Bab Ii
Bab Ii
1
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 120
Pada dasarnya, gerakan ini menyeru pada kebangkitan umat Isla, pengusiran
terhadap penjajah, pengembangan ilmu pengetahuan Islam, meninggalkan taklid
buta dan bid’ah, dan kembali pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kebangkitan fiqih pada masa ini dapat dilihat sebagai berikut. Pertama,
munculnya kecenderungan baru dalam mengkaji fiqih Islam tanpa harus terikat
dengan mazhab imam tertentu. Fanatisme mazhab yang telah membelenggu umat
selama kurang lebih tujuh abad, mereka sadar bahwa itu adalah malapetaka. Hal ini
tentu positif karena menghasilkan postulat, “Memelihara yang lamayang baik dan
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 121
mengambil yang baru yang lebih baik”. Kedua, berkembangnya kajian fiqih
muqaran (fiqih perbandingan). Perbandingannya tidak hanya terfokus pada internal
mazhab-mazhab fiqih melainkan merambah perbandingan antara hukum Islamm
dan hukum positif Barat.3
Dalam analisis lain, periode ini dikenal dengan periode kodifikasi hukum
Islam di berbagai Negara. Hal ini disinggung oleh Mustafa Ahmad Az-Zarqa bahwa
periode kodifikasi ini dimulai sejak munculnya majalah Al-Ahkam Al-Adliyyah
sampai sekarang.4 Adapun tujuan dari kodifikasi ini adalah untuk merealisasikan
dua tujuan. Pertama, menyatukan semua hukum dalam setiap masalah yang
memiliki kemiripan sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Masing-masing hakim
emmberi keputusan sendiri, tetapi seharusnya mereka sepakat dengan materi
undnag-undnag tertentu, dan tidak boleh dilanggar untuk menghindari keputusan
yang kontradiktif. Kedua, memudahkan para hakim untuk merujuk sebuah hukum
fiqh dengan susunan yang sistematik, ada bab-bab yang teratur sehingga mudah
dibaca.5
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 122
4
Ibid
5
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Amzah, 2011), h. 134
Kitab kompilasi hukum Islam Turki Usmaniyah ini memuat 1815 pasal
yang membahas berbagai hukum terhadap berbagai permasalah yang masih
diperdebatkan dalam membangun hubungan sosial Islam yang terdiri enam belas
bab, dimulai dari bab jual beli dan berakhir dengan bab tuntutan dan keputusan
hakim (qadha’).6
a. Di bidang perundang-undangan
b. Di Bidang Pendidikan
Salah satu contoh yaitu, pada bulan Agustus 1932 berlangsung konferensi
perbandingan hukum Internasional di Deen Haag, Negeri Belanda. Dalam
konferensi itu, prof. Dr. Ali Badawi berbicara tentang hubungan antara agama dan
hukum, sebagai jalan untuk sampai kepada pembicaraan tentang syari’ah Islam.
Akhirnya konferensi memutuskan agar dalam konferensi selanjutnya diadakan
6
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Amzah, 2011), h. 137
bagian khusus bagi Syari’ah islam sebagai salah satu sumber dalam perbandingan
hukum. 7
7
A. Djazuli, Ilmu Fiqih, (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015), h. 161
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Masa kebangkitan ini harus tetap kita jaga dan pelihara dengan tidak
mudah merasa puas dengan ketersediaan ilmu-ilmu agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan yang pernah ada di masa kejumudan atau kemunduran fiqih. Karena
bagaimanapun juga berijtihad itu sangat penting, apalagi untuk menghadapi
tantangan zaman yang semakin kompleks. Maka jangan sampai generasi masa kini
maupun masa depan mengulang kesalahan yang sudah pernah terjadi sebelumnya.