Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar Belakang
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah(akad, transaksi)
dalam berbagai bidang. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan
manusia dalam masyarakat. Dari sekian banyak transaksi atau akad yang ada,
diantaranya adalah akad al-musyarakah.
Al- Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah
dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu mekanisme yang dapat
menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang bermanfaat
untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap kegiatan yang
dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan jenis serta bentuk dari al-Musyarakah?
2. Bagaimana aplikasi musyarakah dalam perbankaan?
3. Bagaimana ketentuan umum dari al-Musyarakah?
4. Apa manfaat dan resiko al-musyarakah itu?
C. Pendapat Penulis Terkait pengertian Jenis dan Bentuk al-
Musyarakah
1. Pengertian al- Musyarakah
Musyarakah secara bahasa di ambil dari bahasa arab yang berarti
mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang
lain sehingga tidak dapat di pisahkan satu sama lain.
Al –Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
Analisi: bahwa musyarakah disini merupakan sebuah akad kerja sama
di dalam islam antara dua pihak atau lebih dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko di tanggu bersama, dengan adanya hal ini
memudahkan sesorag yang ingin melakukan kerjasama dengan
menggunakan syriat islam.
2. Jenis jenis Al-Musyarakah
Al- musyarakah ada dua jenis yaitu:
a. Musyarakah pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih .
b. Musyarakah akad (kontrak)
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana
dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka
memberikan modal musyarakah. Musyarakah akad dibagi menjadi
lima jenis:
a) Syirkah al- ‘Inan yaitu kontrak antara dua orang atau lebih.
b) Syirkah mufawadhah yaitu kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih.
c) Syirkah A’maal yaitu kontrak kerja sama dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagai
keuntungan dari pekerjaan itu.
d) Syirkah Wujuh yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.
e) Syirkah al-mudharabah yaitu syirkah yang apabila terjadi
keuntungan maka dibagi hasil sesuai nisbah yang disepakati
kedua belah pihak yaitu pemilik modal serta pelaku usaha.
Analisis:
Penulis setuju dengan adanya jenis-jenis Al- musyarakah yaitu
musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak) bahwa dalam
musyakah tercipta dapat dikarenakan adanya wasiat, waris dan
sebagainya, yang termasuk di dalam musyarakah pemilikan.
Tetapi tercipatnya musyarakah juga bisa di lakukan dengan adanya
kesepakatan dengan akad terdapat berabagai jenis syirkah memudahkan
apabila ingin melakukan kerjasama sesuai bidang usahanya sesuai
syariat islam dengan menerapkan sisatem syikah yaitu: syirkah inan,
syirkah mufawwadah, syirkah amal, syirkah wujuh, syirkah
almudhrabah.
3. Bentuk-bentuk musyarakah:
a. Musyarakah tetap
Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah
musyarakah tetap ketika jumlah porsi modal yang disertakan oleh
masing-masing mitra tetap selama periode kontrak.
b. Musyarakah menurun
Pada kerja sama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan
bersama suatu aset dalam bentuk properti, peralatan, perusahaan,
atau lainnya.
c. Musyarakah mutanaqishah
Suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha
kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu.
Analisis: penulis setuju dengan adanya bentuk-bentuk musyarakah
akan menambah pemahaman tentang musyrakah lebih mendalam
bawahwa di dalamnya terdapat bentuk musyarakah tetap,yaitu
terkategori paling sederhana karena jumalah modal yang disetorkan
selama periode kontra itu tetap hal ini memudahkan sesorang yang baru
memulai menggunakan sisten syikah , musyarakah menurun yaitu
kerjasama yang didalamnya untuk kemilikan suatu aset, selanjutnya
terdapat musyarkah mutanaqisah yaitu suatu penyertaan modal secara
terbatan dan berjangka waktu tertentu.
D. Pendapat Penulis Terkait Aplikasi Musyarakah dalam Perbankaan
1. Pembiayaan proyek, Al- musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek
tersebut selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
Analisis: setuju dengan pendapat tersebut bahwa bahwa di dalam Al-
musyarakah merupakan kerja sama dimana masing- masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko di
tanggung bersama, sama halnya dengan nasabah sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek
tersebut selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
2. Modal ventura, bahwa pada lembaga keuangan khusus yang
dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-
musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Secara umum,
aplikasi perbankan dari al-musyarakah dapat digambarkan dalam
skema berikut
Skema Al – Musyarakah
nasabah persial : bank syariah persial
Asset Value proyek pembiayaan
usaha

Keuntungan

Bagi hasil keuntungan sesuai proporsi kontribusi


modal

Analisis: menurut penulis setuju dengan pendapat tersebut modal


ventura sama halnya pada pembiayaan proyek bahwa disini juga
terdapat
E. Pendapat Penulis Terkait Ketentuan Umum al-Musyarakah
1. kerjasama pengelolahan dana yang bagi hasil keuntungannya seuai
dengan kontribusi yang diberikan berupa modal awal. Semua modal
disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola
bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak
boleh melakukan tindakan, seperti:
a. Mengabungkan dana proyek dengan harta pribadi
b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainnya.
c. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau
digantikan oleh pihak lain.
d. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila,
menarik diri dari perserikatan, dan menjadi tidak cakap hukum.
e. Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan
porsi konstribusi modal.
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama
bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
Analisis: menurut pendapat penulis setuju dengan hal itu karena
dalam proyek musyarakah harus di kelolah bersama-sama, karena di
dalam syarat- syarat musyarakah yang salah satunya adalah syarat
terealisasikannya akad bahwa untuk merealisasikannya haru dengan
adanya kerjasam yang solid antar pelaku akad di dalam proyek
musyarakah, dan memilih modal yang dipercaya menjalankan proyek
musyarakah tidak boleh melakukan tidakan seperti:
a. Mengabungkan dana proyek dengan harta pribadi ,bahwasanya
apabila seorang pengelolah modal menggabungkan dana dengan
harta pribadi di khawatirkan apabila terdapat kerugian maka harta
pribadinya ikut di dalamnya,
b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainnya, hal ini tidak boleh dilakukan karena akan
merugikan pemilih modal lain apabila dengan mengizinkan pihak
lain menjalankan proyek tanpa kesepakatan bersama apabila terjadi
kerugian akan menimbulan pecahnya hubungan kerjasama.
c. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau
digantikan oleh pihak lain. Dikarenakan apabila sang pemilik
modal meninggal dunia bisa di alihkan kepada ahliwarisnnya.
d. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila,
menarik diri dari perserikatan dan menjadi tidak cakap hukum.
Karena seorang yang ikut melaksanakan perserikatan atau
kerjasama haruslah tergolong cakap di dalam hukum.
e. Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan
porsi konstribusi modal. Karena hal ini sebuah kerjasama yang di
jalankan bersama maka semua anggota wajib mengetahui semua
hal yang berda di dalam proyek termasuk keuntungan yang wajib di
bagi sesuai modal kontribusi yang di berikan masing-masing pihak.
F. Pendapat Penulis Terkait Manfaat dan Risiko al-Musyarakah
1. Manfaat al-Musyarakah:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/
arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan.
e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.
Analisis:
Dalam menjalankan Al-Musyarakah di dalam perbankan syariah
banyak memiliki manfaat yang di peroleh seperti yang terdapat pada
makalah bahwa bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah
tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat, karena
sekarang ini banyak nasabah yang beralih dari bank konvensional ke
bank syariah karena di dalamnya menggunakan sistem yang di
dalamnya tidak menggunakan unsur riba.
Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan /
hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative
spread. Dan pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/ arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah,
Bahwa disini bank hanya memberikan sesuai dengan hasil pendapatan
sehingga pihak bank juga tidak dirugikan serta nasabah tidak juga
dirugikan karena sistem yang di pakai Al-Musyarakah.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Karena sistem yang di
pakai berdasarkan syariah islam bahwa tidak boleh terdapat unsur
maisir,gharar,dan riba di dalamnya harus halal dan amanah .
Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi. Karena disini menggunakan sistem syariah maka bunga yang
di tetapkan oleh bank menggunakan sistem bagi hasil, jadi tidak ada
yang di rugikan satu sama lain baik dari pihak bank maupun pihak
nasabah.
2. Risiko al-Musyarakah:
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak
jujur.
Analisis : bahwa menurut penulis sependapat bahwa di dalam
menjalankan Al-musyrakah juga terdapat resiko yang harus di tanggung
yaitu Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja,
penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
Karena hal itu bisa saja terjadi di dalam melakukan sistem Al-
musyarakah.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’. Bank Syriah dari Teori ke Praktik. Jakarta:


Gema Insani. 2001.
Ascary. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Garfino Persada.
2013.
Sudarso, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: P3EI.
2004.

Anda mungkin juga menyukai