Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan bukan suatu wujud keajaiban atau formula magic (magic formula)
untuk membuka pintu ke dunia dimana semua cita-cita tercapai, namun pendidikan
adalah wahana yang mendasar untuk meningkatkan bentuk yang lebih harmonis
dari perkembangan manusia, sehingga antara lain memberi kemungkinan lebih
besar mengurangi kemiskinan, mengurangi eksklusivisme dan pertentangan, serta
mencegah konflik etnis. Karena setiap anak memiliki bakat, cara belajar,
kemampuan kognitif berbeda dan unik tergantung pada latar belakang sosial dan
budaya dimana mereka dibesarkan.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar. Untuk dapat
memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai
hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan mengusai hakikat dan konsep dasar
tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan
berkembangnya belajar dalam diri pserta didik.
Selain suatu hasil keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan
guru di dalam kelas ialah menggunakan media pembelajaran sebab kegiatan belajar
mengajar pada hakekatnya adalah komunikasi, dalam proses komunikasi ini guru
berperan sebagai komunikator yang akan menyampaikan pesan kepada siswa, agar
pesan itu dapat diterima dengan baik oleh siswa, maka perlu suatu alat yaitu media
pembelajaran.
Pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan harus dimiliki oleh
seorang guru. Dr. Oemar Hamalik (1989:15), mengemukakan bahwa media
pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

1
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Istilah pembelajaran sudah dikenal sejak lama dan luas dalam masyarakat,
lebih-lebih setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian
tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan
sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi
individu peserta didik.
Berdasarkan pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan
pembelajaran satu sama lain memiliki substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpul terjadinya perubahan
perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar
adalah pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan
kata lain belajar merupakan barometer pembelajaran. Walaupun demikian perlu
diingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari
pembelajaran.
Proses kegiatan pembelajaran, guru merupakan faktor utama yang
menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan keberhasilan kegiatan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Tingkat keberhasilan siswa terhadap
materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan proses perolehan nilai hasil evaluasi
belajar siswa.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika. Untuk mengusai
dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan pengusaan matematika sejak dini.
Namun, hingga saat ini matematika masih menjadi momok yang menakutkan bagi
peserta didik.

2
Saat melakukan observasi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
seringkali menemukan kenyataan bahwa ada sebagian siswa bersikap tak acuh,
enggan bertanya kepada guru maupun temannya untuk materi pelajaran yang belum
dimengerti. Hal ini merupakan salah satu sebab siswa tersebut tidak bisa dan tidak
mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran ditunjukkan melalui
penguasaan materi oleh siswa. Tingkat penguasaan materi oleh siswa biasanya
dinyatakan dengan nilai dalam bentuk angka. Kenyataan yang dihadapi ketika
melakukan pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas V SD Negeri
1 Sidomulyo untuk mata pelajaran matematika masih sangat rendah, dimana dari
20 siswa hanya 4 orang siswa yang mampu menyelesaikan soal atau menjawab
dengan benar dan mampu memperoleh nilai >6,0. 16 orang siswa masih
memperoleh nilai < 6,0, sehingga dapat disimpulkan siswa yang belum mampu
memahami materi pembelajaran sebesar 80,0 %. Hal ini berarti daya serap siswa
kelas V SD Negeri 1 Sidomulyo terhadap mata pelajaran matematika masih sangat
rendah.
Sebagai guru professional berupaya untuk meningkatakan penguasaan siswa
terhadap materi tersebut dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pokok bahasan bilangan bulat Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1
Sidomulyo Menggunakan Alat Peraga”
1. Identifikasi masalah
Nilai ulangan harian mata pelajaran Matematika kelas V SDN 1 Sidomulyo
pada pokok bahasan bilangan bulat dari 20 orang siswa, 4 siswa (20%) yang nilai
nya sudah mencapai KKM dan sisanya 16 siswa (80%) adalah yang masih belum
mencapai KKM atau dikategorikan belum mencapai nilai yang tuntas.
2. Analisis masalah
Penyebab hasil belajar siswa rendah disebabkan berbagai masalah, Setelah
menganalisa mengapa banyak sekali siswa yang nilainya masih dalam kategori
kurang atau belum mencapai KKM adalah :

3
a. Kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam penyampaian pokok bahasan tertentu.
b. Adanya perbedaan kemampuan awal siswa sehingga mungkin
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
c. Kurang kreatifnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga
siswa kurang memperhatikan pelajaran.
d. Media pembelajaran kurang menarik dan kurang memadai.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas maka pemecahannya
dilakukan perbaiakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dengan 2
siklus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hasil belajar siswa melalui pembelajaran
menggunakan alat peraga pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas V SD Negeri
1 Sidomulyo?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika pokok bahasan bilangan bulat melalui pembelajaran
menggunakan alat peraga di kelas IV SD Negeri 1 Sidomulyo.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman materi dan keaktifan siswa
karena pembelajaran matematika pokok bahasan bilangan bulat yang
menekankan siswa mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui proses
pembelajaran menggunakan alat peraga sehingga pada akhirnya hasil
belajarnya juga akan akan meningkat.

4
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan variasi dalam pembelajaran
matematika pokok bahasan bilangan pokok serta dapat membantu dalam
menyajikan materi pembelajaran dengan lebih kreatif dan bermakna.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan dalam memilih
pengadaan media belajar dan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
mewujudkan guru yang profesional.
4. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bilangan
bulat menggunakan alat peraga sehingga berguna bagi guru Sekolah Dasar
atau mahasiswa PGSD.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar
Banyak pengertian belajar telah dikemukan oleh para ahli. Hampir semua ahli
telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “belajar”. Seringkali
pula perumusan dan tasiran itu berbeda satu sama lain.Oleh karena itu penting
sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baik mungkin tentang proses belajar. agar
guru selaku pendidik dan pembimbing benar-benar dapat menberikan bimbingan
dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid.
Menurut W.Burton (1952 :29 dalam Oemar Hamalik 2008) belajar bukan
suatu tujuan. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni
mengalami. Hasil bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubah
kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar,
yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar
adalah latihan-latihan pembentu kan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.
Definisi lain tentang belajar menurut Winkel (1996: 53 dalam Dahar 1989)
belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pamahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Hal yang senada juga dinyatakan oleh
Abrorr (1993: 67, dalam Dahar 1989) bahwa belajar menimbulkan perubahan
tingkah laku, kapasitas yang relatif tetap. Perubahan itu pada pokoknya
memberikan perbedaan sebelum dan sesudah belajar. William Burton, menyatakan
bahwa pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan .
Orang yang bertindak belajar, artinya mengalami proses meningkatkan
mentalnya.Belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotrik (Dimyati dan Muldjiono, 2002:12 dalam IGA Wardhani, 2007).
Jadi, belajar tersebut harus membawa perubahan yang positif, dalam arti ada
perubahan yang lebih baik pada diri seseorang baik berupa kemampuan berpikir,
sikap, perasaan dan tingkah laku yang lebih baik.

6
B. Tujuan Belajar
Tujuan belajar pada dasarnya tercantum pada tujuan intruksional yang
sekaligus menjadi hasil yang harus diperoleh siswa yang akan tampak pada proses
belajar-mengajar selesai. Menurut Bloom, proses belajar yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang diklasifiksikan dalam 3 ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
2. Ranah Afektif (Afektif Domain)
3. Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domaian)
Ranah kognitif menurut Winkel (1996:245-246, dalam IGA Wardani, 2007)
meliputi :
1. Pengetahuan: mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip,
serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan,
digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition).
2. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan
dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain, membuat perkiraan tentang
kecendrungan yang nampak dalam data tertentu.
3. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada satu kasus / problem yang konkret dan baru. Adanya
kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus baru yang belum
dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem.
4. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik.
5. Sintesis: mencakup kemampuan untuk mengumpulkan bagin-bagian
membentuk suatu kesatuan atau pola baru.

7
6. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan
dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

C. Hasil belajar
Banyak ahli yang merumuskan definisi hasil belajar atau prestasi belajar dari
sudut pandang yang berbeda. Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya,
sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah
laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2005:19). Hasil belajar berkenaan dengan
kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Oemar Hamalik
(2007:31) mengemukaan bahwa hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan.
menyatakan hasil belajar sebagi salah satu indikator bagi mutu pendidikan dan perlu
disadari hasil belajar adalah bagian dari hasil pendidikan.
Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misal dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Oemar
Hamalik, 2007:155).
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara funsional.
Alat ukur untuk mengukur hasil belajar yaitu berupa nilai. Nilai merupakan
hasil dari proses penilaian. Nilai diperoleh dengan mengubah skor dengan skala
acuan tertentu. Oleh karena itu, nilai hanya dapat dimaknai dan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan dengan skala dan acuan yang digunakan.
Menurut Purwanto (2009:204), penilaian berhubungan dengan pengambilan

8
keputusan. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai. Skor pengukuran hasil
belajar menjadi bermakna dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
setelah di ubah menjadi nilai. Bilangan skor hasil belajar itu belum mempunyai
makna apa pun dalam pengambilan keputusan pendidikan sebelum diubah menjadi
nilai.
Nilai adalah ubahan skor hasil pengukuran menurut acuan skala tertentu
(Suharsini Arikunto, dalam Purwanto 2009:205). Pengukuran menghasilkan skor,
sedang penilaian menghasilkan nilai. Dalam tes hasil belajar, skor merupakan
jumlah jawaban benar yang dapat dibuat oleh siswa. Skor itu kemudian diubah
dengan skala dan acuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan baik kemampuan maupun pengetahuan
setelah dilakukannya pembelajaran yang dapat dilihat dan diukur.

D. Pembelajaran Matematika Di SD
1. Pengertian Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Matematika lebih dari
pada aritmetika, yakni ilmu tentang kalkulasi / perhitungan. Ia lebih dari pada
aljabar, yang merupakan bahasan lambang, operasi dan relasi Namun arti atau
definisi yang tepat dari matematik tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti)
dan singkat Matematika adalah cara/metode berpikir dan bernalar. Matematika
dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau
paling sedikit ada kemungkinan benar.
Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, di situ setiap
hari ide-ide baru diketemukan. Matematika adalah cara berpikir yang digunakan
untuk memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains, pemerintah, dan
industri. Ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh semua bangsa berbudaya
di dunia. Ada baiknya kita lihat beberapa pendapat para ahli tentang Matematika
yang Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian matematika yang dikutip
Ruseffendi (1994:59) antara lain :
Kline yang dikutip dari Ruseffendi (1994:65), menyatakan bahwa,

9
Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan
cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
Berbagai pendapat yang telah dikemukakan bahwa secara komtemporer
pandangan tentang matematika lebih ditekankan pada metodenya daripada
pokok persoalan matematika itu sendiri.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pembelajaran matematika di SD adalah sebagai berikut:
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan dan perbedaan.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif, yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran,rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, dan diagram.
Tujuan matematika menurut Adjie dan Maulana (2006:35) ialah melatih
cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan serta mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah.
Heruman (2008:2) juga berpendapat bahwa tujuan akhir mata pelajaran
matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari mata pelajaran matematika di SD tidak sekedar dapat menyelesaikan suatu
soal, tetapi juga terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari.

E. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga

10
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah
alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas
materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya
verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli mendefinisikan alat peraga.
Ruseffendi (1994:229), Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan atau
mewujudkan konsep Matematika. Benda-benda itu misalnya batubatuan dan
kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk
menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus
itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan;
benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk
menerangkan konsep lingkaran dan sebagainya.
Arsito (2003:10) berpendapat bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang
digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu
agat tampak lebih nyata atau konkrit.
Adapun pendapat lain seperti Pasaribu dan Simanjuntak (1983:35), Alat
peraga yaitu alat untuk membantu pengajar menyampaikan pengetahuan dan
mengalihkan keterampilan. Tanlain, (1989:51) menyatakan, bahwa perbuatan
mendidik berlangsung dengan menggunakan alat pendidikan. Alat pendidikan
merupakan factor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi
pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan faktor- faktor pendidikan
lainnya seperti guru, anak didik, tujuan, dan lingkungan, dapat menjadi alat
pendidikan bilaman digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan
mendidik. (Djamarah, 2005:184). Istilah media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti perantara
atau pengantar. Makna umumnya adalah, segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dan sumber informasi kepada penerima informasi.
Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar
mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media
yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut media pembelajaran. (M.
Basyiruddin dan Asnawir, 2002:18).
Sudirman, yang dikutip Usman (2002:69) mengistilahkan alat bantu ini

11
dengan perkataan “media.” Jadi, media yang disebutkan Sudirman ini
sebenarnya pula dipahami tidak lain adalah alat bantu pendidikan. Alat peraga
untuk menerangkan konsep Matematika itu dapat berupa benda nyata dan dapat
pula berupa gambar atau diagramnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk menyampaikan
pengetahuan, fakta, konsep, prinsip kepada siswa agar lebih nyata atau konkrit.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa alat
peraga merupakan alat yang berfungsi untuk memvisualisasikan suatu konsep
sehingga materi pembelajaran dapat diperagakan dengan langkah kerja dan
dapat lebih mudah dipahami oleh siswa.

2. Fungsi penggunaan alat peraga


Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam
pengajaran Matematika, di antaranya:
a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti
pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari
Matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan
bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret,
maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti.
c. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan
bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan
melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya
sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.
d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-
benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan
masyarakat.
e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam
bentuk model Matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula
dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

12
3. Macam-macam Alat Peraga
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru mengakui bahwa bila
hanya alat pendidikan yang dijadikan andalan untuk membina anak didik di
sekolah tentu akan ditemui beberapa kendala. Hal ini menyadarkan guru untuk
merelakan diri menggunakan alat Bantu pendidikan sebagai mitra dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Keyakinan akan kemampuan alat bantu pendidikan inilah akhirnya
membuat para ahli psikologi dan pendidikan memikirkannya untuk membuat
seperangkat alat Bantu pendidikan dan pengajaran menghasilkan klasifikasi alat
bantu pendidkan.
Sudirman, yang dikutip Usman (2002:12) mengistilahkan alat bantu ini
dengan perkataan “media”. Jadi, media yang disebutkan Sudirman ini
sebenarnya pula dipahami tidak lain adalah alat bantu pendidikan, perlu
diketahui, karena klasifikasi yang mereka kemukakan cukup dalam. Klasifikasi
mereka dimaksud adalah:
Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a. Media auditif; yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, cassette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok
untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media visual; yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film
rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula
media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti
film bisu, film kartun.
c. Media audio-visual; yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsure
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi
ke dalam (a) audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara,
cetak suara, dan (b) audio-visual gerak, yaitu media yang dapat

13
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.

F. Alat Peraga Matematika


Anak-anak Sekolah Dasar pada dasarnya perkembangan intelektualnya
termasuk dalam tahap operasional konkret formal menuju ke tahap periode
operasional formal, maka penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika
SD sangat diperlukan.
Pada dasarnya individual manusia berbeda-beda, demikian pula dalam
memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-tingkat belajar
yang berbeda. Siswa sekolah dasar belajar melalui dunia nyata dan memanipulasi
benda nyata sebagai perantaranya. Bahkan orang dewasa pun yang pada umumnya
sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan
visualisasi.
Pembelajaran matematika merupakan objek mata pelajaran yang dapat
menggunakan beberapa macam pendekatan diantaranya pendekatan konsep,
keterampilan proses, pemecahan masalah, deduktif dan lain-lain. Keterampilan
proses, “menekankan pada keterampilan berpikir.” (Dahar, 1985:65)
Keterampilan dapat dikembangkan pada diri siswa bila diberi kesempatan
untuk berlatih menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan dikembangkannya
pendidikan keterampilan proses, pembelajaran difokuskan pada keterampilan
intelektual. Siswa akan terlibat aktif, baik mental maupun motoriknya. Adanya alat
peraga dalam pembelajaran sebagai alat bantu belajar memberikan peluang
keterlibatan siswa secara aktif Alat peraga khususnya dalam pembelajaran
matematika mempunyai peranan cukup besar baik bagi guru maupun siswa. Dengan
alat peraga memberikan realitas dalam mengajar, sehingga lebih terwujud, lebih
terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pentingnya alat peraga dalam
pembelajaran matematika, maka diharapkan guru menggunakan alat peraga untuk
membantu pada penjelasan konsep-konsep tertentu. Dalam pelaksanaan di kelas,
seorang guru harus mampu menciptakan atau membuat dan menggunakannya
dalam pembelajaran.
Nochi Nasution (2005:7.8) menyatakan bahwa “penggunaan alat peraga

14
sangat dibutuhkan dalam pengajaran Matematika. Secara umum peranan alat
peraga antara lain:
1. Dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan
antara siswa dan sesamanya dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa agar dapat
mendorong kegiatan belajar mengajar, sehingga pengalaman belajar yang
diperoleh akan lebih bermakna bagi siswa.
3. Dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa, sehingga perhatian
siswa dapat terpusat pada bahan pengajaran yang diberikan guru.
4. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar sehingga
membuat pelajaran lebih lama ingat.
5. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri
di kalangan siswa.
Dengan melihat peranan alat peraga, maka manfaat yang dapat diperoleh
siswa antara lain dapat meingkatkan motivasi belajar, dapat menyediakan variasi
belajar, dapat memberi gambaran struktur yang memudahkan belajar, dapat
memberikan contoh yang selektif, dapat merangsang berpikir analisis, dapat
memberikan situasi belajar yang tanpa beban atau tekanan. Sedangkan manfaat alat
peraga Matematika bagi guru antara lain dapat memberikan pedoman dalam
merumuskan tujuan pembelajaran , dapat memberikan sistematika mengajar, dapat
memudahkan kendali pengajaran, dapat membantu kecermatan dan ketelitian
dalam penyajian, dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar, dapat
meningkatkan kualitas pengajaran.

1. Cara memilih alat peraga/KIT Matematika dalam pembelajaran


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga
untuk dikembangkan dan dipergunakan dalam proses pembelajaran (Basuki dan
Mukti: 1993), terutama:
a. Tujuan yang ingin dicapai
Alat peraga yang kita pilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Dimana diharapkan, (1) meningkatkan kualitas

15
pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan menciptakan situasi
pembelajaran yang berpusat pada murid (student centered learning) dan
berorientasi pada keterampilan proses, (2) mengembangkan profesionalisme
guru dalam upaya meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, dan (3)
mengembangkan kemampuan murid melalui pembelajaran matematika,
seperti kemampuan, mengamati, mengembangkan pendapat sendiri,
merumuskan dan menguji hipotesis, serta mengembangkan alternatif
pemecahan.
b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan diajarkan adalah bagian-bagian penting dari suatu
benda, maka dapat dengan menggunakan gambar atau tiruan benda.
c. Keadaan siswa
Penggunaan media hendaknya dipertimbangkan dengan keadaan siswa,
baik kemampuan dan kesiapan siswa yang akan mempergunakan media,
besar kecilnya suatu kelompok juga sangat berpengaruh.
d. Ketersediaan
Seringkali media yang kita lihat sangat tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, umpamanya saja film, ternyata di perpustakaan kita tidak
tersedia, sedangkan untuk memproduksi sendiri adalah suatu hal yang jauh
dari mungkin, dalam hal ini kita harus memilih alternatif yang lain, misalnya
saja memanfaatkan sumber daya lingkungan yang tersedia di sekitar sekolah
yang cepat diperoleh.
e. Mutu Teknis
Umpamanya kita akan menerangkan cara kerja mesin-mesin turbin, dan
ada slide yang cocok yang telah dibuat ternyata pengambilan tidak begitu
memenuhi syarat, sehingga ada bagian-bagian yang terpenting yang tidak
jelas. Jadi karena mutu teknisnya tidak memenuhi persyaratan maka media
slide tidak dipergunakan.
f. Biaya yang dikeluarkan
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat alat peraga/media hendaknya
seimbang dengan yang dicapai dengan menganut prinsip efektif dan efisien.

16
2. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan alat peraga KIT
Matematika
Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan KIT
matematika (buku petunjuk alat peraga matematika, Depdiknas: 2006 : 5)
adalah:
a. Mempelajari diskripsi (Standar kompetensi dan kompetensi dasar)
b. Mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menunjang pencapaian tujuan
c. Menentukan kedalaman dan keluasan materi
d. Menetapkan strategi pembelajaran yang efektif (dengan memperhatikan
strategi, pendekatan, metode dan model)
e. Menentukan jumlah dan jenis alat peraga dalam kegiatan belajar
f. Persiapan mengajar, hal yang dapat dilakukan :
- Mencoba alat yang dibuat
- Mempersiapkan jumlah dan jenis alat peraga
- Menetapkan cara pengorgaisasian kelas
g. Melaksanakan kegiatan belajar

Gambar 1. Alat Peraga Garis Bilangan Bulat


Cara menggunakan alat peraga garis bilangan ini adalah sebagai
berikut:
1) Terlebih dahulu kita membuat kesepakatan dengan
murid. Kesepakatan pertama adalah: untuk bilangan yang sebelah
kanan dari depan adalah bilangan positif dan sebelah kiri adalah
bilangan negatif.

17
2) Kesepakatan kedua: Jika operasi hitung penjumlahan maka burung
berjalan ke depan. Jika operasi hitung pada bilangan bulat pengurangan,
maka burung akan berjalan mundur.
3) Misalnya: 2+3= 5 artinya bilangan ini adalah positif, maka burung
menghadap ke positif, kemudian maju 2 langkah, terus melangkah lagi
3 langkah sehingga berhenti di bilangan 5.
4) Contoh ke dua : 3 + (-5) = -2, artinya burung menghadap ke
positif kemudian melangkah 3 langkah. Karena dijumlahkan dengan
(-5), maka burung menghadap ke negatif, kemudian melanjutkan
langkahnya sebanyak 5 langkah, sehingga badak berada di bilangan -2.

G. Kelebihan dan Kekurangan Alat Peraga


Adapun kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada penggunaan alat
peraga sebagai media pembelajaran yaitu:
1. Kelebihan Penggunaan Alat Peraga
a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih
menarik
b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah
memahaminya
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah
bosan
d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
2. Kekurangan Alat Peraga
a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.
b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.
c. Perlu kesediaan berkorban secara materil.

18
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Sidomulyo, Kecamatan
Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Dengan jumlah
siswa 20 orang, yang terdiri dari laki-laki 9 orang dan 11 orang perempuan.
Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran Matematika berlangsung
dengan pokok bahasan bilangan bulat.

2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SD Negeri 1 Sidomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten
Lampung Tengah.

3. Waktu Penilitian
Perbaikan pembelajaran direncanakan berlangsung dalam 2 siklus pada
semester II tahun pelajaran 2018/2019, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Perbaikan
No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Waktu Siklus
1 Selasa, 29 Oktober 2019 Matematika 2 X 35 Menit 1
2 Jum’at, 01 November 2019 Matematika 2 X 35 Menit 2

Objek penelitian mempunyai karakteristik sebagai berikut:


1. Tingkat kecerdasan siswa pada posisi rata-rata
2. Tingkat sosial orang tua siswa menengah ke bawah
3. Lingkungan siswa pada daerah dusun
4. Tingkat anak usia SD senang bermain
5. Pihak yang membantu

19
B. Deskripsi Persiklus
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini jumlah siklus yang direncanakan ada
2 siklus. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan
tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi/ evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus
dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

1. Pra Siklus
Dalam pembelajaran pra siklus di SD Negeri 1 Sidomulyo Kecamatan
Punggur siswa kurang berminat pada pembelajaran Matematika dan hasil belajar
pada pokok bahasan bilangan bulat rendah karena metode yang digunakan oleh
guru cenderung monoton. siswa tidak memperhatikan jika dijelaskan materi
dengan metode ceramah maka perlu di lakukan pembelajaran ulang dalam kedua
siklus. Pra siklus, siklus I (pertama) siklus II (kedua) penilaian nya dapat di lihat
dalam tabel dan grafik pada BAB IV nanti.

2. Siklus 1
a. Perencanaan
Perencanaan di susun dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran
yang ada pada lampiran yang secara garis besar sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar
3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5) Mempersiapkan sumber, bahan
6) Menyusun lembar kerja siswa
7) Mengembangkan alat evaluasi
8) Mengembangkan alat observasi pembelajaran

b. Pelaksanaan

20
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Siswa mendengarkan kompetensi dasar dan indikator atau materi
pelajaran
2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran
3) Terlebih dahulu siswa dibagi tiga (3) kelompok, setiap kelompok terdiri
5 orang
4) Siswa melaksanakan diskusi kelompok terhadap materi yang diberikan
5) Melakukan observasi terhadap kreatifitas siswa
6) Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (observer) atau
teman sejawat yaitu Sevlia Umi Salekha yang merupakan salah seorang guru
di SD Negeri 1 Sidomulyo. Hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus pertama dapat di lihat pada BAB IV Hasil Penelitian.
Untuk menghasilkan data yang objektif pengamatan dilakukan bekerjasama
dengan teman sejawat dengan langkah-langkah sebagi berikut:
1) Guru mengamati kreatifitas siswa dalam pembelajaran Metode
Demontrasi
2) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan.
3) Guru meneliti secara seksama pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
4) Guru mengamati aktivitas belajar siswa
5) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa

d. Refleksi

21
Tindakan perbaikan yang dilakukan ternyata belum mendapatkan hasil
yang memuaskan, karena masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah 65,
dari 20 siswa yaitu sebanyak 9 siswa. Sehingga bersama teman sejawat
memutuskan untuk melakukan siklus ke II.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan melakukan tanya jawab dan
diskusi dengan teman sejawat terhadap guru sebagai peneliti dan siswa,
1) Pada kegiatan pembelajaran setelah dilakukan tindakan menunjukkan
adanya perubahan nilai siswa yaitu 11 (Sebelas) orang memiliki nilai >
65 atau 55 % dan masih ada 9 (sepuluh) orang yang memiliki nilai <65
atau 45 %.
2) Guru belum bisa memberikan perhatian menyeluruh kepada siswa
3) Siswa lebih belum banyak dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus berikutnya.

3. Siklus 2
a. Perencanaan
Perencanaan di susun dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran
yang ada pada lampiran yang secara garis besar sebagai berikut:
1) Penentuan standar kompetensi, Kompetensi dasar, indikator dan tujuan
perbaikan pembelajaran.
2) Pada RPP siklus dua ini difokuskan perbaikan pembelajaran adalah
meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajar dalam upaya
memperbaiki kelemahan yang didapat pada siklus I maka
merencanakan pada siklus 2 sebagai berikut:
3) Menyusun dan menyempurnakan rencana pembelajaran perbaikan
4) Menyiapkan media pembelajaran
5) Menyiapkan format observasi dan evaluasi
b. Pelaksanaan
Pada siklus dua ini dilaksanakan revisi terhadap siklus 1. Setelah
berdialog dengan pembimbing dan pengamat telah disepakati bahwa perlu

22
adanya beberapa alat peraga untuk diperlihatkan berupa garis bilangan.
Kegiatan khusus yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa
dengan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberikan
penguatan terhadap pekerjaan siswa.
Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
2) Guru merumuskan tujuan pembelajaran
3) Guru membagi siswa dalam tiga kelompok, setiap kelompok terdiri 5
orang
4) Siswa melaksanakan diskusi kelompok terhadap materi yang diberikan
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6) Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.
7) Melaksanakan evaluasi terhadap hasil belajr siswa
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (observer) atau
teman sejawat yaitu Sevlia Umi Salekha yang merupakan salah seorang guru
di SD Negeri 1 Sidomulyo. Hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus dua dapat di lihat pada BAB IV Hasil Penelitian.
1) Guru mengamati aktivitas siswa selama belajar
2) Guru meneliti secara seksama pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
3) Bersama teman sejawat mengadakan pengamatan, pemantauan sebagai
evaluasi dan refleksi
4) Siswa mengumpulkan hasil tes
d. Refleksi
Dari berbagai sumber data yang diperoleh antara lain hasil
pengamatan pembelajaran dan nilai tes formatif, diperoleh kesimpulan
perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah memenuhi standar yang

23
diharapkan. Keputusan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor,
kegiatan perbaikan pembelajaran dicukupkan karena jumlah siswa yang
mendapat nilai diatas KKM sudah melebihi standar yang diharapkan dengan
hasil sebagai berikut :
1) Kegiatan belajar mengajar menunjukkan adanya peningkatan nilai
siswa. Rata-rata nilai menunjukkan peningkatan dan jumlah siswa yang
memperoleh nilai >65 sebanyak 17 orang atau 85 % dan nilai <65
sebanyak 3 orang atau 15 %
2) Sebagian besar siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas, terbukti siswa
sudah bisa fokus dalam pembelajaran.
4) Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sudah semakin baik.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini


tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran Matematika di kelas. Dalam setiap siklus terdiri
dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardhani, 2007: 2.4).
Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan I

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan I

Pengamatan I

Perencanaan II

Refleksi II SIKLUS II
Pelaksanaan II

Pengamatan
Gambar 2. Siklus Prosedur II
Penelitian (Wardhani, 2007: 2.4).

C. Teknik Analisis Data

24
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis data secara
kuantitatif dan kualitatif.
1. Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari observasi aktivitas siswa dan observasi
kinerja guru. Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan secara
langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data kinerja guru diperoleh
melalui pengamatan langsung dengan menggunakan Instrumen Penilaian
Kinerja Guru.
2. Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data hasil tes pembelajaran anak melalui
metode keterampilan proses pada siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa yang
akan dinilai adalah ketepatan siswa dalam menjawab pertanyaan pada saat
diskusi telah selesai dan siswa akan mengerjakan soal evaluasi dari guru. Hal ini
untuk menilai hasil kerja siswa. Siswa mengerjakan soal bedasarkan materi yang
telah di diskusikan, bobot 1 soal adalah 5 point dan ada 20 soal .
Untuk menghitung persentase hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai
berikut.
% A = NA X 100%
N
Keterangan % A = Aktivitas Siswa
NA = Jumlah siswa yang aktif
N = Jumlah siswa keseluruhan
Diadopsi dari Sugiarsih U, Skripsi (2006:23) Kriteria Keberhasilan
Aktivitas Belajar Siswa
Tingkat Keberhasilan Keterangan
86 - 100% = Baik Sekali
71 - 85% = Baik
56 - 70 % = Cukup
41 - 55 % = Kurang
26 - 40% = Kurang sekali

25
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan jika 75% dari
kreativitas belajar siswa, semua siswa telah mencapai nilai > 65.

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Siklus
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sidomulyo pada pra siklus memiliki
nilai rata-rata 58 dengan rincian dari 20 siswa, hanya 4 siswa yang mendapat nilai
diatas KKM (tuntas) sedangkan 16 lainnya masih belum tuntas sehingga perlu
adanya perbaikan pada siklus I (pertama).

B. Deskripsi Siklus I (Pertama)


Pada tahap perencanaan akan dilaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan
bilangan bulat dengan menggunaan metode diskusi serta alat peraga berupa garis
bilangan.

1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
RPP, lembar observasi, buku Matematika kelas V, soal tes evaluasi I, dan alat
peraga bilangan bulat berupa garis.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2018
dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode Alat Peraga dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan (± 10 menit)


Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan guru membuka pembelajaran
dengan ucapan salam, mengecek kesiapan dan mengkondisikan siswa agar
mengikuti pembelajaran matematika dengan baik, mengungkap kembali
materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Memotivasi siswa dengan tepuk
semangat dilanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
berikut;
1) Apakah yang dimaksut dengan bilangan bulat?

27
2) Angka apa saja yang termasuk bilangan bulat?
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru
menyampaikan garis besar pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (± 45 menit)
Ekplorasi
1) Guru menyiapkan sebuah alat peraga berupa garis bilangan dan
perlengkapan lain untuk pembelajaran.
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
3) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai mengenal bilangan bulat
dengan menggunakan alat peraga garis bilangan
4) Guru memberikan contoh berbagai masalah sehari-hari yang
berhubungan dengan bilangan
5) Tiap siswa diberi lembar soal

Elaborasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dipahaminya.
2) Guru merespon pertanyaan siswa.
3) Siswa dibimbing untuk mengerjakan soal dengan baik dan benar
4) Siswa membuat dan menguji hipotesis dengan melakukan
memperegakan dengan menggunakan alat yang sudah disediakan.
5) Perwakilan siswa dari menyampaikan hasil pekerjaannya.
6) Guru memberi motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi aktif.

Konfirmasi
1) Guru bersama siswa melakukan koreksi terhadap jawaban yang kurang
tepat.
2) Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap siswa yang
nilainya baik dan memberikan motivasi pada siswa yang kurang atau
belum berpartisipasi
3) Guru melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa dan Siswa
diberi penguatan terhadap hasil jawabannya.

28
c. Kegiatan Penutup ( ± 15 menit )
1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai
bilangan bulat.
2) Siswa melakukan evaluasi
3) Siswa ditugaskan untuk mempelajari materi mengenai bilangan bulat.
4) Guru mengkondisikan siswa dan suasana kelas agar tertib kembali
untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.
5) Pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdallah dan diakhiri dengan
ucapan salam.

3. Pengamatan
Dalam tahap pengamatan dilakuakan analisis hasil pengamatan yang
dialkukan oleh Kolaborator baik hasil pengamatan terhadap siswa atau guru dan
analisis hasil belajar.
Hasil pengamatan siswa pada siklus I (pertama) yang meliputi tujuh aspek
pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak melakukan pada
aspek yang dinilai. Hanya 35% siswa yang memperhatikan petunjuk guru untuk
melakukan diskusi, 40% siswa mengikuti petunjuk guru, 30% siswa
bekerjasama dengan teman secara baik, 25% siswa mau berdiskusi secara aktif,
30% siswa mau membuat rangkuman hasil diskusi dan membacakan di depan
kelas, 90% siswa membuat rangkuman, dan 75% siswa menyelesaikan tugas.

4. Refleksi
Refleksi dilakukan terkait pada pembelajaran siklus pertama baik
merefleksi hasil pengamatan maupun hasil belajar. Dan hasil pengamatan terkait
aktifitas siswa menujukan data terdapat 11 orang siswa (55%) yang sudah
mencapai nilai KKM dan 9 orang siswa (45%) yang belum mencapai nilai KKM.

29
Bedasarkan hasil refleksi tersebut maka akan dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus ke 2.

C. Deskripsi Siklus II (Kedua)


1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan persiapan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari RPP, lembar observasi, buku Matematika kelas V, soal tes evaluasi II, dan
alat peraga berupa garis bilangan bulat. Penyusunan perangkat pembelajaran
mendasarkan pada hasil dan temuan refleksi pada siklus I.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 05 November 2018
dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode Alat Peraga dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan (± 10 menit)


Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan guru membuka pembelajaran
dengan ucapan salam, mengecek kesiapan dan mengkondisikan siswa agar
mengikuti pembelajaran matematika dengan baik, mengungkap kembali
materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Memotivasi siswa dengan tepuk
semangat dilanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
berikut;
1) Apakah yang dimaksut dengan bilangan bulat?
2) Angka apa saja yang termasuk bilangan bulat?
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru
menyampaikan garis besar pembelajaran.

b. Kegiatan Inti (± 45 menit)


Ekplorasi
1) Guru menyiapkan sebuah alat peraga berupa garis bilangan dan
perlengkapan lain untuk pembelajaran.
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.

30
3) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai mengenal bilangan bulat
dengan menggunakan alat peraga garis bilangan
4) Guru memberikan contoh berbagai masalah sehari-hari yang
berhubungan dengan bilangan
5) Tiap siswa diberi lembar soal

Elaborasi
1) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dipahaminya.
2) Guru merespon pertanyaan siswa.
3) Siswa dibimbing untuk mengerjakan soal dengan baik dan benar
4) Siswa membuat dan menguji hipotesis dengan melakukan
memperegakan dengan menggunakan alat yang sudah disediakan.
5) Perwakilan siswa dari menyampaikan hasil pekerjaannya.
6) Guru memberi motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi
aktif.

Konfirmasi
1) Guru bersama siswa melakukan koreksi terhadap jawaban yang
kurang tepat.
2) Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap siswa yang
nilainya baik dan memberikan motivasi pada siswa yang kurang atau
belum berpartisipasi
3) Guru melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa dan Siswa
diberi penguatan terhadap hasil jawabannya.

c. Kegiatan Penutup ( ± 15 menit )


1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai
bilangan bulat.
2) Siswa melakukan evaluasi
3) Siswa ditugaskan untuk mempelajari materi mengenai bilangan bulat.

31
4) Guru mengkondisikan siswa dan suasana kelas agar tertib kembali
untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.
5) Pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdallah dan diakhiri dengan
ucapan salam.

3. Pengamatan
Dalam tahap pengamatan dilakukan analisis hasil pengamatan yang
dilakukan oleh kolaborator baik hasil pengamatan terhadap siswa atau guru dan
analisis hasil belajar.
Hasil pengamatan siswa pada siklus II (kedua) yang meliputi tujuh aspek
pengamatan menunjukkan peningkatan, sebagian besar siswa sudah melakukan
pada aspek yang dinilai. 80% siswa sudah memperhatikan petunjuk guru untuk
melakukan diskusi, 70% siswa mengikuti petunjuk guru, 75% siswa
bekerjasama dengan teman secara baik, 80% siswa mau berdiskusi secara aktif,
90% siswa mau membuat rangkuman hasil diskusi dan membacakan di depan
kelas, 100% siswa membuat rangkuman, dan 100% siswa menyelesaikan tugas.
Hasil pengamatan guru siklus II (kedua) menunjukkan bahwa guru telah
melakukan semua indikator yang digunakan untuk melihat aktivitas guru dalam
proses pembelajaran.

4. Refleksi
Pada siklus II ini keseluruhan aspek mulai dari pra pembelajaran, inti
pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Aktivitas belajar siswa telah berada
pada kategori baik. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II
menunjukkan besarnya angka rata-rata kelas mencapai 72,25. Angka ini telah
mengalami kenaikan dibandingkan pada skor rata-rata kelas pada siklus I yaitu
65,5. Pada siklus II ini siswa yang mampu mencapai KKM menjadi 17 siswa
(85%) siswa dimana pada siklus I hanya 11 siswa (55,%) dan pada pra siklus
hanya 4 siswa (20%).
Berdasarkan hasil tersebut, maka indikator penelitian yang ditetapkan
yakni aktivitas siswa yang berada pada kategori baik dan peningkatan jumlah
siswa yang tuntas belajar Matematika dengan nilai KKM sebesar > 65 mencapai

32
minimal 85% telah terpenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan
metode alat peraga terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Sidomulyo Kecamatan Punggur Tahun
Pelajaran 2018/2019.

D. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidomulyo dengan
jumlah 20 siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika pokok bahasan bilangan bulat pada tahun pelajaran
2018/2019 dilakukan tanggal 29 Oktober 2018. Penelitian dengan model PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan 2 tahap untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Sebelum dilakukan perbaikan siswa cenderung tidak memperhatikan
materi yang dijelaskan guru karena metode yang digunakan guru monoton,
akibatnya hasil belajar siswa rendah. Kemudian mencoba melakukan perbaikan
dengan metode yang mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran yaitu
menggunakan alat peraga berupa garis bilangan yang dapat dioperasikan oleh
siswa.
Penggunaan media belajar berupa alat peraga garis bilangan terbukti menarik
minat belajar siswa sehingga siswa tidak mainan sendiri ketika guru menjelaskan
materi pembelajaran. Sebelum dilakukan perbaikan yaitu pembelajaran biasa yang
tidak menggunakan alat perga garis bilangan hasil belajar siswa hanya sebanyak 4
siswa (20%) yang mendapat nilai diatas KKM, sedangkan lainya masih dibawah
KKM dengan nilai rata-rata sebesar 58. Perbaikan dilakukan dengan 2 kali siklus
yang setiap siklusnya hasilnya semakin membaik. Siklus I (pertama) dengan
menggunakan alat peraga garis bilangan siswa mulai memperhatikan pembelajaran
dengan serius dan aktif menggunakan alat peraga dan hasilnya sebanyak 11 siswa
(55%) mendapat nilai diatas KKM dengan nilai rata-rata 65,5. 11 siswa (55%) yang
mendapat nilai diatas KKM belum memenuhi target yaitu sebesar 85% sehingga
dilanjutkan ke tahap Siklus II (kedua) dengan hasil 17 siswa (85%) sudah mendapat
nilai diatas KKM dengan rata-rata nilai sebesar 72,25. Hasil ini telah memenuhi
target dan sekaligus membuktikan bahawa penggunaan media alat peraga dapat

33
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian tidak dilanjutkan ke
tahap Siklus III (ketiga).

DIAGRAM PERBANDINGAN NILAI SISWA


100
90
NILAI YANG DIPEROLEH

80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SISWA 
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Gambar 3. Diagram Perbandingan Nilai Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Tabel. 10 Perbandingan Hasil Belajar Setiap Siklus

Nilai
No Nama siswa KKM
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
1 Adea Lutfi Khadewi 65 50 50 70
2 Ahmad Herdiansyah 65 60 70 75
3 Aldi Febriansyah 65 55 65 75
4 Daniel Erist Novendra 65 80 80 95
5 Deka Riawan 65 50 55 70
6 Depa Putra Prastrya 65 60 70 70
7 Dhea Yuliana 65 60 75 75

34
8 Divo Yulianto 65 65 75 80
9 Farhan Lukman Al Hakim 65 40 50 55
10 Hellena Lintang Setia 65 55 70 75
11 Katarina Apriliyana 65 50 65 75
12 Muhamad Akkela Geral
N 65 75 80 80

13 Najla Elfani Husna 65 50 50 65


14 Rahmad Irfan
Herdiansyah 65 55 60 60

15 Ridhatul Lutfi Alfian 65 60 70 70


16 Salma Dyah Chandrarini 65 60 70 75
17 Stefanus Billy Nugroho 65 70 80 85
18 Yuanda Refal Pratama 65 60 60 60
19 Tiyas Asih Wijiati 65 55 60 65
20 Tania Citra Wulandari 65 50 55 70
Jumlah 1160 1310 1445
Rata-rata 58 65.5 72.25
Tuntas 4 11 17
Tidak tuntas 16 9 3
Presentase Ketuntasan
20% 55% 85%
Belajar

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 oraang siswa pada
kegiatan pembelajaran prasiklus terdapat 4 orang siswa (20%) yang mencapai nilai
diatas KKM dengan niali rata-rata kelas 58. Setelah dilakukan perbaikam siklus I,
hasil belajar siswa meningkat menjadi 11 orang siswa (55%) yang mencapai nilai
di atas KKM dengan rata rata kelas 65,5. Selanjutnya pada kegiatan perbaikan
siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 17 orang siswa (85%) mencapai
nilai diatas KKM dengan rata-rata kelas 72,25.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada pembahasan bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga garis bilangan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika pokok
bahasan bilangan bulat dengan peningkatan hasil dari pra siklus hanya 20% siswa
yang tuntas, meningkat menjadi 55% pada siklus I (pertama), dan meningkat lagi
menjadi 85% pada siklus II (kedua).

B. Saran Tindak Lanjut


Bedasarkan kesimpulan di atas, maka memberikan saran sebagai berikut:
1. Media yang digunakan dalam metode diskusi seharusnya di sesuaikan dengan
materi pembelajaran dan gunakan yang sudah dikenal dan mudah dipahami
siswa agar lebih mudah diingat.
2. Penataan kelas yang variatif dan inovatif membuatan kegiatan pembelajaran
menjadi komunikati.
3. Guru diharapakan terus mengikuti perkembangan dunia khusnya dalam
pendidikan sehingga dapat meningkatkan kualitas sebagai tenaga pendidik.
4. Guru hendaknya menggunakan alat peraga yang efektif dan efisien dalam
setiap proses belajar mengajar.
5. Bagi penulis lain yang berminat menggunakan alat peraga ini dapat
dikembangkan lebih lanjut pada mata pelajaran yang lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, D. dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI


PRESS
Aristo, Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Press.
Djamarah, Syaeful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalk, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya.
__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, M. Nochi. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management,
Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pasaribu, IL dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.
Ruseffendi, dkk. 1994. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Usman, M. Basyirudin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.
Wardani, Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wens, Tanlain dkk. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 1992. Media Pengajaran. Jakarta: Dikti
Suryabrata.

37

Anda mungkin juga menyukai