Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
“TEKNIK PEMBUATAN LEAF CLEARING UNTUK PENGAMATAN
STOMATA”
I. TUJUAN
Mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik
pembuatan leaf clearing untuk pengamatan stomata.
IV. HASIL
Hasil praktikum leaf clearing stomata sebagai berikut :
3. 1 3
V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap pembuatan,
bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan leaf clearing untuk pengamatan
stomata. Metode pembuatan leaf clearing digunakan pada beberapa macam
tanaman yang termasuk golongan monokotil dan dikotil. Penggunaan metode leaf
clearing umumnya dilakukan untuk pembuatan preparat strukur anatomis dan
kerapatan trikoma. Pengamatan stomata dilakukan dengan cara pembuatan
preparat menggunakan metode leaf clearing (Kartikaningtyas dkk, 2014).
Teknik pembuatan leaf clearing untuk pengamatan stomata memiliki
beberapa langkah dalam pembuatannya. Langkah pembuatan diawali dengan daun
dicuci bersih menggunakan air yang mengalir. Setelah bersih potong daun
berukuran 1x1 cm. Selanjutnya daun direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam.
Fungsi alkohol 70% sebagai larutan yang dapat meluruhkan klorofil pada daun.
Langkah selanjutnya sampel daun dipindahkan ke dalam larutan NaOH dan
direndam selama 1-2 hari. Fungsi NaOH sebagai pembersih alkohol yang masih
tersisa dari larutan sebelumnya dan untuk meluruhkan klorofil (Lakitan, 2007).
Sampel daun kemudian direndam dalam kloral hidrat salama 1 jam sampai terlihat
bening atau transparan. Fungsi kloral hidrat sebagai pembeningan daun dari sisa
klorofil yang ada. Langkah selanjutnya rendam dengan alkohol 70% selama 5
menit. Fungsi alkohol 70% agar sel tidak mengalami lisis. Sampel daun diwarnai
dengan pewarna safranin selama 1-2 menit dan selanjutnya direndam dalam
alkohol 70% selama 1-3 menit. Fungsi dari safranin sebagai pewarna sel pada
bagian sel yang telah mengalami lignisasi sedangkan fungsi alkohol 70% sebagai
pengatur agar warna tidak pekat. Selanjutnya sampel daun dipindahkan ke dalam
larutan xilol dan direndam selama 1-2 menit. Fungsi xilol sebagai clearing atau
penjernihan (Lakitan, 2007). Sampel daun kemudian dipindahkan ke kaca objek
dan ditetesi dengan entellan lalu tutup menggunakan kaca penutup. Fungsi
entellan sebagai perekat yang merekatkan kaca objek dengan kaca penutup dan
sebagai pengawet sampel daun yang akan dijadikan preparat. Terakhir, dilakukan
pengamatan bagian dari stomata.
Hasil yang didapatkan pada praktikum pembuatan leaf clearing untuk
pengamatan stomata didapatkan hasil tiga jenis daun yang dapat teramati.
Sedangkan stomata daun yang lain tidak dapat teramati. Stomata yang dapat
teramati yaitu stomata yang berasal dari permukaan bawah daun rumput gajah
(Pennisetum purpureum). Menurut Nurlia, (2016) rumput gajah memiliki stomata
pada permukaan atas dan bawah daun atau disebut amfistomatik. Daun rumput
gajah memiliki stomata bertipe parasitik, karena dikelilingi oleh dua sel tetangga
yang sejajar satu sama lain. Jumlah stomata pada permukaan daun lebih banyak
dibanding permukaan bawah daun. Stomata rumput gajah yang merupakan
tumbuhan monokotil memiliki tipe gramineae karena panjang sel tetangga sejajar
dengan poros stomata. Sel penjaga pada rumput ini berbentuk halter yaitu bentuk
sel penjaga yang menyempit pada bagian tengah dan mengembang pada bagian
ujungnya. Stomata ini bertipe kriptopor karena posisinya yang tenggelam dibawah
epidermis. Stomata daun pisang berbentuk ginjal dengan sel-sel epidermis
berbentuk heksagonal dengan tipe anomorsitik. Tipe stomata pada daun papaya
(Carica papaya) adalah anomositik dengan sel penjaga seperti bentuk ginjal. Tipe
stomata anomositik mempunyai 4-7 sel tetangga yang tidak dapat dibedakan
dengan sel epidermis. (Usman, 2015).
Stomata daun lain tidak dapat teramati dikarenakan pewarna safranin yang
terlalu pekat pada daun sehingga sel-sel stomata tidak dapat terlihat dalam
pengamatan menggunakan mikroskop. Selain karena pewarnaan terlalu banyak,
pada saat peluruhan klorofil harus membutuhkan waktu yang lebih lama hal ini
dikarenakan daun memiliki ketebalan dan warna klorofil yang tua, sehingga
waktu yang dibutuhkan seharusnya lebih lama agar klorofil dapat luruh
(Lakitan,2007).
Stomata yang terdapat pada tumbuhan kebanyakan ditemukan pada bagian
daun, baik pada sisi atas maupun sisi bawah daun. Selain pada daun juga
didapatkan stomata pada cabang maupun batang tanaman. Stomata memiliki
peran sebagai tempat terjadinya pertukaran antara CO2 dan O2 dilingkungan
melalui proses difusi (Sarjani dkk, 2017). Stomata pada monokotil dengan dikotil
memiliki perbedaan, pada tanaman monokotil stomata terletak secara berderet
sejajar serta sel penutup pada tanaman monokotil mempunyai bentuk yang
seragam dan memiliki struktur yang lebih spesifik yang jika dilihat dari
permukaan sel terlihat sempit pada bagian tengah dan terlihat membesar pada
ujungnya. Sedangkan pada tambuhan dikotil letak stomata yang terlihat tersebar
pada seluruh bagian sel epidermis selain itu, sel penutup pada tumbuhan dikotil
pada umumnya berbentuk seperti ginjal (Anu dkk, 2017). Pada dikotil yang
berdasarkan jumlah sel tetanggnya stoma dibedakan menjadi enam tipe yaitu
anomositik adalah jumlah sel tetangga yang mengelilingi sel penjaga, animositik
adalah jumlah sel tetangga tiga, diasitik adalah jumlah sel tetangga dua, parasitik
adalah poros panjang sel penjaga sejajar dengan sel tetangga, aktinositik adalah
jumlah sel tetangga empat atau lebih serta siklositik adalah jumlah sel tetangga
empat atau lebih, sel-selnya tersusun melingkar seperti cincin (Usman, 2015).
Berdasarkan pada letak pada permukaan daun maka stomata terbagi
menjadi tiga tipe yaitu amphistomatik ialah jika stoma yang berada pada kedua
permukaan daun, epistomatik ialah jika stoma hanya terdapat pada permukaan atas
daun saja sedangkan pada hipostomatik ialah jika stoma hanya terdapat di
permukaan bawah daun saja. Stomata pada umumnya membuka pada siang hari
dan menutup pada malam hari. Hal ini dikarenakan untuk mencegah tumbuhan
kehilangan air yang tidak perlu ketika hari terlalu gelap untuk melakukan
fotosintesis. Alasan stomata terbuka pada siang hari yaitu cahaya merangsang sel
penjaga untuk mengakumulasikan kalium menjadi bengkak selanjutnya
menyebabkan kehilangan CO2 di dalam ruangan udara pada daun dan terjadi pada
saat tumbuhan berfotosintesis yang dimulai di mesofil serta dalam pembukaan
stomata adalah satu jam internal yang terletak di dalam sel penjaga (Usman,
2015).
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah, metode leaf
clearing umumnya dilakukan untuk pembuatan preparat strukur anatomis dan
kerapatan trikoma. Hasil yang yaitu, daun rumput gajah memiliki stomata pada
permukaan atas dan bawah daun atau disebut amfistomatik. Daun rumput gajah
memiliki stomata bertipe parasitik, karena dikelilingi oleh dua sel tetangga yang
sejajar satu sama lain. Stomata daun pisang berbentuk ginjal dengan sel-sel
epidermis berbentuk heksagonal dengan tipe anomorsitik. Tipe stomata pada daun
papaya (Carica papaya) adalah anomositik dengan sel penjaga seperti bentuk
ginjal. Tipe stomata anomositik mempunyai 4-7 sel tetangga yang tidak dapat
dibedakan dengan sel epidermis.
VII. SARAN
Disarankan agar lebih memperhatikan waktu dalam menghilangkan
klorofil dan dalam pewarnaan agar tidak terlalu pekat, sehingga dalam
pengamatan stomata dapat terlihat jelas.