Anda di halaman 1dari 27

RESUM PENILAIAN DI KELAS MATEMATIKA

MAKALAH

untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen Matematika

yang Dibina oleh Bapak Dr. Hendro Permadi, M.Si

Oleh:

Adelyra Resita (180311866028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MEI 2019
Chapter 1

Pendahuluan: Persoalan Asesmen

1. Mengapa Terdapat Buku Tahunan tentang Penilaian?


 Salah satu buku tahunan pendidikan terlama adalah buku tahunan National
Society for the Study of Education (NSEE) yang mulai terbit pada tahun 1901.
Buku tahunannya pada tahun 2007 berjudul "Bukti dan Pengambilan
Keputusan" yang berfokus pada peran yang dapat dimainkan oleh para
profesional pendidikan, termasuk peneliti, guru, dan administrator "dalam
membangun, menafsirkan, dan menggunakan bukti untuk membuat keputusan
yang mendukung pembelajaran" (Moss dan Piety, 2007, hal.2), merujuk juga
pada gerakan "berbasis data".
 Buku assesmen merupakan buku tahunan yang berisi tentang masalah-
masalah. Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah akademik dan
sarana dan prasarana. Masalah-masalah tersebut dikumpulkan menjadi satu
dan mencari solusinya. Setelah menemukan solusi, maka dijadikan satu dalam
satu buku. Contoh buku tahunan yaitu buku NCTM.
 Dalam pendidikan matematika, National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM) telah menerbitkan buku tahunan sejak tahun 1926, dan tujuannya
adalah untuk "memusatkan perhatian bersama pada masalah-masalah yang
tepat waktu dengan melihatnya secara mendalam, dari berbagai perspektif,
melalui lensa lintas disiplin ilmu, dan sekumpulan kelas yang berbeda”. Yang
terbaru, buku tahunan ke-72 yang diterbitkan pada tahun 2010, tentang
kurikulum matematika, khususnya yang ditulis oleh Peter Kloosterman dan
Crystal Walcott, berfokus pada contoh menggunakan penilaian nasional di
Amerika Serikat untuk menyelidiki hubungan antara apa yang kita ajarkan
dan apa yang siswa pelajari.
2. Penilaian Domain Kognitif Matematika
 Thompson dan Kaur mengusulkan pendekatan SPUR dengan berfokus pada
Skill (keterampilan menghitung), Properties (menerapkan sifat-sifat
matematika), Uses(kegunaan), dan Representations (mengubah soal cerita
menjadi model matematika). Mereka memberikan contoh SPUR di tingkat
dasar dan menengah, dan guru mungkin dapat merancang tugas serupa "untuk
membantu siswa mengembangkan pandangan yang menyeluruh dan seimbang
tentang topik yang diberikan"
 Mok pada proyek komprehensifnya yang disebut Self-directed Learning
Oriented Assessment (SLOA), telah menerapkan di sekitar 130 sekolah di
Hong Kong, Makau, dan Cina. Proyek yang mencakup tiga aspek penilaian:
dari pembelajaran, untuk pembelajaran, dan sebagai pembelajaran, dan
potensi pembelajaran mandiri dapat diinduksi dalam ketiga aspek, khususnya
sebagai gagasan pembelajaran, dalam bentuk tujuan pembelajaran.
3. Penilaian Domain Afektif Matematika
 Cara memecahkan masalah menurut Tay, Quek, dan Toh dengan contoh tiga
mode penilaian: skala penjumlahan, penemun menarik, dan perbedaan
semantic. Siswa diberikan lembar praktis matematis dan memuat empat
tahapan polya dan schoenfield.
 Jurnal siswa dapat melihat penguasaan siswa dalam proses pemelajaran dan
pengaplikasian. Metode dengan jurnal mempermudah siswa untuk menilai
keaktifan siswa dan memotivasi belajar siswa
 SAIL ( Strategis for Active and Independent Learning), tujuan dalam
pembelajaran harus diketahui oleh semua siswa. Agar siswa paham materi yang
disampaikan sehingga siswa dapat berlatih.
Chapter 3

Menilai Pemecahan Masalah Dalam Kurikulum Matematika : Pendekatan Baru

Pemecahan masalah di kelas telah difokuskan pada penilaian hasil daripada proses
penyelesaian masalah. Sehingga, kami akan berupaya untuk memenuhi tantangan
pengajaran pemecahan masalah pada siswa yang lebih menekankan proses namun
dengan tidak mengabaikan hasil dan strategi penilaian untuk mendorong model
pengajaran dan pembelajaran matematika.
1. Model Pemecahan Masalah Matematika
 Model pemecahan masalah ini terbagi dalam 4 tahap diantaranya, memahami
masalah, merencanakan masalah, melaksanakan masalah, serta memeriksa
kembali masalah untuk mencerminkan sifat dinamis dan siklus penyelesaian
masalah (Carlson dan Bloom, 2005).
 Menurut Schoenfeld (1985) membangun kerangka kerja untuk menganalisis
perilaku pemecahan masalah yang menyoroti 4 aspek yaitu : sumber daya
kognitif (kumpulan fakta dan prosedur yang digunakan seseorang); heuristik
(aturan praktis untuk membuat perencanaan dalam situasi sulit); kontrol
(berkaitan dengan efisiensi individu dalam memanfaatkan pengetahuan yang
mereka miliki), serta keyakinan (prespektif seseorang tentang sikap disiplin
dan bagaimana seseorang mengerjakannya).
2. Matematika Praktis – Paradigma Baru
 Siswa menolak untuk menerapkan tahapan model Polya. Siswa yang
berprestasi tinggi yang dapat menyelesaikan masalah yang diberikan
umumnya tidak melakukan upaya ekstra dalam memeriksa dan
memperpanjang masalah. Untuk menumbuhkan disiplin kebiasaan dalam
melakukan penyelesaian yang baik, maka dibuatlah lembar kerja seperti yang
digunakan dalam pelajaran praktis sains. Dengan cara ini, diharapkan mampu
mencapai perubahan paradigma dalam cara pandang siswa melihat masalah-
masalah yang sulit.
3. Lembar Kerja Praktis Matematika
 Tay, Quek, Toh, Dong dan Ho (2007) memperkenalkan “matematika praktis”
ke dalam pengajaran pemecahan masalah menggunakan lembar kerja praktis.
Siswa di dorong untuk memperlakukan kelas pemecahan masalah sebagai
pelajaran matematika “praktis”. Lembar kerja praktis berisi bagaian-bagian
yang secara eksplisit membimbing siswa untuk menggunakan tahapan Polya
dan heuristik pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah matematika.
4. Pembelajaran Matematika Praktis
 Siswa yang mampu menyelesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan hanya
perlu melakukan tahap ke empat model Polya. Sedangkan, untuk siswa yang
gagal mereka harus melalui keempat tahap model Polya. Dengan melalui semua
tahapan secara sistematis diharapkan dapat mendorong siswa yang gagal untuk
melakukan metakognisi dan mempertimbangkan penggunaan solusi yang lebih
baik
5. Rubrik Penilaian
 Menurut Wavoord dan Anderson (1998) praktik penilaian yang efektif dimulai
dengan menetapkan visi tentang jenis pembelajaran yang menghargai siswa dan
berusaha membantu mereka mencapai tujuannya. Untuk menilai proses terkait
pemecahan masalah siswa, rubrik penilaian berdasarkan model Polya dan
kerangka kerja Schoenfeld.
 Terdapat empat komponen utama yang tercantum dalam rubrik, masing-masing
akan menarik perhatian siswa pada aspek-aspek penting,: (a) siswa telah
menggunakan pendekatan Polya untuk memecahkan masalah matematika; (b)
siswa telah memanfaatkan heuristik; (c) siswa telah menujukkan “kontrol” atau
proses penyelesaian masalah; dan (d) siswa telah memeriksa solusinya dan
memperpanjang masalah yang dipecahkan?
 Berikut adalah rubrik yang digunakan untuk menilai pembelajaran terkait
pemecahan masalah :.
 Tahapan Pólya [tanda 0-7] - kriteria ini mencari bukti penggunaan siklus
tahapan Pólya (Memahami Masalah, Merancang Rencana, Melaksanakan
Rencana), dan solusi yang benar.
 Heuristik [tanda 0-7] - kriteria ini mencari bukti penerapan heuristik untuk
memahami masalah, dan untuk menyusun / melaksanakan rencana.
 Memeriksa dan Memperluas [0-6 tanda] - kriteria ini dibagi lagi menjadi tiga
sub-kriteria:
- Bukti pemeriksaan kebenaran solusi [1 tanda]
- Memberikan solusi alternatif [2 tanda]
- Memperluas dan menyamaratakan masalah [3 tanda] – penuh
6. Tanggapan dan Penilaian Siswa
 Melalui hasil wawancara, para siswa umumnya dapat menghargai
pembelajaran pemecahan masalah. Siswa dengan prestasi tertinggi (siswa
W) menemukan bahwa pembelajaran praktis tersebut membantu melengkapi
pelatihan Olimpiade matematika yang diterima di sekolah. Sedangkan siswa
yang tidak tertarik (siswa Z) paling tidak mampu menghargai pentingnya
heuristik dalam memecahkan masalah matematika, meskipun secara umum
dia tidak menyukai pembelajaran pemecahan masalah.

Chapter 4
Menilai Pemahaman Konseptual dalam Matematika dengan
Peta Konsep
Kurikulum matematika menekankan pada kemampuan untuk membangun
hubungan antar konsep. Penggunaan peta konsep sebagai alat penilaian dalam
pembelajaran matematika, diantaranya berbagai jenis tugas peta konsep, pelatihan
peta konsep, penerapan dalam ruang kelas, dan evaluasi. Peta konsep juga dapat
sebagai alat penilaian yang praktis membantu guru dalam pembelajaran.
1. Aspek penilaian peta konsep terdiri dari empat yaitu:
- Beberapa saat tugas untuk konseptual
- Mencontohkan penggunaan peta konsep
- Menerapkan peta konsep dalam kelas
- Mengevaluasi yang dibangun siswa dan menilai kepraktisan
2. Jenis peta konsep menurut Ruiz-Primo, Schultz, Li dan Shavelson, 2001 dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:
- Tinggi : Dua frasa label disediakan, tanpa pengecoh. Guru yang memutuskan
adanya pengecoh atau tidak, tergantung pada tingkat belajar dan kemampuan
siswa.
- Sedang : Siswa perlu membangun peta konsep termasuk semua konsep yang
diberikan tetapi hanya yang relevan dengan frasa label.
- Rendah : mengharuskan siswa untuk sepenuhnya membangun peta
berdasarkan topik atau daftar konsep yang diberikan. Mereka bebas
mengekspresikan ide dengan caranya sendiri untuk menutupi empat
komponen peta konsep.
3. Pelatihan peta konsep
- Pendahuluan : Guru awalnya memperkenalkan kepada siswa tentang apa itu
peta konsep, untuk apa peta itu digunakan,
- Tunjukkan dengan contoh : Guru memulai dengan contoh empat atau lima
konsep yang telah dipelajari siswa
- Praktik siswa : Menyediakan siswa dengan seperangkat konsep yang berbeda
untuk praktik dan mengingatkan mereka dengan memperhatikan hal-hal yang
ada di peta konsep
- Kondolidasi : Guru lebih lanjut mendorong siswa untuk memasukkan
tambahan konsep yang relevan ke dalam peta konsep mereka, untuk
membangun sebanyak mungkin hubungan yang mereka dapat antara konsep,
4. Skema penilaian
Peta konsep dapat dinilai secara holistik, kualitatif berdasarkan pakar atau
guru menggunakan kriteria tertentu. Metode ini menghasilkan nilai atau skor yang
berarti penilaian tentang kualitas pemahaman konseptual siswa dapat dibuat dari
peta konsep. Berikut bagian yang menjelaskan beberapa metode kuantitatif untuk
skor peta konsep dengan memeriksa hubungan antar konsep dan kualitas seluruh
peta.

Chapter 5
Menggunakan Penulisan Jurnal untuk Meningkatkan Pembelajaran
Penilaian adalah cara mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa sehubungan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik untuk
menginformasikan pembelajaran. Bentuk-bentuk penilaian alternatif dipandang
memberikan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang pembelajaran dan
penampilan siswa.
1. Ada dua jenis penulisan jurnal di kelas matematika
- Jurnal bebas : pemikiran dan pengalaman siswa saat melakukan kegiatan
pembelajaran di kelas.
- Jurnal promp : pertanyaan untuk menanggapi dan dijelaskan atau pengalaman
pembelajaran siswa yang kurang baik atau kurang dipahami.
2. Rubik
- Rubrik Penilaian Analitik memungkinkan evaluasi terpisah bidang-bidang
seperti:
• Konten matematika
• Organisasi ide
• Ekspresi

- Rubrik penilaian holistik menilai dari hal yang berkaitan dengan kinerja siswa.
Dan dinilai berdasarkan grade atau tingkatannya.
3. Menerapkan penulisan jurnal di kelas
- Guru berhati-hati dalam berkata kepada siswa
Guru harus menghindari mengkritik apa yang ditulis siswa. Guru harus positif,
menerima, mendorong, dan peka ketika menanggapi apa yang ditulis siswa
dalam jurnal mereka
- Hilangnya waktu untuk pembelajaran
Guru harus berhati-hati agar tidak berlebihan dengan penulisan jurnal. Program
terencana yang baik diperlukan untuk mendorong siswa menulis tentang
pembelajaran matematika dan gagasan matematika mereka. Jika program
terstruktur dengan baik maka tidak akan memakan waktu pengajaran secara
signifikan.
- Meningkatkan pada penilaian guru
Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk menulis jurnal setelah
setiap pelajaran dan menilai mereka semua, beban penilaiannya akan
meningkatkan banyak lipatan.
- Apa yang harus dinilai? Konten bahasa atau matematika
Guru harus memberi penekanan pada konten matematika, organisasi ide dan
ekspresi saat menilai jurnal. Siswa dapat mengekspresikan diri mereka melalui
diagram, simbol dan terminologi matematika. Guru tidak boleh menghukum
siswa karena kesalahan dalam bahasa komunikasi, mis., Tata bahasa dan tanda
baca.

Chapter 6
Menerapkan Penilaian Alternatif Matematika Di Sekolah Dasar
Penilaian diharapkan menjadi salah satu masalah paling kontroversial di kelas
matematika. Setiap orang memiliki pandangan tentang penilaian. Begitu pula bagi
pendidik dan peneliti, ketika pendidik dan peneliti menanggapi perubahan dalam
kebijakan penilaian, mungkin menanggapi aspek penilaian yang berbeda. Selama
lima tahun terakhir di Singapura, kurikulum matematika direvisi untuk memberi
penekanan pada penalaran, komunikasi dan koneksi.
1. Praktik penilaian di kelas matematika
- Penilaian adalah bagian penting dari proses belajar mengajar di kelas, guru
matematika perlu mengikuti perkembangan baru dalam penilaian dan
dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
menerapkan berbagai praktik penilaian.
- Tes matematika tradisional mungkin tidak memberikan ukuran kemampuan
siswa yang komprehensif. Teknik penilaian tradisional juga menyulitkan untuk
mengembangkan kesimpulan tentang pembelajaran siswa yang mungkin
membantu dalam merancang pendekatan baru untuk meningkatkan
pembelajaran
2. Praktik penilaian alternative yang disarankan untuk SD
- Guru matematika sekolah dasar matematika harus mempertimbangkan untuk
menerapkan praktik penilaian alternatif dalam proses pengajaran antara lain: tes
praktis, presentasi lisan, penulisan jurnal, dan tugas open-ended.
Tes praktis contohnya mencari tahu panjang pada suatu benda
Presentasi lisan misalnya untuk melihat penulisan sisawa dalam pembelajaran
Penulisan jurnal contohnya menulis hal-hal yang di ketahui dalam matematika
Tugas open-ended contohnya tulisan lima bilangan bulat antara 178 dan 202
3. Kesimpulan
- Empat cara penilaian matematika di tingkat sekolah dasar dapat mendorong
pembelajaran yang lebih fleksibel, aktif dan penuh perhatian. Cara-cara ini
dapat menggeser fokus penilaian saat ini yang sangat tergantung pada kertas
dan pensil ke penilaian otentik. Berarti bahwa alat penilaian dapat dibangun di
kelas matematika yang akan memungkinkan guru untuk mengumpulkan bukti
pembelajaran siswa dan menggunakan bukti tersebut untuk lebih meningkatkan
pelajaran.
- Pelatihan formal melalui lokakarya dan seminar
mungkin dapat memberikan pengetahuan baru kepada guru, lebih banyak
diskusi antara guru dan pendidik matematika akan diperlukan untuk
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Guru membutuhkan
dukungan untuk memperoleh keterampilan dan kepercayaan diri untuk
melaksanakan penilaian alternatif di tingkat kelas
Chapter 7

Tugas Dan Penilaian Open-Ended


Penilaian dan tugas open-ended dapat tercapai jika guru dan sekolah siap
mengembangkan penilaian matematika yang mengakomodasi berbagai perilaku
untuk membentuk pemikiran dan praktik matematika yang hebat. Kurikulum
matematika berusaha menyusun visi yang lebih kompleks untuk pemikiran dan
praktik matematika yang hebat. Realisasi dari visi tersebut membutuhkan tugas-
tugas yang menyediakan kesempatan siswa untuk terlibat dalam aktivitas
matematika diberbagai bentuk dan konteks, serta berbagai tingkat kerumitan.
1. Pemodelan pemikiran matematika
- Tujuan pembelajaran dan penilaian matematika adalah untuk
menggambarkan, memodelkan, merangsang, memfasilitasi, mengenali, dan
mengetahui kompleksitas serta kekuatan berpikir matematis dalam suatu
konteks. Aktivitas pembelajaran matematika yang lebih bermakna adalah
untuk mengembangkan skema yang lebih efektif, meningkatkan generalisasi
(transfer) dari keterampilan khusus, dan mengembangkan pemecahan masalah
tingkat tinggi serta kemampuan reflektif.
2. Agenda penilaian
- Penilaian hanya menunjukkan sekilas kinerja siswa dan menganggap hal
tersebut sebagai representasi dari kemampuan matematika siswa. Penilaian
dalam matematika telah salah mengartikan matematika dan belajar siswa.
Penilaian secara fundamental berkaitan dengan pertukaran informasi.
Sehingga, penilaian dalam matematika harus:
Secara eksplisit mengenali semua kegiatan matematika yang bermakna
Model pembelajaran dan penilaian yang efektif
Menginformasikan tindakan konsekuen.
- Kriteria tentang dokumentasi dan pertukaran informasi penilaian termasuk:
Penilaian harus secara akurat menggambarkan pembelajaran siswa dan, jika
memungkinkan, pengalaman yang menjadi dasar pembelajaran itu.
Penilaian harus menunjukkan arah untuk tindakan di masa depan oleh guru,
siswa, orang tua atau orang yang mendukung, yang cenderung memfasilitasi
pembelajaran lebih lanjut.
3. Tugas alternative
- Penggunaan memori dalam penyelesaian tugas matematika harus diarahkan
pada tujuan pemberdayaan daripada mengingat atau meniru. Tugas diperlukan
yaitu tugas yang mana menawarkan wawasan kepada murid dan guru, yang
memfasilitasi pemodelan siswa untuk matematika dan pemodelan guru untuk
belajar siswa.
Jenis-jenis Tugas
a. Pertanyaan Pilihan Ganda
(dari Victorian Curriculum Assessment Board (VCAB), Reasoning and
Data, Common Assessment Task 3, Facts and skills test, 1991)

b. Pertanyaan pilihan ganda yang disempurnakan


(dari California Assessment Programme, A sampler of mathematics
assessment, 1991)

c. Pertanyaan Respon Numerik


(dari Alberta Education, grade 12 diploma examination, 1992)

d. Pertanyaan yang Baik (Open-ended, domain konten tertentu)


Karakteristik khusus dari jenis tugas ini adalah fokus konten
tertentu dan siswa berpeluang untuk memberikan respon di berbagai
tingkat rumitan.
e. Pertanyaan jawaban yang diperluas (isyarat dan petunjuk eksplisit)
(dari VCAB, Space dan Number, Common Assessment Task 4, Analysis
task, 1991)
f. Open-Ended, Pertanyaan jawaban yang diperluas (beberapa isyarat dari
metode)
(dari CAP, 1991 Test problem H-8, lihat juga A question of thinking,

1989)

g. VCAB masalah yang menantang (Pemecahan masalah, konten matematika


yang signifikan)
(dari VCAB, Change and Approximation, Common Assessment Task 2,
Challenging Problem, 1990b)

h. Masalah Fermi (konteks tertentu, isyarat minimal dari keterampilan


matematika)
(dari [Australia] Mathematics Curriculum and Teaching Program, 1988)

Untuk keperluan merekam upaya pemecahan masalah, para siswa diminta


untuk mengerjakan lima bagian format laporan yaitu: 1) nyatakan
masalahnya, 2) hal apa yang kamu ketahui untuk membantumu
memecahkan masalah?, 3) catat apa yang kama lakukan, langkah demi
langkah, 4) nyatakan jawabanmu, 5) seberapa baik jawabanmu?.
4. Pemilihan tugas
Ada beberapa aspek dalam pemilihan tugas
a. Aspek apa dari kinerja matematika yang sedang dinilai oleh jenis tugas
ini?
b. Elemen apa dari jenis tugas ini yang penting untuk tujuan tersebut?
c. Elemen apa dari jenis tugas ini yang merupakan pilihan untuk tujuan yang
akan digunakan?
d. Elemen apa yang hilang dari jenis tugas ini yang mungkin berkontribusi
pada tujuan?
5. Tugas Open-Ended-The Name of The Rose?
- sifat Open-Ended dari tugas memungkinkan banyak solusi, maka hampir
semua tugas bisa dianggap Open-Ended, karena solusi siswa telah
didokumentasikan secara luas. Untuk setiap siswa, masalah matematika
adalah suatu tugas (A) di mana siswa tertarik dan terlibat dan untuk
memperoleh solusi, dan (B) dimana siswa tidak memiliki cara yang mudah
digunakan untuk menemukan solusi tersebut
6. Menilai respon untuk tugas Open-ended Penilaian Holistik
Penilaian holistik merupakan penilaian berdasarkan sifat kompleks dari aktivitas
matematika dan kebutuhan untuk menyediakan pengalaman kelas dengan kegiatan
yang kompleks dan menggugah pikiran. Penilaian holistik identik dengan
penilaian non-analitik dan telah menyebabkan keyakinan bahwa penilaian respon
siswa terhadap tugas matematika yang kompleks tidak boleh didokumentasikan
dalam bentuk apa pun yang menggunakan analitis kerangka kerja seperti empat
dimensi perilaku pemecahan masalah yang ditemukan di Schoenfeld

Chapter 8
Menggunakan Ict Untuk Meningkatkan Penilaian
Penilaian sumatif mengacu pada penilaian yang terjadi pada akhir tahun ajaran,
pelajaran atau program tertentu. Biasanya penilaian ini dimaksudkan untuk tujuan
sertifikasi atau akuntabilitas. Contoh lain penilaian sumatif adalah menilai kinerja
siswa terhadap standar nasional atau ujjian nasional. Berlawanan dengan penilaian
sumatif, penilaian formatif dilakukan selama suatu program atau pada awal
program. Penilaian ini terutama menginformasikan guru tentang proses belajar
siswa, meskipun itu juga dapat menginformasikan tentang siswa itu sendiri.
1. Ict memungkinkan tugas penilaian untuk memiliki tuntutan matematika
yang tinggi
- Teknologi berbasis komputer sangat memengaruhi cara dan apa yang
dipelajari siswa di sekolah dan juga telah mengubah penilaian. Salah satu
peluang utama yang diberikan oleh penilaian berbasis ICT adalah lingkungan
kerja yang kaya dan alami bagi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
kompleks.

- Siswa di sekolah dasar yang belum diajari strategi aljabar formal


kemungkinan tidak akan menyelesaikan masalah
mendapatkan n hit, n meleset, dan n menunjuk dengan cara langsung dengan
menyiapkan persamaan 15 a + 15 b = 15. Sebaliknya, mereka harus beralasan
tentang hubungan antara hit, misses, aturan permainan, dan skor
total. Permainan Hit the target memberi mereka lingkungan untuk
melakukannya.
- Penilaian berbasis ICT dapat membawa tugas-tugas yang lebih kompleks yang
tidak dapat disajikan kepada siswa melalui format kertas dan pensil
konvensional. Selain itu, kita harus selalu sadar bahwa terlepas
dari kompleksitas masalah, format penilaian selalu memengaruhi kemampuan
yang dinilai
2. Ict membuat tugas lebih mudah diakses oleh siswa
- Penilaian berbasis ICT dapat membuat masalah lebih mudah diakses oleh siswa,
karena memiliki kemungkinan untuk menggabungkan fitur-fitur tertentu yang
dapat membantu siswa untuk lebih memahami apa tugas-tugasnya. Selain
gambar dan foto statis yang dapat dimasukkan dalam penilaian tertulis,
penilaian berbasis ICT juga dapat berisi klip video dinamis.
- Jenis khusus dari alat interaktif dan dinamis yang dapat ditambahkan ke
penilaian berbasis ICT adalah alat bantu matematika. Jika siswa terjebak dalam
menyelesaikan tugas, mereka dapat memobilisasi alat ini untuk melakukan
operasi matematika tertentu di layar
- Alat bantu matematika dalam penilaian berbasis ict, manipulasi digital, digital
empty number line, alat bantu matematika membuat tugas lebih mudah diakses
oleh siswa,
3. Ict dapat mengungkapkan proses berpikir dan penyelesaian siswa
- Penggunaan komputer memungkinkan untuk mengikuti dan mendaftarkan
kerja siswa dengan sangat tepat, baik dengan perangkat lunak yang
memungkinkan rekaman audio dan layar atau oleh perangkat lunak yang
menghasilkan file log.
- Rekaman audio dan layar, mencatat file, keuntungan dan masalah terkait
penggunaan video layar dan file log.
4. Keterangan terakhir
- ICT dapat membawa tugas-tugas yang memiliki permintaan matematika yang
tinggi, dapat membuat tugas-tugas lebih mudah diakses oleh siswa, dan dapat
mengungkapkan pemikiran siswa dan proses penyelesaian. Masing-masing
pendekatan ini memiliki potensi besar untuk menambah nilai pada
pembelajaran dan pengajaran matematika.

Chapter 9
Penilaian Untuk, Dari Dan Sebagai Pembelajaran Dalam Matematika:
Penerapan Sloa
Ketika penilaian hanya digunakan untuk tujuan seleksi, penilaian mengambil
beberapa fungsi di abad ke-21. Fungsi penilaian lainnya adalah menghasilkan
umpan balik untuk mengenalkan metakognisi dan meningkatkan prestasi, atau
apa yang dikenal sebagai Penilaian untuk Belajar. Penelitian yang masih ada
menunjukkan bahwa umpan balik adalah faktor kuat yang mempengaruhi
pembelajaran dan prestasi. SLOA adalah kerangka kerja penilaian yang
koheren, yang sengaja dirancang untuk memanfaatkan dampak integratif
metakognisi, umpan balik, motivasi, faktor kontekstual, dan pengaturan
mandiri pada pembelajaran dalam.
1. Implementasi SLOA dalam matematika
- Matematika adalah subjek yang baik untuk mengontekstualisasikan
SLOA karena matematika melibatkan pemikiran yang mendalam dan
sistematis, dan penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika bermanfaat dari pengembangan metakognisi siswa.
- Membangun budaya sekolah SLOA dan pengembangan professional
untuk melengkapi pendidik matematika untuk pengimplementasian
SLOA yang efektif.
2. Penilaian untuk belajar matematika
- Pendekatan pedagogis untuk implementasi penilaian pembelajaran dalam
matematika : Penilaian untuk Belajar adalah pusat SLOA. Ini mengacu
pada generasi umpan balik dari penilaian untuk menginformasikan dan
memajukan pembelajaran. Umpan balik dapat dihasilkan dari proses
pemantauan yang menginformasikan peserta didik tentang standar tugas,
kecocokan atau kesenjangan antara tujuan yang diinginkan dan pencapaian
aktual, dan efektivitas strategi pembelajaran.
- Alat untuk penilaian pembelajaran : Tiga "peta" keluaran dari analisis
Rasch sangat berguna bagi guru, yaitu, (a) Peta Barang-Orang; (b)
KidMap; dan (c) Peta Orang yang Tidak Terduga. Peta Item-Orang
adalah tampilan visual siswa yang mengikuti tes, dan item dalam tes
bersama dengan skala pengukuran yang sama.
- Menggunakan grafik masalah siswa untuk penilaian pembelajaran:
Takahiro Sato sebagai alat Penilaian untuk Pembelajaran dalam rangka
mengeksploitasi interaksi antara siswa dan item tes untuk informasi
mendukung petunjuk. SPChart dapat dibangun dengan memutar baris dan
kolom dari matriks respons item-siswa sehingga siswa disusun dari atas
ke bawah matriks dalam urutan skor total mereka, dan item dari kiri ke
kanan dalam urutan menurun dari total item skor.
- Menghindari perangkap umum dalam penilaian untuk belajar: Penilaian
yang sering tanpa perencanaan yang matang tidak dapat menjamin
informasi yang berguna dapat dihasilkan yang dapat menginformasikan
pembelajaran. Terlalu banyak penilaian tanpa umpan balik yang tepat
menghilangkan waktu pengajaran yang berharga dan dapat membuat stres
bagi siswa. Jebakan kedua adalah ketergantungan yang berlebihan pada
data tingkat item. Guru harus menghindari jatuh ke dalam perangkap
operasi di tingkat item. Sebagai gantinya, mereka harus melihat di luar
data tingkat item ke atribut yang mendukung item
3. Penilaian pembelajaran dalam matematika
- Pendekatan pedagogis untuk implementasi penilaian pembelajaran dalam
matematika: Pertanyaan kunci menyangkut seberapa banyak yang telah
dipelajari siswa dan apakah standar, yang biasanya ditetapkan secara
eksternal, telah tercapai atau tidak. Dalam kerangka kerja SLOA,
Penilaian Pembelajaran tidak hanya digunakan untuk memastikan tingkat
pencapaian saat ini, tetapi juga untuk memberikan kerangka referensi
eksternal pada pencapaian tersebut. Informasi ini digunakan untuk
menyediakan jangkar untuk desain kurikulum, identifikasi tujuan jangka
panjang, dan memastikan apakah ada kesenjangan antara tujuan yang
ditargetkan dan prestasi siswa.
- Alat untuk penilaian pembelajaran: Skala pengukuran vertikal untuk
memetakan pertumbuhan siswa sepanjang waktu adalah alat penting
untuk Penilaian Pembelajaran. Secara tradisional sekolah sangat
bergantung pada skor mentah dan ujian serta ujian khusus tingkat
mengukur prestasi siswa.
- Menghindari perangkap umum dalam penilaian pembelajaran: Perangkap
umum kedua adalah asumsi bahwa Penilaian Pembelajaran hanya dapat
terjadi pada akhir tahun ajaran atau semester. Sebaliknya, Penilaian
Pembelajaran tidak perlu dikonfirmasi sampai akhir pembelajaran. Ini
dapat digunakan kapan saja untuk memberi guru gambaran menyeluruh
tentang seberapa banyak yang dipelajari
4. Penilaian sebagai pembelajaran dalam matematika
- pelibatan siswa menjadi pembelajar mandiri dengan merefleksikan bukti
pembelajaran yang dihasilkan dari kegiatan penilaian. Hasil Penilaian
yang diinginkan sebagai Pembelajaran adalah membiarkan setiap siswa
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan belajar cara belajar.
- dalam SLOA dengan pemodelan guru, umpan balik verbal / tertulis guru
tanpa nilai, log pembelajaran, dan jurnal reflektif diri. Penting untuk
strategi ini adalah untuk mendapatkan refleksi dari siswa sendiri.
Tujuannya adalah untuk membuat proses bawah sadar terbuka sehingga
pelajar dapat memiliki kontrol dan akses yang lebih baik kepada mereka
pada tahap selanjutnya
- Menanamkan instruksi metakognitif dalam materi konten dan
mengintegrasikan ranah kognitif, motivasi, dan afektif dari pembelajaran
yang diarahkan sendiri memberikan pendekatan yang paling efektif dalam
mengembangkan kompetensi pembelajaran mandiri mandiri yang
berkelanjutan bagi siswa.

Chapter 10

Membangun Hubungan antara Penilaian Eksternal Skala Besar dan Kelas


Matematika: Prespektif Jepang

Penilaian ini bertujuan untuk memantau kemampuan akademik siswa


dan latar belakang pembelajaran mereka secara nasional, untuk memeriksa dan
meningkatkan kebijakan pendidikan, serta untuk memberikan informasi penting
kepada dewan pendidikan dan sekolah sehingga mereka dapat meningkatkan
kelas praktik. Penilaian eksternal yang baru, dimulai dengan seluruh kohort di
Jakarta kelas 6 dan 9 memiliki dampak kuat pada kelas praktik.
1. Penilaian nasional baru di jepang
- Keadaan jepang : Pedoman dasar untuk kurikulum sekolah yang akan
digunakan secara nasional adalah ditentukan dari Program Studi Nasional,
yang dikeluarkan oleh MEXT. Dokumen tersebut mencakup tujuan dan
semua isi mata pelajaran sekolah. Setiap sekolah membuat dan
mengimplementasikan kurikulumnya sendiri sesuai pedoman, dengan
mempertimbangkan kondisi setempat komunitas dan sekolah, tahapan
pertumbuhan dan karakter siswa, serta kondisi lain untuk belajar siswa.
- Penilaian skala besar di jepang : tiga jenis penilaian skala besar telah
dilaksanakan; Penilaian Implementasi Kurikulum Nasional, Penilaian
Masalah Spesifik Belajar Siswa, dan Penilaian Nasional Kemampuan
Akademik dan Lingkungan Belajar. Masing masing penilaian ini memiliki
tujuan yang berbeda dan tujuan untuk mata pelajaran sekolah yang berbeda
dengan kelompok siswa yang berbeda.
2. Penilaian nasional baru kemampuan akademik dan lingkungan belajar
- Pada bulan April 2007, tes nasional baru dilaksanakan untuk menilai
akademik prestasi siswa kelas enam di Sekolah Dasar dan siswa kelas tiga
di SMP serta untuk menyelidiki lingkungan belajar siswa baik di dalam
maupun di luar sekolah. Nilai mereka dalam ujian dapat dianggap
memberikan indikasi yang baik bagaimana kemajuan yang telah mereka buat
pada tahap itu untuk pendidikan mereka.
- pada tahun 2007 merupakan respon terhadap kekhawatiran publik atas
kemunduran dalam kemampuan akademik yang menjadi bukti sejak 2002,
ketika konten buku berkurang sekitar 30%, penyingkatan dari 6 hari ke 5,
dan peringkat Jepang "turun" dari PISA 2000 hingga PISA 2003. Pada PISA
2000, Jepang berada di puncak daftar negara dan daerah dalam hal prestasi
siswa mata pelajaran matematika, tetapi dalam PISA 2003, Jepang berada di
posisi keenam.
3. Kerangka kerja untuk penilaian matematika
- Siswa kelas 9 mengerjakan masing-masing bundel selama 45 menit, diikuti
oleh 45 menit untuk kuesioner. Bundel A mencakup pilihan ganda dan
jawaban singkat, sementara bundel B mencakup uraian. Hal ini merupakan
penilaian sumatif berdasarkan sifat kurikulum saat ini. Hasilnya memberikan
informasi penting kinerja akademik nasional siswa. Dari 2007 hingga 2009,
sekitar 1,2 juta siswa kelas enam 22.000 Sekolah Dasar dan 1,2 juta siswa
tahun ketiga 10.500 SMP mengikuti tes ini. Dari 2010, hanya sampel acak
siswa yang ditargetkan mengikuti tes.
- Setiap tahun setelah beberapa bulan penerapan, MEXT mengeluarkan hasil
penilaian kepada pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan sekolah yang
berpartisipasi dalam penilaian. Juga, para siswa yang berpartisipasi dalam
tes mendapatkan umpan balik di kertas mereka dan informasi lainnya,
termasuk grafik yang menunjukkan informasi statistik pada tes. Akhirnya,
guru kelas diberikan dokumen itu menjelaskan informasi terperinci tentang
maksud soal dan hasil dari soal terkait dalam penilaian sebelumnya, serta
merekomendasikan pelajaran sehingga mereka dapat menggunakan tugas
penilaian di kelas mereka
4. Menghubungkan penilaian eksternal skala besar ke kelas praktik
- penilaian skala besar adalah sumatif dalam sifat dasar dan eksternal untuk
kegiatan kelas reguler. Namun demikian, bahkan dalam kasus penilaian
eksternal skala besar, "penilaian harus meningkatkan pembelajaran
matematika" (NCET, 1995, hal.13). Berdasarkan fakta bahwa mengikuti tes
eksternal, adalah pedoman peluang belajar, tugas penilaian tes eksternal
perlu dipertimbangkan sebagai pelantara untuk meningkatkan belajar siswa
dan harus diperhatikan hubungan yang kuat dan dekat antara penilaian dan
pengajaran memiliki potensi besar untuk meningkatkan kelas praktik
- Penilaian nasional yang baru mengfokuskan pada dasar matematika sekolah,
butir soal, yang ada di bundel B, menerapkan masalah di dunia
nyata atau konteks intra-matematika dengan penekanan proses matematika
yang merupakan gambaran utama dari Program Studi Nasional yang baru
- Hasil penilaian dari setiap soal dapat digunakan untuk menginformasikan
pengajaran di kelas, lebih banyak perhatian diberikan kepada para siswa
terkait kesulitan soal tersebut. Hal ini terjadi ketika tugas penilaian selaras
dengan konten matematika yang ditentukan dalam Program Studi Nasional.
Dengan kata lain, tes soal dapat dihubungkan dengan pembelajaran siswa,
meskipun eksternal mereka untuk kegiatan kelas reguler, konten matematika
dalam kurikulum.

Chapter 11

Kesalahan Dalam Item Penilaian Matematika Ditulis Oleh Guru Pra-Jabatan

1. Tugas Matematika
Mason dan Johnston-Wilder (2006) menyoroti berbagai cara dimana tugas
matematika dirasakan: (1) tugas seperti yang dibayangkan oleh penulis, (2) tugas
sebagaimana dimaksud oleh guru, (3) tugas sebagaimana ditentukan oleh guru-
penulis instruksi, (4) tugas sebagaimana ditafsirkan oleh peserta didik, dan (5)
tugas yang dilakukan oleh peserta didik.
Verschaffel, dkk (2000, p. X), yang mengacu pada kata masalah, mengklaim
bahwa beberapa komponen dapat dibedakan dalam masalah kata:
1. Struktur Matematika
yaitu sifat yang diberikan dan jumlah yang tidak diketahui dalam masalah, serta
jenisnya operasi matematika (s) dimana jumlah yang tidak diketahui dapat
diturunkan dari yang diketahui
2. Struktur Semantik
Cara interpretasi teks menunjuk ke hubungan matematika tertentu – contohnya,
ketika teks menyiratkan perubahan dari kuantitas awal ke kuantitas berikutnya
dengan penambahan atau pengurangan, dll
3. Konteksnya
Apa masalahnya, contohnya, apakah dalam kasus penjumlahan masalah yang
melibatkan kombinasi dari himpunan terpisah, dll
4. Format
contohnya, Bagaimana masalah dirumuskan dan disajikan,melibatkan faktor-
faktor seperti penempatan pertanyaan,kompleksitas dan tata bahasa, informasi
keberadaannya berlebihan, dll.
2. Kesalahan dalam soal-soal tes matematika dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:
1. Kesalahan Terkait Bahasa
1. Instruksi tidak jelas
2. Kata atau frasa kunci tidak ada
3. Menggunakan kata kerja arah yang salah
4. Deskripsi konteks yang salah
2. Kesalahan Terkait Konten
1. Kondisi yang terlalu ditentukan
2. Konsep matematika
3. Kesalahan terkait dengan diagram/gambar sebagai bantuan
1. Menganggap sisi sisi tegak lurus atau paralel
2. Diagram tidak proporsional
3. Diagram kompleks
4. Kesalahan Terkait Konteks
Konteks yang tidak realistis

Chapter 13

Menerapkan Penilaian Diri Untuk Mengembangkan Pengajaran Dan


Pembelajaran Reflektif Pada Matematika

Penilaian diri merupakan strategi penilaian dimana guru mengumpulkan bukti


tentang peserta didik melalui peninjauan diri mereka sendiri, refleksi diri, dan
pelaporan diri tentang pembelajaran mereka, kemudian guru membuat kesimpulan
untuk berbagai tujuan.

1. Contoh Penilaian Diri


Setelah mempelajari materi tertentu, dapat dilakukan 2 bentuk penilaian diri.
1. Tes kelas standar: menggunakan tabel yang memuat beberapa spesifikasi untuk
memeriksa banyaknya peserta didik yang telah mencapai materi pada bab
tersebut di spesifikasi tertentu.
2. Survei melalui kuisioner: meminta peserta didik memberi infomasi mengenai
pemahaman konsep, cara menyelesaikan soal menggunakan metode yang
berbeda, dan kesulitan mereka dalam belajar.

2. Kategori yang dapat dinilai

- Ranah kognitif/afektif

- Hasil/proses pembelajaran (termasuk perilaku belajar)

3. Lima Aspek Kerangka Kerja Kurikulum Matematika di Singapura

1. Konsep (Ranah Kognitif)


2. Keterampilan (Hasil Belajar)
3. Proses (Proses Pembelajaran)
4. Sikap (Ranah Afektif)
5. Metakognisi (Ranah Afektif)

4. Manfaat penilaian diri:

1. Peserta didik bertanggung jawab.


2. Tercipta pembelajar reflektif.
3. Tercipta pembelajaran reflektif.
4. Membantu guru menghadapi tantangan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan pembelajaran kooperatif.
5. Metode Penilaian Diri
1. Penilaian Diri Terstruktur
Alat: lembar survei.
Tujuan: penilaian sumatif dan formatif.
Penilaian sumatif: mengetahui proses belajar peserta didik.
Penilaian formatif: mengumpulkan informasi pengalaman peserta didik dalam
menyelesaikan tugas dan membiasakan keterampilan refleksi diri peserta didik.
Pelaksanaan: akhir pembelajaran.
2. Penilaian Diri Terintegrasi
Alat: jurnal harian.
Tujuan: memahami proses peserta didik melaksanakan tugas penilaian.
3. Penilaian Diri Instruksional
- Dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dengan instruksi guru.
- Tidak terstruktur dan tidak terdesain.

Intervensi Penilaian Diri

1. Evaluasi diri peserta didik.


Kegiatan ini mengharuskan peserta didik mengevaluasi pembelajaran secara
mandiri di akhir suatu periode pembelajaran, biasanya seminggu sekali atau
satu kali untuk setiap topik.
2. Refleksi diri peserta didik.
Kegitan ini dilakukan ketika dibutuhkan.
3. Instruksi Penilaian Dirisendiri.
Kegitan ini dirancang untuk digunakan guru setiap hari dalam pembelajaran.
Gambar 2, 3 dan 5 yang diberikan di atas menunjukkan beberapa alat intervensi.

Hasil Penelitian Penilaian Diri

a. Penilaian diri tidak memiliki pengaruh signifikan pada prestasi peserta didik
dalam ujian sekolah.
b. Wawancara dengan guru dan peserta didik menunjukkan bahwa penilaian diri
tidak hanya dapat membantu guru meningkatkan pengajaran mereka melalui
refleksi dan umpan balik peserta didik, tetapi juga mempromosikan kesadaran
diri dan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan
membuat mereka berpikir lebih keras dan lebih dalam tentang proses belajar
mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai