Anda di halaman 1dari 3

Bandung, 24 Maret 1946.

Dua orang pemuda Republik merayap perlahan-lahan


mendekati gudang mesiu Jepang. Misi mereka satu: Membumihanguskan kota Bandung, kota
tercinta mereka sendiri. Berbekal granat tangan, mereka bermaksud meledakkan 1.100 ton
bubuk mesiu di gudang persenjataan yang dulu dimiliki Jepang di daerah Dayeuh Kolot,
Bandung Selatan. Dua pemuda itulah yang kemudian diabadikan sejarah dengan nama
Mohamad Toha dan Mohamad Ramdan.

Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi karena pasukan Inggris mulai memasuki kota
Bandung sejak pertengahan bulan Oktober 1945. Di Bandung, pasukan Inggris dan NICA
melakukan teror terhadap rakyat sehingga mengakibatkan terjadinya pertempuran. Menjelang
bulan November 1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. Setelah masuknya
tentara Inggris yang berasal dari satuan NICA memanfaatkannya untuk mengembalikan
kekuasaannya atas kota Bandung. Hal ini menyebabkan semangat juang rakyat dan para
pemuda yang tergabung dalam TKR dan badan-badan perjuangan lainnya semakin berkobar.

Pertempuran besar dan kecil terus berlangsung di Bandung. Malapetaka lain juga terjadi
di Bandung, yaitu dengan jebolnya bendungan Sungai Cikapundung yang menimbulkan
bencana banjir besar di kota Bandung. Peristiwa itu terjadi pada malam hari tanggal 25
November 1945. Pada saat itu kota Bandung dibagi menjadi dua, yaitu pasukan Sekutu
menduduki daerah Bandung Utara dan Bandung Selatan menjadi daerah Republik Indonesia.
Jebolnya tanggul sungai itu dikaitkan dengan aksi teror yang dilakukan oleh NICA sehingga
menimbulkan amarah rakyat dan mereka melakukan aksi pembalasan.

Sesuai dengan kebijakan politik diplomasi, pihak Republik Indonesia mengosongkan


daerah Bandung Utara. Namun, karena Sekutu menuntut pengosongan sejauh sebelas kilometer
dari Bandung Selatan, akibatnya meletus pertempuran dan aksi bumi hangus di segenap
penjuru kota. Kota Bandung terbakar hebat dari batas timur Cicadas sampai dengan batas barat
Andir. Satu juta jiwa penduduk kota Bandung menyingkir ke luar kota. Pada tanggal 23 dan 24
Maret 1946 mereka meninggalkan kota Bandung yang telah menjadi lautan api. Peristiwa itu
diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Tokoh pejuang dalam pertempuran Bandung itu,
di antaranya: Aruji Kertawinata, Sutoko, Nawawi Alib, Kolonel Hidayat, Oto Iskandardinata,
dan Kolonel A.H. Nasution (Panglima Divisi Jawa Barat).
Pada saat itu Menteri Keamanan Rakyat Amir Sjarifuddin mendatangi Bandung dan
memerintahkan TRI untuk mengosongkan kota. Meski dengan berat hati perintah itu dipatuhi.
Namun sebelum meninggalkan Bandung, TRI melancarkan serangan ke pos-pos tentara sekutu.

Di tengah pertempuran hebat pejuang Republik melawan tentara sekutu itulah sosok
pemuda 19 tahun, Mohammad Toha dan teman seperjuangannya Mohammad Ramdan berhasil
menjalankan misi meledakkan gudang mesiu sehingga menjadikan kota Bandung diselimuti
api berkobar. Peristiwa itu disebut Bandung Lautan Api. Keduanya rela mengorbankan nyawa
ikut gugur dalam ledakan dahsyat itu.

Langkah kedua pemuda itu diikuti oleh seluruh warga Bandung. Mereka membakar
sendiri rumah-rumah mereka. Bandung benar-benar menjadi lautan api. Rakyat mengungsi ke
daerah aman yang masih dikuasai Republik Indonesia. Iin (75), mengenang peristiwa itu. Dia
ingat ayahnya sendiri yang membakar rumah mereka di kawasan Kebon Kalapa.

“Supaya tidak jatuh ke tangan Belanda. Bapak bakar rumah, saya masih kecil waktu
itu. Mengungsi ke Bale Endah,” kata Iin. Ribuan warga Bandung lainnya melakukan hal sama.
Lebih baik membakar rumah daripada membiarkannya jatuh ke tangan sekutu. Saksi mata yang
melihat dari ketinggian melihatnya seperti lautan api karena Bandung terbakar di mana-mana.

Sementara itu, benteng NICA yang terletak di Dayeuh Kolot, Bandung Selatan
dikepung oleh para pejuang Bandung sebagai taktik menghancurkan daerah itu. Dalam
pertempuran itu, seorang pemuda yang bernama Toha siap berjibaku untuk menghancurkan
gudang mesiu dengan membawa alat peledak. Toha menyelundup dan meledakkan diri
sehingga hancurlah gudang mesiu milik NICA. Toha gugur dalam menjalankan tugasnya untuk
bangsa dan Negara. Peristiwa tersebut difilmkan dengan judul Toha Pahlawan Bandung
Selatan. Sebagai peringatan kejadian ini juga telah dibangun tugu Bandung lautan api. Nama
Mohamad Ramdan dan Mohamad Toha diabadikan menjadi nama jalan di Pusat Kota
Bandung. Monumen Bandung Lautan Api dibangun di Tegalega.

Istilah di bumi hanguskannya Bandung kala itu yang kemudian menjadi populer, dan
diciptakannya lagu untuk mengenang peristiwa tersebut.

Halo-halo Bandung

Ibukota periangan
Halo-halo Bandung

Kota kenang-kenangan

Sudah lama beta

Tidak berjumpa dengan kau

Sekarang telah menjadi lautan api

Mari bung rebut kembali

Anda mungkin juga menyukai