Alam
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk selalu bertambah sehingga kepadatan populasi terus meningkat. Hal
ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan yang terbatas
menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam, terjadinya pencemaran, dan timbul
persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam. Selain itu pertumbuhan penduduk yang
tinggi tanpa diikuti pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering kali hanya menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas rendah. Masalah kependudukan dan kerusakan
lingkungan hidup merupakan dua permasalahan yang kini sedang dihadapi bangsa Indonesia,
khususnya maupun negara-negara lainnya di dunia umumnya. Brown (1992:265-280),
menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup dan kependudukan yaitu masalah pencemaran
lingkungan fisik, desertifikasi, deforestasi, overs eksploitasi terhadap sumber-sumber alam, serta
berbagai fenomena degradasi ekologis semakin hari semakin menujukkan peningkatan yang
signifikan. Keprihatinan ini tidak saja memberikan agenda penanganan masalah lingkungan yang
bijak. Namun juga merupakan “warning” bagi kehidupan, bahwa kondisi lingkungan hidup
sedang berada pada tahap memprihatinkan. Seandainya tidak dilakukan upaya penanggulangan
secara serius, maka dalam jangka waktu tertentu kehidupan ini akan musnah. Hal ini terjadi
menurut Soemarwoto (1991:1), karena lingkungan (alam) tidak mampu lagi memberikan apa-
apa kepada kita. Padahal seperti kita ketahui bahwa manusia merupakan bagian integral dari
lingkungan hidupnya, ia tidak dapat dipisahkan dari padanya.
Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu daerah
semakin terciut, dan hal ini disebabkan manusia merupakan bagian integral dari ekosistem,
dimana manusia hidup dengan mengekploitasi lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang
cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Pada saat yang sama
meningkatnya konsumsi yang disebabkan oleh membengkaknya jumlah penduduk yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada semakin berkurangnya produktifitas sumber daya alam.
Menurut Wijono (1998:5) kondisi sebagaimana digambarkan tersebut dapat diibaratkan seperti
lilin, pertumbuhan penduduk yang cepat akan membakar lilin dari kedua ujungnya. Sehingga
batang lilin itu akan cepat meleleh dan habis.
Konsekwensinya adalah berubahnya salah satu atau beberapa komponen dalam
ekosistem, mengakibatkan perubahan pada interaksi komponen-komponen itu, sehingga
struktur organisasi dan sifat-sifat fungsional ekosistem akan berubah pula.
1.2 Rumusan Masalah
Berdarasakan latar belakang diatas maka ada masalah-masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah bagaimana pengaruh pertambahan penduduk terhadap pemenuhan
sumber daya alam?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pertambahan penduduk terhadap pemenuhan sumber daya alam
BAB II
PEMBAHASAN
Dari tabel di atas, dapat dilihat bawah jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun
ke tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan
berbagai sumber daya seperti tanah, air, mineral, dan energi. Tidak semua sumber daya alam
tersedia dengan melimpah dan dapat diperbarui. Jika sumber daya alam terus digali,
persediaannya akan terus berkurang. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian
pertumbuhan jumlah penduduk dan pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana.
2.1.5. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang
ditempati. Kepadatan penduduk akan meningkat jika angka kelahiran tinggi dan angka kematian
rendah, apalagi bila diikuti tingkat imigrasi yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan ledakan
penduduk, yaitu keadaan di mana pertumbuhan penduduk sangat pesat melebihi daya dukung
alam.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke
waktu. Perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk (imigrasi dan emigrasi).
Dinamika penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk disebut
pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk dapat ditentukan dengan mengadakan sensus.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang
ditempati. Kepadatan penduduk tiap daerah berbeda-beda. Tingginya kepadatan penduduk
dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, keamanan, kesejahteraan,
pangan, ketersediaan lahan dan air bersih, yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi telah banyak menimbulkan
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia disebabkan karena banyaknya
zat pencemar/polutan yang masuk ke lingkungan. Pencemaran air, tanah, dan udara dapat
mengganggu kesehatan dan kehidupan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
meningkat jumlah populasi manusia, semakin banyak pula sumber daya alam yang harus diambil
untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam yang merupakan kebutuhan dasar hidup
manusia adalah air bersih, udara bersih, bahan pangan, dan ketersediaan lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Oekan. S. 2002. Tanggung Jawab Sosial Masyarakat Ilmiah Dalam Menata Lingkungan Masa
Depan, Upaya Meniti Pembangunan Berkelanjutan, Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran.
Alfi, Nurhadi. 1990. Islam dan Tradisi Jawa Tentang Lingkungan Hidup, Kependudukan, dan Kualitas Manusia,
Dalam: Jurnal LPPM-UNS, Septembar.
Arkanudin. 2001. Perubahan Sosial Peladang Berpindah Dayak Ribun Parindu Sanggau Kalimantan Barat,
Bandung: Tesis Magister pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Brown, Lester R. 1992. Tantangan Masalah Lingkungan Hidup (Bagaimana Membangunan Masyarakat
Manusia Berdasarkan Kesinambungan Lingkungan Hidup yang Sehat), Diterjemahkan oleh S.
Maimoen, Jakarta: Yayasan Obor.
Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian (Proses Perubahan Ekologi di Indonesia), Jakarta: Bhrata Karya
Aksara.
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2159839-kepadatan-penduduk-dan-dampaknya-
terhadap/#ixzz1cSPCDklU
Jones, Gavin W. 1993. Population, Environment and Sustainable Development in Indonesia, Dalam: Warta
Demografi, Tahun XX Nomor 40, Desember.
Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Cetakan ke 5, Bandung: Penerbitan
Djambatan
Soetaryono, Retno. 1998. Dalam Prakteknya Kebijakan Lingkungan Membebani Rakyat, Dalam: Warta
Demografi, Tahun XXVIII, Nomor 1.
Sudjana, Eggi. 1998. HAM, Demokrasi dan Lingkungan Hidup (Perspektif Islam), Bogor: Yayasan As-Syahidah.
Wijono, Nur Hadi. 1998. Interaksi Penduduk dan Lingkungan, Dalam Warta Demografi, Tahun XXVIII, Nomor
1.
Posted by Hanhan Nur at 11:47 PM
Categories: Share
Show 0 Comments Show widget prev
KALANGKABUT
HUBUNGAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN KETERSEDIAAN
BAHAN PANGAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat
pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat
secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang
pangan. Dalam UU tersebut disebutkan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan
penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak
memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan
terjangkau oleh daya beli mereka.
Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan
pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
yang terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan
budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi
produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan
mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif. Di PP tersebut juga disebutkan dalam
rangka pemerataan ketersediaan pangan ke seluruh wilayah dilakukan distribusi pangan melalui
upaya pengembangan sistem distribusi pangan secara efisien, dapat mempertahankan
keamanan, mutu dan gizi pangan serta menjamin keamanan distribusi pangan.
Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversifikasi pangan
dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan
teknologi pengolahan dan produk pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi anekaragam pangan dengan gizi seimbang. PP Ketahanan Pangan juga
menggarisbawahi untuk mewujudkan ketahanan pangan dilakukan pengembangan sumber daya
manusia yang meliputi pendidikan dan pelatihan di bidang pangan, penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pangan dan penyuluhan di bidang pangan. Di samping itu,
kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang produksi, perdagangan dan distribusi
pangan, cadangan pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan serta riset dan
teknologi pangan.
Meningkatnya jumlah penduduk harus disertai dengan jumlah bahan pangan dunia yang
tersedia. Banyaknya penduduk akan mengurangi lahan yang akan digunakan untuk pertanian,
perternakan, dan lahan-lahan untuk produksi pangan. Dengan berkurangnya lahan hijau di dunia
karena banyaknya jumlah penduduk, maka kualitas alam dalam penyediaan kebutuhan manusia
khususnya pangan semakin menurun sebagai akibat pertumbuhan penduduk. Sikap pemerintah
dan masyarakat yang peduli terhadap keseimbangan antara pertumbuhan jumlah penduduk dan
ketersediaan bahan pangan sangatlah penting. Sehubungan dengan itu, Indonesia sebagai
Negara berkembang di wilayah Asia pun tidak terlepas dari permasalahan ketersedian bahan
pangan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah ketahanan pangan dalam kebijaksanaan dunia, pertama kali digunakan pada tahun
1971 oleh PBB, tetapi Inodonesia secara formal baru mengadopsi ketahanan pangan dalam
kebijakan dan program pada tahun 1992, yang kemudian definisi ketahanan pangan pada
undang-undang pangan no:7 ada pada tahun 1996.
Dari makalah ini, dapat menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan bahan pangan di dunia. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk semakin besar kemungkinan tidak mencukupinya ketersediaan bahan pangan untuk
penduduk itu sendiri, begitupula sebaliknya. Dan jika permasalahan ini tidak diatasi sedini
mungkin, maka tidak menutup kemungkinan waktu ke depan kita akan mengalami krisis bahan
pangan.
B. Saran
Bila ada kata yang salah atau kekurangan dalam Makalah ini silahkan berikan saran dan
kritikian agar dalam pembuatan Makalah saya selanjutnya, dapat menjadi lebih baik. Diharapkan
setelah membaca Makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa yang telah dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Suryana, 2001. Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Seminar
Nasional Teknologi Pangan, Semarang , 9-10 Oktober 2001
Anonim, 1996. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Kantor
Menteri Negara Pangan RI.
Anonim , 2000. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional.
Siswono Yudo Husodo. 2001.Kemandirian di Bidang Pangan, Kebutuhan Negara Kita. Makalah Kunci pada
Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang , 9-10 Oktober 2001
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Nainggolan, K. 2006. Kebijakan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
NN. 2011. Penyediaan Pangan Perlu Inovasi (http://www.antaranews.com/ , diakses tahun 2013).
Metro TV. 2011. Pertumbuhan Populasi Tak Diimbangi Penyediaan Pangan Nasional
(http://metrotvnews.com/ , diakses 2013)
NN. 2009. Ledakan Penduduk Dan Penyediaan Pangan (http://jakarta45.wordpress.com/ , diakses 2013)
Berdasarkan sensus tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi
nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun.
Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi
pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun. Dengan demikian, jika di tahun 2010
jumlah penduduk 237,6 juta jiwa maka di tahun 2011 bertambah 3,5 juta maka sekarang ada 241
juta jiwa lebih. Bila laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada
2045 bisa menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang
Indonesia.
Apabila pertumbuhan penduduk terus bertambah, sementara laju pertumbuhan ekonomi berjalan
lamban, maka negara tersebut akan semakin bertambah miskin dan akan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya dan langkah konkret guna menghindari
terjadinya ledakan penduduk di masa yang akan datang.
Pertumbuhan penduduk yang signifikan akan berdampak pada perubahan sosial kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap
dan pola-pola perilaku dalam masyarakat. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh
pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial di masyarakat.
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, yakni sandang, pangan,
dan papan. Ketiga kebutuhan ini tak terelakkan lagi harus terpenuhi untuk kelanjutan hidup
manusia. Kebutuhan akan sandang dapat dipenuhi oleh industry tekstil,kebutuhan akan pangan
dapat dipenuhi oleh industri pertanian(salah satunya), dan kebutuhan papan dapat dipenuhi oleh
industry bahan bangunan (salah satunya). Jika terjadi ledakan jumlah penduduk, maka semakin
banyak pula manusia yang membutuhkan asupan sandang, pangan, dan papan.Tapi apa yang
terjadi jika ternyata stok sandang, pangan, dan papan yang ada ternyata tidak mampu memenuhi
kebutuhan penduduk yang jumlahnya semakin bertambah ?
Dalam buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R.
Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan
ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan
Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798), bahwa laju
pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai
makanan yang akan mengakibatkan kelaparan . Sebagai contoh untuk kebutuhan pangan,
pemerintah memiliki BULOG (Badan Urusan Logistik) untuk pemerintah pusatdan DOLOG
(Depot Logistik) untuk pemerintah daerah yang berfungsi salah satunya untuk menjamin
ketersediaan kebutuhan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan lain-lain. Semakin
bertambahnya penduduk, maka akan semakin banyak pula kebutuhan pangan pokok yang harus
disediakan oleh DOLOG.Bagaimana jika kebutuhan sembako yang disediakan oleh
DOLOGternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk di daerah itu? Tentu sembako
akan menjadi barang rebutan dan akan menjadi barang yang langka yang mengakibatkan
harganya akan semakin melonjak dan masyarakat yang berada di kelas ekonomi menengah ke
bawah tidak mampu membeli kebutuhan pangan tersebut, dan tentu akan berdampak pada
kemiskinan yang kian parah.
Untuk memenuhi kebutuhan papan yakni rumah tentu kita memerlukan lahan untuk membangun.
Semakin bertambah banyak penduduk, tentu kebutuhan akan rumah semakin banyak dan
otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak. Sementara lahan yang tersedia luasnya tetap.
Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman dan sedikit sekali lahan-lahan kosong yang
tersisa karena semakin sedikitnya lahan yang kosong, akan membuat harga tanah semakin
melonjak, dan tentu saja masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah
untuk membangun rumah, sehingga mereka mencari “lahan” lain untuk tinggal, seperti kolong
jembatan, taman kota, stasiun, emperan toko, dan lain-lain.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan papan, untuk memenuhi kebutuhan pangan pun kita
memerlukan lahan. Misalnya beras, untuk menghasilkan beras tentu diperlukan sawah
untukmenanam padi.Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan akan
beras . Dan semakin bertambahnya kebutuhan beras akan semakin bertambah pula kebutuhan
akan lahan untuk menanam padi. Apa yang terjadi jika lahan ‘lumbung padi’ nasional semakin
lama semakin berkurang ? Jika kita dilihat dua fenomena di atas, ledakan penduduk akan
mengakibatkan terjadinya perebutan lahan untuk perumahan dan pertanian. Dan sebagian besar
fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengikisan lahan yang lebih diutamakan untuk
perumahan. Kemudian ledakan penduduk juga akan berakibat semakin berkurangnya rasio antara
luas lahan dan jumlah penduduk atau yang biasa kita sebut dengan kepadatan penduduk.
Sifat konsumtif dapat berujung ke sifat malas, tidak kreatif,dan akhirnya akan menuju ke arah
kemiskinan. Mengapa sifat konsumtif dapat berujung ke sifat malas ? Hal ini disebabkan karena
masyarakat merasa semuanya sudah tersedia di pusat perbelanjaan tersebut. Sehingga mereka
malas untuk memproduksi sesuatu. Dan akibatnya masyarakat akan terus bergantung pada
keberadaan pusat perbelanjaan tersebut dan menjadi masyarakat yang tidak produktif.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Namun bagaimana jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak cukup menampung
jumlah tenaga kerja yang ada? Tentu hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka
pengangguran.
Ledakan penduduk adalah masalah yang harus segera ditangani dengan serius oleh pihak-pihak
yang terkait karena apabila permasalahan ini terus berlanjut akan mengakibatkan dampak-
dampak yang telah dijelaskan. Adapun solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ledakan
penduduk yaitu:
d. Pemerataan pembangunan
“ Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat “ (Selo Sumarjan dan
Soelaeman Soemardi)
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak
kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan. Gerak manusia terjadi oleh karena mengadakan hubungan-hubungan dengan
manusia lain.
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.
Gerak tersebut tidak hanya disebabkan oleh jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena
adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan kebudayaan terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah
sesederhana itu hubungan keduanya? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tapi keduanya merupakan satu
kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta, maka
kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya
merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara
manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada awalnya peraturan itu jadi maka
manusia yang membuatnya harus patuh terhadap peraturan tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam suatu kebudayaan
tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama
lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul,
manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Sumber :
http://www.babelprov.go.id/content/pertumbuhan-penduduk-di-indonesia-rata-rata-149-tahun
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011-
penduduk-indonesia-241-juta-jiwa
http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2099763-dampak-negatif-yang-terjadi-
akibat/
“http://www.scribd.com/doc/66015084/Ancaman-Dan-Dampak-Ledakan-Penduduk-Terhadap-
Kemakmuran-Sosial-Dan-Peningkatan-Peradaban-Manusia-Jawa-Barat”
Widyo Nugroho, Achmad Muchji ; Ilmu Budaya Sosial Dasar; Universitas Gunadarma, Jakarta,
1996.