Anda di halaman 1dari 6

B.

Periode Kebangkitan Ilmu Fiqih

Setelah mengalami masa-masa kejumudan dan kemunduran beberapa abad


lamanya, pemikiran Islam akhirnya bangkit kembali. Hal tersebut terjadi akibat
reaksi terhadap sikap taqlid yang telah membawa kemunduran hukum Islam.
Menyadari akan kemunduran dan kelemahan itu tersebut, timbullah ide-ide, usaha-
usaha, dan gerakan-gerakan pembebasan diri dan ilmu pengetahuan Islam dengan
mengadakan pembaharuan yang universal, meliputi bidang pendidikan, sosial,
politik, ekonomi, militer, dan lain sebaigainya di dunia Islam.

1. Kondisi Awal pada Masa Kebangkitan Fiqih

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy periode ini disebut juga dengan periode


Renaissance, periode kebangkitan ilmu fiqih dimulai dari akhir abad ke-13 H
sampai pada hari ini (abad ke-20 M). Disebut periode kabangkita fiqih karena pada
masa ini timbul ide-ide, usaha, dan gerakan-gerakan pembebasan dari sikap taqlid
yang terdapat dalam umat Islam dan dalam ilmu pengetahuan Islam. Gerakan ini
timbul setelah munculnya kesadaran umat Islam akan adanya kelemahan dan
kemunduran kaum muslimin yang disebabkan oleh adanya penetrasi barat dalam
berbagai bidang kehidupan sehingga menimbulkan gerakan-gerakan keagamaan di
berbagai negeri Islam. Diantaranya Hijaz, pada abad ke-13 H (abad ke-16 M)
muncul suatu gerakan yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (w. 1206
H). gerakan ini menyerukan pembasmian bid’ah dan mengajak umat Islam untuk
kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta amalan-amalan ulama sahabat dalam
mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Gerakan ini kemudian diikuti oleh sejumlah
gerakan yang dipelopori beberapa ulama, seperti Muhammad bin Sanusi di Libya
dan Afrika Utara, Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh di Mesir, Al-
Mahdi di Sudan, K.H Muhammad Dahlan, H.A Karim Amrullah, dan T.M Hasbi
Ash-Shiddieqy di Indonesia, dan lain-lain.1

1
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 120
Pada dasarnya, gerakan ini menyeru pada kebangkitan umat Isla, pengusiran
terhadap penjajah, pengembangan ilmu pengetahuan Islam, meninggalkan taklid
buta dan bid’ah, dan kembali pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Majalah Al-Urwat Al-Wutsqa dan majalah Al-Manar digunakan sebagai alat


untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan tersebut ke seluruh dunia Islam sehingga
lahirlah ulama-ulama merdeka di setiap negeri islam yang dianggap dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat di dalam masyarakat-masyarakat di dalam
masalah-masalah keagamaan.

Adapun peniggalan pengaruh dari periode ini, antara lain;

1. Usaha pengkajian dan penulisan kitab-kitab fiqih.


2. Usaha menyusun hukum-hukum fiqih secara sistem unndang-undang
tanpa membatasi diri dengan suatu mazhab tertentu.

Metode pengakajian umumnya melalui sistem perbandingan, yaitu


mempelajari pendapat semua fuqoha dari semua mazhab, kemudian
membandingkan satu sama lainnya dan dipilih satu pendapat yang dianggap lebih
benar. Adapun cara penulisan pada fase ini umumnya terfokus pada kajian tertentu,
seperti kitab khusus mengenai muamalat, jinayat, dan sebagainya.

Usaha penyusunan fiqih secara undang-undang sebenarnya sudah dilakukan


sejak pemerintahan Abbasiyah. Sebagai contoh, UU tentang keuangan (perpajakan)
yang dikenal dengan Al-Kharaj yang disusun oleh Abu Yusuf atas permintaan
khalifah Harun Ar-Rasyid.2

2. Format Kebangkitan Fiqih Hingga Kini

Kebangkitan fiqih pada masa ini dapat dilihat sebagai berikut. Pertama,
munculnya kecenderungan baru dalam mengkaji fiqih Islam tanpa harus terikat
dengan mazhab imam tertentu. Fanatisme mazhab yang telah membelenggu umat
selama kurang lebih tujuh abad, mereka sadar bahwa itu adalah malapetaka. Hal ini
tentu positif karena menghasilkan postulat, “Memelihara yang lamayang baik dan

2
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 121
mengambil yang baru yang lebih baik”. Kedua, berkembangnya kajian fiqih
muqaran (fiqih perbandingan). Perbandingannya tidak hanya terfokus pada internal
mazhab-mazhab fiqih melainkan merambah perbandingan antara hukum Islamm
dan hukum positif Barat.3

Dalam analisis lain, periode ini dikenal dengan periode kodifikasi hukum
Islam di berbagai Negara. Hal ini disinggung oleh Mustafa Ahmad Az-Zarqa bahwa
periode kodifikasi ini dimulai sejak munculnya majalah Al-Ahkam Al-Adliyyah
sampai sekarang.4 Adapun tujuan dari kodifikasi ini adalah untuk merealisasikan
dua tujuan. Pertama, menyatukan semua hukum dalam setiap masalah yang
memiliki kemiripan sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Masing-masing hakim
emmberi keputusan sendiri, tetapi seharusnya mereka sepakat dengan materi
undnag-undnag tertentu, dan tidak boleh dilanggar untuk menghindari keputusan
yang kontradiktif. Kedua, memudahkan para hakim untuk merujuk sebuah hukum
fiqh dengan susunan yang sistematik, ada bab-bab yang teratur sehingga mudah
dibaca.5

Upaya dan pemikiran untuk melahirkan sebuah kodifikasi terhadap fiqih


Islam benar terwujud di Turki ketika muncul Majallah al-Ahkam Al-‘Adliyyah
(semacam kitab undang-undnag hukum perdata). Kitab kodifikasi hukum Islam ini
disusun oleh fuqoha’ kondang dibawah pimpinan Ahmad Jaudat Basya, Direktur
Diwan Al-Ahkam Al-‘Adliyyah. Lembaga ini mulai bekerja pada tahun 1286 H dan
terus bekerja hingga 1292 H. setelah bekerja selama tujuh tahun maka lahirlah
sebuah karya agung yang diberi nama Majallah al-Ahkam Al-‘Adliyyah yang
kemudian terkenal dengan nama Al-Majallah atau Majelle. Pada bulan Sya’ban
1292 H, Sultan mengeluarkan surat perintah untuk menerapkan isi komplikasi ini
dalam semua pengadilan Turki dan semua Negara yang berada dibawah kekuasaan
Dinasti Turki Usmaniyah.

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, cet. 10 (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), h. 122
4
Ibid
5
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Amzah, 2011), h. 134
Kitab kompilasi hukum Islam Turki Usmaniyah ini memuat 1815 pasal
yang membahas berbagai hukum terhadap berbagai permasalah yang masih
diperdebatkan dalam membangun hubungan sosial Islam yang terdiri enam belas
bab, dimulai dari bab jual beli dan berakhir dengan bab tuntutan dan keputusan
hakim (qadha’).6

Berikut tanda-tanda kemajuan fiqih:

a. Di bidang perundang-undangan

Periode ini dimulai dengan masa berlakunya Majalah Al-Ahkam Al-


Adliyah yaitu kitab Undang-undang hukum perdata Islam pemerintah Turki
Usmani pada tahun 1292 H. Baik bentuk maupun isinya berbeda dengan bentuk dan
isi kita fiqh dari satu mazhab tertentu. Warna Hanafi sangat kuat dalam kitab
undang-undang tersebut.

b. Di Bidang Pendidikan

Di perguruan-perguruan tinggi Agama di Mesir, Pakistan, maupun


Indonesia dalam cara mempelajari fiqh tidak hanya dipelajari satu mazhab tertentu,
tetapi dipelajari juga mazhab-mazhab yang lain secara muqoronah atau
perbandingan. Dengan demikian, diharapkan wawasan berpikir hukum di kalangan
mahasiswa islam menjadi lebih luas juga lebih mendekatkan hukum Islam dengan
hukum yang selama ini berlaku, bukan hanya di bidang hukum keluarga tapi juga
di bidang hukum lainnya.

c. Penilaian Dunia Internasional Terhadap Syari’ah Islam

Salah satu contoh yaitu, pada bulan Agustus 1932 berlangsung konferensi
perbandingan hukum Internasional di Deen Haag, Negeri Belanda. Dalam
konferensi itu, prof. Dr. Ali Badawi berbicara tentang hubungan antara agama dan
hukum, sebagai jalan untuk sampai kepada pembicaraan tentang syari’ah Islam.
Akhirnya konferensi memutuskan agar dalam konferensi selanjutnya diadakan

6
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta, Amzah, 2011), h. 137
bagian khusus bagi Syari’ah islam sebagai salah satu sumber dalam perbandingan
hukum. 7

7
A. Djazuli, Ilmu Fiqih, (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015), h. 161
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Masa kebangkitan ini harus tetap kita jaga dan pelihara dengan tidak
mudah merasa puas dengan ketersediaan ilmu-ilmu agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan yang pernah ada di masa kejumudan atau kemunduran fiqih. Karena
bagaimanapun juga berijtihad itu sangat penting, apalagi untuk menghadapi
tantangan zaman yang semakin kompleks. Maka jangan sampai generasi masa kini
maupun masa depan mengulang kesalahan yang sudah pernah terjadi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai