Diajukan Oleh :
Kurnia Yuniati, S.Ked J510155078
Chintya Nur Faizah, S.Ked J510165027
Lynda Ayu Prantika, S.Ked J510165015
Warraihan, S.Ked J510165066
Yayuk Wulandari, S.Ked J510165076
Zulfikar Adi G, S.Ked J510165102
Diajukan Oleh :
Kurnia Yuniati, S.Ked J510155078
Chintya Nur Faizah, S.Ked J510165027
Lynda Ayu Prantika, S.Ked J510165015
Warraihan, S.Ked J510165066
`1` Yayuk Wulandari,S.Ked J510165076
Zulfikar Adi G, S.Ked J510165102
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
drg.Endang Astuti (.................................)
Penguji :
Bejo Raharjo, SKM,M.Kes (.................................)
A. Latar Belakang
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang merupakan salah satu
pilar dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu program
pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dimana kegiatannya
diarahkan pada perubahan perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) menuju pada suatu tempat tertentu (jamban/kakus) sekalipun hanya
dalam bentuk yang paling sederhana berupa lubang atau galian yang diberi
tempat jongkokan sampai kepada WC yang mewah yang dapat mencegah
terhadap bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap sumber-sumber air bersih
serta keterjangkauan lalat yang dapat menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan misalnya saja penyakit diare yang merupakan penyakit terbanyak
pada kunjungan rawat jalan di Puskesmas Perawatan dan RSUD (Permenkes,
2008).Angka kasus kejadian diare di Puskesmas Kartasura pada tahun 2016
adalah 2251, angka tersebut dinilai masih tinggi meski sebagian besar dapat
ditangani. Ini merupakan suatu masalah tersendiri yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura (Profil puskesmas krtasura, 2016). Hal ini disebabkan
karena pola hidup masyarakat di Kartasura kurang bersih, diantaranya masih
banyaknya penduduk yang masih BABS.Selain diare, penyakit lain yang dapat
timbul akibat pola hidup yang kurang bersih antara lain leptospirosis, kolera,
hepatitis, typhoid, dan ascariasis.
Masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di
kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Dengan melakukan buang air besar di
tempat terbuka hal ini akan menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah
dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank diperlukan biaya, tidakatau
kurang tersedianya septik tank umum / komunal, kurangnya fasilitas layanan
yang baik untuk penyedotannya dan faktor kebiasaan dari masyarakat yang
sudah terbiasa BAB di sungai, kebon dll sehingga tidak terbiasa dengan jamban
(WC). Karena beberapa faktor tersebut, maka muncullah suatu masalah yaitu
adanya masyarakat yang masih buang air besar di sembarang tempat.
Buang air besar di area terbuka (sungai atau kebun) telah menjadi
kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. Lingkungan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya, karena
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap genetik individu,
perilaku, serta gaya hidup. Sebagaimana dikemukakan HL. Blum (2002) dalam
planning for health, development and application of sosial change theory,
bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk
termasuk timbulnya berbagai penyakit menular, andil faktor lingkungan sangat
besar. Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, biologi, kimia,
sosial, ekonomi dan budaya (Notoatmojo, 2011).
Kartasura adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupten Sukoharjo.
Kartasura memiliki 12 Desa dan 2 Kelurahan dengan jumlah penduduk
106.422 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kartasura dari
12 Desa / Kelurahan sudah ada 4 Desa / Kelurahan menjadi desa ODF yaitu
Desa Kertonatan, Kelurahan Ngadirejo, Desa Gonilan dan Desa Wirogunan
sedangkan8Desa / Kelurahansisanya yang belum ODF yaitu Desa Pucangan,
Desa Ngabeyan, Desa Singopuran, Desa Pabelan, Desa Ngemplak, Desa
Gumpang, Desa Makamhaji dan Kelurahan Kartasura. Didapatkan data juga
terdapat 26.191 jamban sudah permanen, 2.063 jamban sudah semi permanen,
46 jamban umum, dan perilaku BABS sebanyak 572.(Profil Puskesmas
Kartasura, 2016).
Advokasi dalam rangka percepatan ODF dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan berbasis lembaga melalui kerjasama dinas terkait,
perusahaan daerah, swasta (CSR) serta Pendekatan berbasis masyarakat yang
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam
penyelenggaraan kegiatan percepatan ODF, melalui proses pemberdayaan dan
partisipasi aktif masyarakat. Program percepatan ODF merupakan program
unggulan dalam mengatasi kebiasaan masyarakat yang melakukan buang air
besar di sembarang tempat dengan memastikan bahwa dalam setiap KK
memiliki jamban dan dipastikan bahwa setiap anggota keluarga buang air besar
pada jamban tersebut. Program percepatan ODF dimulai dari suatu desa yang
masih banyak ditemukan warga yang BABS sampai pada tahap dinyatakan
desa ODF yang artinya semua warganya sudah 100 % BAB di jamban dan
selanjutnya meningkat pada Kecamatan ODF serta Kabupaten ODF. Dengan
adanya program percepatanOpen Defecation Free(ODF) diharapkan angka
buang air besar di sembarang tempat dapat menurun atau bahkan tidak ada lagi
(Permenkes, 2008)
B. Rumusan Masalah
Apakah program percepatan ODF (Open Defecation Free) di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016 telah berjalan baik ?
C. Tujuan
1. Umum
Bertujuan untuk mengetahui permasalahan terkait pelaksanaan program
percepatan ODF (Open Defecation Free) di Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016.
2. Khusus
a. Mengetahui perencanaan program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura
b. Mengetahui pelaksanaan dan kendala program percepatan ODF di
Kecamatan Kartasura
c. Mengetahui pencapaian program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura
D. Manfaat
1. Bagi penulis:
a. Mengetahui manajemen program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016
b. Mengetahui manfaat dari keberhasilan program percepatan ODF (Open
Defecation Free) di Kecamatan Kartasura
2. Bagi Puskesmas:
Sebagai masukan dalam pelaksanaan program percepatan ODF di
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017
2. Verifikasi ODF
Verifikasi status bebas dari buang air besar sembarangan(ODF) penting
dilakukan guna memastikan perubahan perilaku masyarakat atenar terjadi
dan berkelanjutan. Tidak sesaat pada deklarasi ODF saja, namun perubahan
perilaku terjadi secara permanen.
Adapun batasan bahwa suatu komunitas masyarakat telah dapat dikata
kan ODF apabila :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membua
ng
b. tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
c. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
d. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
e. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100
persen KK mempunyai jamban sehat.
f. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Tota
l Sanitasi (Depkes, 2008).
2. Jenis-jenis jamban
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:
1. Jamban cubluk (pit privy)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya
diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan
maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu
dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya
15 meter (Soeparman, 2007).
1. Letak Geografis
Kecamatan Kartasura terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 121 m diatas
permukaan laut, dengan luas wilayah 1.923 Ha.Jarak dari Barat ke Timur _+
8,0 Km.Jarak dari Barat ke Selatan -+ 5,0 KmJarak dari Ibukota Kecamatan
ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo +- 23,00 Km. Kecamatan Kartasura
merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Sukoharjo yang luas
wilayahnya marginalis letaknya sangat strategis karena berbatasan langsung
dengan 2 Kabupaten, 1 Kotamadya dan 1 Kecamatan.
Batas-batas Kecamatan :
4. Visi
Menjadi Puskesmas Sebagai Pusat Kesehatan Dasar Yang Profesional dan
paripurna
5. Misi
6. Motto
Serasa = Senyum, Ramah dan Santun
7.Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Puskesmas Induk
1) Puskesmas Induk (pindah ke pabelan karena di renovasi ) : Luas tanah
2.595 m2, luas bangunan 1.580,61 m2
b. Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling)
1) Pustu Ngemplak: Luas tanah 1.000 m2,luas bangunan 450 m2
2) Pustu Makamhaji: Luas tanah 160 m2, luas bangunan 112 m2
3) Pustu Gonilan: Luas tanah 380 m2, luas bangunan 380 m2
4) Pustu Wirogunan: Luas tanah 120 m2, luas bangunan 120 m2
5) Pusling Ngadirejo : Luas tanah 180 m2, luas bangunan 180 m2
c. Jejaring Layanan Puskesmas
1) Posyandu balita : 94
2) UKS ( strata standart) : 82
3) PKD (Aktif) : 12
4) Posyandu Lansia : 87
5) Pustu : 4
6) Desa Siaga : 12
7) Pusling : 1
8) Lain-lain
a.. Rumah sakit :6
b. BPM : 53
c. Klinik : 10
Dokter 5 S1 + profesi
Umum
4 S1 + profesi
Dokter Gigi
Bidan 31 D4 dan D3
Puskesmas
17 S1 + Profesi
Perawat D3 dan
SPK
3 SPRG
Perawat Gigi
2 S1 dan D3
Nutrisionis
Pranata 2 D3
Laboratorium
3 S1 dan D1
Sanitarian
Asisten 3 D3 dan
Apoteker SMA
Keseharan. 1 S1
Masyarakat
3 D3
Fisioterapis
Rekam 1 D3
Medis
12 D3
Bidan Desa
7 D3 dan
Staf TU SMA
Operator 1 SMA
SIMPUS
5 SMA dan
THL SMP
1 SMA
HONDA
103
TOTAL
9. Sumber Dana
Pembiayaan kesehatan bersumber dari Pemerintah, masyarakat termasuk
sektor swasta. Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi pada tahun
2016, biaya pelaksanaan pembangunan kesehatan dari Pemerintah
diharapkan sebagian besar bersumber dari Pemerintah Daerah melalui Dana
Alokasi Umum. Pada tahun 2016, dalam pertemuan antara Departemen
Kesehatan dengan seluruh Bupati / Walikota se – Indonesia, disepakati
bahwa Pemerintah Daerah akan mengalokasikan 15 % dari APBD untuk
pembiayaan kesehatan.
10.Struktur Organisasi
STRUKTUR
ORGANISASI KEPALA Sistim Informasi
PUSKESMAS PUSKESMAS Puskesmas :
KARTASURA Drg. Endang Kepegawaian
Wahyu Ratna :
DINAS Astuti M.Oktadi
Intanida,A.Md
SUBAG Rumah Tangga:
KESEHATAN
TATA
...............
Fajar,S.Sos
Tutik S,A.Md.Keb
KABUPATEN Keuangan : Sukaji
USAHA :
SUKOHARJO Perenc. Program
Sancaya,
SE Sulistiyaningati,A.Md.
Keb Sumber Daya
Kesehatan :
UNIT UKP UNIT JARINGAN
UNIT UKM UNIT UKM Mardiyanti,A.Md
KEFARMASIAN DAN PELAYANAN
ESENSIAL DAN PENGEMBANG LABORATORIUM PUSKESMAS
KEPERAWATA ANdr. M Rudi 1. Pelayanan
Dr. Nur Fanda E M DAN JEJARING
N
1. Pelayanan Hartanto
Pelayanan
Pemeriksaan Umum FASILITAS
Eny Ismayawati, Pelayanan UKS 2. Dr.Pelayanan
Intan Permata PELAYANAN
Promosi Kesehatan
Netti, S.Kep. Ns
S.ST
Kesehatan Lansia Kesehatan
Sari Gigi dan KESEHATAN
Ne 3.Pelayanan KIA-KB • Puske
SARJONO, SKM
2. Pelayanan
Termasuk UKS
Pelayanan kesehatan
Siti N matra
Mulut
........................................
dan haji Yang Bersifat UKP smas
SriKesehatan
Puskesmas Keliling
Supami,SKM Bandiyah,A.Md.K Drg.
4. RETNA W
......................
EniPelayanan Gawat
Puji Hastuti,AMK
Lingkungan Rodiyah, A Kamimah Pemb
3. Pelayanan KIA- ebPelayanan sertivikasi, ........................................
Darurat
Md.Keb 2. Puskesmas
Hardiyanti
KB Yang 5. Pelayanan Gizi
................ antu
registrasi dan Farmamin Ratnawati,S.Kep
Hastuti,
Bersifat SKM Sri Lindayati Yang Bersifat UKP Keliling
Sarjono,
4. Pelayanan Gizi
UKM 6.Pelayanan
Ika Prasetyani,AMG Persalinan NettI, AMK
Pelayanan kesehatan jiwa dan SKM
3.
Yang Bersifat
Eni NAPZA Umi . Bidan
UKMIsmayawati,S.ST
Sukati
7. Pelayanan
Khasanah,A.Md.Keb Desa
5. Pelayanan
Nanik Dewi
Pencegahan dan
Pelayanan kesehatan olahraga Ranap Untuk
Kristianti,SGz Riyanto 4. Jejaring
Rahmawati,
Pengendalian 8. Pelayanan Puskesmas
Fasilitas
Amd.Keb
6. Pelayanan
Penyakit Pelayanan kesehatan Yang Menyediakan
Kefarmasian PelayananKe
Keperawatan
Arningsih,A.Md.Ke
komplementer
TriPelayanan Ranap
9.Pelayanan
Kesehatan
Anik Rumini sehatan
b Galih Damayanti, AMK
Murcitaningrum,A.Md
Laboratorium
Masyarakat
Pelayanan kesehatan indra Dr. Tri
dr. M. Rudi Hartanto 10.Pelayanan
Wahyu Kristiana, Jaminan
Selvia Isponingsih
........................................
Pemeliharaan
A.Md.AK
Meyrika,Amd.Kep Pelayanan kesehatan kerja
Drg. Anik Arifah .......................
Kesehatan: Mini Astuti,
Pelayanan kesehatan gigi
Amd.Keb
Nurjannah ...........................
..........................
Data yang didapatkan dari target kinerja Puskemas Kartasura dari tahun 2016
Tabel. 4.1. Kegiatan Pokok, Indikator dan target berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2016
No Indikator SPM Jumlah Hasil Kegiatan Persen
Sasaran Kumulatif Absolute Kumulatif pencapaian
(1 tahun) sampai dengan bulan ini sampai dengan (6/3) x 100
lalu bulan ini persen
1 Cakupan kunjungan ibu 1928 1703 162 1895 96,73
hamil (k4) 95 persen
2 Cakupan komplikasi 385 423 18 441 114.55
kebidanan yang
ditangani 80%
3 Cakupan pertolongan 1841 1563 153 1716 93.21
persalinan oleh tenaga
kesehatan memiliki
kompetensi kebidanan
90%
4 Cakupan pelayanan 1841 1647 152 1799 97.72
nifas 90%
5 Cakupan neonatues 266 116 0 116 43.61
dengan komplikasi
ditangani 80%
6 Cakupan kunjungan 1776 1292 95 1387 78.10
bayi 90%
7 Cakupan pelayanan 7104 2163 196 2359 3321
anak balita 90%
8 Cakupan peserta KB 16145 12606 78.08
aktif 70%
9 Cakupan balita gizi 0 0 #DIV/01
buruk mendapat
perawatan 100%
10 Cakupan pemberian 0 0 0 0 #DIV/01
makanan pendamping
ASI pada anak 6-24
bulan dari keluarga
miskin 100%
11 Cakupan desa siaga 12 12 0 12 100.00
aktif (strata 3) 45%
12 Cakupan penjaringan 1917 1949 0 1949 97.60
kesehatan siswa SD dan
setingkat 100%
13 Cakupan penderita IMS 42 1 43 #DIV/01
hasil positif dan diobati
100%
14 Cakupan orang yang 1392 101 1493 #DIV/01
dites dan menerima
hasil tes HIV 100%
15 AFP rate per 100000 0 0 0 0 #DIV/01
penduduk < 15 tahun >=
2
16 Penemuan penderita 378 7 0 7 1.85
pneumonia balita
minimal 40%
17 Penemuan pasien baru 112 14 0 14 12.50
BTA positif minimal
50%
18 Penderita DBD 63 68 0 68 107.94
ditangani 100%
19 Penemuan penderita 2242 1503 67 1570 70.03
diare 100%
20 Cakupan imunisasi hb O 1776 1662 159 1821 102.53
(95%)
21 Cakupan imunisasi 1776 1657 134 1791 100.84
BCG (90%)
22 Cakupan imunisasi DPT 1776 1494 120 1614 90.88
3-hb (90%)
23 Cakupan imunisasi 1776 1621 120 1741 98.03
polio (90%)
24 Cakupan imunisasi 1776 1654 116 1770 99.66
campak (90%)
25 Cakupan desa UCI 12 12 100.00
100%
26 Cakupan rumah sehat 26643 1265 198 1643 5.49
75%
27 Cakupan desa ODF 12 2 16.67
20%
28 Desa percontohan 12 1 8.33
STBM 12 desa (1
desa/kecamatan)
29 Cakupan rawat jalan 15714 65069 3261 68330 434.84
(15%)
30 Rujukan rawat jalan 157 280 178.34
(12%)
31 Cakupan rawat inap 12 0.09
(1.5)
32 BOR (60-85) 60 18.7
33 LOS (6-9 hari) 6 2
34 Tanggal pelaksanaan
mini lokarya bulan ini
Rumah Sehat 65 %
Penduduk memanfaatkan 88 %
jamban
Penyuluhan P3 NAPZA
Dari data diatas menyatakan perilaku warga BABS pada tahun 2010
sebanyak 6.124 KK di Kecamatan Kartasura dari jumlah KK sebanyak 28.484
KK dengan persentase masyarakat akses jamban 78,5 %. Pada tahun 2016
setelah dilakukan verifikasi, perilaku warga BABS sebanyak 572 KK di
Kecamatan Kartasura dari jumlah KK sebanyak 29.966 KK dengan persentase
masyarakat mengakses jamban 98.09 %.
Hasil diatas dapat disimpulkan terdapat terjadi peningkatan akses jamban di
Kecamatan Kartasura sebesar 19,59 %. Tetapi hal ini belum mencapai target
sasaran dari program ODF. Puskemas Kartasura mempunyai sasaran target
2018 seluruh masyarakat Kartasura 100% memiliki akses jamban yang baik.
Berikut merupakan analisis masalah yang terdapat pada ODF yang disajikan
dalam diagram tulang ikan (fish bone) :
SDM Metode
Kerja sama lintas sektor kurang
Metode penyuluhan kurang
Masyarakat kurang bekerjasama menarik
Komunikasi kader dan perangkat desa dengan petugas
kurang
2. PROSES :
a. Pelaksanaan metode penyuluhan yang belum optimal
3. Genetik /lingkungan.
a. Keadaan sosial ekonomi yang kurang
b. Kebiasaan masyarakat yang sudah terbiasa bab di sungai
c. Minimnya lahan yang tersedia di kelurahan/desa untuk
pembuatan jamban dan sepitank.
4. Sarana
a. Jamban umum yang kurang memadahi
2) PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah yang telah diperoleh melalui matrikulasi masalah perlu
disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab
masalah. Pencapaian ODF pada Kecamatan Kartasura baru 40 % (4 desa/kel)
dari target 100% (12 desa/kel). Beberapa penyebab dari masalah tersebut
antara lain:
1. Komunikasi yang kurang, kerjasama yang kurang antara tenaga kesehatan
dan aparat desa.
2. Kurangnya komitmen antara pemangku wilayah, tenaga kesehatan internal
dan eksternal puskesmas untuk memenuhi target ODF.
3. Terbatasnya lahan di daerah untuk pembuatan jamban dan septitanc.
4. Metode penyuluhan yang kurang menarik
3) ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
Tabel 4.7. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Komunikasi yang kurang, 1. Mengadakan advokasi, pertemuan
Kerjasama yang kurang antara tenaga kesehatan, kader ,
antara tenaga kesehatan aparat desa untuk menanyakan
baik bidan desa, petugas kendala yang dihadapi dilapangan,
puskesmas dan aparat desa. maupun diadakan pertemuan
langsung dengan masyarakat
untuk memberi informasi
mengenai bahaya BABS dengan
cara diputarkan film berbahasa
Indonesia.
2. Kurangnya komitmen 2. Advokasi ke pemangku wilayah,
antara pemangku wilayah, Kepala Pukesmas, lintas sektor untuk
tenaga kesehatan internal membuat komitmen target ODF dan
dan eksternal puskesmas memfollowup lebih sering atas
untuk memenuhi target progres dari beberapa desa.
ODF
3. Terbatasnya lahan di 3. Pembuatan jamban umum di lahan
daerah untuk pembuatan pemerintah kabupaten
jamban dan septitanc
A. Kesimpulan
1. Perencanaan program percepatan ODF di kecamatan Kartasura sudah cukup
baik.
2. Pelaksanaan program percepatan ODF sudah berjalan dengan baik, tetapi
untuk hasil pencapaiannya masih belum memenuhi target.
3. Program percepatan ODF yang telah dilakukan di Puskesma Kartasura sejak
tahun 2010 - 2016 menunjukkan peningkatan 19,59% akses jamban tetapi
belum mencapai target sasaran.
4. Program ODF juga terbukti dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat
Kartasura bahwa BABS dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat.
5. Prioritas permasalahan dalam pelaksanaan program ODF terletak pada
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh perilaku BABS, serta kurangnya komunikasi dan
kerjasama dari berbagai pihak terkait.
B. Saran
1. Pihak Puskesmas menjalin komunikasi dan kerja sama dengan aparat desa,
tokoh masyarakat dalam pemantuan dan pendampingan program percepatan
ODF.
2. Mencari metode baru dengan cara penempelan poster maupun penyuluhan
dengan cara memberikan memutarkan film dalam memberikan edukasi
tentang bahaya dan penyakit yang dapat di timbulkan dari BABS.
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
42
43