MAKALAH
Oleh:
PASCASARJANA
MEI 2019
Chapter 1
Pemecahan masalah di kelas telah difokuskan pada penilaian hasil daripada proses
penyelesaian masalah. Sehingga, kami akan berupaya untuk memenuhi tantangan
pengajaran pemecahan masalah pada siswa yang lebih menekankan proses namun
dengan tidak mengabaikan hasil dan strategi penilaian untuk mendorong model
pengajaran dan pembelajaran matematika.
1. Model Pemecahan Masalah Matematika
Model pemecahan masalah ini terbagi dalam 4 tahap diantaranya, memahami
masalah, merencanakan masalah, melaksanakan masalah, serta memeriksa
kembali masalah untuk mencerminkan sifat dinamis dan siklus penyelesaian
masalah (Carlson dan Bloom, 2005).
Menurut Schoenfeld (1985) membangun kerangka kerja untuk menganalisis
perilaku pemecahan masalah yang menyoroti 4 aspek yaitu : sumber daya
kognitif (kumpulan fakta dan prosedur yang digunakan seseorang); heuristik
(aturan praktis untuk membuat perencanaan dalam situasi sulit); kontrol
(berkaitan dengan efisiensi individu dalam memanfaatkan pengetahuan yang
mereka miliki), serta keyakinan (prespektif seseorang tentang sikap disiplin
dan bagaimana seseorang mengerjakannya).
2. Matematika Praktis – Paradigma Baru
Siswa menolak untuk menerapkan tahapan model Polya. Siswa yang
berprestasi tinggi yang dapat menyelesaikan masalah yang diberikan
umumnya tidak melakukan upaya ekstra dalam memeriksa dan
memperpanjang masalah. Untuk menumbuhkan disiplin kebiasaan dalam
melakukan penyelesaian yang baik, maka dibuatlah lembar kerja seperti yang
digunakan dalam pelajaran praktis sains. Dengan cara ini, diharapkan mampu
mencapai perubahan paradigma dalam cara pandang siswa melihat masalah-
masalah yang sulit.
3. Lembar Kerja Praktis Matematika
Tay, Quek, Toh, Dong dan Ho (2007) memperkenalkan “matematika praktis”
ke dalam pengajaran pemecahan masalah menggunakan lembar kerja praktis.
Siswa di dorong untuk memperlakukan kelas pemecahan masalah sebagai
pelajaran matematika “praktis”. Lembar kerja praktis berisi bagaian-bagian
yang secara eksplisit membimbing siswa untuk menggunakan tahapan Polya
dan heuristik pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah matematika.
4. Pembelajaran Matematika Praktis
Siswa yang mampu menyelesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan hanya
perlu melakukan tahap ke empat model Polya. Sedangkan, untuk siswa yang
gagal mereka harus melalui keempat tahap model Polya. Dengan melalui semua
tahapan secara sistematis diharapkan dapat mendorong siswa yang gagal untuk
melakukan metakognisi dan mempertimbangkan penggunaan solusi yang lebih
baik
5. Rubrik Penilaian
Menurut Wavoord dan Anderson (1998) praktik penilaian yang efektif dimulai
dengan menetapkan visi tentang jenis pembelajaran yang menghargai siswa dan
berusaha membantu mereka mencapai tujuannya. Untuk menilai proses terkait
pemecahan masalah siswa, rubrik penilaian berdasarkan model Polya dan
kerangka kerja Schoenfeld.
Terdapat empat komponen utama yang tercantum dalam rubrik, masing-masing
akan menarik perhatian siswa pada aspek-aspek penting,: (a) siswa telah
menggunakan pendekatan Polya untuk memecahkan masalah matematika; (b)
siswa telah memanfaatkan heuristik; (c) siswa telah menujukkan “kontrol” atau
proses penyelesaian masalah; dan (d) siswa telah memeriksa solusinya dan
memperpanjang masalah yang dipecahkan?
Berikut adalah rubrik yang digunakan untuk menilai pembelajaran terkait
pemecahan masalah :.
Tahapan Pólya [tanda 0-7] - kriteria ini mencari bukti penggunaan siklus
tahapan Pólya (Memahami Masalah, Merancang Rencana, Melaksanakan
Rencana), dan solusi yang benar.
Heuristik [tanda 0-7] - kriteria ini mencari bukti penerapan heuristik untuk
memahami masalah, dan untuk menyusun / melaksanakan rencana.
Memeriksa dan Memperluas [0-6 tanda] - kriteria ini dibagi lagi menjadi tiga
sub-kriteria:
- Bukti pemeriksaan kebenaran solusi [1 tanda]
- Memberikan solusi alternatif [2 tanda]
- Memperluas dan menyamaratakan masalah [3 tanda] – penuh
6. Tanggapan dan Penilaian Siswa
Melalui hasil wawancara, para siswa umumnya dapat menghargai
pembelajaran pemecahan masalah. Siswa dengan prestasi tertinggi (siswa
W) menemukan bahwa pembelajaran praktis tersebut membantu melengkapi
pelatihan Olimpiade matematika yang diterima di sekolah. Sedangkan siswa
yang tidak tertarik (siswa Z) paling tidak mampu menghargai pentingnya
heuristik dalam memecahkan masalah matematika, meskipun secara umum
dia tidak menyukai pembelajaran pemecahan masalah.
Chapter 4
Menilai Pemahaman Konseptual dalam Matematika dengan
Peta Konsep
Kurikulum matematika menekankan pada kemampuan untuk membangun
hubungan antar konsep. Penggunaan peta konsep sebagai alat penilaian dalam
pembelajaran matematika, diantaranya berbagai jenis tugas peta konsep, pelatihan
peta konsep, penerapan dalam ruang kelas, dan evaluasi. Peta konsep juga dapat
sebagai alat penilaian yang praktis membantu guru dalam pembelajaran.
1. Aspek penilaian peta konsep terdiri dari empat yaitu:
- Beberapa saat tugas untuk konseptual
- Mencontohkan penggunaan peta konsep
- Menerapkan peta konsep dalam kelas
- Mengevaluasi yang dibangun siswa dan menilai kepraktisan
2. Jenis peta konsep menurut Ruiz-Primo, Schultz, Li dan Shavelson, 2001 dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:
- Tinggi : Dua frasa label disediakan, tanpa pengecoh. Guru yang memutuskan
adanya pengecoh atau tidak, tergantung pada tingkat belajar dan kemampuan
siswa.
- Sedang : Siswa perlu membangun peta konsep termasuk semua konsep yang
diberikan tetapi hanya yang relevan dengan frasa label.
- Rendah : mengharuskan siswa untuk sepenuhnya membangun peta
berdasarkan topik atau daftar konsep yang diberikan. Mereka bebas
mengekspresikan ide dengan caranya sendiri untuk menutupi empat
komponen peta konsep.
3. Pelatihan peta konsep
- Pendahuluan : Guru awalnya memperkenalkan kepada siswa tentang apa itu
peta konsep, untuk apa peta itu digunakan,
- Tunjukkan dengan contoh : Guru memulai dengan contoh empat atau lima
konsep yang telah dipelajari siswa
- Praktik siswa : Menyediakan siswa dengan seperangkat konsep yang berbeda
untuk praktik dan mengingatkan mereka dengan memperhatikan hal-hal yang
ada di peta konsep
- Kondolidasi : Guru lebih lanjut mendorong siswa untuk memasukkan
tambahan konsep yang relevan ke dalam peta konsep mereka, untuk
membangun sebanyak mungkin hubungan yang mereka dapat antara konsep,
4. Skema penilaian
Peta konsep dapat dinilai secara holistik, kualitatif berdasarkan pakar atau
guru menggunakan kriteria tertentu. Metode ini menghasilkan nilai atau skor yang
berarti penilaian tentang kualitas pemahaman konseptual siswa dapat dibuat dari
peta konsep. Berikut bagian yang menjelaskan beberapa metode kuantitatif untuk
skor peta konsep dengan memeriksa hubungan antar konsep dan kualitas seluruh
peta.
Chapter 5
Menggunakan Penulisan Jurnal untuk Meningkatkan Pembelajaran
Penilaian adalah cara mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa sehubungan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik untuk
menginformasikan pembelajaran. Bentuk-bentuk penilaian alternatif dipandang
memberikan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang pembelajaran dan
penampilan siswa.
1. Ada dua jenis penulisan jurnal di kelas matematika
- Jurnal bebas : pemikiran dan pengalaman siswa saat melakukan kegiatan
pembelajaran di kelas.
- Jurnal promp : pertanyaan untuk menanggapi dan dijelaskan atau pengalaman
pembelajaran siswa yang kurang baik atau kurang dipahami.
2. Rubik
- Rubrik Penilaian Analitik memungkinkan evaluasi terpisah bidang-bidang
seperti:
• Konten matematika
• Organisasi ide
• Ekspresi
- Rubrik penilaian holistik menilai dari hal yang berkaitan dengan kinerja siswa.
Dan dinilai berdasarkan grade atau tingkatannya.
3. Menerapkan penulisan jurnal di kelas
- Guru berhati-hati dalam berkata kepada siswa
Guru harus menghindari mengkritik apa yang ditulis siswa. Guru harus positif,
menerima, mendorong, dan peka ketika menanggapi apa yang ditulis siswa
dalam jurnal mereka
- Hilangnya waktu untuk pembelajaran
Guru harus berhati-hati agar tidak berlebihan dengan penulisan jurnal. Program
terencana yang baik diperlukan untuk mendorong siswa menulis tentang
pembelajaran matematika dan gagasan matematika mereka. Jika program
terstruktur dengan baik maka tidak akan memakan waktu pengajaran secara
signifikan.
- Meningkatkan pada penilaian guru
Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk menulis jurnal setelah
setiap pelajaran dan menilai mereka semua, beban penilaiannya akan
meningkatkan banyak lipatan.
- Apa yang harus dinilai? Konten bahasa atau matematika
Guru harus memberi penekanan pada konten matematika, organisasi ide dan
ekspresi saat menilai jurnal. Siswa dapat mengekspresikan diri mereka melalui
diagram, simbol dan terminologi matematika. Guru tidak boleh menghukum
siswa karena kesalahan dalam bahasa komunikasi, mis., Tata bahasa dan tanda
baca.
Chapter 6
Menerapkan Penilaian Alternatif Matematika Di Sekolah Dasar
Penilaian diharapkan menjadi salah satu masalah paling kontroversial di kelas
matematika. Setiap orang memiliki pandangan tentang penilaian. Begitu pula bagi
pendidik dan peneliti, ketika pendidik dan peneliti menanggapi perubahan dalam
kebijakan penilaian, mungkin menanggapi aspek penilaian yang berbeda. Selama
lima tahun terakhir di Singapura, kurikulum matematika direvisi untuk memberi
penekanan pada penalaran, komunikasi dan koneksi.
1. Praktik penilaian di kelas matematika
- Penilaian adalah bagian penting dari proses belajar mengajar di kelas, guru
matematika perlu mengikuti perkembangan baru dalam penilaian dan
dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
menerapkan berbagai praktik penilaian.
- Tes matematika tradisional mungkin tidak memberikan ukuran kemampuan
siswa yang komprehensif. Teknik penilaian tradisional juga menyulitkan untuk
mengembangkan kesimpulan tentang pembelajaran siswa yang mungkin
membantu dalam merancang pendekatan baru untuk meningkatkan
pembelajaran
2. Praktik penilaian alternative yang disarankan untuk SD
- Guru matematika sekolah dasar matematika harus mempertimbangkan untuk
menerapkan praktik penilaian alternatif dalam proses pengajaran antara lain: tes
praktis, presentasi lisan, penulisan jurnal, dan tugas open-ended.
Tes praktis contohnya mencari tahu panjang pada suatu benda
Presentasi lisan misalnya untuk melihat penulisan sisawa dalam pembelajaran
Penulisan jurnal contohnya menulis hal-hal yang di ketahui dalam matematika
Tugas open-ended contohnya tulisan lima bilangan bulat antara 178 dan 202
3. Kesimpulan
- Empat cara penilaian matematika di tingkat sekolah dasar dapat mendorong
pembelajaran yang lebih fleksibel, aktif dan penuh perhatian. Cara-cara ini
dapat menggeser fokus penilaian saat ini yang sangat tergantung pada kertas
dan pensil ke penilaian otentik. Berarti bahwa alat penilaian dapat dibangun di
kelas matematika yang akan memungkinkan guru untuk mengumpulkan bukti
pembelajaran siswa dan menggunakan bukti tersebut untuk lebih meningkatkan
pelajaran.
- Pelatihan formal melalui lokakarya dan seminar
mungkin dapat memberikan pengetahuan baru kepada guru, lebih banyak
diskusi antara guru dan pendidik matematika akan diperlukan untuk
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Guru membutuhkan
dukungan untuk memperoleh keterampilan dan kepercayaan diri untuk
melaksanakan penilaian alternatif di tingkat kelas
Chapter 7
1989)
Chapter 8
Menggunakan Ict Untuk Meningkatkan Penilaian
Penilaian sumatif mengacu pada penilaian yang terjadi pada akhir tahun ajaran,
pelajaran atau program tertentu. Biasanya penilaian ini dimaksudkan untuk tujuan
sertifikasi atau akuntabilitas. Contoh lain penilaian sumatif adalah menilai kinerja
siswa terhadap standar nasional atau ujjian nasional. Berlawanan dengan penilaian
sumatif, penilaian formatif dilakukan selama suatu program atau pada awal
program. Penilaian ini terutama menginformasikan guru tentang proses belajar
siswa, meskipun itu juga dapat menginformasikan tentang siswa itu sendiri.
1. Ict memungkinkan tugas penilaian untuk memiliki tuntutan matematika
yang tinggi
- Teknologi berbasis komputer sangat memengaruhi cara dan apa yang
dipelajari siswa di sekolah dan juga telah mengubah penilaian. Salah satu
peluang utama yang diberikan oleh penilaian berbasis ICT adalah lingkungan
kerja yang kaya dan alami bagi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
kompleks.
Chapter 9
Penilaian Untuk, Dari Dan Sebagai Pembelajaran Dalam Matematika:
Penerapan Sloa
Ketika penilaian hanya digunakan untuk tujuan seleksi, penilaian mengambil
beberapa fungsi di abad ke-21. Fungsi penilaian lainnya adalah menghasilkan
umpan balik untuk mengenalkan metakognisi dan meningkatkan prestasi, atau
apa yang dikenal sebagai Penilaian untuk Belajar. Penelitian yang masih ada
menunjukkan bahwa umpan balik adalah faktor kuat yang mempengaruhi
pembelajaran dan prestasi. SLOA adalah kerangka kerja penilaian yang
koheren, yang sengaja dirancang untuk memanfaatkan dampak integratif
metakognisi, umpan balik, motivasi, faktor kontekstual, dan pengaturan
mandiri pada pembelajaran dalam.
1. Implementasi SLOA dalam matematika
- Matematika adalah subjek yang baik untuk mengontekstualisasikan
SLOA karena matematika melibatkan pemikiran yang mendalam dan
sistematis, dan penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika bermanfaat dari pengembangan metakognisi siswa.
- Membangun budaya sekolah SLOA dan pengembangan professional
untuk melengkapi pendidik matematika untuk pengimplementasian
SLOA yang efektif.
2. Penilaian untuk belajar matematika
- Pendekatan pedagogis untuk implementasi penilaian pembelajaran dalam
matematika : Penilaian untuk Belajar adalah pusat SLOA. Ini mengacu
pada generasi umpan balik dari penilaian untuk menginformasikan dan
memajukan pembelajaran. Umpan balik dapat dihasilkan dari proses
pemantauan yang menginformasikan peserta didik tentang standar tugas,
kecocokan atau kesenjangan antara tujuan yang diinginkan dan pencapaian
aktual, dan efektivitas strategi pembelajaran.
- Alat untuk penilaian pembelajaran : Tiga "peta" keluaran dari analisis
Rasch sangat berguna bagi guru, yaitu, (a) Peta Barang-Orang; (b)
KidMap; dan (c) Peta Orang yang Tidak Terduga. Peta Item-Orang
adalah tampilan visual siswa yang mengikuti tes, dan item dalam tes
bersama dengan skala pengukuran yang sama.
- Menggunakan grafik masalah siswa untuk penilaian pembelajaran:
Takahiro Sato sebagai alat Penilaian untuk Pembelajaran dalam rangka
mengeksploitasi interaksi antara siswa dan item tes untuk informasi
mendukung petunjuk. SPChart dapat dibangun dengan memutar baris dan
kolom dari matriks respons item-siswa sehingga siswa disusun dari atas
ke bawah matriks dalam urutan skor total mereka, dan item dari kiri ke
kanan dalam urutan menurun dari total item skor.
- Menghindari perangkap umum dalam penilaian untuk belajar: Penilaian
yang sering tanpa perencanaan yang matang tidak dapat menjamin
informasi yang berguna dapat dihasilkan yang dapat menginformasikan
pembelajaran. Terlalu banyak penilaian tanpa umpan balik yang tepat
menghilangkan waktu pengajaran yang berharga dan dapat membuat stres
bagi siswa. Jebakan kedua adalah ketergantungan yang berlebihan pada
data tingkat item. Guru harus menghindari jatuh ke dalam perangkap
operasi di tingkat item. Sebagai gantinya, mereka harus melihat di luar
data tingkat item ke atribut yang mendukung item
3. Penilaian pembelajaran dalam matematika
- Pendekatan pedagogis untuk implementasi penilaian pembelajaran dalam
matematika: Pertanyaan kunci menyangkut seberapa banyak yang telah
dipelajari siswa dan apakah standar, yang biasanya ditetapkan secara
eksternal, telah tercapai atau tidak. Dalam kerangka kerja SLOA,
Penilaian Pembelajaran tidak hanya digunakan untuk memastikan tingkat
pencapaian saat ini, tetapi juga untuk memberikan kerangka referensi
eksternal pada pencapaian tersebut. Informasi ini digunakan untuk
menyediakan jangkar untuk desain kurikulum, identifikasi tujuan jangka
panjang, dan memastikan apakah ada kesenjangan antara tujuan yang
ditargetkan dan prestasi siswa.
- Alat untuk penilaian pembelajaran: Skala pengukuran vertikal untuk
memetakan pertumbuhan siswa sepanjang waktu adalah alat penting
untuk Penilaian Pembelajaran. Secara tradisional sekolah sangat
bergantung pada skor mentah dan ujian serta ujian khusus tingkat
mengukur prestasi siswa.
- Menghindari perangkap umum dalam penilaian pembelajaran: Perangkap
umum kedua adalah asumsi bahwa Penilaian Pembelajaran hanya dapat
terjadi pada akhir tahun ajaran atau semester. Sebaliknya, Penilaian
Pembelajaran tidak perlu dikonfirmasi sampai akhir pembelajaran. Ini
dapat digunakan kapan saja untuk memberi guru gambaran menyeluruh
tentang seberapa banyak yang dipelajari
4. Penilaian sebagai pembelajaran dalam matematika
- pelibatan siswa menjadi pembelajar mandiri dengan merefleksikan bukti
pembelajaran yang dihasilkan dari kegiatan penilaian. Hasil Penilaian
yang diinginkan sebagai Pembelajaran adalah membiarkan setiap siswa
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan belajar cara belajar.
- dalam SLOA dengan pemodelan guru, umpan balik verbal / tertulis guru
tanpa nilai, log pembelajaran, dan jurnal reflektif diri. Penting untuk
strategi ini adalah untuk mendapatkan refleksi dari siswa sendiri.
Tujuannya adalah untuk membuat proses bawah sadar terbuka sehingga
pelajar dapat memiliki kontrol dan akses yang lebih baik kepada mereka
pada tahap selanjutnya
- Menanamkan instruksi metakognitif dalam materi konten dan
mengintegrasikan ranah kognitif, motivasi, dan afektif dari pembelajaran
yang diarahkan sendiri memberikan pendekatan yang paling efektif dalam
mengembangkan kompetensi pembelajaran mandiri mandiri yang
berkelanjutan bagi siswa.
Chapter 10
Chapter 11
1. Tugas Matematika
Mason dan Johnston-Wilder (2006) menyoroti berbagai cara dimana tugas
matematika dirasakan: (1) tugas seperti yang dibayangkan oleh penulis, (2) tugas
sebagaimana dimaksud oleh guru, (3) tugas sebagaimana ditentukan oleh guru-
penulis instruksi, (4) tugas sebagaimana ditafsirkan oleh peserta didik, dan (5)
tugas yang dilakukan oleh peserta didik.
Verschaffel, dkk (2000, p. X), yang mengacu pada kata masalah, mengklaim
bahwa beberapa komponen dapat dibedakan dalam masalah kata:
1. Struktur Matematika
yaitu sifat yang diberikan dan jumlah yang tidak diketahui dalam masalah, serta
jenisnya operasi matematika (s) dimana jumlah yang tidak diketahui dapat
diturunkan dari yang diketahui
2. Struktur Semantik
Cara interpretasi teks menunjuk ke hubungan matematika tertentu – contohnya,
ketika teks menyiratkan perubahan dari kuantitas awal ke kuantitas berikutnya
dengan penambahan atau pengurangan, dll
3. Konteksnya
Apa masalahnya, contohnya, apakah dalam kasus penjumlahan masalah yang
melibatkan kombinasi dari himpunan terpisah, dll
4. Format
contohnya, Bagaimana masalah dirumuskan dan disajikan,melibatkan faktor-
faktor seperti penempatan pertanyaan,kompleksitas dan tata bahasa, informasi
keberadaannya berlebihan, dll.
2. Kesalahan dalam soal-soal tes matematika dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:
1. Kesalahan Terkait Bahasa
1. Instruksi tidak jelas
2. Kata atau frasa kunci tidak ada
3. Menggunakan kata kerja arah yang salah
4. Deskripsi konteks yang salah
2. Kesalahan Terkait Konten
1. Kondisi yang terlalu ditentukan
2. Konsep matematika
3. Kesalahan terkait dengan diagram/gambar sebagai bantuan
1. Menganggap sisi sisi tegak lurus atau paralel
2. Diagram tidak proporsional
3. Diagram kompleks
4. Kesalahan Terkait Konteks
Konteks yang tidak realistis
Chapter 13
- Ranah kognitif/afektif
a. Penilaian diri tidak memiliki pengaruh signifikan pada prestasi peserta didik
dalam ujian sekolah.
b. Wawancara dengan guru dan peserta didik menunjukkan bahwa penilaian diri
tidak hanya dapat membantu guru meningkatkan pengajaran mereka melalui
refleksi dan umpan balik peserta didik, tetapi juga mempromosikan kesadaran
diri dan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan
membuat mereka berpikir lebih keras dan lebih dalam tentang proses belajar
mereka sendiri.