Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. Konsep Dasar Medis

A. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan

terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang secara langsung

atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2009 hal 74).

Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Sunaryo, 2004 hal

32).

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama

(NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa

lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

2. Etiologi

Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada

pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang

kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang sembarangan, harapan akan

1
struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di

rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif, kejadian

sakit, dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri rendah

dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor presipitasi.

1) Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan dalam

konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Perkembangan

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat

mempengaruhi gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada

masa perkembangan, harapan orang yang penting dalam hidupnya,

peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang mempengaruhi,

keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang dimiliki.

2) Faktor yang mempegaruhi harga diri

Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi pada

gangguan konsep diri diantaranya: anak sangat peka terhadap perlakuan

dan respon orang tua yang kasar, membenci, tidak menerima atas usaha

anak, ketidak pastian diri, dan anak yang tidak menerima kasih sayang

2
maka anak tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta

orang lain.

3) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah diterima

masyarakat bahwa wanita kurang mampu, kurang mandiri, kurang

obyektif, dan kurang rasional dibandingkan dengan pria sedangkan pria

dianggap kurang sensitive, kurang hangat, dan kurang ekspresif

dibandingkan dengan wanita.

4) Faktor yang mempengaruhi identitas personal

Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu apakah yang ia

pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan timbul

rasa bersalah. Kontrol orang tua pada anak remaja akan menimbulkan

perasaan benci anak pada orang tua. Anak remaja ingin diterima,

dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki oleh kelompoknya.

5) Faktor presipitasi

Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari dalam. Dimana

situasi-situasi yang dihadapi individu tidak mampu menyesuaikan stressor

yang mempengaruhi gambaran diri seperti:

a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

kejadian yang megancam.

3
b) Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi

peran:

a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-

norma budaya atau nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.

b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan

sehat menuju keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh

kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan,

dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis, dan keperawatan.

3. Tanda Dan Gejala

Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah

(Stuart dan Sundeen, 2010)

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri

c. Rasa bersalah atau khawatir

d. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan

zat.

e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

4
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial

g. Menarik diri dari realitas

h. Merusak diri

i. Merusak atau melukai orang lain

j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri

4. Mekanisme Sebab – Akibat

Sebab

a. Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan

makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh, klien biasanya tidak

dapat menerima kondisinya, merasa kurang sempurna kemudian akan timbul

harga diri rendah

Tanda dan Gejala :

1) Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2) Menolak penjelasan perubahan tubuh.

3) Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.

4) Mengungkapkan keputusasaan.

5) Mengungkapkan ketakutan

5
b. Ideal diri tidak realistic

Ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak realitas, ideal diri yang

suram dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan – kegagalan yang

dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dicapai membuat

frustasi dan timbul harga diri rendah.

Tanda dan gejala :

1) Merasa diri tak berharga

2) Perasaan tidak mampu

3) Rasa bersalah

4) Ketegangan peran yang dirasakan

5) Pandangan hidup yang pesimis

6) Penolakan terhadap kemampuan personal atau ketidakmampuan untuk

mendapatkan penghargaan yang positif

Akibat

a. Isolasi sosial : menarik diri

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menari

diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun

minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart

dan Sundeen, 1995).

6
Tanda dan Gejala

1) Apatis

2) Ekspresi wajah sedih

3) Afek tumpul

4) Menghindar dari orang lain

5) Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain

6) Komunikasi kurang

7) Kontak mata kurang

8) Berdiam diri

9) Kurang mobilitas

10) Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)

11) Mengambil posisi tidur seperti janin

12) Kemunduran kesehatan fisik

13) Kurang memperhatikan keperawatan diri

7
B. Pohon Masalah menurut Keliat (2010)

Isolasi sosial : menarik diri


Akibat

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Core problem

Gangguan citra tubuh Penyebab

C. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Menarik diri

Data Obyektif :

a. Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul.

b. Komunikasi kurang atau tidak ada.

c. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

d. Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah ; klien kurang mobilisasi.

e. Menolak berhubungan dengan orang lain.

f. Tidak melakukan kegiatan sehari- hari.

Data Subyektif

Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang lain.

8
2. Harga diri rendah.

Data Obyektif :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri.

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik diri).

c. Merendahkan martabat.

d. Gangguan hubungan social, menarik diri, lebih suka sendiri.

e. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

f. Menciderai diri akibat harga diri rendah serta tatapan yang suram.

Data Subyektif

a. Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh, tidak tahu apa-apa.

b. Klien megungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

3. Gangguan citra tubuh

Data Obyektif :

a. Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

c. Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.

d. Mengungkapkan keputusasaan.

e. Mengungkapkan ketakutan.

9
Data Subyektif

Klien mengatakan malu terhadap dirinya sendiri

D. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga

diri rendah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.

E. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri b.d gangguan konsep

diri: harga diri rendah

1. Tujuan Umum

Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial : menarik diri, dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina berhubungan saling percaya

Kriteria evaluasi:

1) Ekspresi wajah bersahabat

2) Menunjukkan rasa senang

3) Ada kontak mata

4) Mau berjabat tangan dan menyebut nama

5) Mau menjawab salam

6) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat

7) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

10
Intervensi:

1) Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya

7) Beri perhatian kepada kllien dan perhatika kebutuhan dasar klien

Rasionalisasi: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan

interaksi selanjutnya.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

1) Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan tempat

kerja.

2) Daftar positif keluarga klien

3) Daftar positif lingkungan klien

Intervensi:

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat

daftarnya.

2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif

3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek

positif klien

11
Rasionalisasi:

1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri

atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

2) Reinforcemen positif akan meningkatkan harga diri klien

3) Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya

karena ingin mendapatkan pujian.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Kriteria evaluasi:

1) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit

2) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah

Intervensi Keperawatan:

1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit

2) Diskusikan kemampuan yang dapt dilanjutkan pengguanaan di rumah sakit

3) Berikan pujian

Rasionalisasi:

1) Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat

untuk berubah

2) Pengertia tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap

mempertahankan penggunaannya.

d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

12
1) Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih

2) Klien mencoba

3) Susun jadwal harian

Intervensi Keperawatan:

1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah

sakit.

2) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.

3) Beri pujian atas keberhasilan klien.

4) Diskusikan jadwal kegiatan haria atas kegiatan yang telah dilatih.

5) Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai

6) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan, buat jadwal.

a) Kegiatan mandiri

b) Kegiatan dengan bantuan sebagian

c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

d) Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien

e) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

13
Rasionalisasi:

1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

2) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk

melaksanakan kegiatan.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya.

Kriteria Evaluasi:

1) Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau

tergantung)

2) Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri

Intervensi Keperawatan:

1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

Rasionalisasi:

1) Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien

2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan

yang biasa dilakukan

f. Klien dapt memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Kriteria Evaluasi :

1) Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian

2) Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien

14
Intervensi Keperawatan :

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien denga

harga diri rendah.

2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

4) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah

5) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil

Rasionalisasi :

1) Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses

penyembuhan klien

2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.
Keliat, Budi Anna. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (2015). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC.
Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai