Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KEPANITERAAN IKM

MANAJEMEN ODF (OPEN DEFECATION FREE) DI PUSKESMAS


KARTASURA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :
Kurnia Yuniati, S.Ked J510155078
Chintya Nur Faizah, S.Ked J510165027
Lynda Ayu Prantika, S.Ked J510165015
Warraihan, S.Ked J510165066
Yayuk Wulandari, S.Ked J510165076
Zulfikar Adi G, S.Ked J510165102

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UMS PUSKESMAS POLOKARTO
2017
LAPORAN KEPANITERAAN IKM
MANAJEMEN PERCEPATAN ODF (OPEN DEFECATION FREE)
DI PUSKESMAS KARTASURA

Diajukan Oleh :
Kurnia Yuniati, S.Ked J510155078
Chintya Nur Faizah, S.Ked J510165027
Lynda Ayu Prantika, S.Ked J510165015
Warraihan, S.Ked J510165066
`1` Yayuk Wulandari,S.Ked J510165076
Zulfikar Adi G, S.Ked J510165102

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari, …………………………

Pembimbing :
drg.Endang Astuti (.................................)

Penguji :
Bejo Raharjo, SKM,M.Kes (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati (.................................)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang merupakan salah satu
pilar dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu program
pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dimana kegiatannya
diarahkan pada perubahan perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) menuju pada suatu tempat tertentu (jamban/kakus) sekalipun hanya
dalam bentuk yang paling sederhana berupa lubang atau galian yang diberi
tempat jongkokan sampai kepada WC yang mewah yang dapat mencegah
terhadap bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap sumber-sumber air bersih
serta keterjangkauan lalat yang dapat menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan misalnya saja penyakit diare yang merupakan penyakit terbanyak
pada kunjungan rawat jalan di Puskesmas Perawatan dan RSUD (Permenkes,
2008).Angka kasus kejadian diare di Puskesmas Kartasura pada tahun 2016
adalah 2251, angka tersebut dinilai masih tinggi meski sebagian besar dapat
ditangani. Ini merupakan suatu masalah tersendiri yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura (Profil puskesmas krtasura, 2016). Hal ini disebabkan
karena pola hidup masyarakat di Kartasura kurang bersih, diantaranya masih
banyaknya penduduk yang masih BABS.Selain diare, penyakit lain yang dapat
timbul akibat pola hidup yang kurang bersih antara lain leptospirosis, kolera,
hepatitis, typhoid, dan ascariasis.
Masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di
kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Dengan melakukan buang air besar di
tempat terbuka hal ini akan menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah
dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank diperlukan biaya, tidakatau
kurang tersedianya septik tank umum / komunal, kurangnya fasilitas layanan
yang baik untuk penyedotannya dan faktor kebiasaan dari masyarakat yang
sudah terbiasa BAB di sungai, kebon dll sehingga tidak terbiasa dengan jamban
(WC). Karena beberapa faktor tersebut, maka muncullah suatu masalah yaitu
adanya masyarakat yang masih buang air besar di sembarang tempat.
Buang air besar di area terbuka (sungai atau kebun) telah menjadi
kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. Lingkungan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya, karena
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap genetik individu,
perilaku, serta gaya hidup. Sebagaimana dikemukakan HL. Blum (2002) dalam
planning for health, development and application of sosial change theory,
bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk
termasuk timbulnya berbagai penyakit menular, andil faktor lingkungan sangat
besar. Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, biologi, kimia,
sosial, ekonomi dan budaya (Notoatmojo, 2011).
Kartasura adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupten Sukoharjo.
Kartasura memiliki 12 Desa dan 2 Kelurahan dengan jumlah penduduk
106.422 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kartasura dari
12 Desa / Kelurahan sudah ada 4 Desa / Kelurahan menjadi desa ODF yaitu
Desa Kertonatan, Kelurahan Ngadirejo, Desa Gonilan dan Desa Wirogunan
sedangkan8Desa / Kelurahansisanya yang belum ODF yaitu Desa Pucangan,
Desa Ngabeyan, Desa Singopuran, Desa Pabelan, Desa Ngemplak, Desa
Gumpang, Desa Makamhaji dan Kelurahan Kartasura. Didapatkan data juga
terdapat 26.191 jamban sudah permanen, 2.063 jamban sudah semi permanen,
46 jamban umum, dan perilaku BABS sebanyak 572.(Profil Puskesmas
Kartasura, 2016).
Advokasi dalam rangka percepatan ODF dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan berbasis lembaga melalui kerjasama dinas terkait,
perusahaan daerah, swasta (CSR) serta Pendekatan berbasis masyarakat yang
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam
penyelenggaraan kegiatan percepatan ODF, melalui proses pemberdayaan dan
partisipasi aktif masyarakat. Program percepatan ODF merupakan program
unggulan dalam mengatasi kebiasaan masyarakat yang melakukan buang air
besar di sembarang tempat dengan memastikan bahwa dalam setiap KK
memiliki jamban dan dipastikan bahwa setiap anggota keluarga buang air besar
pada jamban tersebut. Program percepatan ODF dimulai dari suatu desa yang
masih banyak ditemukan warga yang BABS sampai pada tahap dinyatakan
desa ODF yang artinya semua warganya sudah 100 % BAB di jamban dan
selanjutnya meningkat pada Kecamatan ODF serta Kabupaten ODF. Dengan
adanya program percepatanOpen Defecation Free(ODF) diharapkan angka
buang air besar di sembarang tempat dapat menurun atau bahkan tidak ada lagi
(Permenkes, 2008)

B. Rumusan Masalah
Apakah program percepatan ODF (Open Defecation Free) di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016 telah berjalan baik ?

C. Tujuan
1. Umum
Bertujuan untuk mengetahui permasalahan terkait pelaksanaan program
percepatan ODF (Open Defecation Free) di Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016.
2. Khusus
a. Mengetahui perencanaan program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura
b. Mengetahui pelaksanaan dan kendala program percepatan ODF di
Kecamatan Kartasura
c. Mengetahui pencapaian program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura
D. Manfaat
1. Bagi penulis:
a. Mengetahui manajemen program percepatan ODF di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016
b. Mengetahui manfaat dari keberhasilan program percepatan ODF (Open
Defecation Free) di Kecamatan Kartasura

2. Bagi Puskesmas:
Sebagai masukan dalam pelaksanaan program percepatan ODF di
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017

3. Bagi Dinas Kesehatan:


Sebagai gambaran evaluasi pencapaian program percepatan ODF di
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Open Defecation Free(ODF)


1. Definisi
Program percepatan ODF merupakan program unggulan dalam
mengatasi kebiasaan masyarakat yang melakukan buang air besar di
sembarang tempat dengan memastikan bahwa dalam setiap KK memiliki
jamban dan dipastikan bahwa setiap anggota keluarga buang air besar pada
jamban tersebut. Program percepatan ODF dimulai dari suatu desa yang
telah dinyatakan bebas BABS dan selanjutnya meningkat pada Kecamatan
ODF serta Kabupaten ODF. Dengan adanya program percepatan Open
Defecation Free (ODF) diharapkan angka buang air besar di sembarang
tempat dapat menurun atau bahkan tidak ada lagi (Depkes, 2008)
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan
rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha
tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai
100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan
istilah Open Defecation Free (ODF). Open Defecation Free (ODF) adalah
kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan (Soenarji, 2008)
Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban
sehat.
e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.
i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting
untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai
(Soeparman et all, 2008).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai


STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.Komunitas
merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial
berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan.
Target program yang ada pada STBM sendiri terdiri dari 5 (lima) Pilar
yaitu :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (ODF)
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
c. Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga
d. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
e. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga

Yang mana cakupan area pendekatan utamanya adalah tingkat rumah


tangga secara kolektif. Untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan
disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yaitu :
a. Menciptakan Kebutuhan (Demand Creation)
b. Ketersediaan Pasokan (Supply Improvement)
c. Lingkungan yang Mendukung (Enabling Environment). (Permenkes,
2008).

2. Verifikasi ODF
Verifikasi status bebas dari buang air besar sembarangan(ODF) penting
dilakukan guna memastikan perubahan perilaku masyarakat atenar terjadi
dan berkelanjutan. Tidak sesaat pada deklarasi ODF saja, namun perubahan
perilaku terjadi secara permanen.
Adapun batasan bahwa suatu komunitas masyarakat telah dapat dikata
kan ODF apabila :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membua
ng
b. tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
c. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
d. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
e. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100
persen KK mempunyai jamban sehat.
f. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Tota
l Sanitasi (Depkes, 2008).

3. Proses verifikasi ODF ini dilakukan pada saat:


a. Memantau perkembangan perubahan perilaku masyarakat terkait
kebiasaan BAB (monitoring bertahap). Upaya ini sekaligus sebagai
kegiatan verifikasi ODF per rumah tangga, yang digunakan sebagai dasar
verifikasi status ODF suatu komunitas.
b. Ada komunitas yang menyatakan dirinya telah mencapai ODF.
c. Memastikan kualitas dan kesinambungan status ODF dari komunitas
komunitas yang telah ODF. Kegiatan ini menjadi bagian strategi suatu
daerah, dan dapat dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya rutin setiap
enam bulan atau tahunan.Ini penting dilakukan, bila mengingat ada
perilaku hidup bersih dan sehat lainnya yang perlu dicapai, yaitu
perilaku cuci tangan pakai sabun, pengelolaan sampah rumah tangga,
pengelolaan limbah cair rumah tangga, dan pengelolaan penggunaan air
minum yang aman (Depkes, 2008).
4. Cara verifikasi:
a) Sebelum memulai verifikasi, dilakukan beberapa persiapan meliputi:
1) Penggandaan format yang digunakan (lihat di bagian alat bantu
verifikasi).
2) Pemahaman bersama tentang isi format, yang secara khusus dibahas
10 pertanyaan tersebut, satu per satu.
3) Cek dan re‐cek data‐data monitoring sebelumnya.
b) Tim verifikasi dibagi menjadi kelompok‐kelompok kerja/sub‐tim. Per
kelompok kerja cukup terdiri dari dua orang dan masing‐masing
kelompokdidampingi oleh pengantar dari masyarakat setempat.
c) Pembagian wilayah kerja; untuk mempermudah mengidentifikasi rumah
rumah mana yang akan diamati dan diverifikasi oleh kelompok kerja
dapat menggunakan alatbantu peta sosial. Pastikan bahwa mereka
memegang nomor rumah yang benar atau nama kepala keluarga yang
akan dikunjungi
d) Biarkan semua anggota tim menyelesaikan kunjungan rumah untuk
pengamatan danwawancara. Jangan lupa membuat Catatan dari setiap
jamban yang diamati dan hasil wawancara dengan Rumah Tangga
pengguna jamban.
e) Buat ringkasan hasil secara bersama‐sama menggunakan Catatan
Terakhir ODF dan Jamban Sehat.
f) Laporkan kembali ke masyarakat hal‐hal sebagai berikut:
1) Jelaskan lima kriteria ODF satu per satu, hingga total skor.
2) Jelaskan lima kriteria ODF satu per satu, hingga total skor.
3) Jelaskan kriteria “jamban sehat” dan “jamban TIDAK sehat,” beri
contoh jamban “tidak sehat” yang masih ditemukan di masyarakat.
Tegaskan bahwa jamban tersebut mudah rusak dan tidak bertahan
lama, yang menyebabkan masyarakat bersangkutan kehilangan status
ODFnya, dan sebaiknya masyarakat berupaya untuk meningkatkannya
menjadi “jamban sehat” dengan sesegera mungkin.
4) Jelaskan kemungkinan masyarakat dapat mendeklarasikan status
ODF‐nya.
5) Jelaskan perubahan apa yang perlu dilakukan di lingkungan rumah
atau di sekolah. (Dapat diutarakan temuantemuan lapangan yang
masih belum memenuhi kriteria.)
6) Berdasarkan paparan temuan lapangan, tanyakan kepada masyarakat
tentang upaya dan strategi yang dilakukan sebagai langkah perbaikan
sebelum deklarasi ODF dapat dilakukan. Jadikan ini sebagai dasar
menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) mereka Sampaikan kepada
masyarakat bahwa tim verifikasi akan kembali untuk mencek apakah
telah ada perubahan atau perbaikan yang dibuat berdasarkan RTL
yang telah disusun masyarakat, sehingga ODF dapat dideklarasikan
(Depkes, 2008).

B. Pembuangan tinja atau buang air besar


1. Definisi
Pembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam
dokumen Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini
buang air besar disebut sebagai sanitasi yangmeliputi jenis pemakaian atau
penggunaan tempat buang air besar,jenis kloset yang digunakan dan jenis
tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010, kriteria akses
terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana
pembuangan air limbah (SPAL). Pengertian lain terkait jamban
menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut jamban atau WCsehingga kotoran tersebut
disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau
penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia
yang dibuang dalam praktik sehari-hari bercampur dengan air, maka
pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan
pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia,
demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan
syarat pembuangan air limbah (Soenardji, 2008)

2. Jenis-jenis jamban
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:
1. Jamban cubluk (pit privy)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya
diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan
maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu
dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya
15 meter (Soeparman, 2007).

Gambar 2.1 Jamban cubluk


2. Jamban cemplung berventilasi (ventilated improved pit latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya
menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini
dapat dibuat dari bambu (Soeparman, 2007).

Gambar 2.2 Jamban cubluk berventilasi

3. Jamban empang (fish pond latrine)


Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban
empang memungkinkan terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat
langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja, demikian seterusnya (Soeparman, 2007).

Gambar 2.3 Jamban empang


4. Jamban pupuk (the compost privy)
Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih
dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang, sampah, dan daun-daunan (Soeparman, 2007).
5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi
syarat. Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan
untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki
persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan
sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan cara yang
terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal,
tekniknya sukar dan memerlukan tanah
Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan
digunakan pembagian 3 jenis jamban, yaitu:
1) Jamban Leher Angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungan berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian
kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Air yang
terdapat pada leher angsa adalah untuk menghindarkan bau dan
mencegah masuknya lalat dan kecoa.
2) Jamban Cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran / tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau serta agar lalat dan kecoa
tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.
3) Jamban Plengsengan
Pipa dipasang miring ke lubang penampungan sehingga kotoran
langsung dialirkan melalui lubang tersebut. Digunakan oleh
masyarakat yang tidak terbiasa dengan leher angsa.
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban
perlu juga ditutup(Soeparman, 2007).

Gambar 2.4 Jenis-jenis jamban

3. Cara memilih jamban


a. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
b. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air
dan daerah padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine
yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh
beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5
jamban)
c. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya
ditinggikan kurang lebih 60cm dari permukaan air pasang (Soenarji,
2008).

4. Manfaat dan Fungsi Jamban


Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus,cacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban
yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal,
yaitu :
1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
3) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan(Soenarji, 2008).

5. Lokasi Pembuatan Jamban


Dengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-
hal berikut harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana
pembuangan tinja:
Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai
patokanuntuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air.
Banyak faktor yang mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah,
seperti tingkat kemiringan, tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas
tanah terpenting harus diperhatikan adalah jamban atau kolam pembuangan
(cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama
tinggi dengan sumber air bersih. Apabila memungkinkan, harus dihindari
penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika
penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 10m
akan mencegah pencemaran bakteri ke sumur. Penempatan jamban di
sebelah kanan atau kiri akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air
tanah yang mencapai sumur. Pada tanah pasir, jamban dapat ditempatkan
pada jarak 7,5m dari sumur apabila tidak ada kemungkinan untuk
menempatkannya pada jarak yang lebih jauh (Simanjuntak, 2009)
Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah
sebenarnya nol apabila dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5m di atas
permukaan air tanah, atau apabila dasar kolam pembuangan berjarak lebih
dari 3m di atas permukaan air tanah (Soenarji, 2008).
Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban
cubluk (pit privy), jamban bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan dan
sumur resapan di daerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu
kapur. Hal ini dikarenakan pencemaran dapat terjadi secara langsung
melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang jauh atau
sumber penyediaan air minum lainnya

6. Kriteria Jamban Sehat


Jamban Sehat (improved latrine)merupakan fasilitas pembuangan tinja
yang memenuhi syarat :
a. Tidak mencemari tanah disekitarnya
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
d. Penerangan dan ventilasi cukup
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
f. Tersedia air dan alat pembersih (Soenarji, 2008).

7. Cara Pemeliharaan Jamban


Cara yang dapat dilakukan untuk memelihara jamban antara lain:
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)
f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki (Soenarji, 2008).

8. Persyaratan Pembuangan Tinja


Terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja antara lain:
a. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan
sekitar, harus memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun
estetika. Konstruksi disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah
tangga.
b. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai
yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak
menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah
jamban.
c. Tempat Duduk Jamban:Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat
penampungan tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher
angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat.
d. Kecukupan Air Bersih:Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung
yang bertujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi
jamban tetap bersih. Juga agar menghindari kotoran tidak dihinggapi
serangga sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
e. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban
tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal
2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin.
Sedangkan peralatan pembersih merupakan bahan yang ada di rumah
jamban didekat jamban.
f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan
tinja yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja.
Konstruksi lubang harus kedap air dapat terbuat dari pasangan batu bata
dan semen, sehingga menghindari pencemaran lingkungan.
g. Saluran Peresapan:Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem
pembuangan tinja yang lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan
cairan yang bercampur tinja (Soenarji, 2008)
BAB III
METODE PENERAPAN KEGIATAN

1. Letak Geografis
Kecamatan Kartasura terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 121 m diatas
permukaan laut, dengan luas wilayah 1.923 Ha.Jarak dari Barat ke Timur _+
8,0 Km.Jarak dari Barat ke Selatan -+ 5,0 KmJarak dari Ibukota Kecamatan
ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo +- 23,00 Km. Kecamatan Kartasura
merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Sukoharjo yang luas
wilayahnya marginalis letaknya sangat strategis karena berbatasan langsung
dengan 2 Kabupaten, 1 Kotamadya dan 1 Kecamatan.

Batas-batas Kecamatan :

- Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar.

- Sebelah Timur : Kota Surakarta

- Sebelah Selatan : Kecamatan Gatak

- Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

Gambar 3.1.Peta Wilayah Kecamatan kartasura


2. Wilayah Kerja Cakupan
Berikut adalah wilayah kerja cakupan yang terdiri atas 12 desa / kelurahan,
yaitu :
1 Ngemplak dengan luas wilayah 17 170 km2
2 Pucangan dengan luas wilayah 228 km2
3 Kartasura dengan luas wilayah 134 km2
4 Ngabeyan dengan luas wilayah 118 km2
5 Wirogunan dengan luas wilayah 133 km2
6 Kertonatan dengan luas wilayah 120 km2
7 Makamhaji dengan luas wilayah 211 km2
8 Gumpang dengan luas wilayah 192 km2
9 Ngadirejo dengan luas wilayah 121 km2
10 Pabelan dengan luas wilayah 232 km2
11 Gonilan dengan luas wilayah 131 km2
12 Singopuran dengan luas wilayah 133 km2

Luas wilayah total : 1.923km2.

Jumlah Penduduk : 109.422Jiwa

Adapun Cakupan STBM:


a. Cakupan Akses jamban : 96 %
b. Cakupan CTPS : 86 %
c. Cakupan Akses Air Bersih : 100 %
d. Cakupan penanganan sampah : 86 %
e. Cakupan pengolahan limbah (SPAL) : 95 %
Cakupan Sanitasi dasar:
a. Cakupan Rumah Sehat : 92,46%
b. Cakupan Rumah bebas jentik : 70%
c. Cakupan Pembinaan TTU : 100%
d. Cakupan Pembinaan TPM / IRTP : 75%
1) Mata pencaharian penduduk sebagian besar terdiri dari Petani (23,7%),
Buruh tani (32,4%), PNS (3,7%), TNI (0,9%), POLRI (2,3%), Swasta
(18,9%), Wiraswasta (6,5%), Lain-Lain (11,6%)
3. Keadaan Sosial Ekonomi
1) Adapun Komposisi Penduduk sebagai berikut :
a. Jumlan Rumah : 25.509
b. Dukuh : 114
c. RW : 115
d. RT : 424
e. Jumlah KK : 29.966
f. Jumlah jiwa :106.422
g. Laki-laki : 52.422
h. Perempuan : 54.000
2) Tingkat pendidikan; TK/Kel Bermain (8,7%), SD (34,2%), SMP
(13,2%), SMA (22,6%), dan Perguruan Tinggi (21,3%)

4. Visi
Menjadi Puskesmas Sebagai Pusat Kesehatan Dasar Yang Profesional dan
paripurna

5. Misi

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan.


b. Mengelola sumber daya kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan kesehatan.

6. Motto
Serasa = Senyum, Ramah dan Santun
7.Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Puskesmas Induk
1) Puskesmas Induk (pindah ke pabelan karena di renovasi ) : Luas tanah
2.595 m2, luas bangunan 1.580,61 m2
b. Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling)
1) Pustu Ngemplak: Luas tanah 1.000 m2,luas bangunan 450 m2
2) Pustu Makamhaji: Luas tanah 160 m2, luas bangunan 112 m2
3) Pustu Gonilan: Luas tanah 380 m2, luas bangunan 380 m2
4) Pustu Wirogunan: Luas tanah 120 m2, luas bangunan 120 m2
5) Pusling Ngadirejo : Luas tanah 180 m2, luas bangunan 180 m2
c. Jejaring Layanan Puskesmas
1) Posyandu balita : 94
2) UKS ( strata standart) : 82
3) PKD (Aktif) : 12
4) Posyandu Lansia : 87
5) Pustu : 4
6) Desa Siaga : 12
7) Pusling : 1
8) Lain-lain
a.. Rumah sakit :6
b. BPM : 53
c. Klinik : 10

8. Sumber Daya Manusia


Jumlah sumber daya manusia yang bekerja di Puskesmas Kartasura pada
tahun 2016adalah103 orang :

Jabatan Jumlah Pendidikan

Dokter 5 S1 + profesi
Umum
4 S1 + profesi
Dokter Gigi
Bidan 31 D4 dan D3
Puskesmas
17 S1 + Profesi
Perawat D3 dan
SPK
3 SPRG
Perawat Gigi
2 S1 dan D3
Nutrisionis
Pranata 2 D3
Laboratorium
3 S1 dan D1
Sanitarian
Asisten 3 D3 dan
Apoteker SMA
Keseharan. 1 S1
Masyarakat
3 D3
Fisioterapis
Rekam 1 D3
Medis
12 D3
Bidan Desa

7 D3 dan
Staf TU SMA
Operator 1 SMA
SIMPUS
5 SMA dan
THL SMP
1 SMA
HONDA

103
TOTAL

9. Sumber Dana
Pembiayaan kesehatan bersumber dari Pemerintah, masyarakat termasuk
sektor swasta. Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi pada tahun
2016, biaya pelaksanaan pembangunan kesehatan dari Pemerintah
diharapkan sebagian besar bersumber dari Pemerintah Daerah melalui Dana
Alokasi Umum. Pada tahun 2016, dalam pertemuan antara Departemen
Kesehatan dengan seluruh Bupati / Walikota se – Indonesia, disepakati
bahwa Pemerintah Daerah akan mengalokasikan 15 % dari APBD untuk
pembiayaan kesehatan.
10.Struktur Organisasi

STRUKTUR
ORGANISASI KEPALA Sistim Informasi
PUSKESMAS PUSKESMAS Puskesmas :
KARTASURA Drg. Endang Kepegawaian
Wahyu Ratna :
DINAS Astuti M.Oktadi
Intanida,A.Md
SUBAG Rumah Tangga:
KESEHATAN
TATA
...............
Fajar,S.Sos
Tutik S,A.Md.Keb
KABUPATEN Keuangan : Sukaji
USAHA :
SUKOHARJO Perenc. Program
Sancaya,
SE Sulistiyaningati,A.Md.
Keb Sumber Daya
Kesehatan :
UNIT UKP UNIT JARINGAN
UNIT UKM UNIT UKM Mardiyanti,A.Md
KEFARMASIAN DAN PELAYANAN
ESENSIAL DAN PENGEMBANG LABORATORIUM PUSKESMAS
KEPERAWATA ANdr. M Rudi 1. Pelayanan
Dr. Nur Fanda E M DAN JEJARING
N
1. Pelayanan Hartanto
Pelayanan
Pemeriksaan Umum FASILITAS
Eny Ismayawati, Pelayanan UKS 2. Dr.Pelayanan
Intan Permata PELAYANAN
Promosi Kesehatan
Netti, S.Kep. Ns
S.ST
Kesehatan Lansia Kesehatan
Sari Gigi dan KESEHATAN
Ne 3.Pelayanan KIA-KB • Puske
SARJONO, SKM
2. Pelayanan
Termasuk UKS
Pelayanan kesehatan
Siti N matra
Mulut
........................................
dan haji Yang Bersifat UKP smas
SriKesehatan
Puskesmas Keliling
Supami,SKM Bandiyah,A.Md.K Drg.
4. RETNA W
......................
EniPelayanan Gawat
Puji Hastuti,AMK
Lingkungan Rodiyah, A Kamimah Pemb
3. Pelayanan KIA- ebPelayanan sertivikasi, ........................................
Darurat
Md.Keb 2. Puskesmas
Hardiyanti
KB Yang 5. Pelayanan Gizi
................ antu
registrasi dan Farmamin Ratnawati,S.Kep
Hastuti,
Bersifat SKM Sri Lindayati Yang Bersifat UKP Keliling
Sarjono,
4. Pelayanan Gizi
UKM 6.Pelayanan
Ika Prasetyani,AMG Persalinan NettI, AMK
Pelayanan kesehatan jiwa dan SKM
3.
Yang Bersifat
Eni NAPZA Umi . Bidan
UKMIsmayawati,S.ST
Sukati
7. Pelayanan
Khasanah,A.Md.Keb Desa
5. Pelayanan
Nanik Dewi
Pencegahan dan
Pelayanan kesehatan olahraga Ranap Untuk
Kristianti,SGz Riyanto 4. Jejaring
Rahmawati,
Pengendalian 8. Pelayanan Puskesmas
Fasilitas
Amd.Keb
6. Pelayanan
Penyakit Pelayanan kesehatan Yang Menyediakan
Kefarmasian PelayananKe
Keperawatan
Arningsih,A.Md.Ke
komplementer
TriPelayanan Ranap
9.Pelayanan
Kesehatan
Anik Rumini sehatan
b Galih Damayanti, AMK
Murcitaningrum,A.Md
Laboratorium
Masyarakat
Pelayanan kesehatan indra Dr. Tri
dr. M. Rudi Hartanto 10.Pelayanan
Wahyu Kristiana, Jaminan
Selvia Isponingsih
........................................
Pemeliharaan
A.Md.AK
Meyrika,Amd.Kep Pelayanan kesehatan kerja
Drg. Anik Arifah .......................
Kesehatan: Mini Astuti,
Pelayanan kesehatan gigi
Amd.Keb
Nurjannah ...........................
..........................

11. Tahapan - tahapan pelaksanaan manajemen percepatan ODF


1) Pendataan fasilitas sanitasi
2) Pemicuan, yang didalamnyameliputi:
a) Promosikesehatan (edukasi)
b) Pemetaan sanitasi
c) Pembuatankontrak sosial terkaitpembuatanjamban
3) Kerjasamaantarlintassektor
4) Verifikasi ODF
a) Menyiapkan kuesioner STBM
b) Mengumpulkan warga desa
c) Menjelaskan cara mengisi kuesioner STBM
d) Memberikan kuesioner kepada warga desa
e) Petugas mengumpulkan kuesioner STBM kemudian menilai dari
kuesioner terserbut. Apabila hasil 10 bernilai baik. Bila hasil 0-9
bernilai kurang baik
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang didapatkan dari target kinerja Puskemas Kartasura dari tahun 2016
Tabel. 4.1. Kegiatan Pokok, Indikator dan target berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2016
No Indikator SPM Jumlah Hasil Kegiatan Persen
Sasaran Kumulatif Absolute Kumulatif pencapaian
(1 tahun) sampai dengan bulan ini sampai dengan (6/3) x 100
lalu bulan ini persen
1 Cakupan kunjungan ibu 1928 1703 162 1895 96,73
hamil (k4) 95 persen
2 Cakupan komplikasi 385 423 18 441 114.55
kebidanan yang
ditangani 80%
3 Cakupan pertolongan 1841 1563 153 1716 93.21
persalinan oleh tenaga
kesehatan memiliki
kompetensi kebidanan
90%
4 Cakupan pelayanan 1841 1647 152 1799 97.72
nifas 90%
5 Cakupan neonatues 266 116 0 116 43.61
dengan komplikasi
ditangani 80%
6 Cakupan kunjungan 1776 1292 95 1387 78.10
bayi 90%
7 Cakupan pelayanan 7104 2163 196 2359 3321
anak balita 90%
8 Cakupan peserta KB 16145 12606 78.08
aktif 70%
9 Cakupan balita gizi 0 0 #DIV/01
buruk mendapat
perawatan 100%
10 Cakupan pemberian 0 0 0 0 #DIV/01
makanan pendamping
ASI pada anak 6-24
bulan dari keluarga
miskin 100%
11 Cakupan desa siaga 12 12 0 12 100.00
aktif (strata 3) 45%
12 Cakupan penjaringan 1917 1949 0 1949 97.60
kesehatan siswa SD dan
setingkat 100%
13 Cakupan penderita IMS 42 1 43 #DIV/01
hasil positif dan diobati
100%
14 Cakupan orang yang 1392 101 1493 #DIV/01
dites dan menerima
hasil tes HIV 100%
15 AFP rate per 100000 0 0 0 0 #DIV/01
penduduk < 15 tahun >=
2
16 Penemuan penderita 378 7 0 7 1.85
pneumonia balita
minimal 40%
17 Penemuan pasien baru 112 14 0 14 12.50
BTA positif minimal
50%
18 Penderita DBD 63 68 0 68 107.94
ditangani 100%
19 Penemuan penderita 2242 1503 67 1570 70.03
diare 100%
20 Cakupan imunisasi hb O 1776 1662 159 1821 102.53
(95%)
21 Cakupan imunisasi 1776 1657 134 1791 100.84
BCG (90%)
22 Cakupan imunisasi DPT 1776 1494 120 1614 90.88
3-hb (90%)
23 Cakupan imunisasi 1776 1621 120 1741 98.03
polio (90%)
24 Cakupan imunisasi 1776 1654 116 1770 99.66
campak (90%)
25 Cakupan desa UCI 12 12 100.00
100%
26 Cakupan rumah sehat 26643 1265 198 1643 5.49
75%
27 Cakupan desa ODF 12 2 16.67
20%
28 Desa percontohan 12 1 8.33
STBM 12 desa (1
desa/kecamatan)
29 Cakupan rawat jalan 15714 65069 3261 68330 434.84
(15%)
30 Rujukan rawat jalan 157 280 178.34
(12%)
31 Cakupan rawat inap 12 0.09
(1.5)
32 BOR (60-85) 60 18.7
33 LOS (6-9 hari) 6 2
34 Tanggal pelaksanaan
mini lokarya bulan ini

Tabel 4.2. Kegiatan Pokok, Indikator dan target berdasarkan Standar


Pelayanan Minimal (SPM) Program Penyehatan Lingkungan dan
Pemberdayaan Kesehatan Tahun 2015
Target
Kegiatan Pokok Indikator SPM
2016

1. Sosialisasi dan pendataan Cakupan penduduk yang 80 %


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan menjadi peserta JPK prabayar
(JPK)

2. Mengawasi Kualitas Air (PKA) Institusi dibina 70 %

Rumah Sehat 65 %

Penduduk memanfaatkan 88 %
jamban

Rumah mempunyai SPAL


85 %

3. Menyehatkan Tempat-Tempat Tempat umum memenuhi syarat 80 %


Umum (TTU) kesehatan
4. Penyehatan Makanan Minuman
5. Membina Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
6. Penyelenggarakan Promosi Rumah tangga sehat 65 %
Kesehatan
7. Menyelenggarakan Pembinaan Bayi mendapat ASI eksklusif 65 %
Sukoharjo Sehat 2008
8. Menyelenggarakan telaah Posyandu Purnama 40 %
kemandirian Posyandu
Posyandu Mandiri >2%

Penyuluhan P3 NAPZA

Tabel 4.3. Kegiatan Pokok. Indikator dan target berdasarkan Standar


Pelayanan Minimal (SPM) Program Peningkatan Pelayan Kesehatan Tahun
2016
Kegiatan Pokok Indikator SPM Target 2016
1. Peningkatan Mutu, Cakupan rawat jalan. 15%
Jangkauan dan cakupan Cakupan rawat inap. 15%
pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan gangguan jiwa di sarkes 15%
Puskesmas umum.
Sarkes dengan UGD yang dapat di 90%
akses masyarakat.
Cakupan JKP Gakin dan Masyarakat 100%
rentan.
2. Peningkatan mutu pelayanan Ketersediaan obat sesuai kebutuhan. 90%
kefarmasiaan Pemerintah Pengadaan obat generic.
dan swasta. Pengadaan obat esensial. 100%
3. Pengelola obat Ketersediaan narkotika psikotropika 100%
sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. 100%
Penulisan resep generik. 90%
4. Menyelenggarakan Pemenuhan darah di Rumah Sakit. 95%
pembinaan Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta.
5. Penyelenggaraan Pelayanan
dan bimbingan teknis
perijinan sarana kesehatan
dan sarana yang lain.
6. Menyelenggarakan Cakupan Pelayanan 95%
Pelayanan Kesehatan dalam
penanggulangan Bencana
dan P3K.
7. Menigkatkan jangkauan dan 90%
mutu pelayanan P3 NAPZA

8. Penyelenggara pelayanan 95%


kesehatan haji.
9. Menyelenggarakan Cakupan kunjungan neonatus. 97,2%
desimalisasi Program Cakupan kunjungan bayi. 96,2%
Kesehatan Anak bagi Cakupan BBLR ditangani. 100%
petugas Puskesmas, Bidan Cakupan deteksi timbang balita dan 78,29%
desa dan kader. apras.

10. Penyelenggara pelayanan 95%


kesehatan haji.
.11. Melaksanakan kerjasama LS Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa 100%
/ LP. SD / setingkat oleh Nakes / tenaga 84,56%
12. Menangani kasus neonatal. terlatih. 77,5%
13. Membina Pengelola Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa. 81,5%
Kesehatan Anak.
14. Melaksanakan Survailand TK, SD, SLTP, SLTA / setingkat oleh
Tumbuh Kembang Anak. Nakes / tenaga terlatih.
15. Menyediakan Sarana
Kesehatan Anak.

16. Melaksanakan pembinaan Cakupan pelayanan kesehatan remaja. 99,60%


pengelola program Cakupan peserta KB aktif.
kesehatan Ibu dan KB. Cakupan kunjungan ibu hamil K4.
17. Melaksanakan Monitoring Cakupanpertolongan persalianan Nakes
dan Evaluasi kesehatan Ibu Ibu hamil risti dirujuk.
dan KB. Akses terhadap ketersediaan darah dan
18. Membina pengelola komponen yang aman untuk menangani
kesehatan lansia. rujukan bumil dan neonatus bumil risti /
19. Melaksanakan monitoring komplikasi tertangani.
dan evaluasi kesehatan
lansia.
20. Mengadakan sarana
kesehatan lansia.
Tabel. 4.4. Kegiatan Pokok, Indikator dan target berdasarkan Rencana Strategi
Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Tahun 2016
Target
Kegiatan Pokok Indikator Renstra
2016

1. Peningkatan sarana dan prasarana Proporsi tenaga kesehatan


kesehatan dibanding jumlah penduduk
2. Menyelenggarakan Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Proporsi sarana kesehatan
Kesehatan dibanding jumlah penduduk
3. Menyelenggarakan Penyusunan
Dokumen perencanaan Persentase APBD bidang
4. Menyelenggarakan Pengelolaan kesehatan terhadap APBD
Keuangan Kabupaten
5. Menyelenggarakan Pelayanan
Administrasi Kepegawaian Adanya rencana dan
6. Peningkatan Sarana pelayanan evaluasi tahunan program
Kesehatan
pembangunan kesehatan
7. Penggunaan pendapatan pelayanan
Rawat Inap dan rawat jalan Puskesmas Adanya Profil Kesehatan
8. Menyelenggarakan Study Banding
Kabupaten

Tabel 4.5. Laporan Kinerja Puskesmas Kartasura Upaya Kesehatan


Lingkungan tahun 2016
Pencapaian Target
No Komponen Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib (%) Kinerja
1 Tempat umum dan Pengelolaan Makanan 99 Baik
2 Penyediaan air Bersih 90 Baik
3 Pengelolaan Limbah 92 Baik
Penyehatan lingkungan permukiman & jamban
4 keluarga 95 Baik

Data diatas menunjukkan untuk pencapaian program upaya penyehatan


lingkungan di Kartasura tahun 2016 pencapaian upaya penyehatan
lingkunganrata-rata cukup baik yaitu 94%. Tempat umum dan Pengelolaan
Makanan (99%). Penyediaan air bersih baik (90%). Pengelolaan Limbah baik
(92%). Penyehatan lingkungan permukiman & jamban keluarga baik (95%).
Data yang dikumpulkan dari Puskesmas Kartasura di dapatkan jumlah
penduduk di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun 2016 adalah
29.966 KK. Didapatkan jumlah penemuan BABS sebagai berikut:

Tabel 4.6. Jumlah data BABS di Kartasura tahun 2010 - 2016


Tahun 2010 Tahun 2016
BABS Akses Jamban (%) BABS Akses Jamban (%)
6.124 78,5% 572 98.09%

Dari data diatas menyatakan perilaku warga BABS pada tahun 2010
sebanyak 6.124 KK di Kecamatan Kartasura dari jumlah KK sebanyak 28.484
KK dengan persentase masyarakat akses jamban 78,5 %. Pada tahun 2016
setelah dilakukan verifikasi, perilaku warga BABS sebanyak 572 KK di
Kecamatan Kartasura dari jumlah KK sebanyak 29.966 KK dengan persentase
masyarakat mengakses jamban 98.09 %.
Hasil diatas dapat disimpulkan terdapat terjadi peningkatan akses jamban di
Kecamatan Kartasura sebesar 19,59 %. Tetapi hal ini belum mencapai target
sasaran dari program ODF. Puskemas Kartasura mempunyai sasaran target
2018 seluruh masyarakat Kartasura 100% memiliki akses jamban yang baik.
Berikut merupakan analisis masalah yang terdapat pada ODF yang disajikan
dalam diagram tulang ikan (fish bone) :

SDM Metode
Kerja sama lintas sektor kurang
Metode penyuluhan kurang
Masyarakat kurang bekerjasama menarik
Komunikasi kader dan perangkat desa dengan petugas
kurang

ODF yang rendah

Minimnya lahan yang tersedia di


kelurahan/desa untuk pembuatan Jamban umum yang kurang
Kebiasaan jamban dan septitank memadahi
masyarakat yang
sudah terbiasa
BABS
Sarana
Lingkungan
Keterangan :
1. SDM :
a. Kerja sama lintas sektor kurang.
b. Komunikasi petugas kesehatan dengan aparat desa kurang
c. Masyarakat kurang bekerjasama dengan petugas

2. PROSES :
a. Pelaksanaan metode penyuluhan yang belum optimal
3. Genetik /lingkungan.
a. Keadaan sosial ekonomi yang kurang
b. Kebiasaan masyarakat yang sudah terbiasa bab di sungai
c. Minimnya lahan yang tersedia di kelurahan/desa untuk
pembuatan jamban dan sepitank.
4. Sarana
a. Jamban umum yang kurang memadahi
2) PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah yang telah diperoleh melalui matrikulasi masalah perlu
disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab
masalah. Pencapaian ODF pada Kecamatan Kartasura baru 40 % (4 desa/kel)
dari target 100% (12 desa/kel). Beberapa penyebab dari masalah tersebut
antara lain:
1. Komunikasi yang kurang, kerjasama yang kurang antara tenaga kesehatan
dan aparat desa.
2. Kurangnya komitmen antara pemangku wilayah, tenaga kesehatan internal
dan eksternal puskesmas untuk memenuhi target ODF.
3. Terbatasnya lahan di daerah untuk pembuatan jamban dan septitanc.
4. Metode penyuluhan yang kurang menarik
3) ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut :
Tabel 4.7. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Komunikasi yang kurang, 1. Mengadakan advokasi, pertemuan
Kerjasama yang kurang antara tenaga kesehatan, kader ,
antara tenaga kesehatan aparat desa untuk menanyakan
baik bidan desa, petugas kendala yang dihadapi dilapangan,
puskesmas dan aparat desa. maupun diadakan pertemuan
langsung dengan masyarakat
untuk memberi informasi
mengenai bahaya BABS dengan
cara diputarkan film berbahasa
Indonesia.
2. Kurangnya komitmen 2. Advokasi ke pemangku wilayah,
antara pemangku wilayah, Kepala Pukesmas, lintas sektor untuk
tenaga kesehatan internal membuat komitmen target ODF dan
dan eksternal puskesmas memfollowup lebih sering atas
untuk memenuhi target progres dari beberapa desa.
ODF
3. Terbatasnya lahan di 3. Pembuatan jamban umum di lahan
daerah untuk pembuatan pemerintah kabupaten
jamban dan septitanc

3. Metode penyuluhan yang 4.Melakukan pemicuan, penyuluhan


kurang menarik tentang bahaya penyakit yang di
sebabkan karena BABS dan
memberikan poster terhadap warga
yang ditempelkan di tempat umum di
desa tersebut tentang penjelasan
mengenai ODF dan pentingnya.

4) MENENTUKAN PEMECAHAN MASALAH


Untuk mengetahui berbagai faktor pendukung dan penghambat sub Program
P2PL dapat dianalisa kelebihan, kekurangan, serta peluang dan ancaman dari
program ini
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Petugas dari puskesmas Perlu biaya yang lebih
Kartasura memiliki besar untuk membantu
motivasi yang tinggi pembuatan jamban
sehingga mampu umum dan septitanc
mengembangkan metode
yang efektif dan
memperdayakan tim
desa

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


 Pihak tim kesehatan Peluang yang besar Dengan meminimalisir
desa dan warga desa terjadi karena kerjasama permasalahan internal
mendukung yang baik antara tim dapat mempertahankan
dilaksanakannya desa, puskesmas peluang berjalannya
program ODF yang Kartasura dan warga program dengan baik,
sudah berlangsung desa. Dengan penjagaan
dan tetap mematuhi pada hubungan yang
program tersebut. baik antara beberapa
pihak dapat memperkuat
keberhasilan program
Ancaman (T) Srategi ST Strategi TW
 Kebiasaan warga  Dilakukan Dengan memanfaatkan
untuk BABS pendekatan petugas sumberdaya yang ada
 Dukungan keluarga dari puskesmas agar program tetap
yang kurang dalam Kartasura dan tim terlaksana dan sebagian
pencapaian program kesehatan desa besar sasaran program
ODF yang baik. kepada warga secara berhasil dan terpantau).
langsung.
 Petugas kesehatan
mengevaluasi
langsung rumah
warga guna
memantau penerapan
ODF yang sudah
berlangsung.
Untuk meningkatkan program pada tahun mendatang Puskesmas
Kartasura dapat melakukan :
1. Puskesmas meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan petugas
kesehatan desa dan aparat desa.
2. Puskesmas mengoptimalkan tenaga yang ada sesuai dengan tugas
pokok
3. Memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan
4. Meningkatkan dan mengoptimalkan kerjasama lintas sektor.
5. Melakukan survei sejauh mana pemahaman masyarakat tentang
bahaya dan penyakit yang disebabkan oleh perilaku BABS
PERENCANAAN PROGRAM PERENCANAAN MASALAH

No Kegiatan Tujuan Waktu Tempat Biaya Sumber Indikator


Biaya Keberhasilan
1 Pemicuan Untuk Juli 2017 Rumah Rp. APBD/BO Masyarakat
memberikan warga 400.000,00 K sudah BAB di
edukasi kepada Desa jamban
masyarakat Ngabeyan
tentang bahaya
dan penyakit dari
perilaku BABS
2 Pertemuan Untuk Agustus Balai Desa Rp. APBD/BO Jumlah
MMD menciptakan 2017 Ngabeyan 300.000,00 K jamban sehat
suatu kerjasama di Kartasura
serta koordinasi meningkat
antara sanitarian,
aparat desa dan
tokoh masyarakat
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perencanaan program percepatan ODF di kecamatan Kartasura sudah cukup
baik.
2. Pelaksanaan program percepatan ODF sudah berjalan dengan baik, tetapi
untuk hasil pencapaiannya masih belum memenuhi target.
3. Program percepatan ODF yang telah dilakukan di Puskesma Kartasura sejak
tahun 2010 - 2016 menunjukkan peningkatan 19,59% akses jamban tetapi
belum mencapai target sasaran.
4. Program ODF juga terbukti dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat
Kartasura bahwa BABS dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat.
5. Prioritas permasalahan dalam pelaksanaan program ODF terletak pada
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh perilaku BABS, serta kurangnya komunikasi dan
kerjasama dari berbagai pihak terkait.

B. Saran
1. Pihak Puskesmas menjalin komunikasi dan kerja sama dengan aparat desa,
tokoh masyarakat dalam pemantuan dan pendampingan program percepatan
ODF.
2. Mencari metode baru dengan cara penempelan poster maupun penyuluhan
dengan cara memberikan memutarkan film dalam memberikan edukasi
tentang bahaya dan penyakit yang dapat di timbulkan dari BABS.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. 2005 Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber.


Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Ditjen PP-PL. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP
BABS). Jakarta: Departemen Kesehatan R I dan Pokja AMPL 2008. p. 19 -
43.
Ditjen PP-PL. Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dalam Program
PAMSIMAS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI dan Pokja AMPL; 2008. p.
35 - 56.
Kamal.K RC. Handbook on Community Led Total Sanitation Geneva: World
Health Organization; 2008. p. 45 - 62.
Laporan Kinerja UPT Puskesmas Kartasura: Puskesmas Kartasura; 2016.
Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Profil Kesehatan kecamatan kartasura: Kecamatan kartasura Kabupaten
Sukoharjo; 2016.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan No 825 tahun 2008.
Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat. Lembaran negara RI
tahun 2008 nomor 825. Sekertariat Negara. Jakarta
Simanjutak D. Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi
terhadap pendekatan Community Led Total Sanitation pada masyarakat desa
di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran, Kabupaten Pandeglang tahun 2009).
Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.
Soemaji.P. 2005. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo.
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar). Jakarta: EGC.
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat NOMOR
852/MENKES/SK/IX/2008 (2008).
Sutjipto.2002. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi. Jakarta.
Departemen kesehatan.
WSP E-. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta Bill and Melinda Gates
Foundation dan WSP - EAP; 2011. p. 10 - 25.

41
LAMPIRAN

42
43

Anda mungkin juga menyukai