Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI VALE INDONESIA

TBK, KECAMATAN NUHA, KABUPATEN LUWU TIMUR,


PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA – 400)

Diajukan Oleh :
Annisa Noorraya
100.701.13.028

Sponsor :
Bapak Wiyatno Haryanto

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1439 H
KATA PENGANTAR

Assalamalaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir ini dengan baik. Proposal ini dibuat agar dapat
memperoleh izin penelitian di PT VALE INDONESIA TBK.
Dalam hal ini, penelus berencana mengajukan judul “Analisis Kestabilan
Lereng Di PT VALE INDONESIA TBK, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu
Timur, Provinsi Sulawesi Selatan ”
Penulis menyadari keterbatasan proposal Tugas Akhir ini baik judul
maupun isinya, sehingga apabila topik yang telah ditentukan atau judul yang
penulis ajukan penulis tersebut agar dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada di PT VALE INDONESIA TBK.
Semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan segenap direksi dan
karyawan PT VALE INDONESIA TBK untuk memberikan izin bagi pelaksanaan
kegiatan penelitian Tugas Akhir. Besar harapan penulis agar pihak perusahaan
dapat mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian Tugas Akhir.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat terselsaikan dengan
baik.

Wassallammu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2018

Penulis
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PT VALE INDONESIA
TBK, KECAMATAN NUHA, KABUPATEN LUWU TIMUR,
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA – 400)

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penambangan adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengambil mineral, batuan, hingga batubara. Dalam kegiatan
penambangan khususnya tambang terbuka selalu memiliki resiko akan longsoran
lereng, apabila lereng-lereng yang terbentuk dari proses penambangan (pit
slope) itu tidak stabil maka kegiatan produksi akan terganggu. Oleh karena itu
suatu analisis kemantapan lereng merupakan suatu bagian yang penting untuk
mencegah terjadinya gangguan-gangguan terhadap kelancaran produksi
maupun terjadinya bencana yang fatal.
Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari
bidang longsor yang potensial, yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan
geser untuk mempertahankan kestabilan lereng dan menghitung kekuatan geser
yang menyebabkan kelongsoran. Dimana dari perbandingan tersebut didapatkan
nilai Faktor Keamanan. Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu
(alamiah) telah bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air
pori serta mempunyai sifat-sifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser dalam
(angle of internal friction, ø), kohesi (c) dan bobot isi yang juga sangat berperan
dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan
lereng.
PT VALE INDONESIA TBK merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertambangan nikel yang berencana untuk melakukan
analisis kestabilan lereng pada suatu tambang nikel, sehingga perlu
dilakukannya kajian geoteknik untuk mendapatkan desain yang optimal.
1.2. Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Analisis kestabilan lereng untuk pit expand.
2. Perubahan geometri lereng ketika dilakukannya pit expand.
3. Material penyusun lereng yang berupa material tanah.
4. Nilai Faktor Keamanan yang didapatkan dari pemodelan lereng dan
pengaruh dari input parameter.

1.2.2. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasikan kondisi material penyusun lereng dari sifat fisik dan
mekaniknya.
2. Melakukan simulasi geometri lereng berdasarkan input parameter yang
telah didapatkan.
3. Simulasi dilakukan tanpa mempertimbangkan beban dinamis maupun
beban statis pada lokasi penelitian.

1.2.3. Masalah Penelitian


Masalah penelitian yang akan dibahas antara lain adalah :
1. Berapa nilai kohesi dan sudut geser dalam yang didapatkan dari
pengujian lab?
2. Bagaimana nilai FK yang didapat dengan menggunakan input parameter
dari hasil pengujian?
3. Apakah dengan dilakukannya expand pit akan mempengaruhi geometri
lereng yang telah ada?

1.3. Maksud Dan Tujuan


1.3.1. Maksud
Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk menentukan kestabilan desain
lereng tambang nikel PT VALE INDONESIA TBK yang optimal, stabil, dan aman.
1.3.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mendapatkan karakteristik material dari data pemboran geoteknik dan uji
sampel.
2. Melakukan pemodelan geometri lereng sesuai parameter yang
didapatkan.
3. Menentukan nilai faktor keamanan minimum lereng.
4. Merekomendasikan geometri lereng yang optimal berdasarkan
pemodelan yang telah dilakukan.

1.4. Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1.4.1. Pengkajian Data Sekunder
Mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari
perusahaan ataupun referensi lain yang meliputi data umum tentang lokasi
penelitian, serta peta-peta yang berhubungan dengan penelitian,

1.4.2. Pengumpulan Data Primer


Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data pemboran
geoteknik (pendeskripsian core) dan in-situ test (standard penetration test dan
permeability test), uji laboratorium berupa index properties (moisture content,
atterberg limit, hydrometer, specific gravity dan grain size analysis) dan
mechanical properties (uji triaxial UU dan triaxial CU).

1.4.3. Pengolahan dan Analisis Data


Pada tahapan ini dilakukan proses pengolahan terhadap data yang telah
diperoleh dari tahap pengumpulan data, menggunakan software Slide yang
selanjutnya digunakan untuk membuat model lereng di daerah penelitian yang
stabil.

1.4.4. Penyusunan Laporan


Merupakan tahap akhir dari penelitian untuk menghimpun seluruh hasil
pengolahan data secara sistematis dalam bentuk laporan tugas akhir.
Gambar 1.
Metodelogi Penelitian
II. LANDASAN TEORI
2.1. Kemantapan Lereng
Lereng adalah sebuah permukaan tanah yang terbuka, yang berdiri
membentuk sudut tertentu terhadap sumbu horisontal, atau dapat dikatakan
lereng adalah permukaan tanah yang memiliki dua elevasi yang berbeda dimana
permukaan tanah tersebut membentuk sudut. Dari proses terbentuknya, sebuah
lereng dapat terjadi secara alamiah dan buatan manusia. Yang dimaksud dengan
lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena proses alam tanpa campur
tangan manusia, sedangkan lereng buatan adalah lereng yang dibentuk oleh
manusia seperti lereng akibat sebuah galian dan lereng akibat timbunan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng yaitu
gaya-gaya yang menambah tegangan dan gaya-gaya yang mengurangi
kekuatan. Apabila gaya dan tegangan yang terjadi lebih besar dari kekuatan
yang ada maka lereng akan mengalami instabilitas (ketidakmantapan).
Kemantapan suatu lereng secara umum dinyatakan dengan faktor
keamanan (safety factor). Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang mempertahankan kemantapan lereng dengan gaya penggerak
yang menyebabkan kelongsoran. Secara matematis faktor keamanan lereng
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Fph
FK =
Fpq

Dimana : FK = Faktor Keamanan Lereng


Fph = Gaya penahan
Fpq = Gaya Penggerak

Menurut Bowles (1984), apabila harga FK untuk suatu lereng > 1,25 yang
berarti gaya penahan lebih besar dari pada gaya penggerak, maka lereng
tersebut berada dalam keadaan stabil. Tetapi, bila nilai FK < 1,07 yang artinya
gaya penahan lebih kecil daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada
dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor. Akan tetapi, jika nilai
kestabilan lerengnya 1,07 < FK < 1,25 maka lereng tersebut berada dalam
keadaan kritis. Bowles (1984) juga menyatakan bahwa kondisi 1,07 < FK < 1,25
tetap tidak di kehendaki, karena apabila terjadi pengurangan gaya penahan atau
penambahan gaya penggerak sekeci l apapun, lereng akan menjadi tidak stabil
dan rawan terjadi longsor. Oleh karena itu, nilai FS selalu dibuat lebih dari 1,25.
Sumber : Materi Kuliah Rekayasa Geoteknik, 2015.
Gambar 2.
Stabilitas Lereng

2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmantapan lereng terutama
dalam metode analisis kemantapan lereng menggunakan sistem kalsifikasi
massa batuan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Geometri Lereng
Semakin besar sudut/kemiringan serta tinggi lereng maka
kemantapannya akan berkurang.
2. Struktur Geologi
Setiap massa batuan terbentuk dari sekumpulan batuan utuh yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh bidang diskontinu
(ketidakmenerusan) yaitu berupa struktur geologi seperti : patahan
(sesar), kekar, lipatan, bidang perlapisan dan sejenisnya. Karena bidang
diskontinu adalah merupakan bidang lemah, maka perilaku massa batuan
sangat bergantung pada karakteristik bidang lemah tersebut. Kehadiran
struktur geologi dalam proses penambangan/penggalian lebih banyak
berpengaruh buruk terhadap kemantapan lereng, hal ini karena kekuatan
massa batuan berkurang serta memberi peluang lebih cepat pada proses
pelapukan.
3. Kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi
Air yang mengalir pada pori-pori batuan dapat mengurangi karakteristik
kekuatan material, hal ini karena suatu komposisi batuan terdiri dari
butiran-butiran mineral, air dan udara. Kekuatan ikatan antar butir dalam
keadaan kering akan melemah jika diantaranya (ruang kosong/pori yang
berisi udara) terisi oleh air.
4. Sifat Fisik dan Mekanik Material
Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau batuan yang diperlukan dalam
analisa kemantapan lereng adalah :
 Bobot Isi ()
Bobot isi batuan adalah perbandingan antara berat dengan volume
material yang dinyatakan dalam satuan berat per volume.
 Sudut gesek dalam
Sudut gesek dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan
tegangan normal dan tegangan geser di dalam material batuan.
Sudut gesek dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu
material dikenakan tegangan yang melebihi tegangan gesernya.
 Kohesi (c)
Kohesi adalah kekuatan tarik menarik antar butiran tanah
 Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air,
dengan bobot isinya akan menjadi besar sehingga memperkecil
kemantapan lereng.
 Kandungan Air
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar pula, dengan demikian berarti kuat geser
batuan menjadi semakin kecil sehingga kemantapan lereng menjadi
berkurang.
 Kuat Tekan, kuat tarik dan kuat geser
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined
and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength)
dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan,
kuat tarik dan kuat geser yang besar akan lebih mantap atau tidak
mudah longsor.
5. Gaya Dari Luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi)
kemantapan suatu lereng adalah :
 Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian
alat-alat mekanis yang berat di dekat lereng.
 Pemotongan pada dasar lereng (toe)

2.3. Jenis Longsoran


Lereng tambang yang tidak stabil akan mengalami longsoran, jenis
longsoran yang sering terjadi pada tambang adalah :
2.3.1. Longsoran Busur (Circular Failure)
Longsoran ini banyak terjadi pada lereng tanah dan batuan lapuk atau
sangat tertekekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk bidang gelincir pada
longsoran busur.

Sumber : E. Hoek & J.W. Bray, 1981


Gambar 3.
Longsoran Busur

2.3.2. Longsoran Bidang (Plane Failure)


Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun, jika ada kondisi yang
menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi mungkin akan
lebih besar (secara volume) daripada longsoran lain. Longsoran ini disebabkan
oleh adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar (joint) ataupun
patahan yang dapat menjadi bidang luncur.
Sumber : Diktat Praktikum Geologi Struktur, 2016
Gambar 4.
Longsoran Bidang

2.3.3. Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji merupakan jenis longsoran yang sering terjadi di
lapangan. Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga
diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang. Perbedaan pada
longsoran baji adalah adanya dia struktur geologi yang berkembang dan saling
berpotongan.

Sumber : E. Hoek & J.W. Bray, 1981


Gambar 5.
Longsoran Baji

2.3.4. Longsoran Guling (Toppling Failure)


Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada
batuan yang keras, dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom.
Longsoran guling ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang terdapat pada
lereng mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng.
Sumber : E. Hoek & J.W. Bray, 1981
Gambar 6.
Longsorang Guling

2.4. Metode Kesetimbangan Batas


Metode ini dinyatakan dengan persamaan-persamaan kesetimbangan
dari satu atau beberapa blok yang diasumsikan tidak terdeformasi, dan
mengurangi gaya-gaya yang tidak diketahui (reaksi dari bagian stabil dari massa
batuan atau gaya-gaya antar blok), khususnya gaya geser yang bekerja pada
permukaan longsoran yang dipilih sebelumnya. Hipotesa yang dibuat secara
umum adalah bahwa gaya-gaya geser ini mewakili seluruh bagian yang sama
dari kuat geser batuan dimana gaya-gaya geser ini bekerja.
Kondisi kestabilan lereng dengan menggunakan metode ini dinyatakan
dalam indeks faktor keamanan. Faktor keamanan dihitung menggunakan
kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau menggunakan kedua
kesetimbangan gaya tersebut tergantung dari metode perhitungan yang dipakai.
Dalam menentukan faktor keamanan dengan metode ini, terdapat beberapa
persamaan statis yang digunakan dalam penentuan faktor keamanan, meliput :
 Penjumlahan gaya pada arah vertikal untuk setiap irisan yang digunakan
untuk menghitung gaya normal pada bagian dasar irisan.
 Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk setiap irisan yang
digunakan untuk menghitung gaya normal antar irisan.
 Penjumlahan momen untuk keseluruhan irisan yang bertumpu pada satu
titik.
 Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk irisan.
Sifat-sifat material yang relevan dengan masalah kemantapan lereng adalah
sudut geser dalam (ø), kohesi (c), dan berat satuan (ɣ) batuan. Hubungan
antara kuat geser (τ) dan tegangan normal (σ) dapat dinyatakan oleh
persamaan berikut :
τ = c + σn Tanø

2.5. Metode Bishop


Metode Bishop menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah vertikal
dan kesetimbangan momen pada pusat lingkaran bidang gelincir. Dalam metode
ini gaya geser antar irisan diasumsikan nol. Faktor keamanan untuk metode ini
dirumuskan sebagai berikut :
𝒀
𝜮𝑿 / (𝟏+ )
𝑭𝑺
FS = 𝜮𝒁+𝑸

Dimana : X = {c+[(ɣr × h) – (yw × hw)]tanø}(Δx ÷ cos ψb)


Y = tan ψb × tan ø
Z = ɣr × h × Δx × sin ψb
Q = ½ × ɣw × Z2 (α/R)
Catatan : Sudut ψb negatif ketika sliding uphill
Kondisi berikut ini harus terdapat dalam setiap bagian :
(ɣr ×h)-(ɣw ×hw)-c ( tan ψb / FS)
1) σ' =
1+Y/FS

2) cos ψb (1 + Y/FS) > 0,2

Kondisi pertama berguna untuk memastikan bahwa tegangan normal


efektif pada dasar setiap bidang irisan selalu positif. Jika syarat ini tidak
terpenuhi, pengaruh tegangan akibat rekahan perlu diperhitungkan dalam
analisis. Jika kondisi ini tetap tidak dapat dipenuhi setelah mempertimbangkan
kembali kondisi air tanah atau memperhitungkan tegangan akibat rekahan,
rumus Faktor Keamanan menurut metode Bishop tidak berlaku dan perlu analisis
lebih terperinci.
Sementara itu, kondisi kedua yang diajukan oleh Whitman dan Bailey
(1967) digunakan untuk memastikan bahwa analisis tidak akan dibatalkan
(invalidated) oleh kondisi-kondisi yang kadang terjadi di kaki lereng. Jika kondisi
ini tidak terpenuhi oleh semua bidang irisan, dimensi bidang irisan perlu diganti.
Namun, jika syarat ini masih tidak terpenuhi, metode Bishop ini pun tidak berlaku.
2.6. Metode Janbu
Longsoran busur dengan bidang gelincir non-sirkular juga dapat dianalisis
menggunakan metode Janbu. Agar pengaruh adanya beban dinamis ikut
diperhitungkan dalam analisis. Dilakukan sedikit modifikasi terhadap rumus
Faktor Keamanan (FK) Janbu, yaitu dengan menambahkan faktor gemba (Fg)
yang didefinisikan sebagai berikut :
Fg = a/g
Dimana : a = Percepatan yang timbul sehubungan dengan adanya
beban dinamis / gempa, dapat berupa ah yang arah
kerjanya mendatar atau av yang arah kerjanya
vertikal.
g = Percepatan gravitasi.

Rumus faktor keamanan (FK) Janbu berupa :


Y
(fo × ΣX)/ (1+ )
FS
FK = ΣZ+Q

Dimana : X = {c+[(ɣr × h) – (yw × hw)]tanø}(1 + tan2 ψb) Δx


Y = tan ψb × tan ø
Z = ɣr × h × Δx × tan ψb
Q = ½ × ɣw × Z2
Catatan : Sudut ψb negatif ketika sliding uphill

Aprolsimasi faktor koreksi ƒo (Hoek dan Bray, 1981) adalah :


ƒo = 1 + K[𝒅⁄𝑳 ̶ 1,4(𝒅⁄𝑳)2]
Dimana : c' = 0; K = 0,31
c > 0; ø' > 0; K = 0,50
Menurut Nonveiller (1965), metode Janbu memberikan nilai Faktor
Keamanan yang logis jika diterapkan pada bidang gelincir yang landau (biasanya
dengan nilai sudut geser dalam > 30°) dan sebaiknya tidak digunakan untuk
permukaan lereng yang curam dengan material penyusunnya memiliki sudut
geser dalam yang rendah.
III. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
3.1. Jadwal Kegiatan
Sesuai dengan proposal yang diajuan, maka waktu pelaksanaan Tugas
Akhir dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018 – 1 Juni 2018. Tahapan kegiatan
tugas akhir dapat dijelaskan dengan tabel berikut :
Waktu Pelaksanaan
Maret April Mei Juni
No Nama Kegitan
(minggu ke - ) (minggu ke - ) (minggu ke - ) (minggu ke -)
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Orientasi Lapangan
2 Kegiatan Lapangan
3 Evaluasi Data
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan
Keterangan
: Kegiatan yang dilakukan
: Kegiatan yang tidak dilakukan

3.2. Peserta Tugas Akhir


Adapun data peserta yang ingin melaksanakan kegiatan Tugas Akhir di
PT VALE INDONESIA TBK ini adalah sebagai berikut :
Nama : Annisa Noorraya
NPM : 100.701.13.028
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Bogor, 08 Mei 1995
Telpon : 087872250359
Email : nnisa48@yahoo.co.id

3.3. Permohonan Fasilitas


Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Tugas Akhir ini, maka penulis
mengharapkan sekiranya dari pihak perusahaan menyediakan fasilitas yaitu
berupa :
1. Penyediaan alat-alat penunjang kegiatan dan Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3) selama kegiatan berlangsung.
IV. PENUTUP
Demikian proposal tugas akhir ini penulis ajukan, besar harapan kami
sebagai penulis akan bantuan semua pihak di PT VALE INDONESIA TBK demi
kelancaran serta suksesnya pelaksanaan tugas akhir yang akan penulis
laksanakan, atas perhatian dan kerjasamanya penulis haturkan sekian dan
terima kasih.

V. DAFTAR PUSTAKA
Abramson, Lee W. dkk. 2002. “Slope Stability And Stabilization
Methods”. John Wiley and Sons. USA.
Anonim. 2014. “Handout Analisa Longsoran Geologi Struktur
2013/2014” Laboratorium Geologi UNISBA. Bandung.
Arif, Irwandy. 2016. “Geoteknik Tambang”. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hustrulid, William A. dkk. 2000. “Slope Stability in Surface Mining”.
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. USA.
.

Anda mungkin juga menyukai