Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1.

2018 14

SIGNIFIKANSI MASLAHAT DALAM SUPPLY AND DEMAND: ANALISIS MAKNA


SEJAHTERA PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

Mursal
Uiversitas Muhammadiyah Sumatera Barat Fakultas Agama Islam Program Studi Ahwal al-
Syakhshiyah, Sumatera Barat, Indonesia
Mursalramb68@gimal.com

Abstract
Satisfaction is one of the drivers of economic dynamics through the law of
causality of supply and demand.The desire of individuals to "prosper"
themselves is a factor that gives birth to economic activities.Satisfaction,
which is always changing, also creates the role between individuals,
families, and other social organization units. Sharia economics views that
the achievement of maslahah is the most important goal (maqashid
shariah) from economic activities, including in supply and
demand.Maslahah's theory emphasizes that quality of life is not only
measured by the ability to fulfill material welfare, but it is also nonspiritual
welfare. The logical consequence is that consumptive objects in sharia
economics are only goods or services that provide benefits.Furthermore,
the motive of supply and demand in a sharia economic perspective is
based on the priority scale of benefit and is not based on desire or want.

Keywords: Maslahat, demand, supply, welfare

Abstrak
Kepuasan menjadi salah satu pengerak dinamika ekonomi melalui hukum
kausalitas supply dan demand. Keinginan individu-individu untuk
“mensejahterakan” dirinya menjadi faktor yang melahirkan kegiatan
ekonomi. Kepuasan, yang selalu berubah, juga menimbulkan partisipasi
antar individu, keluarga, dan unit-unit organisasi sosial lainnya. Ekonomi
syariah memandang bahwa pencapaian maslahah merupakan tujuan
terpenting (maqashid syariah) dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam
supply and demand. Teori maslahah menegaskan bahwa kualitas hidup
tidak hanya diukur kemampuan memenuhi kesejahteraan material saja,
tapi juga kesejahteraan non spritual. Konsekuensi logisnya, objek
konsumtif dalam ekonomi syariah hanya barang atau jasa yang
memberikan mashlahah. Selanjutnya, motif supply and demand dalam
perspektif ekonomi syariah didasarkan pada skala prioritas
kemaslahatan atau need, tidak didasarkan pada keinginan (iradah) atau
want.

Kata Kunci: Maslahat, demand, supply, kesejahteraan.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kajian ekonomi mikro, perilaku individu dianggap sebagai variabel
yang berperan menentukan mekanisme pasar untuk selanjutnya menentukan

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 15

tingkat harga. Mekanisme pasar itu sendiri adalah interaksi yang terjadi antara
permintaan (demand) dari sisi konsumen dan penawaran (supply) dari sisi
produsen. Dengan demikian, tingkat harga merupakan perpaduan dari
kekuatan supply and demand. Perilaku permintaan dan penawaran
merupakan konsep dasar dari kegiatan ekonomi yang lebih luas.
Dalam ekonomi konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa
dikonsumsi dan digunakan. Maksimalisasi keuntungan dan utilitas adalah
tujuan utama. Setiap pertukaran yang memaksimalkan utilitas atau
keuntungan adalah domain permintaan dan penawaran. Lebih lanjut, pelaku
ekonomi konvensional tidak menghadapi kendala apapun terkait norma
agama, misalnya halal (dibolehkan) atau haram (tidak diperbolehkan). Semua
objek bebas tanpa batas bagi seseorang untuk mengonsumsi apa saja yang
memberi kepuasan baginya. Inilah salah satu pilar penyangga keadilan dalam
ekonomi konvensional yang sebagai basis keadilan pasar dalam relasi supply
and demand dalam definisi Mankiw, yaitu sejumlah barang yang diinginkan
dan dapat di beli oleh pembeli.
Sistem Ekonomi Syariah memasukkan norma halal dan haram dalam
interaksi supply and demand. Keberadaan kedua norma ini adalah faktor yang
membedakan ekonomi konvensional dengan ekonomi syariah dalam relasi
antara supply and demand. Adapun faktor-faktor lain pada prinsipnya tidak
terdapat perbedaan antara keduanya. Faktor-faktor lain dimaksud, yang
mempengaruhi supply dan demand.
Pandangan ekonomi Islam terhadap permintaan, penawaran, dan
mekanisme pasar relatif sama dengan ekonomi konvensional. Namun, dalam
ekonomi syariah ada batasan-batasan norma berperilaku dalam interaksi
supply dan demad. Untuk memastikan norma itu berjalan, kadang-kadang
harus melalui campur tangan negara melalui kebijakan terkait harga. Norma
tersebut bertujuan untuk mengendalikan kegiatan ekonomi agar tidak
kehilangan fungsi dan titik tuju. Fungsi aktivitas ekonomi dalam persfektif
syariah adalah sebagai sarana interaksi dan transaksi. Sedangkan, titik tuju
dari setiap perilaku seseorang, termasuk dalam kegianatan ekonomi, adalah
memberikan kemaslahatan.
Untuk merealisasikan aktivitas ekonomi yang merefresentasikan
kemaslahatan yang asasi dan meliputi segala sisi dan dimensi, sangatlah
Mursal. Signifikansi maslahat…
JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 16

sulit jika hanya mengandalkan aturan produk manusia, apalagi jika hanya
didsarkan pada keuntungan dan kepentingan pribadi. Homo homonilupus
(manusia adalah serigala bagi sesamanya) yang disebut Hubbes sebagai
watak manusia akan mengambil tempat dan mendominasi dalam perilaku
ekonomi (McCloskey,1982: 11). Di snilah letak urgennya norm-norma syariah,
sebagai solusi alternatif yang menawarkan kemaslahatan yang lebih
berkeadilan dalam mewujudkan kesejahteraan.
2. Tujuan Penelitian
Tulisan ini berupaya menyajikan pembahasan konvergensi maslahat
dalam relasi supply and demand sebagai variabel pembentuk mekanisme
pasar dalam sistem ekonomi kapitalis. Selanjutnya, tulisan ini berusaha
memberi penegasan bahwa ekonomi syariah memiliki sistem yang lebih
humanis dalam pertukaran kebutuhan, karena melindungi kesejahteraan umat
melalui intervensi pemerintah untuk mengatur mekanisme supply and demand
yang menghasilakan pasar yang lebih adil.
3. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendektan
book survey yang lazim disebut penelitian pustaka (library research). Topik
bahasan, supply and demand dalam konsep ekonomi konvensional diuraikan
apa adanya, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan norma ekonomi
sistem syariah.

B. PEMBAHASAN

1. Demand dan Supply sebagai Variabel Mekanisme Pasar

Setiap individu selalu membuat sejumlah keputusan mengenai


bagaimana mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan. (P3EI, 2014:127). Keputusan seseorang untuk memilih alokasi
sumber daya inilah yang melahirkan fungsi demand (permintaan). Dalam
ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk
memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara
bahasa berarti berguna (usefulness), membantu (helpfulness) ataau
menguntungkan /adventage (Karim, 2014:1). Utilitas dimaknai sebagai
kegunaan barang yang dirasakan oleh konsumen ketika mengonsumsi sebuah

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 17

barang atau jasa. Kegunaan ini bisa juga dirasakan sebagai rasa tertolong dari
suatu kesulitan karena mengonsumsi barang tersebut. Karena rasa inilah,
utilitas dimaknai juga sebagai kepuasan yang dirasakan oleh seorang
konsumen dalam mengonsumsi sebuah barang (Karim: 2014: 1), tanpa
memperhitungkan halal atau haram.
Kepuasan adalah salah satu pendorong dan pengerak aktivitas ekonomi
dengan segala inovasi dan variasinya. Bahkan, tidaklah berlebihan jika
kepuasan dikatakan sebagai poros utama dari pembangunan ekonomi.
Keinginan individu-individu untuk “mensejahterakan” dirinya menjadi faktor
yang melahirkan kegiatan ekonomi. Kepuasan, yang selalu berubah dalam
hukum the law of diminishing of return, menghendaki partisipasi kolektif antar
individu, keluarga, organisasi sosial, lembaga swasta dan pemerintah dalam
berbagai tingkatan. Persentuhan dan pertukaran manfaat antar kepentingan
yang berbeda melahirkan hukum demad and supply. Keduanya memilki relasi
kausalitas seperti tergambar dalam kurva berikut:

Dalam gambar di atas, kenaikan harga di atas titik keseimbangan (Eq)


akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess supply) di pasar dan
menyebabkan harga turun. Sebaliknya, jika harga di bawah titik keseimbangan
akan menimbulkan kelebihan permintaan (excess demand) di pasar dan
menyebabkan harga naik.
2. Dimensi Kemaslahatan dalam Kesejahteraan
Kemaslahatan, mashlahah / ‫مصلحة‬. adalah sesuatu yang mendatangkan
kebaikan, keselamatan, faedah atau guna, lawan dari mudarat (KBBI, 2008:
884). Menurut al-Ghazali maslahat adalah mengambil manfaat dan menolak
kemudaratan (al-Ghazali, 1983: 39).
Hakikat kemaslahatan adalah segala bentuk kebikan dan kemanfaatan
yang berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material dan spritual serta
individual dan komunal (kolektif). Suatu aktivitas ekonomi dipandang maslahat
jika memenuhi dua unsur; kepatuhan syariah (halal) dan bermanfaat serta

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 18

membwa kabaikan (thayyib) bagi semua aspek bagi semua aspek secara
integral, serta tidak menimbulkan maudarat atau merugikan pada salah satu
aspek.
Islam menekankan, hal mendasar dalam memenuhi kebutuhan yang
termanifestasi melalui supply and demand, bahwa upaya memenuhi
mendapatkan keuntungan tidak dibenarkan melakukan tindakan menghalalkan
segala cara. Allah swt. menjelaskan dalam Alquran surah al-Maidah/5: 87-88:

.                  

      


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan,
makanlah makanan yang halal lagi baik berupa rezeki yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu...,

Halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi.
Karena itu kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini
mencakup segala sesuatu yang dibolehkan agama, baik kebolehan itu bersifat
sunnah, anjuran untuk dilakukan, makruh (anjuran untuk ditinggalkan) maupun
mubah (netral/boleh-boleh saja). Karena itu boleh jadi ada sesuatu yang halal
(boleh), tetapi tidak dianjurkannya, atau dengan kata lain hukumnya makruh.
Sedangkan thayyib yang tidak kotor dan segi zatnya atau rusak (kedaluwarsa),
atau dicampur benda najis. Ada juga yang mengartikannya sebagai makanan
yang mengundang selera bagi yang akan memakannya dan tidak
membahayakan fisik dan akalnya. Dapat dikatakan bahwa kata thayyib dalam
makanan adalah makanan yang sehat, proporsional, dan aman (Shihab, 1996:
145). Setiap yang baik hukumnya halal dan dianjurkan mengkonsumsinya
(Syarifuddin, 2002:227). Dalam konteks pemenuhan kebutuhan dan meraih
kesejahteraan, objek jenis inilah yang boleh masuk pada ranah supply and
demand.
Berdasarkan paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi supply and demand dalam ekonomi syariah tidak semata-mata
didasarkan pada kepuasan dan keuntungan material belka. Demikian juga,
fluktuasi supply and demand tidak selamanya berpengaruh terhadap

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 19

mekanisme pasar. Misalnya, berapaun murahnya harga daging babi


permintaan tidak akan naik.
Aktivitas ekonomi supply and demand dianggap ideal (equal) apabila
aspek kemaslahatan, dalam berbagai dimensi terpenuhi secara signifikan.
Maka untuk memastikan apakah kegiatan demend and supply berada pada
jalur yang benar harus bebas dari mafsadat, dan mendatangkan kemaslahatan
(kebaikan) bagi kehidupan manusia; perorangan, kelompok, dan komunitas
yang lebih luas, termasuk lingkngan. Karena, kualitas hidup menurut ajaran
Islam, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi kesejahteraan
material saja tapi juga untuk memenuhi kesejahteraan spritual. Konsekuensi
logisnya, hanya barang dan jasa yang memberikan mashlahah yang akan
dikonsumsi maupun ditawarkan pelaku pasar. Maslahah dalam konsumsi dapat
diperoleh apabila konsumen mengonsumsi barang dan jasa yang bermanfaat
dan mengandung berkah.
3. Mekanisme Pasar dan Harga

Menurut ekonomi kapitalis (klasik) (Antonio, 2011: 65) pasar memainkan


peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Ekonomi kapitalis
menghendaki pasar bebas untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi.
Semboyan kapitalis adalah lassez faire et laissez le monde va de lui meme
(Green, 1997:12). Maksudnya, biarkan perekonomian berjalan dengan wajar
dan alami tanpa intervensi pemerintah, nanti akan ada suatu tangan tak
terlihat (invisible hands) yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah
equilibrium. Apabila perekonomian dibiarkan berjalan sendiri, maka ekonomi
akan menemukan jalannya sendiri menuju kesejahteraan, karena akan selalu
pada posisi, yang oleh Adam Smith disebut dengan istilah natural price.
Sebaliknya, jika banyak campur tangan pemerintah, maka pasar akan
mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada
ketidakefisienan (inefisiency) dan ketidakseim-bangan (Smith, 2007: 47). Untuk
itu peranan negara dalam ekonomi harus diminimalisir, karena akan
equilibrium pasar. Para pendukung paradigma pasar bebas telah melakukan
berbagai upaya akademis untuk meyakinkan bahwa pasar adalah sebuah
sistem yang mandiri. Lebih jauh, seperti dikemukakan Harvey, pasar dan
perdangan bebas merupakan mesin pengerak ekonomi (Harvey, 2005:64).

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 20

Mekanisme pasar dalam pandangan kapitalis adalah pengejawantahan


hukum permintaan dan penawaran (supply and demand). Hukum permintaan
adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat
negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga
naik jumlah barang yang diminta sedikit, dan apabila harga rendah jumlah
barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi
semakin turun tingkat harga, maka makin banyak jumlah barang yang diminta,
dan sebaliknya, semakin naik tingkat harga maka akan semakin sedikit jumlah
barang yang diminta (Smith: 48).
Lalu bagaimana konsep ekonomi syariah tentang mekanisme pasar
tersebut, Bolehkah negara melakukan intervensi terhadap harga (pasar) dan
sejauhmana kebolehan tersebut ?
Pasar, sebagai salah satu instrumen mewujudkan kesejahteraan
perekonomian umat, termasuk objek yang disinggung Alquran dalam surat al-
Furqan/25:20:

            
Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.

Menurut Abdus Salam pasar tidak hanya lembaga untuk bertukar barang
dan jasa antara dua pihak untuk memaksimalkan keuntungan, tetapi juga
merupakan lembaga yang menyeimbangkan perilaku pembeli dan penjual
dalam memastikan kesejahteraan yang lebih besar di dunia ini, serta pahala
besar di akhirat. Bahkan, menurut Salam, tanpa pasar, manusia sebagai
mandataris Tuhan akan sulit mewujudkan visi-Nya (Salam, 2010: 123) dalam
hal ini memakmurkan alam (Q.S. Hud: 61).
Ekonomi syariah memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada
dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah
satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam
Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada
gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam
kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair).
Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 21

Pasar yang dibiarkan berjalan sendiri (laissez faire), tanpa ada yang
mengontrol, ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar sepihak oleh
pemilik modal (capitalist) penguasa infrastruktur dan pemilik informasi. Negara
dalam Islam, seperti ditegaskan Abdullah, mempunyai peran yang sama
dengan dengan pasar, tugasnya adalah mengatur dan mengawasi
ekonomi, memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan sempurna,
informasi yang merata dan keadilan ekonomi serta untuk menjamin mekanisme
pasar secara sempurna (Abdullah: 72). Perannya sebagai pengatur tidak lantas
menjadikannya dominan, sebab negara, sekali-kali tidak boleh mengganggu
pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan ketika terjadi
distorsi dalam sistem pasar.
Konsep makanisme pasar dalam Islam memiliki pondasi yang kuat dan
secara aksiologis telah diaplikasikan pada awal-awal Islam. Hal ini dapat
dirujuk kepada hadits beberpa hais Rasululllah saw. Misalnya, riwayat yang
disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga
barang di kota Madinah:
‫ ان هللا هو‬:‫ فسعر لنا فقال‬،‫ فقالوا يارسول هللا غال السعر‬،‫غال السعر عحى عهد رسول هللا صحى هللا عحيه وسحم‬
‫الخالق القابض الباسط الرازق المسعر وإني ألرجو أن ألقى هللا وليس أةد يطحبنى بمظحم في دم ومال (رواه‬
)‫الدارمى‬

Harga melambung pada zaman Rasulullah saw. Masyarakat mengadukan hal


itu kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah harga telah melam-
bung, tolonglah tetapkan harga”. Rasulullah saw. menjawab: ”Sesungguhnya
Allah-lah yang berhak menetukan harga, yang menahan, melapangkan dan
memberi rezeki. Aku sangat berharap bahwa kelak aku menemui Allah dalam
keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam
darah maupun harta (ad-Da-rimi, t.t.: 78).

Hadis di atas menegaskan bahwa Islam jauh lebih dahulu (1160 tahun)
mengajarkan konsep mekanisme pasar dari pada Adam Smith. Inilah teori
ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah Saw dalam hadis tersebut tidak
menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan
kepada mekanisme pasar yang alamiah. Rasulullah menolak tawaran itu dan
mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah
yang menentukannya.
Sikap mengagumkan, yang ditunjukkan Nabi dengan tidak menetapkan
harga adalah penghargan terhadap mekanisme yang sudah berjalan saat itu.
Sikap ini juga dapat diartikan bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak
Mursal. Signifikansi maslahat…
JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 22

Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand. Menurut pakar
ekonomi Islam kontemporer (Karim, 2003: 76), teori inilah yang diadopsi oleh
Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands.
Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan
(invisible hands). Menurut Adiwarman Karim, teori invisible hands itu lebih
tepat dikatakan God Hands (tangan-tangan Allah).
Meskipun demikian, ekonomi syariah masih memberikan peluang pada
kondisi tertentu untuk melakukan intervensi harga (price intervention) bila para
pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang menekan dan merugikan
konsumen.
Di masa Khulafaur Rasyidin, para khalifah pernah melakukan intrevensi
pasar, baik pada sisi supply maupun demand. Intrevensi pasar yang dilakukan
Khulafaur Rasyidin sisi supply ialah mengatur jumlah barang yang ditawarkan
seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ketika mengimpor gandum dari Mesir
untuk mengendalikan harga gandum di Madinah. Sedang intervensi dari
sisi demand dilakukan dengan menanamkan sikap sederhana dan menjauhkan
diri dari sifat konsumerisme (Karim, 2003: 76). Intervensi pasar juga dilakukan
dengan pengawasan pasar atau hisbah/ ‫الةسب‬. Dalam pengawasan pasar ini
Rasulullah menunjuk Said bin Ibn al-‘Ash sebagai kepala pusat pasar
(muhtasib) di pasar Mekkah (P3EI, 2014:342).
Dalam perkembangan berikutnya, ilmuan muslim semakin memperjelas
dan mempertegas konsep mekanisme pasar dan harga. Misalnya, Ibn Khldun,
ualama yang memiliki multi disiplin ilmu, dengan kritis membahas tentang
terbentuknya harga di Kota. Dalam analisisnya, ia membagi fenomena harga
berdasarkan jenis barang menjadi dua, yaitu: (1) barang kebutuhan pokok dan
(2) barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan
selanjutnya populasinya bertambah banyak (menjadi kota besar), maka
pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas (Ibn
Khaldun, 2000: 422). Menuurt Ibnu Taimiyyah. di dalam sebuah pasar bebas
(pasar sempurna), harga dipengaruhi dan dipertimbangkan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran (demand and supply). Fluktuasi keduanya
(demand and supply akan berpengaruh terhadap harga (Ibnu Taimiyah,t.t: 73).
Pandangan dua ekonom Muslim di atas menunjukkan bahwa secara
teoritis, tidak terdapat perbedaan signifikan antara perekonomian konvensional
Mursal. Signifikansi maslahat…
JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 23

dengan konomi Islam. Namun Islam menghendaki adanya intervensi


pemerintah, di samping melakukan pengawasan terhadap pasar, juga
melakukan tindakan untuk menghentikan perilaku zhalim pelaku pasar. Campur
tangan pemerintah dalam hal ini, semata-mata mencegah terjadinya distorsi
pasar dan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan menuju kesejahteraan
masyarakat, lahir dan batin, individual dan komunal, material dan spritual,
dunia dan akhirat.

C. Penutup
1. Supply and demand (permintaan dan penawaran) dalam sistem ekonomi
konvensional berangkat dari teori keinginan dan kepuasan (want and utility)
yang hanya didasarkan pada objek yang bersifat materi dan kemanfatannya
bersifat subyektif individual. Selama ada individu yang membutuhkan objek
tertentu, maka objek tersebut tetap dianggap benda ekonomis walaupun
menurut masyarakat membahayakan, contoh minuman keras; kebutuhan dan
keinginan apa adanya. Ukuran kesejahteraan adalah ketersediaan sarana
kepuasan yng bersifat individual, tanpa menghadirkan Tuhan sebagai pemilik
sumber kepuasan.
2. Menurut ekonomi syariah, motif permintaan barang atau jasa tertetu tidak
semata-mata didasarkan pada keinginan dan kepuasan material belaka. Motif
supply and demand didasarkan skala prioritas kebutuhan atau kemaslahatan
(need) yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu dharuriyah (kebutuhan pokok, fital),
hajiyah (penunjang), dan tahsiniyah (kebutuhan pelengkap). Tuhan, Allah Swt.
dengan serangkaian normanya harus dihadirkan sebagai variabel penentu
yang direfresentasikan kemaslahatan dalam mengukur kesejahteraan.
3. Ekonomi Islam menerima peran pasar dengan mekanismenya sebagai
pembentuk harga, sebagaimana dipahami dalam ekonomi konvensional.
Namun, negara memiliki tugas dan kewenangan melakukan pengawasan dan
intervensi untuk memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan etika, adil,
adil, dan transparan menuju kesejahteraan bersama, lahir dan batin.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Antonio, Muhammad Syafi‘i (Nio Gwan Chung). 2011. Bank Syariah Dari Teori Ke
Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Mursal. Signifikansi maslahat…


JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN UMAT Vol. 1 No. 1. 2018 24

Chapra, Muhammad Umar. 1995. Islam the Economic Challenge. Leicester: The
Islamic Fundation and the International Islamic Institute.
Corden, W.M. 1997. Trade Policy and Economic Welfare. Oxford: Clarendon Press.
Ad-Darimi, al-Imam. T,t. Sunan ad-Darimi. Beirut: Dar al-Fikr.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
al-Gazali, Abu Hamid. 1983. Al-Mushtasfa min ‘Ilm al-Ushul. Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Il-miyah.
Green, Marshal. 1997. The Economic Theory, terj. Ariswanto, Buku Pintar Teori
Ekonomi. Jakarta: Aribu Matra Mandiri.
Harvey, David. 2005. A Briefing History of Neoliberalism, London: Oxford University
Press.
Ibn Khaldun. 2000. Muqaddimah, Edisi Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ibnu Tamiyah. T.t.. Al-Hisbah fi al-Islam. Kairo: Dar al-Kutub.
International Syari’ah Research Academy for Islamic Finance (ISRA). 2015. Sistem
Keuangan Islam: Prinsip dan Operasi, terj. Ellys T. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman, 2003. Kajian Ekonomi Islam Kontemporer. Jakarta: Gema
Insani.
-------. Ekonomi Mickro Islami. 2014. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Dirjen Bimas
Islam.
McCloskey, H.J., Ecological Ethics and Politics, Otowa and New Jersey: Rowman
and Littlefield, 1982.
Mankiw, N. Gregory, Principles of Economics, New York: Cengage Learning, 2010.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,
Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Smith, Adam. 2007. In Inquri Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations.
New York: Meta Libri.
Syarifuddin, Amir. 2002. Meretas Kebekuan Ijtihad. Jakarta: Ciputat Pers.

Jurnal:
Salam, Abdus. 2010. Market Analysis from Islamic Perspective. Journal Economic,
Banking, and Finance. USA: Department of Finance and Economics, Utah
Valley University.

Mursal. Signifikansi maslahat…

Anda mungkin juga menyukai