Anda di halaman 1dari 14

SOAL:

1. Uraikan: (1) definisi Peradaban (2) mengapa peradaban muslim perlu


direkontruksi?
2. Uraikan: (1) makna konsep jihad intelektual? (2) kaum cendekiawan dan
lingkup tanggung-jawab mereka (3) perilaku individual dan perilaku sosial!
3. Uraikan argument Anda tentang: (1) definisi epistemologi (2) imperialisme
epistemologis! (3) lebih utama mana antara islamisasi ilmu pengetahuan
atau epistemologi Islam? Mengapa? (4) Tokoh islamisasi ilmu pengetahuan
dan tokoh westernisasi Islam? (5) Program-program dan langkah-langkah
mereka.
4. Jelaskan (1) urgensi Islam sebagai din (agama) dan konsekuensinya; (2)
Urgensi sains Islam.
5. Uraikan: dikotomi antara ilmu kedokteran Islam dengan ilmu kedokteran
barat!
6. Uraikan (1) maksud dari universitas Islam! (2) tujuan utama dari Universitas
Islam.
7. Uraikan tentang (1) definisi pengetahuan; (2) nilai; (3) karakteristik-
karakteristik kebudayaan Islam: tauhid, khilafah, ibadah, dan halal dan
haram.
8. Apa yang anda fahami tentang: (1) teknologi? (2) istishlah; istihsan; dan
khilafah? (3) kemandirian domestic? (4) berlaku untuk siapakah hal
tersebut?

JAWABAN
1. (1) Pengertian peradaban secara umum adalah bagian-bagian dari
kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju. Sedangkan pengertian
peradaban yang lebih luas Adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari
seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik (misalnya: bangunan, jalan)
maupun non-fisik (nilai, tatanan, seni budaya maupun iptek), yang
teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah,
agama, sebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif.
Menurut Albion Small perdaban adalah kemampuan mausia dalam

1
mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Naquib al-Attas mengatakan bahwa salah satu konotasi
din adalah medina, negara-kota yang menandai permulaan munculnya
peradaban Islam. Dari medina, Madinah, Islam tidak hanya muncul sebagai
sebuah agama, suatu sistem etika, tetapi ia muncul menjadi sebuah
peradaban.1 Dari peryataan tersebut dapat diketahui bahwa peradaban
adalah suatu sistemetika. Dalam islam etika merupakan sebuah concern
pragmatis, ia harus membentuk perilaku individual dan sosial. Analisa-
analisa etik mengedepankan kesalehan daripada kebijaksanaan pragmatis,
moral daripada kekuasaan. Sehingga orang yang beradab adalah orang yang
menerapkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang terdapat dalam Al-
qur’an dan sunnah.2
(2) Rekonstruksi peradaban muslim secara esensial merupakan suatu
proses elaborasi pandangan dunia Islam. Kelompok sarjana “pandangan
hiodup yang lengkap” telah merumuskan posisi-posisi klasik dan tradisional
untuk memecahkan problem-problem ummat – sebagaimana para juris dan
ulama pada masa lalutelah memecahkan problem-problem ummat pada
massa mereka. Kaum garda depan ini agaknya begitu yakin bahwa sudah
cukup memadai untuk menanggapi masalah-masalah kontemporer dalam
cakupan etis. Tapi agaknya sekarang ini kita melakukan lebih dari semua
itu, yait dengan memproduk alternative-alternatif dan solusi-solusi islam
pada begitu banyak problem yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat
kita.3

Peradaban muslim perlu direkontruksi karena pada titik waktu sejarah


kita sekarang ini, kita berada pada posisi yang memaksa kita untuk
menampilkan Islam sebagai suatu peradaban total. Islam dan masyarakatnya
seperti bangunan yang sangat indah tetapi kuno. Pondasi yang begitu kuat,
tetapi penembokkan (the brik work)-nya butuh perhatian mendesak.sehingga
Kita perlu merekontruksi peradaban muslim. Rekotruksi peradaban muslim

1
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/08/pengertian-peradaban-menurut-para-
ahli-ciri-ciri-perbedaan-kebudayaan-dan-peradaban.html
2
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.
3
Ibid.

2
secara esensial merupakan suatu proses elaborasi pandangan dunia islam.
Pandangan-pandangan islam menghasilkan benih-benih untuk pertumbuhan
dan perkembangan masa depan yang didukung oleh epistimologi dan
syariah. Pandangan dunia islam ini meliputi struktur sosial politik, kegiatan
ekonomi, sains dan teknologi, serta lingkungan. Rekontruksi peradaban
muslim harus dimulai dengan men-setting syariah agar terbebas dari
cengkraman dan memberikan kepadanya status untuk menjaga peradaban
muslim.4
2. (1) Salah satu aspek ajaran Islam yang sangat penting dalam mewujudkan
misi Islam sebagai rahmatan lilalamin adalah jihad. Jihad, seperti yang
biasanya dipahami oleh sebagian besar kaum muslim dan penulis Barat pada
umumnya, bukanlah “perang suci”. Istilah “perang suci” (Holy war)
mengandung konotasi seakan-akan perbuatan tersebut dilakukan oleh orang-
orang fanatik dan irasional yang ingin memaksakan pandangan dunianya
kepada orang lain. Pada kenyataannya, jihad tidak ada hubungannya dengan
fanatisme atau penyebaran Islam, orang tidak dapat membujuk orang lain
untuk menerima Islam melalui perbuatan-perbuatan irasional dan kekerasan,
sebab jika itu dilakukan maka ini berarti mengesampingkan salah satu
ajaran dalam Al-Qur’an (“tidak ada paksaan dalam agama”). Jihad berarti
melawan penindasan, depotisme, dan ketidakadilan dimanapun itu terjadi
demi kepentingan yang tertindas, siapapun mereka. Akan tetapi berjuang
atas nama keadilan hanyalah salah satu aspek jihad, karena seperti berbagai
konsep Islam yang lainnya, jihad harus dilakukan pada berbagai level.
Qur’an menggunakan kata jihad dalam beberapa pengertian.
َ‫َّللاَ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِين‬ ُ ‫َوالَّذِينَ َجا َهد ُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّ ُه ْم‬
َّ ‫سبُلَنَا ۚ َوإِ َّن‬
“Dan mereka yang berjuang di jalan kami, niscaya akan kami tunjukkan oada
mereka jalan kami, dan sesungguhnya tuhan bersama mereka yang berbuat
kebaikan.” (29:69). Ibnu Taimiyah misalnya menganggap, bahwa jihad
kadang-kadang bisa dilakukan dengan hati, kadang-kadang dengan lidah
dan kadang-kadang dengan tangan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW,
menyebutnya demikian. Ibn Taimiyah juga mengatakan tentang dua syarat

4
Ibid.

3
utama jihad “ dengan lidah dan dengan tangan”, yaitu pemahaman dan
kesabaran. Seperti dijelaskan di awal, konsepsi Jihad jangan hanya menjadi
doktrin yang menjaga agama saja, namun tidak memberi solusi bagi
problematika hidup ummat. Gerakan jihad harus terasa dalam kehidupan
nyata. Diantara jenis jihad yang akan sangat berpengaruh dan terasa dalam
kehidupan nyata, memberi solusi bagi problematika hidup ummat adalah
jihad intelektual. Jihad intelektual adalah upaya sekuat tenaga untuk
merumuskan ide, gagasan dan pemikiran yang cerdas, efektif untuk
kemashlahatan manusia. Semua aktivitas akal berupa pemikiran, ide dan
gagasan cemerlang untuk mencerdaskan ummat merupakan jihad
intelektual. Aktivitas jihad ini dipandang sangat perlu, mengingat kondisi
sosial dan keilmuan ummat yang sangat memprihatinkan. Tujuan final jihad
intelektual adalah menciptakan sebuah ruang intelektual yang merupakan
perwujudan sejati pandangan dunia dan kebudayaan islam, dan yang bisa
melahirkan solusi-solusi pragmatis atas masalah- masalah kontemporer
umat muslim. Selain itu, komunitas muslim harus memberikan penghargaan
yang menjadi hak kaum cendekiawan-nya. Nabi Muhammad saw. pernah
menegaskan tentang betapa pentingnya jihad intelektual bagi ummat, ketika
beliau bersabda bahwa, "tinta seorang sarjana lebih mulia daripada darah
seorang martir (syuhada)."5
(2) Cendekiawan adalah orang yang memiliki ciri-ciri bermoral tinggi
(termasuk di dalamnya orang yang bergelar akademik), beriman, berilmu,
ahli/pakar, memiliki kepekaan sosial, peduli terhadap lingkungan, hati-hati,
penuh pertimbangan, jujur, rendah hati, adil dan bijaksana.
Julien Benda menulis bahwa cendekiawan sejati merupakan "semua orang
yang kegiatannya pada intinya bukanlah mengejar tujuan praktis, tetapi
yang mencari kegembiraan dalam mengolah seni atau ilmu atau renungan
metafisik. Dalam Pidatonya Bung Hatta menggambarkan fungsi dan peran
Cendikiawan yaitu sebagai kaum intelektual yang mempunyai tanggung
jawab moril terhadap perkembangan masyarakat. Apakah ia duduk di dalam
pimpinan negara dan masyarakat atau tidak, ia tidak akan terlepas dari

5
Ibid.

4
tanggungjawab itu. Sekalipun berdiri di luar pimpinan, sebagai rakyat-
demokrat ia harus menegur dan menentang perbuatan yang salah, dengan
menunjukkan perbaikan menurut keyakinannya.6
Para sarjana dan cendekiawwan muslim mempunyai peranan vital
untuk menghilangkan ketidakadilan dan penindasan baik yang terdapat pada
masyarakat-masyarakat muslim maupun masyarakat lain di dunia. Tetapi
jika mereka ingin memperoleh kepercayaan dan respek dari umat , mereka
harus mencurahkan tanggung jawab mereka secara lebih serius dan
menunjukkan perhatian yang positif terhadap kebudayaan dan nilai-nilai
pandangan dunia islam. Mereka harus memperjuangkan kebenaran dan
keadilan sebagai pejuang yang bebas sambil memodifikasi karakter dan ciri
intelektual mereka untuk memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat
kontemporer.7

(3) kaum cendekiawan mempunyai sifat teguh dan berani melawan


ketidakadilan dan penindasan. Yang tidak mudah larut oleh kenikmatan-
kenikmatan dan sogokan-sogokan finansial, tetapi benar-benar mau
berjuang atas nama kebenaran dan keadilan. Yang bisa mengerti bahwa
maksud-maksud yang adil bisa menjadi menyimpang karena digunakannya
metode-metode yang tidak adil. Yang independen mutlak tanpa kompromi,
cukup memiliki keberanian untuk menentang setiap despot, dan memiliki
cukup wawasan untuk melihat ketidakadilan yang bersifat in-built di dalam
sistem pemikiran dan sistem perilaku dominan. Kaum cendikiawan harus
melepaskan dari sifat mentalitas guru (selalu dianggap benar),
ketidakmampuannnya menerima kritik. Banyak cendikiawan muslim
menganggap bahwa setiap kritik yang ditujukan terhadap karya-karya
mereka sebagai serangan yang bersifat pribadi dan sebagai akibatnya bukan
saja mereka yang mendongkol dan kemudian mengisolir diri, tetapi juga
berusaha untuk mengadakan serangan balasan yang bersifat pribadi juga. Ini
terutama sangat kentara jika orang mengkritik posisi-posisi intelektual
mereka yang dianggap paling disegani. Mempertahankan seseorang dalam

6
https://www.academia.edu/33329031/PERAN_DAN_TANGGUNG_JAWAB_SOSIAL_MAHASISWA
7
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.

5
posisi yang irasional dan tidak dapat dipertahankan, serta melindungi
kelemahan seseorang karena masalah martabat, bukan saja destruktif bagi
sikap kesarjanaan tetapi juga bagi tradisi kecendekiawanan muslim. Kaum
intelektual muslim harus meninggalkan sikap membebek pada “ahli” ilmu-
ilmu keislaman atau yang lainnya.8
3. (1) Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme
berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat
didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam
kajian Epistemologi, kajian mengenai kebenaran haruslah haruslah objektif
sehingga siapapun akan mendapatkan paham yang sama pada saat
memandang sebuah masalah dan solusi dari masalah tersebut. Kajian
mengenai relativistik mungkin saja masuk dalam ranah ini namun dalam
pandangan ilmu pengetahuan, seluruh pengamat adalah benar hanya saja
melihat dari sisi yang berbeda, oleh karena itu ketika sudut pandang dari
setiap pengamat disamakan akan muncul sisi yang sama. Epistemologi,atau
teori mengenai ilmu pengetahuan,adalah inti sentral setiap pandangan
dunia.9
(2) Imperialisme merupakan istilah yang berasal dari kata "imperator" artinya
memerintah. Imperialisme itu adalah suatu sistem dalam dunia politik yang
bertujuan untuk menguasai negara lain dalam memperoleh kekuasaan atau
keuntungan dari negara yang dikuasainya. Karena begitu dominannya
epistemologi barat ini,maka masyarakat muslim di dunia ini di bentuk
menurut image manusia barat. Ia menyebabkan terjadinya imperialisme
epistemologis.10
(3) Ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari pandangan-dunia dan
sistem keyakinan. Dari pada “meng-Islamkan” disiplin-disiplin yang telah
berkembang dalam miliu sosial, etik dan kultural Barat, kaum cendekiawan
muslim lebih baik mengarahkan energi mereka untuk menciptakan
paradigma-paradigma islam, karena dengan itulah tugas untuk memenuhi

8
Ibid.
9
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-epistemologi/
10
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.

6
kebutuhan-kebutuhan urgen masyarakat muslim bisa dilaksanakan.
Sehingga islamisasi pengetahuan lebih utama, karena Proses islamisasi ilmu
pengetahuan tidak diarahkan untuk menolak pengetahuan yang ada. Kecuali
itu, ia merupakan upaya holistik dalam upaya integrasi dua kajian, wahyu
dan alam, untuk menemukan alternatif metode pengetahuan yang mampu
mengeluarkan manusia modern dari krisis peradaban destruktif. Terlibatnya
aspek wahyu dalam metode pengetahuan, sebagai proses islamisasi,
berbanding terbalik dengan metode yang berkembang di kalangan ilmuan
barat modern. Metode pengetahuan modern tidak lagi mempertimbangkan
aspek nilai, apalagi wahyu, dan bahkan secara ekstrim ia tidak lagi
memberikan tempat pada nilai-nilai manusiawi. Ini terlihat dari pernyataan
Sardar bahwa desakan untuk menolak semua pertimbangan nilai dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan menyebabkan metode pengetahuan
modern memperlakukan obyek penyelidikan, baik manusia maupun bukan
manusia, sebagai benda mati yang bisa dieksploitasi, dimanipulasi dan
dibedah atas nama sains. Menyadari kondisi demikian, ilmuan Muslim
berupaya mengajukan metode pengetahuan dengan bertumpu pada ajaran
Islam.11

(4) dan (5) Tokoh islamisasi ilmu pengetahuan:


1. Al Faruqi, Adapun Lima sasaran rencana kerja al-Faruqi untuk Islamisasi
Ilmu Pengetahuan

1. Menguasai disiplin-disiplin modern.


2. Menguasai khazanah Islam.
3. Menentukan relevansi Islam yang spesifik pada setiap bidang
ilmu pengetahuan modern.
4. Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara
khazanah Islam dengan ilmu pengetahuan modern.
5. Mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang
mengarah pada pemenuhan pola-rancangan Allah.12

11
Ibid.
12
Ibid.

7
2. SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS, proses islamisasi harus
melakukan 2 langkah utama yaitu vertifikasi dan proses penyerapan
dengan batasan-batasan tertentu.13

Tokoh westernisasi Islam:


1. Khudaiwi Ismail, akan menjadikan Mesir sebagai bagian dari Eropa
2. Sultan Abdul Hamid, memerintahan Turki baru yang dipimpin Kamal
Ataturk menghapus sistem khilafah Utsmaniyyah. Perubahan inilah
yang menyeret Turki ke jurang sekularisme modern. Dengan keras dan
kejam gerakan westernisasi dalam segala bentuknya dipaksakan di
bumi Turki.

4) (1) Islam bukan sekedar agama namun lebih jauh, Islam menjelaskan
dirinya sebagai Din; Suatu deskripsi menyeluruh melebihi pengertian
tradisional tentang agama kebudayaan dan peradaban. Dimana Islam juga
memuat suatu sistim politik dan metode organisasi sosial yang hidup dan
dinamis.

Sistim ini bermuatan struktur yang utuh meliputi sebuah matriks


mengenai nilai-nilai dan konsep-konsep abadi yang hidup dan realistis
sehingga memberikan karakter yang unik bagi peradaban dan pandangan
dunia Islam. Nilai-nilai ini akan memberikan parameter-parameter bagi
masyarakat muslim dan sekaligus petunjuk bagi peradaban Islam untuk
mencapai nasibnya yang manifes.

Di dalam lingkaran (cordon) nilai-nilai dan konsep-konsep seperti;


Tauhid, Khilafah, Akhirat, Ibadah, Ilm dan Istishlah (kepentingan umum),
dimana sepanjang sejarah Islam telah dimanifestasikan nilai-nilai tersebut
melalui berbagai cara sesuai dengan kondisi sejarah dan lingkungannya,
akan tetapi tetap mempertahankan karakteristiknya yang unik dan abadi.

13
https://www.researchgate.net/publication/320944774_ISLAMISASI_ILMU_AL-
FARUQI_DAN_AL-ATTAS_Studi_Perbandingan_Pemikiran_Pendidikan_Islam

8
(2) Sains adalah apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh ilmuwan untuk
memecahkan masalah dimana lebih dititikberatkan pada bidang-bidang
yang telah dirumuskan sesuai dengan kerangka nilai peradaban modern.
Sains yang beroperasi dalam struktur nilai Islam memiliki proposisi yang
berbeda dibandingkan dengan sains sebagaimana yang dipraktekkan pada
masa sekarang ini. Sains modern tidak berkepentingan untuk mengejar
kebenaran objektif maupun gagasan platonik, tetapi sebagai suatu sistim
pemecahan masalah yang bersifat paradigmatik.

Salah satu penemuan paling penting yang ditunjukan oleh karya Sayyed
Hossein Nasr tentang sains Islam yang dipandang sebagai sebuah tradisi
ilmiah dan intelektual yang independen, adalah bahwa tidak ada suatu
metode pun yang digunakan dalam sains itu yang mengenyampingkan
metode-metode lainnya. Sebaliknya sains Islam senantiasa berupaya untuk
menerapakan metode-metode yang berlainan sesuai dengan watak subyek
yang dipelajari dan cara-cara memahami subyek tersebut. Para ilmuan
Muslim, dalam menanamkan dan mengembangkan beraneka ragam sains,
telah menggunakan setiap jalan pengetahuan yang terbuka bagi manusia,
dari rasiosinasi dan interpretasi Kitab Suci hingga observasi dan
eksperimentasi.

Tidak ada yang netral dan bebas-nilai dalam sains modern, karena
prioritas-prioritasnya, penekanannya, metode dan prosesnya serta
pandangan-dunianya merefleksikan kepentingan masyarakat dan
kebudayaan Barat, dimana sains semata-mata digunakan untuk mengejar
keuntungan dan jumlah produksi untuk mengembangkan militer dan
perlengkapan-perlengkapan perang, serta dominasi ras manusia terhadap
ras manusia lainnya. Sehingga dalam sistim Barat sains itu sendiri
merupakan nilai tertinggi sehingga segala-galanya harus dikorbankan pada
altar sains14.

5) Dalam ilmu kedokteran dan metafisika, sistem ilmu kedokteran


mengasalkan legitimasinya pada pandangan dunia-dunia nya. Ilmu

14
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.

9
kedokteran Barat adalah saudara kandung dari pandangan dunia yang
reduktif, arogan dan kapitalistik dari peradaban barat. Berhadapan dengan
sistem ilmu kedokteran yang seperti itu, ilmu kedokteran Islam hanya akan
memperoleh format kontemporernya jika ia berhasil menjadi alternatif
bagi sistem ilmu kedokteran barat yang kini sedang menempuh jalan
bunuh diri.

Perbedaan utama antara ilmu kedokteran Barat dengan ilmu


kedokteran Islam terletak pada pandangan-pandangan metafisis. Ilmu
kedokteran Islam tidak menganggap dirinya sebagai komoditi, tetapi
sebagai kewajiban sosial yang harus dipenuhi atas dasar perintah agama.
Sarjana-sarjana seperti Ibnu Sina dan ar-Razi tidak mengandalkan
penghidupan mereka dari praktek sebagai dokter tetapi dari kesarjanaan
mereka. Hampir semua dokter muslim klasik adalah juga filosof, mereka
mengombinasikan ilmu kedokteran dengan metafisika.15

6) (1) Dengan basis ilmu pengetahuan dari peradaban muslim, sebuah


universitas islam harus merefleksikan sifat serta karakteristik-karakteristik
konseptualnya yang esensial didalam struktur institusional dan
organisaionalny. Universitas islam harus menjadi semacam mikro-kosmos
peradaban musli, disamping tentu saja, menjadi instrumen untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan riset dan intelektual masyarakat muslim
kontemporer. Pada inti pusat setiap universitas harus ada semacam
program riset dan pengembangan yang ditujukan untuk dan
kontemporisasi konsep-konsep esensial pandangan islam.

Untuk menjadikan pemikiran tradisional relevan bagi masa kini


dan masa depan, program riset dan pengembangan harus dibangun diatas
suatu matriks konseptual: misalnya program tersebut harus memiliki “
departemen-departemen” yang khusus ditujukan untuk studi dan
pemahaman kontemporer mengenai konsep kunci islam seperti Tauhid,
Risalah, Khilafah, Ibadah, Adl, Istishlah, dan Syariah.

15
Ibid.

10
Terlepas dari program inti tersebut, suatu universitas harus
mencakup semua bidang ilmu pengetahuan yang sesuai dengan keperluan
dan kebutuhan peradaban muslim. Untuk memberikan kepada institusi ini
suatu struktur yang bisa dimengerti menurut term-term modern, harus
menganalisa kebutuhan masa kini dan masa depan peradaban sesuai
dengan kategori yang sudah dikenal seperti ilmu-ilmu ideasional, ilmu-
ilmu saintifik (alam), ilmu-ilmu teknologikal, ilmu-ilmu informasional,
ilmu-ilmu organisasional, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kultural.16

(2) tujuan utama universitas islam adalah membangun fondasi yang


komprehensif untuk rekonstruksi peradaban muslim. Unviersitas-
universitas Islam ini bertugas menjalankan lembaga-lembaga yang bisa
menghasilkan dan menyediakan dasar ilmu pengetahuan yang mampu
mendukung dan memajukan peradaban muslim.

7.) (1) secara umum pengetahuan dapat diartikan suatu informasi yang telah
diketahui berdasarkan atas seseorang. Pengethuan sendiri tidak memiliki
batas baik pada segi deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip serta prosedur.
Menurut Keraf bahwa pengetahuan merupakan buah pikir, ide, gagasan,
konsep, serta pemahaman manusia, yang kemudianmengambil inisiatif untuk
berbagi pengetahuan dengan berbagai metode.17

(2) secara umum, nilai adalah konsep yang menunjukkan pada hal hal yang
dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang
dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh
masyarakat dalam kehidupannya. Menurut Horrocks nilai adalah sesuatu yang
memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai
apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang dibutuhkan.18

(3) karakteristik-karakteristik dasar kebudayaan Islam itu sendiri,


diantaranya:
1. Tauhid (baca:Keesaan Tuhan) : Konsep ini merupakan sebuah nilai yang
all-embracing jika kemudian ditegaskan menjadi kesatuan ummat
16
Ibid.
17
https://www.ruangguru.co.id
18
https://www.zonareferensi.com

11
manusia, kesatuan antar manusia dan alam, dan kesatuan antara ilmu
pengetahuan dan nilai.
2. Khilafah: Bahwa manusia tidaklah independen dari Tuhan, tapi
bertanggungjawab kepada Tuhan baik dalam kegiatan ilmiah maupun
teknologisnya, konsep ini mengandung implikasi bahwa manusia tidak
mempunyai hak eksklusif, tetapi bertanggungjawab untuk memelihara dan
menjaga keselarasan tempat kediamannya di Bumi.
3. Ibadah: Dengan melakukan kewajiban Kontemplasi (Ibadah), kesadaran
mengenai Tauhid dan Khilafah akan timbul, dan berperan sebagai faktor
yang mengintegrasikan kegiatan ilmiah dengan sistim nilai Islam. Sebab
jika orang mencari ilmu pengetahuan untuk melakukan eksploitasi dan
dominasi terhadap alam, pasti dia akan menjadi pengamat pasif.
4. Halal dan Haram : Konsep ini menjadi relevan, yang mencakup semua
yang bersifat destruktif bagi manusia sebagai individu dalam
lingkungannya yang dekat, maupun lingkungan yang luas. Destruktif
dalam pengertian fisik, mental dan spiritual. Dilain pihak semua yang
bermanfaat untuk seorang individu, masyarakat dan lingkungannya adalah
Halal. Dengan demikian suatu tindakan yang halal tentu membawa
manfaat bagi individu, bisa saja mempunyai efek-efek yang berbahaya,
baik bagi masyarakat, lingkungan, atau keduanya. Inilah mengapa halal
harus bekerja diatas premis-premis distribusi keadilan sosial (adl).
Sedangkan haram selalu akan menimbulkan zulm (kezaliman), dan tirani.

8.) (1) teknologi adalah baik dan bisa diperoleh dari dari masyarakat-
masyarakat industrial melalui berbagai cara. Ada anggapan bahwa dengan
teknologi juga mampu mengubah keadaan masyarakat muslim dari
masyarakat terbelakang menjadi masyarakat industrial.19
(2) Istishlah (kepentingan umum) : Disinilah sebuah definisi mengenai
sains Islam bisa diformulasikan dalam term kerangka nilai-nilai Qur’ani.
Paradigma-paradigma sains Islam tersebut, adalah konsep-konsep Tauhid,
Khilafah, Ibadah, yang bekerja dengan perantara Ilm untuk memajukan

19
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.

12
keadilan sosial (adl) dan kepentingan umum (istishlah), kemudian
berkaitan dengan konsep-konsep yang lainnya.
Istihsan: secara etimologi merupakan bentuk masdar dari ‫استحسن‬
yang berarti menganggap baik sesuatu. Atau mengira sesuatu itu baik. Abu
Hanifah tetap menggunakan arti lughawi sebagai dasar pemakaian istihsan
yaitu ( ‫استحسن‬astahsin) berarti saya menganggap baik. Arti lain dari
istihsan adalah mengikuti sesuatu yang lebih baik atau mencari yang lebih
baik untuk diikuti karena memang disuruh untuk itu.20
Khilafah: Bahwa manusia tidaklah independen dari Tuhan, tapi
bertanggungjawab kepada Tuhan baik dalam kegiatan ilmiah maupun
teknologisnya, konsep ini mengandung implikasi bahwa manusia tidak
mempunyai hak eksklusif, tetapi bertanggungjawab untuk memelihara dan
menjaga keselarasan tempat kediamannya di Bumi.21
(3) Pebedaan dalam basis nilai dan produk ini akan menyebabkan bahwa
prinsip pengarah bagi kegiatan teknologi di dunia muslim hari]ulah
bersifat domestic. Prinsip domestic juga menuntut di lakukannya kerja
sama anggota-anggota dari sebuah rumah tangga domestic perlu
bergabung untuk untuk melakukan tugas-tugas bersama dalam menjamin
berfungsinya rumah tangga itu. (Sardar, 2000 : 152) prinsip domestisitas
dan isolasionisme teknologi regional yang menyertainya adalah
persyaratan pokok bagi tumbuhnya teknologi evolusi teknologi
muslim.(Sardar,2000:153) hanya keyakinan diri dan kecerdasan local serta
jecukuoan teknis dari dunia muslim yang akan nisa menghasilkan
kemandirian dan independensi teknologis yang sebenarnya,Mereka yang
tidak respek pada diri mereka dan pada kenudayaan sendiri yang tidak bisa
memeliharaintegritas domestic rumah tangga mereka dan tidak mau
membangun peralatan teknologis bagi oeradaban mereka haruslah berada
pada ambang keberadaan yang marginal (Sardar,2000:154).
(4) untuk anggota-anggota dari sebuah rumah tangga.

20
http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIS/article/download/7/7
21
Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sardar, Zainuddin, “Jihad Intelektual”, Surabaya: Risalah Gusti , 2000.


https://www.academia.edu/33329031/PERAN_DAN_TANGGUNG_JAWAB_SO
SIAL_MAHASISWA
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-epistemologi/
https://www.researchgate.net/publication/320944774_ISLAMISASI_ILMU_AL-
FARUQI_DAN_AL-ATTAS_Studi_Perbandingan_Pemikiran_Pendidikan_Islam
https://www.ruangguru.co.id
https://www.zonareferensi.com
http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIS/article/download/7/7
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/08/pengertian-peradaban-menurut-
para-ahli-ciri-ciri-perbedaan-kebudayaan-dan-peradaban.html

14

Anda mungkin juga menyukai