Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANALISIS 1

REAKSI REDOKS

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Jesica Carine Poluan G 701 18 028
Agnes Lallo Allolayuk G 701 18 117
Anugerah Ihza Mahendra G 701 18 122
Sitti Marhani G 701 18 174

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah “Reaksi Redoks” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analis 1.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 26 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................iii
1.1 Latar Belakang ..................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................iv
1.3 Tujuan ...............................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................1
2.1 Pengertian....................................................................................1
2.2 Perbedaan Iodometri & Iodimetri ...............................................1
2.3 Penggunaan Metode Titrasi dengan iodimetri-iodometri ...........2
2.4 Aplikasi Titrasi iodo-iodimetri dalam Bidang Farmasi ..............5
BAB III PENUTUP ............................................................................................6
3.1 Kesimpulan ....................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang merugikan maupun menguntungkan. Reaksi redoks yang menguntungkan

misalnya saja reaksi yang berlangsung dalam proses respirasi pada tumbuhan.

Dalam proses ini, karbohidrat dioksidasi menjadi karbondioksida dan uap air

dengan melepas energi, adapun contoh redoks yang merugikan, yaitu korosi

besi(besi berkarat). Korosi ini sangat merugikan karena merusak banyak

bangunan dan benda-benda yang terbuat dari besi.

Reaksi redoks memiliki aplikasi yang luas dalam bidang industri. Misalnya

prinsip reaksi redoks mendasari pembuatan baterai dan aki, ekstrasi dan

pemisahan logam dengan logam lain, seperti emas, perak, dan kromium. Selain

itu, reaksi redoks juga digunakan untuk membuat senyawa kimia, seprti natrium

hidroksida yang merupakan bahan baku dalam banyak kegiatan industri.

Proses oksidasi pada buah dapat kita dapat amati secara langsung, misalnya

buah apel yng dikupas dan didiamkan beberapa saat maka buah tersebut akan

berubah warna dari tidak bewarna menjadi kecoklatan. Pencoklatan pada apel

setelah dikupas atau pada just apel terjadi karena senyawa polifenol teroksidasi,

bentuk polifenol teroksidasi ini nantinya dapat bergabung satu sama lain

membentuk senyawa makromolekul berwarna coklat, dimana senyawa

makromolekul ini nantinya bisa membuat jus apel menjadi keruh.Begitu pula pada

kulit tubuh manusia, proses oksidasi dapat berlangsung perlahan-lahan dalam

iii
jangka waktu yang relatif lama namun nampak jelas perubahan dari oksidasi kulit

manusia ini. Proses oksidasi pada kulit manusia atau disebut pula proses penuaan

terjadi karena adanya radikal bebas (-OH). Jika di suatu tempat terjadi reaksi

oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas

(·OH) seperti asap kendaraan, rokok maupun polusi maka tanpa adanya kehadiran

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya,

seperti pada kulit tubuh manusia. Oksidasi sendiri adalah hancurnya jaringan

tubuh karena pengaruh radikal bebas.

Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang

menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam

sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti

oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh

hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang

kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer

elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan

oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

1. Oksidasi menjelaskan ;

a. pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion

b. reaksi pengikatan oksigen dan

c. reaksi yang mengalami kenaikan bilangan biloks

2. Reduksi menjelaskan ;

a. penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion

b. reaksi pelepasan oksigen dan

iv
c. reaksi yang mengalami penurunan bilangan biloks.

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak
benyak masalah dan mudah. (Rivai, 1995: 98)
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi
langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar
zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk
vitamin C.

Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator


berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini
direduksi dahulu dengan kalium iodida dan iodin dalam jumlah yang setara dan
ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku. (Baaset, 1994: 82)

Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode


yang tahan, mudah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik. Titrasi
iodometri digunakan untuk menentukan kadar dari zat-zat uji yang bersifat
reduktor dengan titrasi langsung. Sedangkan untuk titrasi iodimetri adalah
kebalikannya

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
(Rivai, 1995: 93)

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang di maksud dengan iodo-iodimetri?
 Bagaimana prinsip iodo-iodumetri?
 Apa saja penentuan dengan iodometri dan iodimetri ?
 Bagaimana penerapan aplikasi iodo-iodimetri dalam bidang farnasi?

v
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian iodo-iodimetri
 Untuk mengetahui prinsip iodo-iodimetri
 Untuk mengetahui penentuan dengan iodometri dan iodimetri
 Untuk mengetahuai peranan iodo-iodimetri

vi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Iodimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan redoks dimana senyawa dan pereaksinya bereaksi secara langsung
atau sering disebut dengan Direct Titration. Dalam proses penitaran, titran
mengoksidasi titrat maka metode ini termasuk dalam oksidimetri dan
menggunakan penambahan indikator kanji di awal titrasi.
Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila
suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka harus
ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap
electron) ,jadi tidak mungkin hanya ada oksidator ataupun reduktor. Dalam
metoda analisis ini , analat (titrat) dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi
menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi:
I2 + 2 e - → 2 I-
Karena iodimetri merupakan suatu penentuan kuantitatif, maka yang dicari
adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi
antara sample dengan ion iodide.
Contoh senyawa yang dapat ditetapkan dengan iodimetri adalah : Sn2+,
As3+, Zn2+, Hg2+, Pb2+, ion sulfit, glukosa (dan gula-gula pereduksi lain),
vitamin C.

2.2 Perbedaan Iodometri & Iodimetri


Meski Iodometri dan Iodimetri memiliki beberapa persamaan dan juga
merupakan termasuk kedalam metoda redoks tetapi keduanya memilki beberapa
perbedaan diantaranya :

Iodometri Iodimetri
Termasuk kedalam Reduktometri Termasuk kedalam Oksidimetri
Larutan Na2S2O3 (Tio) sebagai penitar Larutan I2 sebagai Penitar (Titran)

1
(Titran)
Penambahan Indikator Kanji disaat Penambahan Indikator kanji saat awal
mendekati titik akhir. penitaran
Termasuk kedalam Titrasi tidak Termasuk kedalam Titrasi langsung
langsung
Oksidator sebagai titrat Reduktor sebagai titrat
Titrasi dalam suasana asam Titrasi dalam suasana sedikit
basa/netral
Penambahan KI sebagai zat penambah Penambahan NaHCO3 sebagai zat
penambah
Titran sebagai reduktor Titran sebagai oksidator

Selain itu juga terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode
iodimetri yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
 Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung
bereaksi.
 Penambahan kanji diawal titrasi.
 Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi
biru.
Kekurangan :
 Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh
harus dilakukan terlebih dahulu.
 Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.
 Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara

2.3 Penggunaan Metode Titrasi dengan iodimetri-iodometri


Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif
terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi
iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri
(digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat
dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini
jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah.

2
Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat standar atau asam arsenit).
1. Titrasi langsung (Iodimetri)
Iodium merupakan oksidator yang sedikit/relative kuat dengan nilai
potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi osidasi, iodium akan
direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi :
I2 + 2e 2I-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dari pada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
2. Titrasi tidak langsung (Iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebihbesar dari pada sistem Iodium-Iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator, seperti CuSO4.5H2O, garam besi (III), dimana zat-zzat
oksidator ini direduksi lebih dulu dengan ICI, dan iodin yang dihasilkan
dalam jumlah yang setara ditentukan kembali dengan larutan baku natrium
tiosulfat.
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium
tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan
sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan
standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam
penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang
membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik.

Larutan iodium sendiri dapat digunakan sebagai indikator suatu tetes


larutan iodium 0,1 mL air memberikan warna pucat yang masih dapat diamati.

3
Supaya lebih peka, digunsksn larutan kanji sebagai indicator, dimana kanji dengan
iodium membentuk kompleks yang berwarna biru dan masih dapat diamati pada
kadar yang sangat rendah. Ada juga dapat bahwa warna biru adalah disebabkan
absorbs iodium atau ion triiodia pada permukaan makromolekul kanji.

Komponen utama dari kanji ada dua yaitu: amilosa dan amilopektin yang
perbandingannya pada setiap tumbuh-tumbuhan berbeda. Amilosa, senyawa yang
mempunyai rantai lurus dan dapat banyak/sedikit terdapat dalam kentang dan
memberikan rantai bercabang memebentuk warna merah violet, mungkin karena
absorbs. Indikator kanji bersifat reversibel, artinya warna biru yang timbul akan
hilang lagi apabila yodium direduksi oleh natrium tiosulfat atau reduktor lainnya.

Selain indikatornya tersebut, maka untuk menetapkan titik akhir titrasi


dapat juga digunakan pelarut-pelarut organik ini penting terutama sebagai berikut:

a. Susunan sangat asam sehingga kanji terhidrolisis


b. Titrasi berjalan lambat
c. Larutannya sangat encer

Kerugian pemakaian pelarut organik antara lain :

a. Harus dipakai labu tertutup gelap


b. Harus digojog kuat-kuat untuk memisahkan yodium dari air.

Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak
pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku
yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk
standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga
bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,
karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis.

Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi


dengan sampel, jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan sampel

4
sehingga titik akhir titrasi lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi
titik akhir titrasi pada iodimetri dilakukan dengan menggunakan indicator kanji
atau amilum yang akan memberikan warna biru saat tercapainya titik akhir titrasi.

2.4 Aplikasi Titrasi iodo-iodimetri dalam Bidang Farmasi


 Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk
menetapkan kadar obat-obatan. Salah satu contohnya adalah untuk
menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C, natrium askorbat,
metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya.
 Dalam bidang farmasi metode titrasi iodometri digunakan untuk
menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya; Cl2,
Fe(III), Cu(II), dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat
berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iodimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan redoks dimana senyawa dan pereaksinya bereaksi secara
langsung atau sering disebut dengan Direct Titration. Dalam proses
penitaran, titran mengoksidasi titrat maka metode ini termasuk dalam
oksidimetri dan menggunakan penambahan indikator kanji di awal titrasi.
Prinsip dasar dari titrasi iodometri adalah zat uji (oksidator) mula-
mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang
dihasilkan dititrasi dengan larutan tiosulfat. Sedangkan prinsip dasar dari
titrasi iodimetri adalah zat uji (reduktor) langsung dititrasi dengan larutan
iodium. dimana I2 sebagai larutan standardnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Departemen Kesehatan


RI., Jakarta, 143, 581, 587, 714
2. Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen Kesehatan
RI., Jakarta, 649
3. FUSHIE,ANNISAN.2009. LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI DAN
IODIMETRI. https://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-
dan-iodimetri/. Diakses pada tanggal 25 oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai