TINJAUAN PUSTAKA
Respon syok terjadi ketika stress tidak lagi disebabkan “fight or flight”tetapi
disebabkan penurunan akut dari hantaran oksigen dan/atau produksi ATP.
Perdarahan, hypovolemia karena diare yang berat dan mendadak atau disfungsi
jantung dan pembuluh darah akibat sepsis, toksin atau obat-obatan, menyebabkan
otak memimpin respon syok untuk menyelamatkan jiwa. Ini agak mirip dengan
respon stress tetapi bersifat lebih mencolok. Kadar katekolamin dan kortisol lebih
tinggi. Sebagai contoh, kadar kortisol pada stres bisa mencapai 30μg/dL, tetapi
selama syok bisa mencapai 150 sampai 300μg/dL. Sistem angiotensin/aldosteron
dan antidiuretic hormone (vasopresin) juga diaktifkan untuk menjaga cairan
intravaskular. Katekolamin menginduksi takikardia, sedangkan angiotensin,
aldosteron dan vasopresin menyebabkan oliguria. Glukagon juga dilepaskan.
Bersama-sama dengan kortisol dan katekolamin, glucagon menginduksi
hiperglikemia melalui glukoneogenesis, disamping melalui resistensi insulin.
Respon syok ini memungkinkan pasien untuk kompensasi jangka pendek (short-
term survival), namun intervensi medis sering dibutuhkan agar pasien selamat.
Pemahaman dan penerapan prinsip fisiologi dibutuhkan untuk menyelamatkan
pasien (long-term survival).4
Telah dikenal beberapa etiologi dari syok, dengan kategori utama sebagai
berikut:7
Stadium dekompensata
Stadium Irreversible
2. Etiologi
Syok hipovolemik terjadi akibat defisiensi absolut volume darah
intravaskular. Ini adalah penyebab utama kematian anak di Amerika Serikat
dan di seluruh dunia, meskipun agen penyebab spesifik mungkin berbeda
secara global. Penyebab syok hipovolemik meliputi:1,4,9
Kehilangan volume intravaskular (misalnya, dari gastroenteritis,
luka bakar, diabetes insipidus, stroke panas)
Pendarahan (mis. Karena trauma, pembedahan, perdarahan
saluran cerna) (lihat gambar di bawah)
Kehilangan interstisial (misalnya, akibat luka bakar, sepsis,
sindrom nefrotik, obstruksi usus, asites)
3. Patofisiologi
Saraf simpatik, sistem kardiovaskular, dan neuroendokrin masing-
masing berperan penting dalam respon homeostasis penurunan volume
intravaskular. Pelepasan adrenalin, noradrenalin, angiotensin II, dan hormon
antidiuretik berfungsi untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi
memadai untuk organ yang paling penting, seperti otak dan jantung.9
Kondisi klinis syok hipovolemik dapat dikategorikan menjadi 3 fase:
(i) kompensasi, (ii) dekompensasi, dan (iii) irreversible. Pada fase awal atau
kompensasi syok, penurunan tekanan darah yang dibaca oleh baroreseptor di
lengkung aorta dan sinus karotis yang menstimulasi output simpatik. Pada
tingkat yang lebih tinggi, katekolamin kemudian menyebabkan peningkatan
denyut jantung, kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi untuk
mempertahankan curah jantung.9
4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis syok hipovolemik dipengaruhi oleh besarnya
kehilangan cairan tubuh dan mekanisme kompensasi. Kehilangan 5-10 persen
berat badan umumnya masih dapat dikompensasi. Kecuali tanda kehilangan
cairan, mekanisme kompensasi dapat dikenali dengan dijumpainya produksi
urine yang menurun, ujung ekstremitas dingin dan capillary refill time yang
dapat sedikit memanjang. Mekanisme kompensasi tidak akan memadai pada
kehilangan 15 persen atau lebih. Kesadaran anak akan menurun, produksi
urine minimal atau tidak ada, ujung ekstremitas dingin dan mottled, nadi
perifer sangat lemah atau tidak teraba, takikardi, tekanan darah menurun atau
tidak terukur. Hipoksia jaringan akan mengakibatkan asidosis dan takipnea.
Dalam keadaan lanjut akan terjadi pernapasan periodic atau apnea yang
selanjutnya disusul dengan henti jantung.
% Tanda Klinis
Darah HR TD Capillary Frekuensi Jumalah Status
hilang Refill Nafas Urine Mental
Time
<15 Normal Normal Normal Normal Normal Cemas
atau atau
Sedikit Meningkat
Naik
15-25 Sedikit Mungkin > 2 detik Takipnea Normal Cemas,
Naik Berkurang Ringan sampai mungkin
sedikit gaduh
berkurang
25-40 Naik Turun >2 detik Takipnea Sedikit ( Cemas,
Sedang <0,5 Bingung
ml/kg/jam)
>40 Naik Turun >2 detik Takipnea Absen Bingung,
Berat letargi,
Tidak
responsif
Sumber: ( Joseph, 2009 )
2.8 Syok Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik terjadi akibat kegagalan pompa jantung, yang dapat
diakibatkan akibat preload, afterload atau kontraktilitas miokardium. Curah
jantung juga menurun pada disritmia. Gangguan preload dapat terjadi akibat
pneumotoraks, efusi perikardium, hemoperikardium atau pneumo
perikardium. Gangguan afterload dapat terjadi akibat kelainan obstruktif
congenital, emboli, peningkatan resistensi vaskular sistemik (misalnya pada
pheochromocytoma). Gangguan kontraktilitas miokardium dapat diakibatkan
infeksi virus, gangguan metabolik seperti asidosis, hipoglikemia,
hipokalsemia, penyakit kolagen dll. Disritmia, misalnya blok
arterioventrikular atau paroxysmal atrial takikardia dapat mengakibatkan
syok kardiogenik. Respon neurohumoral seperti terjadi pada syok
hipovolemik juga terjadi pada syok kardiogenik. Peningkatan resistensi
vaskular sistemik akan meningkatkan afterload yang lebih lanjut akan
berakibat penurunan curah jantung10
2. Etiologi
Gangguan kontraktilitas jantung menentukan syok kardiogenik.
Kontraktilitas Jantung yang menurun menghasilkan penurunan stroke volume
(SV) dan Cardiac Output (CO). Penyebab syok kardiogenik meliputi:1,10
Aritmia
Kardiomiopati / karditis: Penyakit hipoksik / iskemik, infeksi,
metabolik, jaringan ikat, penyakit neuromuskuler, reaksi toksik,
idiopatik
Penyakit jantung bawaan : yang mengakibatkan berberkurangnya
curah jantung dan hipotensi sistemik: hypoplastic left heart
syndrome, stenosis aorta, interrupted aortic arch, koarktasio aorta
berat, anomali arteri koroner.
Trauma
Iatrogenik (yaitu, sindrom curah jantung rendah pasca operasi)
3. Patofisiologi
Patofisiologi syok kardiogenik dimulai dari disfungsi ventrikel kiri
dan berakhir dengan kematian melalui kondisi iskemik dan disfungsi
ventrikel kiri yang semakin progresif jika tidak diberikan intervensi
pengobatan. Alur spiral syok mendapat pengaruh negatif oleh (1) disfungsi
sitolik dengan berkurangnya curah jantung dan volume sekuncup sehingga
menyebabkan terganggunya perfusi perifer dan hipotensi. (2) disfungi
diastolic sehingga menyebabkan hipoksemia dan kongesti paru, (3)
munculnya sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) yang didorong oleh
nitrit oksida sintase endotel dan nitrit oksida sintase yang terinduksi (eNOS
dan iNOS), interleukin-6 (IL-6), TNF-α, sehingga menyebabkan
berkurangnya tahanan perifer.8
4. Gambaran Klinis
2. Etiologi
Pada keadaan klinis tertentu seperti syok distributif, tonus vaskular
perifer yang normal menjadi tidak wajar. Vasodilatasi menghasilkan
peningkatan kapasitansi vena, menyebabkan hipovolemia relatif bahkan jika
pasien belum benar-benar kehilangan cairan. Akibatnya, gangguan fisiologis
umum yang mempengaruhi distribusi oksigen pada syok distributif adalah
penurunan preload yang disebabkan oleh vasodilatasi masif dan volume
intravaskular efektif yang tidak memadai. Penyebab umum syok distributif
termasuk anafilaksis, cedera neurologis (mis. Cedera kepala, syok tulang
belakang), sepsis, dan penyebab terkait obat. Penyebab anafilaksis
meliputi:1,4
Obat-obatan (misalnya, antibiotik, vaksin, obat-obatan lain)
Produk darah
Racun serangga
Makanan
Getah
Asidosis laktat
Oliguria
Atau penurunan kesadaran
Syok septik adalah keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah
(tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan
darah sistolik lebih dari 40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi
meskipun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau
memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan
perfusi organ.12
2. Patofisiologi
Sepsis melibatkan berbagai mediator inflamasi termasuk berbagai
sitokin. Sitokin proinflamasi dan antiinflamasi terlibat dalam patogenesis
sepsis. Termasuk sitokin proinflamasi adalah TNF, IL-1, interferon (IFN-
γ) yang membantu sel menghancurkan mikroorganisme yang
menginfeksi. Termasuk sitokin antiinflamasi adalah interleukin 1 reseptor
antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10, yang bertugas untuk memodulasi,
koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan. Apabila terjadi
ketidakseimbangan kerja sitokin proinflamasi dengan antiinflamasi, maka
menimbulkan kerugian bagi tubuh.12
Endotoksin dapat secara langsung dengan LPS dan bersama-sama
membentuk LPSab (Lipo Poli Sakarida antibodi). LPSab dalam serum
penderita kemudian dengan perantara reseptor CD14+ akan bereaksi
dengan makrofag, dan kemudian makrofag mengekspresikan
imunomodulator. Hal ini terjadi apabila mikroba yang menginfeksi adalah
bakteri gram negatif yang mempunyai LPS pada dindingnya.12
Eksotoksin, virus dan parasit yang merupakan superantigen setelah
difagosit oleh monosit atau makrofag yang berperan sebagai Antigen
Presenting Cell (APC), kemudian ditampilkan dalam APC. Antigen ini
membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal dari Major
Histocompatibility Complex (MHC). Antigen yang bermuatan pada
peptida MHC kelas II akan berikatan dengan CD4+ (limfosit Th1 dan
Th2) dengan perantaraan TCR (T cell receptor).12
Limfosit T kemudian akan mengeluarkan substansi dari Th1 yang
berfungsi sebagai immunomodulator yaitu: IFN-γ, IL-2 dan M-CSF
(Macrophage Colony stimulating factor). Limfosit Th2 akan
mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN-γ merangsang
makrofag mengeluarkan IL-1β dan TNF-α. IFN-γ, IL-1β dan TNF-α
merupakan sitokin proinflamasi, pada sepsis terdapat peningkatan kadar
IL-1β dan TNF-α dalam serum penderita. Sitokin IL-2 dan TNF-α selain
merupakan reaksi sepsis, dapat merusakkan endotel pembuluh darah,
yang mekanismenya sampai saat ini belum jelas. IL-1β sebagai
imunoregulator utama juga mempunyai efek pada sel endotel, termasuk
pembentukan prostaglandin E2 (PG-E2) dan merangsang ekspresi
intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1). Dengan adanya ICAM-1
menyebabkan neutrofil yang telah tersensitisasi oleh granulocyte-
macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) akan mudah
mengadakan adhesi. Interaksi neutrofil dengan endotel terdiri dari 3
langkah, yaitu:12
1. Bergulirnya neutrofil P dan E selektin yang dikeluarkan oleh endotel
dan L-selektin neutrofil dala mengikat ligan respektif
2. Merupakan langkah yang sangat penting, adhesi dan aktivasi
neutrofil yang mengikat intergretin CD-11 atau CD-18, yang
melekatkan neutrofil pada endotel dengan molekul adhesi (ICAM)
yang dihasilkan oleh endotelTransmigrasi neutrofil menembus
dinding endotel.
Tatalaksana Syok pada anak menurut rekomendasi IDAI tahun 2014 adalah:14
Syok pada anak harus dikenali sejak mereka datang ke ruang gawat darurat.
Deteksi dini dan tatalaksana seksama dari syok bisa memperbaiki prognosis pada
pasien. Sasaran resusitasi meliputi pemulihan dari Capillary Refil Time yang
memanjang, hipotensi dan perbaikan indeks syok. Adapun manajemen dini untuk
syok di UGD sebagai berikut :4