TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasuk-kan ke dalam tubuh (Almatsier, 2010). Menurut Tejasari yang
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang dapat
2. Makanan olahan, yaitu makanan hasil proses olahan dengan cara atau metode
tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan lagi
a. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan,
untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng dan lain-lain.
Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok
tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, contoh: susu
rendah lemak untuk orang yang menjalani diet lemak dan lain-lain.
pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu
sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup, dan tidak untuk
menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.
Salah satu penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung
membungkus Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak
pangan/makanan biasanya disajikan dengan kemasan yang sesuai dan dapat berguna
terdapat pada bahan pengemas makanan, resiko lain yang mungkin muncul adalah
masuknya komponen beracun yang masuk dari bahan pengemas ke dalam bahan
makanan, seperti bahan-bahan kimia dan bau yang berasal dari bahan pengemas
tersebut.
Menurut UU RI No.7 Tentang Pangan 1996, pasal 16 ayat (1) “ setiap orang
yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun
sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
diwaspadai penggunaannya.
tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik, logam/paduan Logam,
kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. Pada setiap jenis kemasan,
ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman
lain jenis kemasan tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat,
setengah padat (pasta) dan cair (minuman). Tidak semua bahan pengemas aman
untuk pangan dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan adalah
sebagai berikut: Kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan
residu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi
bahan pangan; Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam
bahan pangan terkemas; Bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan
1. Kemasan Plastik
penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan
kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan,
2. Kemasan Logam
Kemasan kaleng dapat terbuat dari berbagai jenis logam misalnya seng,
aluminium, dan besi. Dalam kadar rendah alumunium dan seng tidak beracun bagi
yang menyebabkan logam tersebut melarut. Banyak bahan pangan yang bersifat
asam, sehingga kontak antara asam dengan kemasan logam dapat melarutkan
banyaknya logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin
3. Kemasan Kertas
Bahan pengemas yang berasal dari kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal
masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang
telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat.
Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk
merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas
pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam
Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air,
gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca juga dapat diberi warna,
banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga
dapat menyaring cahaya yang masuk ke dalam kemasan kaca. Jenis kemasan ini
dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik,
dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan
beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah
makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain
suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya. Porselen dibuat dengan
cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200°C. Pembakaran yang
sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran
kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku
yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. Porselen
dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna dapat
berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium
karbonat (MgCO3) dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan
baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan
kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan
pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite
dari unsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan
dapat lebih lama bertahan dalam kondisi yang baik. Hal ini sering disalahartikan oleh
sementara orang bahwa kemasan dapat mengawetkan produk, Kemasan tidak dapat
yang lebih baik dan/atau karena digunakannya bahan-bahan yang lebih baik.
Kemasan hanya dapat menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari
unsur perusak luar. Bahkan, bila unsur perusaknya telah berada di dalam produk
atau adanya proses kimia atau biokimia yang masih dapat berlanjut maka kemasan
tidak dapat berbuat banyak. Kemasan saja tidak dapat melindungi kerusakan produk
yang memerlukan penyimpanan dingin, untuk itu harus ada alat/sarana penyimpanan
merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical.
digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang yang fragile seperti
elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut menjadi salah satu pilihan bahan
pengemas makanan dan minuman. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu
jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.
makanan yang mereka sajikan. Produk-produk siap saji juga banyak yang
menggunakan Styrofoam seperti mie instant, kopi, bubur ayam, bakso, dan lain-
seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC
(Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak
digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.
Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam
dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu
sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi,
dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan
plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang
berisi udara.
diketahui bahwa bahan dasar Styrofoam (styrene) dan dan bahan aditif lainnya seperti
butadiene yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang
(Yuliarti, 2007).
Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan
bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia
karsinogen dalam makanan. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan
semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang
bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau
ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka
panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan peniup pada
pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta
sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini
akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi
serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan
pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam konsentrasi rendah.
Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi yang tidak teratur dan
Pada tahun 1986, national Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat
styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ng/g.
konsentrasi styrene 350 ng/g adalah spertiga dari ambang batas yang dapat
(Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu
hemoglobin (anemia) akan menyebabkan kekurangan oksigen pada sel-sel tubuh dan
menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah (3L). anemia kronis dapat berakibat fatal
lain karena pengaruhnya, kekuatan, ukuran, atau status, atau melalui kombinasi dari
ada pelaksana perjanjian antara kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran
barang atau jasa, dengan perjanjian tersebut maka kedua belah pihak dapat dengan
leluasa untuk melakukan tawar menawar harga. Posisi tawar harus dilakukan lebih
dari satu orang, jadi minimal ada dua orang yang bertransaksi (pedagang dan
konsumen).
Styrofoam dengan kemasan jenis lain yang lebih aman. Proses tawar menawar atau
negosiasi dilakukan oleh konsumen yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang
diberikan dalam hal ini makanan yang dikemasan menggunakan wadah Styrofoam.
lemah daya tawarnya. Salah satunya disebabkan karena mereka belum memahami
hak-hak mereka atau bahkan tidak jarang menganggap itu adalah persoalan yang
biasa saja. Konsumen sebetulnya memiliki beberapa hak, menurut Widjaja dan Yani
(2003) yang dikutip pada kongres yang dikemukakan oleh presiden Amerika Serikat,
tanggal 20 April 1999 pada Bab III pasal 4, yang mengatur hak-hak konsumen di
b. Hak untuk memilih barang an jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi barang dan/atau
jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, apabila barang dan/atau jasa
karena konsumen berada dalam posisi tawar yang tidak seimbang. Banyak faktor
haknya.
2.8 Perilaku
2.8.1 Pengetahuan
salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar melakukan sesuatu. Unsur-unsur
tersebut adalah :1. Pengetahuan/ pengertian dan pemahaman tentang apa yang
dilakukan, 2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa
yang dilakukan, 3. Sarana yang diperlukan untuk melakukan serta 4. Dorongan atau
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan,
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
b. Memahami (comperhension)
c. Aplikasi (application)
prinsip atau materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi lain atau
d. Analisis (analysis)
struktur organisasi atau masalah/ objek yang diketahui dan masih ada kaitannya
f. Evaluasi (evaluation)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi
1. kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana
1. Menerima (receiving)
diberikan.
2. Merespon (responding)
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah dan merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko
(2007), yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi prasaan yang berasal dari
dalam diri individu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang,
suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Melalui
yang disusunnya.
Karakterisik Pengetahuan
Posisi Tawar
Konsumen :
Konsumen dalam
1. Umur Penggunaan
2. Jenis kelamin Sikap Wadah Styrofoam
3. Pendidikan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap Konsumen Dengan Posisi
Tawar Tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam sebagai Wadah Makanan
Styrofoam.