan serius yang dialami ibu selepas bersalin dan ditandai dengan
agitasi yang hebat, pergantian perasaan yang cepat, depresi, dan delusi.
Wanita yang mengalami postpartum psikosis membutuhkan perawatan
segera dan pengobatan dari psikiater.17 Insiden psikosis postpartum sekitar
1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masa kehamilan 20-30%. 18

a. Gejala postpartum psikosis


1. Perasaan kebingungan yang intens.
2. Melihat atau mendengar hal-hal lain yang tidak nyata.
3. Perubahan mood atau tenaga yang ekstrim.
4. Ketidakmampuan untuk merawat bayi.
5. Memory lapses (periode kebingungan yang serupa dengan
amnesia).19
6. Serangan kegelisahan yang tak terkendali.
7. Pembicaraannya tidak dapat dipahami atau mengalami gangguan
komunikasi.
8. Delusi.
9. Halusinasi.
10. Gangguan saat tidut.
11. Obsesi mengenai bayi.
12. Gaya bicara keras.
13. Menarik diri dari pergaulan.
14. Cepat marah.
15. Gangguan tidur. 20

16
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 75.2011
17
Herawati Mansur.Hal 159.2009
18
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 75.2011
19
Herawati Mansur.Hal 159.2009
20
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 75.2011

9
b. Penyebab psikosis postpartum
1. Kurangnnya dukungan social dan emosional.
2. Rasa rendah diri.
3. Merasa terpencil dan sendiri.
4. Mengalami masalah keuangan.
5. Terjadi perubahan yang besar dalam kehidupan seperti pindah
rumah atau memulai pekerjaan baru.21
6. Riwayat keluarga penderita psikiatri.
7. Riwayat ibu menderita psikiatri.
8. Masalah keluarga dan perkawinan.22

c. Penatalaksanaan psikosis postpartum


1. Pemberian anti depresan.
2. Berhenti menyusui.
3. Perawatan di rumah sakit.23

21
Herawati Mansur.Hal 160.2009
22
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 75.2011
23
Damai Yanti dan Dian Sundawati.Hal 75.2011

10
DAFTAR PUSTAKA
Lisnawati, L. (2013). Asuhan kebidanan Terkini Kegawatdaruratan maternal &
Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.

Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salimba
Medika.

Metayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Novita, R. V. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Setiyaningrum, E. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas. Jakarta: In


Media.

Yanti, D. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai