MODUL 1
STOPWATCH TIME STUDY DAN ERGONOMI GERAKAN
SUPER HERO
ABDUL LATIF 1526201091
MUHAMMAD SUROSO 1526201127
SHERLY RACHMAWATI 1526201083
TAUFIK HIDAYAH 1426201062
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 1
STOPWATCH TIME STUDY DAN ERGONOMI GERAKAN
Dibuat oleh:
SUPER HERO
ABDUL LATIF 1526201091
MUHAMMAD SUROSO 1526201127
SHERLY RACHMAWATI 1526201083
TAUFIK HIDAYAH 1426201062
Disahkan oleh,
Asisten Praktikum
Analisa Pengukuran Kerja dan Ergonomi
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
LEMBAR ASISTENSI
MODUL I
STOPWATCH TIME STUDY DAN ERGONOMI GERAKAN
SUPER HERO
ABDUL LATIF 1526201091
MUHAMMAD SUROSO 1526201127
SHERLY RACHMAWATI 1526201083
TAUFIK HIDAYAH 1426201062
iv
DAFTAR ISI
v
2.5.2. Konsep Tentang Bekerja Wajar ................................................ 32
2.5.3. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian ..................... 34
2.5.4. Suatu Perbandingan .................................................................. 46
2.5.5. Cara-Cara Bedaux dan Sintesis ................................................ 48
2.6. Kelonggaran ........................................................................................ 49
2.6.1. Kelonggararan untuk Kebutuhan Pribadi ................................. 49
2.6.2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Fatigue ................... 50
2.6.3. Kelonggaran untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan .. 51
2.6.4. Menyertakan Kelonggaran dalam Perhitungan Waktu Baku ... 52
2.7. Studi Gerakan...................................................................................... 56
2.8. Ekonomi Gerakan ............................................................................... 82
BAB III PENGUMPULAN DATA .................................................................. 98
3.1. Alat dan Bahan .................................................................................... 98
3.2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 98
3.3. Data Hasil Pengamatan ....................................................................... 99
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 103
4.1. Layout Perakitan ................................................................................. 103
4.2. Uraian Gerakan ................................................................................... 107
4.3. Pengukuran Pendahuluan .................................................................... 108
4.4. Uji Tingkat Ketelitian dan Keyakinan Data ........................................ 111
4.5. Uji Kesergaman Data .......................................................................... 115
4.6. Waktu Baku ........................................................................................ 117
4.7. Analisa dan Evaluasi ........................................................................... 123
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 124
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 124
5.2. Saran ................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126
LAMPIRAN ....................................................................................................... 127
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR NOTASI DAN LAMBANG
Σ = Hasil jumlah
σ = Menghitung standar deviasi
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku
kontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Secara garis besar teknik
pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung.
Teknologi Dumai dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch time study).
praktikum ini akan diperoleh waktu siklus, waktu normal dan waktu baku seorang
1. Menentukan waktu baku suatu operasi dimana pekerja bekerja dengan metode
Manfaat yang dapat diperoleh dalam praktikum ini yaitu untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan bagi praktikan, khususnya yang berkaitan dengan
standar.
2
3
BAB II
DASAR TEORI
merupakan cara yang paling banyak dikenal. Alasan lainnya yang menyebabkan
pengukuran dengan menggunakan jam henti, apalagi jam biasa. Banyak faktor
yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk
pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara
langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat tercapai (Sutalaksana, dkk,
2006).
penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukkan penggunaan hasil
pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil
pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini
termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut. Artinya akan
didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun dengan
besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari
ruangan yang berjendela tidak cukup besar. Keadaan ini bukan saja akan
tetapi juga menyebabkan gelapnya ruangan di saat hari mendung. Keadaan meja
tempat pekerjaan dilakukan tidak baik terlalu tinggi jika pekerja duduk di kursi,
4
dan terlalu rendah jika pekerja berdiri. Waktu penyelesaian yang pantas untuk
kondisi demikian tentu bisa dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu terbaik
yang bisa dicapai, melainkan waktu yang lebih panjang dari seharusnya
Dari contoh ini dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu kerja yang pantas
hendaknya merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik.
Dengan kata lain, pengukuran waktu sebaiknya dilakukan apabila kondisi kerja
dari pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum maka kondisi yang ada
Hal yang sama dapat terjadi bila cara-cara kerja yang digunakan untuk
yang singkat, perbaikan cara kerja juga perlu dilakukan. Mempelajari kondisi
pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada, bukan pekerjaan yang baru.
melainkan merancang kondisi dan cara kerja yang baik yang sama sekali baru
penerapan sistem kerja yang baik. Hal lain yang harus dilakukan dalam rangka ini,
yaitu membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Di sini semua
5
kondisi kerja dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu dengan
sistem kerja yang dipilih adalah suatu hal yang penting baik dilihat untuk
baku. Ini terjadi bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem kerja tersebut.
Catatan yang baku inilah yang dipakai sebagai acuan jika pelatihan-pelatihan
keduanya memerlukan pegangan agar sistem kerja yang dipilih itu tetap
baku sistem tentang sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara.
yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa
persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan dapat
6
diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan
berdistribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal (Sutalaksana, dkk,
2006).
ditunjukan tadi jelaslah orang yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan
tinggi atau rendah, karena orang-orang yang demikian hanya meliputi sebagian
kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi, yang dicari adalah waktu
penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh pekerja normal, dan ini
pengukur harus mencari operator yang memenuh hal tersebut (Sutalaksana, dkk,
2006).
Di samping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat
7
dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu.
pengukuran, misalnya dianggap untuk hal-hal yang akan merugikan dirinya atau
pekerjaan lain, dia akan bekerja lamban. Sebaliknya mungkin saja dia bekerja
mendapatkan pujian. Selain itu, operator pun harus dapat bekerja secara wajar
yang seharusnya dilakukan operator ketika sedang diukur, perlu diberikan terlebih
dahulu. Dan operator pun harus mengerti serta menyadari sepenuhnya, inilah yang
dimaksud bahwa operator dapat diajak bekerja sama (Sutalaksana, dkk, 2006).
yang ada, untuk mendapatkan operator yang akan diukur, dia dapat mencarinya
pejabat-pejabat lain yang telah mengenal baik para pekerja. Data tentang hasil
pekerja para pekerja dalam catatan ini di tempat kerja juga dapat membantu
8
2.1.4. Melatih Operator
masih diperlukan bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang
dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator (Sutalaksana, dkk,
2006).
Hal ini terjadi jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga
adalah yang sudah ada selama ini, operator pun bisa kurang menguasai
keadaan seperti ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena sebelum diukur
operator sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan dan
telah dibakukan itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu penyelesaian
pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan bukan penyelesaian dari
orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan (Sutalaksana, dkk, 2006).
oleh operator sejak mulai mengenalnya sampai terbiasa (Sutalaksana, dkk, 2006).
Tingkat
penugasan
Waktu
Gambar 2.2. Kurva Belajar
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
9
Lengkungannya dikenal sebagai lengkungan belajar (learning curve).
Operator baru dapat diukur bila sudah berada pada tingkat penguasaan maksimum
yang ditunjukkan oleh garis stabil mendatar pada kurva. Pada tingkat ini operator
telah memiliki penguasaan paling tinggi yang dapat ia capai. Biasanya latihan-
latihan lebih lanjut tidak akan mengubah banyak ketinggian tersebut. Di samping
diukur waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen ini.
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku
mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu siklus untuk
isi, dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu pulpen yang lengkap. Gerakan-
10
Namun, satu siklus tidak harus berarti waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu produk sehingga menjadi barang jadi seperti yang sudah
pekerja, yakni orang pertama menggabungkan bagian bawah, pegas, dan isi,
sementara orang kedua menggabungkan bagian atas ke bagian lainnya yang telah
diselesaikan orang pertama, dan bila setiap pekerja dianggap bagian dari dua
sistem kerja yang berbeda, maka waktu siklus bagi orang pertama hanya jumlah
waktu yang diperlukan untuk menggabungkan bagian bawah, pegas, dan isi dapat
tentang cara kerja yang dibakukan. Pada langkah kedua di atas telah dikemukakan
bila kondisi dan cara kerja yang telah (dianggap) baik dilakukan, dinyatakan
secara tertulis untuk kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat-
saat, dan sesudah pengukuran waktu. Salah satu cara membakukan cara kerja
11
Alasan kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi
setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk
baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Elemen demikian bisa diterima jika
pada setiap siklus secara berkala seperti memeriksa ukuran pada setiap produk
elemen baku tanpa alasan baik disadari atau tidak oleh operator (Sutalaksana, dkk,
2006).
waktu standar untuk tempat kerja yang bersangkutan. Jelaslah sekarang alasan
diukur waktunya. Walaupun demikian, ketentuan ini tidak bersifat mutlak artinya
jika alasan-alasan di atas dianggap tidak penting atau dirasakan tidak akan terjadi
maka langkah ini tidak perlu dilakukan. Dengan kata lain yang diukur adalah
dengan kelima langkah di atas, ada beberapa pedoman penguraian pekerjaan atas
12
a. Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraikan pekerjaan menjadi elemen-
elemennya serinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera pengukur
c. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal, jumlah dari semua elemen harus
d. Elemen yang satu hendaknya dapat dipisahkan dari elemen yang lain secara
jelas. Batas-batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar tidak
ada keraguan dalam menentukan saat suatu elemen berakhir dan saat elemen
a. Jam henti.
b. Lembaran-lembaran pengamatan.
d. Papan pengamatan.
13
Gambar 2.4 menunjukkan sebuah jam henti biasa, yaitu yang mempunyai
sebuah jarum penunjuk. Bila tombol A ditekan jarum akan berputar dan berhenti
Jam henti jenis lain diperlihatkan pada Gambar 2.5, ini adalah jam henti
berjarum dua. Di awal pengukuran, kedua jarumnya berada di titik nol. Bila
tombol A ditekan kedua jarum secara bersamaan akan berhimpit dan bergerak.
pertama dilakukan. Posisi waktu dari jarum yang berhenti segera dicatat pada
yang diam bergabung dengan yang berjalan tadi untuk berjalan bersama-sama
lagi. Bila siklus/elemen kedua selesai, tombol C ditekan lagi sehingga salah satu
14
jarum berhenti seperti tadi dan angka yang ditunjukkannya pada skala dicatat.
selanjutnya dapat terus diikuti dengan baik. Pengurangan ini biasanya dilakukan
ditunjukkan pada skala. Jika yang sedang diukur merupakan siklus/elemen yang
terakhir kali diukur, di akhir siklus/elemen yang ditekanlah tombol A yang akan
Alat pengukur ketiga adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.6. a.
disini tiga jam henti A, B, dan C berada pada satu papan pengamatan dengan
masing-masing mempunyai satu tombol. Pada papan ini terdapat pula mekanisme
15
penekan tombol. Bagian penekannya berada tepat di atas tombol-tombol A, B, dan
C serta dapat diatur relatif terhadap tombol dan jam henti sedemikian rupa
sehingga jarak antara penekan A dengan tombol A lebih dekat daripada penekan
B dengan tombol B, dan jauh lebih dekat dari penekan C dengan tombol C. Bila
pengaturan ini telah baik, ketika terdapat batang D diberi tekanan secukupnya
oleh tangan, penekan A akan menekan tombol A sehingga jarum A bergerak. Ini
dihentikan karena siklus/elemen pertama selesai, batang D ditekan lagi, kali ini
dengan tekanan yang sedikit lebih besar dari yang pertama. Dengan demikian
2006).
sebuah jarum bergerak, satu jarum yang lain berhenti dan satu jarum lagi kembali
ke titik nol. Karena setiap kali jarum kembali ke titik nol maka angka pada skala
yang ditunjukkan setiap jarum adalah waktu dari siklus yang bersangkutan (tidak
kumulatif). Karena berada dengan jenis kedua tadi, jam henti yang ketiga ini tidak
jenis ini dilakukan di antara dua penekanan batang D, yaitu pada saat-saat setelah
sebuah jarum berhenti dan belum dikembalikan ke titik nol. Gambar 2.6.b.
16
memeperlihatkan versi empat jam henti pada satu papan pengamatan
(a) (b)
Gambar 2.6. Tiga Jam Henti Pada Papan Pengamatan (a), dan Empat Jam Henti
Pada Papan Pengamatan (b).
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
sendiri-sendiri. Jam henti biasa harganya paling murah dibandingkan yang lain,
digunakan juga jam henti digital seperti yang dicontohkan pada Gambar 2.7.
Sebagai alat untuk mengukur waktu bagi suatu sistem kerja, jam jenis ini pada
dasarnya berfungsi sama dengan jam henti dari jenis-jenis yang telah dibicarakan
17
sebelumnya. Selain pada umumnya memilki fitur “lapsed time” secara standar jam
henti digital memungkinkan ketelitian ukur yang lebih tinggi (Sutalaksana, dkk,
2006).
sebelum pengukuran dengan kolom dan baris yang memudahkan pencatatan dan
Gambar 2.8. Di dalam kotak di setiap baris diisi dengan waktu yang teramati pada
18
LEMBARAN PENGAMATAN Hal
Dari
PEKERJAAN TANGGAL
NAMA MESIN JAMs/d
NAMA OPERATOR (jammenit)
NAMA STASIUN KERJA NAMA PENGUKUR
NAMA PABRIK TANDA TANGAN
SIKLUS
KE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12
24
36
48
60 ‘
72
84
KELONGGARAN:
Gambar 2.8. Contoh Lembaran Pengamatan Pengukuran Siklus
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
19
Pena dan pensil juga disiapkan untuk mencatat segala yang diperlukan
yang baik, yaitu yang bersifat ergonomik diperlihatkan pada Gambar 2.9.
20
2.2. Melakukan Pengukuran Waktu
waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang
telah disiapkan di atas. Bila operator telah siap di depan mesin atau di tempat
kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur. Pengukur memilih posisi untuk
tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa
karena merasa terlampau diamati (misalnya jika pengukur berdiri dekat di depan
sekitar 1,5 meter merupakan tempat terbaik. Berikut ini adalah hal-hal yang
melakukan hal ini ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistikal dari
ketelitian dan keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan
21
Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa
buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya enam belas
kali atau lebih. Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan. Selanjutnya
telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman data dan perhitungan kecukupan
data. Bila kali ini data yang ada terhitung cukup, barulah pengukuran dihentikan.
Namun, bila belum juga cukup, tambahan pengukuran perlu dilakukan lagi, dan
menghasilkan 16 data yang diperlihatkan pada tabel berikut ini (Sutalaksana, dkk,
2006).
22
1. Kelompok ke-16 harga tersebut ke dalam subgrup-subgrup yang masing-
XI
X ............................................................................................................. 2.1
K
Dimana:
Sehingga:
56
x̅ = = 14
4
(Xj X)
2
................................................................................................. 2.2
N 1
dimana:
telah dilakukan.
23
Sehingga:
x i / n ........................................................................................................ 2.3
Dimana:
n = Besarnya subgrup
Sehingga:
Tentukan batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB) dengan:
Sehingga:
Untuk contoh di atas ternyata semua rata-rata subgrup berada dalam batas-batas
tersebut. Ini berarti, karena semua rata-rata subgrup berada dalam batas kendali
maka semua harga yang ada dapat digunakan utuk menghitung banyaknya
dkk, 2006):
24
2
2
40 N xj ( xj
2
p(1 p)
Sp k ................................................................................................... 2.7
N
dimana:
25
p = Presentase terjadinya kejadian yang diamati dan juga dinyatakan dalam
bentuk desimal.
diambil.
terhingga), karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini
jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya.
Namun, sebaliknya jika dilakukan hanya beberapa kali pengukuran saja, dapat
diduga hasilnya sangat kasar. Dengan demikian yang diperlukan adalah jumlah
pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga, dan biaya yang besar tetapi
hasilnya tidak dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta
kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja (Sutalaksana, dkk, 2006).
yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur. Tingkat ketelitian dan
26
pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat
hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Ini pun dinyatakan dalam
persen. Jadi, tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti
10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini
adalah 95%. Dengan kata lain jika pengukur sampai memperoleh rata-rata
pengukuran yang menyimpang lebih dari 10% dari yang seharusnya, hal ini
dkk, 2006).
Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika dilakukan tak terhingga kali
maka rata-rata yang diperoleh mungkin tidak 100 detik, tetapi suatu harga lain,
misalnya 88,96 atau 100 detik. Katakanlah rata-rata pengukuran yang didapat 96
detik. Walaupun rata-rata sebenarnya (100 detik) tidak diketahui, jika jumlah
keyakinan 95%, maka pengukur mempunyai keyakinan 95% bahwa 96 detik itu
27
terletak pada interval rata-rata yang sebenarnya dikurangi 10% dari rata-rata ini,
dan harga rata-rata sebenarnya ditambah 10% dari rata-rata ini (Sutalaksana, dkk,
2006).
jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara
intuitif hal ini dapat diduga, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan
Sekarang akan kita lihat beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian
keseragaman data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja yang lain
sistem kerja yang baik, yang terdiri dari kondisi kerja dan cara kerja yang baik.
Jadi, yang dihadapi adalah jika suatu sistem yang akan diukur merupakan sistem
yang sudah ada maka sistem ini dipelajari untuk kemudian diperbaiki. Jika
sistemnya belum ada maka yang dilakukan adalah merancang sesuatu yang baru
dan baik. Terhadap suatu sistem yang baik inilah pengukuran waktu dilakukan
dan dari sistem inilah waktu penyelesaian pekerjaan dicari. Walau selanjutnya
pembakuan sistem yang dipandang baik ini telah dilakukan, seringkali pengukur,
28
pada sistem kerja. Memang perubahan adalah sesuatu yang wajar karena
pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat
namun juga mesti dalam batas waktu kewajaran. Dengan kata lain harus seragam
ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang
dapat mendeteksi hal itu. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan
batas seragam tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila diantara
kedua batas kontrol. Bila diluar batas-batas itu, yang secara statistika disebut
berasal dari sistem sebab yang berbeda, dinyatakan sebagai data-data yang tak
Yang diperlukan adalah data yang berada di dalam batas-batas kontrol dan
Jika ada yang terletak di luar batas kontrol, apa yang dilakukan (Sutalaksana, dkk,
2006).
Misalkan dari ketiga puluh dua harga yang telah terkumpul, dengan cara-
cara yang sama didapat BKA = 18,246 dan subgrup keenam berharga rata-rata
19,261. Jelas subgrup ini berada di luar batas kontrol karena di atas harga BKA.
Oleh sebab itu, subrup ini harus dibuang karena berasal dari sistem sebab yang
29
untuk mencari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan semua data dalam
memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
selama pengukuran:
Xi
Ws ........................................................................................................2.8
N
Dimana xi dan N menunjukkan arti yang sama dengan yang telah dibahas
sebelumnya.
Wn = Ws x p.....................................................................................................2.9
Tujuannya adalah untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika
30
bekerjanya telalu lambat maka untuk menormalkan pengukur harus memberi
Wb = Wn x (1+1) ...........................................................................................2.10
diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan
dkk, 2006).
2.5. Penyesuaian
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan
karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara
31
Andai kata ada ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan
menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan
hal inilah penyesuaian dilakukan. Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-rata
operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus
atau waktu elemen rata-rata denagn suatu harga p yang disebut faktor
yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau waktu yang normal.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat)
maka harga p-nya akan lebih besar dari satu (p > 1). Sebaliknya jika operator
dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p <
1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka
disebut wajar itu? Dengan standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja
operator. Dalam kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa kita rasakan, yaitu
bila di suatu waktu melihat seseorang yang sedang bekerja. Dalam waktu yang
32
tidak terlampau lama, kita dapat menyatakan bahwa orang tersebut bekerja dengan
lambat atau sangat cepat. Hal ini berarti kita telah membandingkan sesuatu
dengan sesuatu lain yang wajar, walaupun yang ditulis terakhir tidak selalu mudah
untuk dinyatakan. Ketepatan penilaian pengukur akan lebih teliti apabila dia telah
dkk, 2006).
mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap normal, yaitu: jika
berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan
2006).
organization ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci, yaitu yang
kerja, dan konsisten, ini akan dibicarakan kemudian, yaitu pada pembahasan
bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap tampak sebagai sesuatu
33
yang subjektif. Memang hal inilah yang dipandang sebagai kelemahan
merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi. Sehubungan dengan faktor penyesuaian,
Cara pertama adalah cara persentase yang merupakan cara yang paling
menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.
terhitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya (Sutalaksana, dkk,
2006):
sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana,
namun segera pula terlihat adanya kekurangan ketelitian sebagai akibat dari
lain yang dipandang sebagai cara lain yang lebih objektif. Cara-cara ini umumnya
34
terhadap kerja operator. Dua cara akan diperkenalkan di sini, yaitu cara shumard
pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator yang lain
dinilai excellent maka ia mendapat nilai 80, dan karenanya faktor penyesuaiannya
P = 80/60 = 1,33
Jika waktu siklusnya sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya:
dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap
35
faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing (Sutalaksana,
dkk, 2006).
menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut. Atau
karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatigue
penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap
Super Skill:
diikuti.
36
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja
Excellent Skill:
pemeriksaan lagi.
kesalahan.
Good Skill:
lebih rendah.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerja stabil.
37
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakan-gerakannya cepat.
Average Skill:
Fair Skill:
gerakan.
6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak
selalu yakin.
38
8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
Poor Skill:
2. Gerakan-gerakannya kaku.
gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan, dan hal
lain-lain yang serupa. Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam
menilai kewajaran pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Untuk usaha atau
Sutalaksana, dkk, 2006 menyatakan bahwa yang dimaksud usaha di sini adalah
pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya, yaitu:
Excerssive Effort:
39
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
Excellent Effort:
10. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.
Good Effort:
1. Bekerjasama berirama.
40
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapih.
Average Effort:
Fair Effort:
3. Kurang sungguh-sungguh.
8. Terlampau hati-hati.
Poor Effort:
41
3. Tidak mau menerima saran-saran.
bahan.
Kadang-kadang usaha ini begitu besar sehingga tampak berlebihan dan tidak
tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak didukung, tapi bisa
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Jadi walaupun hubungan antara “kelas
tinggi” pada keterampilan dengan usaha tampak erat sebagaimana juga dengan
kelas-kelas rendah (maksudnya antara excellent dengan excellent, fair dengan fair,
dan selanjutnya), kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah
suhu dan kebisingan ruangan. Bila 3 faktor lainnya, yaitu keterampilan, usaha dan
42
merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa
banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering disebut
sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good,
average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap
untuk satu pekerjaan dapat saja dirasakan fair atau bahkan poor bagi pekerjaan
yang lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk
pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu
jalannya pekerjaan atau bahkan sangat menghambat pencapaian kinerja yang baik.
Sudah tentu suatu pengetahuan tentang kriteria yang disebut ideal, dan kriteria
yang disebut poor perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja dalam
Faktor ini perlu diperhatikan karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka
yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan
pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam,
bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah
tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
43
diperhatikan. Sebagaimana halnya faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi
menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan poor.
Seseorang yang bekerja perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu
penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin
atau pekerja yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh yang variasi
waktunya tidak diharapkan terjadi. Sebaiknya konsistensi yang poor terjadi bila
Konsistensi rata-rata atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaian
dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang letaknya jauh
44
Tabel 2.4. Penyesuaian Menurut Westinghouse (Lanjutan)
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
F2 -0,17
Kondisi kerja Ideal A +0,06
Excellent B +0,02
Good C +0,00
Average D +0,04
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Konsistensi Perfect A +0,04
Excellent B +0,03
Good C +0,01
Average D +0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
diberi harga p=1, sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini harga p-nya
ditambah dengan angka-angka yang sesuai dengan keempat faktor di atas. Sebagai
contoh jika waktu siklus rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu ini dicapai
dengan keterampilan pekerja yang dinilai fair (E1), usaha good (C2), kondisi
excellent (B), dan konsistensi poor (F), maka tambahan terhadap p=1 adalah
Jumlah : = -0,03
45
Perlu diperhatikan oleh para pembaca bahwa p yang besarnya sama
dengan 0,97 bukanlah sekedar hasil nilai dari kelas-kelas yang bersangkutan,
tetapi juga merupakan hasil interaksi dari kelas-kelas dari ke empat faktor
diinteraksikan) satu sama lain. Jika penilaian hanya dilakukan terhadap sebagian
dari 4 faktor tersebut, angka-angka tersebut tidak berlaku, dan tentunya akan
sistematika yang jelas sehingga jika dia memberi harga p = 1,20, dan kepadanya
kelas dari setiap faktor. Dengan cara seperti ini mungkin saja diperoleh p = 1,28
atau p = 1,16 yang berbeda dengan p yang diperoleh dengan cara persentase.
Tidaklah mudah untuk menyatakan yang lebih baik karena keduanya tetap
diperoleh dari penilaian pribadi pengukur. Keadaan ini tidaklah berbeda dengan
ilustrasi berikut. Seorang pemuda yang ditanya tentang nilai yang akan diberikan
46
kepada gadis A, mungkin akan menjawab 7. Lalu kepadanya ditanya lagi, kali ini
lebih terperinci yaitu nilai yang secara terpisah akan diberikan bagi wajah, rambut,
cara berpakaian, dan bentuk badannya dengan anggapan bahwa sang pemuda
harus melupakan nilai yang sudah diberikan tadi. Mungkin dia akan memberi 8
untuk wajah, 7 untuk rambut, 6 untuk cara berpakaian, dan 8 untuk bentuk badan.
penting dan yang kurang penting (misalnya seorang pemuda lebih mementingkan
wajah, pemuda yang lain bentuk badannya), maka kepada pemuda ini ditanya
bobot bagi setiap hal di atas. Mungkin jawabannya 30%, 20%, 20%, dan 30%.
Jika rata-ratanya dihitung berdasarkan cara ini., maka nilai yang diberikan
pemuda tadi kepada gadis A adalah (8.0.3 + 7.0.2 + 6.0.2 + 8.0.3) atau sama
jilas kiranya bahwa cara-cara seperti shumard dan westinghouse dan lain-lainnya
(seperti cara-cara objektif, bedaux, dan sintesis yang tidak dibahas dalam tulisan
ini) dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan cara. Dan memang dirasakan lebih
objektif. Bagi mereka yang kurang mengenal pekerjaan yang diukur dan belum
dibanding yang lain. Bila telah cukup terlatih, ia dapat meningkat ke cara
shumard. Baru setelah mahir di tingkat ini layaklah ia memakai cara persentase
47
2.5.5. Cara-Cara Bedaux dan Sintesis
penyesuaian adalah cara bedaux dan sintesis. Pada dasarnya cara bedaux tidak
banyak berbeda dengan cara shumard, hanya saja nilai-nilai pada cara Bedaux
dinyatakan dalam “B” (huruf pertama Bedaux, penemunya) seperti misalnya 60B
Sedangkan cara sintesis agak berbeda dengan cara-cara lain, dimana dalam
cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-
harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan, untuk kemudian
suatu siklus adalah 17, 10, dan 32 detik. Dari tabel-tabel data waktu gerakan
didapat untuk elemen-elemen yang sama masing-masing 17, 12, dan 29 detik.
Yang berbeda adalah pada elemen-elemen kedua dan ketiga. Maka untuk elemen-
elemen ini perbandingannya adalah 12/10 dan 29/32. Rata-rata keseluruhan yang
besarnya 1,04 adalah faktor penyesuaian untuk ketiga elemen pekerjaan tersebut
atau untuk seluruh siklus yang bersangkutan jika siklusnya hanya terdiri dari 3
2.6. Kelonggaran
48
ratanya. Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan
penyesuaian, satu hal lain yang kerap kali terlupakan adalah menambah
kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan (Sutalaksana, dkk, 2006).
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Oleh karena itu sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
bisa misalnya seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga atau
melarang pekerja untuk sama sekali tidak berbicara sepanjang jam kerja. Larangan
demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan
fisiologis yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi
demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat
49
mempunyai karakteristik tersendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda.
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue, karena masih banyak kemungkinan lain
Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung
terus pada akhirnya akan terjadi fatigue total yaitu jika anggota badan yang
bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun
50
sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat
serendah mungkin. Hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan
51
Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti itu sangat bervariasi
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu sistem kerja ke sistem kerja
lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja,
ketelitian suplai alat dan bahan, dan sebagainya (Sutalaksana, dkk, 2006).
jenis ini. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menentukan besarnya
pekerjaan yang tekniknya dibahas dalam bab yang akan datang (Sutalaksana, dkk,
2006).
hal di atas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan
hambatan yang tak terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh
dari Tabel 2.5 yaitu dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang sesuai dengan
dengan waktu normal yang telah dihitung sebelumnya (Sutalaksana, dkk, 2006).
52
abel 2.5. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran (%)
A. Tenaga yang dikeluarkan Pria Wanita
1 Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0
2 Sangat Ringan Bekerja di meja, berdiri 0,00 - 2,25 kg 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5
3 Ringan Menyekop, ringan 2,25 - 9,00 kg 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0
4 Sedang Mencangkul 9,00 - 18,00 kg 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0
5 Berat Mengayun palu yang berat 18,00 - 27,00 kg 19,0 - 30,0
6 Sangat Berat Memanggul beban 27,00 - 50,00 kg 30,0 - 50,0
7 Luar Biasa Berat Memanggul karung berat diatas 50 kg
B. Sikap Kerja
1 Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00 - 1,0
2 Berdiri di atas dua kaki Benda tegak, ditumpu dua kaki 1,0 - 2,5
3 Berdiri di atas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5 - 4,0
4 Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 - 4,0
5 Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0 - 10,0
C. Gerakan Kerja
1 Normal Ayunan bebas dari palu 0
2 Agak terbatas Ayuanan terbatas dari palu 0-5
3 Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5
Pada anggota-anggota badan
4 terbatas Bekerja dengan tangan di atas kepala 5 - 10
5 Seluruh anggota badan terbatas Bekerja di lorong pertambangan yang sempit 10 - 15
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
53
Tabel 2.5. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran (%)
Pencahayaan
D. Kelelahan Mata *) Baik Buruk
1 Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0
2 Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5
3 Pandangan terus menerus dengan fokus Pemeriksaan yang sangat teliti
tetap 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0
4 Pandangan terus menerus dengan fokus Memeriksa cacat-cacat pada kain
berubah-ubah 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0
5 Pandangan terus menerus dengan
konsentrasi tinggi 19,0 - 30,0
dan fokus tetap
6 Pandangan terus menerus dengan
konsentrasi tinggi 30,0 - 50,0
dan fokus berubah-ubah
Kelelahan
E. Keadaan Suhu Tempat Kerja **) Suhu (C) normal Berlebihan
1 Beku di bawah 0 diatas 10 di atas 12
2 Rendah 0 – 13 10 - 0 12 – 5
3 Sedang 13 – 22 5–0 8–0
4 Normal 22 – 28 0–5 0–8
5 Tinggi 28 – 38 5 - 40 8 – 100
6 Sangat Tinggi di atas 38 di atas 40 di atas 100
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
54
Tabel 2.5. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)
Kelonggaran
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban (%)
F. Keadaan atmosfer ***)
1 Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0–5
3 Kurang Baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak 5- 10
4 Buruk Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat pernafasan 10 – 20
G. Keadaan lingkungan yang baik
1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2 Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0 -1
3 Siklus kerja berulang-ulang antara 0 - 5 detik 1–3
4 Sangat bising 0–5
5 Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0–5
6 Terasa adanya getaran lantai 5 – 10
7 Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) 5 – 15
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***)Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
Catatan pelengkap: Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi Pria = 0-2.5% dan Wanita = 2-5%
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
55
2.7. Studi Gerakan
1. Pendahuluan
Bila kita mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung, hal yang
sudah tepat atau sudah sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan. Tetapi tak
jarang seorang pekerja melakukan gerakan yang tidak perlu. Yang dicari adalah
rangkaian gerakan yang EASNE. Dengan studi gerakan banyak dari unsur-unsur
diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak perlu dapat dikurangi atau bahkan
dipelajari. Perlu dikenali terlebih dahulu apa yang disebut sebagai gerakan-
gerakan dasar atau elemen gerakan yang mereka namakan therblig (Gilberth,
dibaca dari belakang dengan ‘th’ sebagai satu kesatuan huruf) (Sutalaksana, dkk,
2006).
dasar dari tangan. Hal ini mudah dimengerti karena pada setiap pekerjaan
56
produksi gerakan tangan merupakan gerakan yang paling umum dijumpai, terlebih
Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan menjadi gerakan dasar, yang
oleh Gilberth uraikan ke dalam 17 therblig itu. Suatu pekerjaan mempunyai uraian
dari jenis pekerjaannya. Suatu pekerjaan mungkin dapat diuraikan ke dalam enam
therblig, sedangkan untuk pekerjaan yang lain mungkin hanya dapat diuraikan ke
dalam empat therblig. Suatu therblig bisa saja diperlukan lebih dari satu kali bagi
yang dapat menghemat waktu kerja, atau gerakan yang sebetulnya tidak
a. Mencari (Search)
menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini
dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah
yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan (Sutalaksana, dkk, 2006).
57
Tabel 2.6. Lambang-Lambang Therblig
Lambang
Nama Therblig
Therblig
Mencari (Search) SH
Memilih (Select) ST
Memegang (Graps) G
Menjangkau (Reach) RE
Membawa (Move) M
Memegang untuk memakai (Hold) H
Melepas (Repleased load) RL
Pengarahan (Position) P
Pengarahan sementara (Pre Position) PP
Memeriksa (Inspection) I
Merakit (Assemble) A
Lepas rakit (Desassemble) DA
Memakai (use) U
Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Unavoidable delay) UD
Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay) AD
Merencana (Plan) Pn
Istirahat untuk menghilangkan fatigue (Rest to overcome R
fatigue)
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
Tujuan lain dari analisis gerakan ini adalah untuk memudahkan seorang
58
1. Sudah jelaskah ciri-ciri yang akan diambil?
Suatu objek akan lebih mudah dikenal bila mempunyai ciri-ciri yang jelas.
Dengan tempat yang tembus pandang, objek akan terlihat dengan jelas
pencariannya.
4. Apakah susunan tata letak tempat kerja yang sudah ada merupakan yang
mencari tidak menimbulkan frekuensi gerakan mata yang tinggi, maka susunan
tempat kerja tersebut telah memnuhi syarat untuk menghemat waktu kerja.
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam gerakan mencari karena
menentukan terlihat atau tidaknya objek dengan jelas, bila objek yang dicari
dkk, 2006).
59
b. Memilih (Select)
tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk
melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai
memilih, dan berakhir bila objek sudah ditemukan. Batas antara mulai memilih
dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembaruan
pekerjaan diantara dua gerakan tersebut, yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata
mungkin elemen gerakan ini harus dihindarkan. Contoh dari elemen gerakan
memilih adalah gerakan yang diperlukan untuk memilih pulpen dari wadahnya
bila pada wadah tersebut terdapat pula pensil-pensil dan bolpoin-bolpoin lain yang
satu sama lain tercampur secara tak beraturan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini
Gerakan memilih dapat dihilangkan bila objek sudah tidak tercampur lagi. Hal
ini dapat dimungkinkan dengan hanya menempatkan satu jenis objek pada satu
60
3. Dapatkah dipakai wadah yang tembus pandang?
Selain berguna untuk memudahkan mencari, tempat yang tembus pandang juga
akan memudahkan elemen gerakan memilih. Hal ini terjadi karena objek dapat
terlihat dari luar meskipun objek yang dipilih berada di bawah dalam suatu
c. Memegang (Grasp)
Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan
meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat diperbaiki.
Gambar 2.11. Dua Macam Cara Memegang Objek yang Berbentuk Pipih
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
61
Menurut Sutalaksana, dkk, 2006 menyatakan bahwa untuk memperbaiki
sebagai pedoman.
Jika hal ini memungkinkan, berarti waktu yang diperlukan untuk elemen gerak
per objek akan menjadi kecil sehingga akan diperoleh penghematan waktu
kerja.
Bila objek tersebut dapat digelincirkan, tangan tidak usah secara penuh
dibandingkan bila tempat penyimpanan tidak mempunyai bibir landai. Hal ini
dapat dilihat dari perbandingan dua gambar berikut ini, yakni lengkungan AB
62
4. Dapatkah objek yang akan dipegang diletakkan sedemikian rupa sehingga
dengan objerk yang berserakan. Hal ini lebih terasa bila objek yang akan
dipegang berbentuk tajam pada salah satu ujungnya seperti jarum atau paku,
tertusuk bila objek diletakkan secara berserakan. Tidak demikian halnya bila
objek tersebut diletakkan berdiri dengan ujung tajam di bawah atau diletakkan
dengan ujung tajam searah antara satu objek dengan objek yang lainnya.
Rasa kekhawatiran yang sama seperti di atas akan timbul bila permukaan
Satu cara yang tepat menjadikan hal seperti di atas adalah dengan memberi alas
Bila ada peralatan yang dapat dipakai untuk mengganti fungsi tangan dalam
memegang, perbaikan akan diperoleh untuk elemen gerakan ini karena dengan
63
demikian kerja badan dapat dikurangi sehingga datangnya kelelahan dapat
ditunda lebih lama lagi. Salah satu alat yang dapat dipakai untuk mencapai hal
d. Menjangkau (Reach)
tempat tanpa beban, baik mendekati ataupun menjauhi objek. Gerakan ini
biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan
memegang. Therblig ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir
tergantung pada jarak dari pergerakan tangan dan dari tipe menjangkaunya.
dari siklus kerja yang masih mungkin adalah pengurangan dri waktu gerak ini
64
e. Membawa (Move)
dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya
didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh
pengarahan (position). Therblig ini dimulai dan berakhir pada saat yang sama
pun hampir sama, yaitu jarak pindah dan macamnya. Dalam beberapa pekerjaan
yang memerlukan kombinasi antara tangan dan mata, waktu yang diperlukan
untuk membawa menjadi terpengaruhi oleh waktu yang diperlukan oleh gerakan
mata. Pekerjaan ini sering dijumpai karena pada dasarnya sewaktu objek sedang
Penyusunan tata letak bahan sangat berpengaruh pada jarak tempuh ini. Harus
diusahakan agar objek yang paling sering dipakai diletakkan paling dekat. Dari
Ergonomi Departemen Teknik Industri ITB jelas terbukti bahwa dalam kondisi
yang berlainan pun jarak yang lebih jauh memerlukan gerak waktu yang lebih
banyak.
baik dilakukan dengan tangan maupun dilakukan dengan peralatan seperti: ban
65
berjalan, penjepit, dan lain-lain. Masing-masing cara tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Pemilihan salah satu cara di atas harus dilakukan
mengangkut per unit menjadi kecil. Hal ini memenuhi keinginan untuk
Selain itu ada pula faktor kelambatan yang diakibatkan oleh perubahan arah
66
Menurut Sutalaksana, dkk, 2006, gambar tersebut menunjukkan suatu
berbeda-beda pada lintasan tersebut maka waktu gerak untuk menjalaninya pun
akan berlainan.
Kasus 1: Panjang BD kurang dari 1/3 panjang AD. Untuk kasus ini lintasan
Kasus 2: Panjang BD lebih besar atau sama dengan 1/3 AD tetapi lebih kecil
Kasus 3: Panjang BD sama atau lebih panjang dari AD tetapi kurang dari 3
kali AD. Untuk kasus ini selain jarak tempuh menjadi lebih
sekitar B. Waktu untuk kasus ini harus ditambah satu faktor untuk
perubahan arah.
Kasus 4: Panjang BD sama atau lebih dari 3 kali panjang AD. Untuk kasus
ini perubahan arah sudah dapat dikatakan tidak ada, karena sudah
gerakan kerja. Untuk kasus ini AC sudah terdiri atas dua gerakan,
67
Bila objek dapat bergerak sendiri atau tergelincir, tenaga yang sedianya akan
tenaga. Dalam hal ini tenaga hanya dipakai untuk memberi dorongan agar
misalnya dengan cara langsung mendorong objek atau dapat pula dengan
2006).
Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat
mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi (Sutalaksana, dkk, 2006).
memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan pekerjaan memasang.
Salah satu contoh therblig ini dapat dilihat pada Gambar 2.16 yakni tangan kiri
68
melakukan elemen gerak memegang untuk memakai sedangkan tangan kanan
melakukan gerak memakai (use) yang akan dibahas pada titik m nanti
menjahit buah kancing pada baju. Tangan kiri tidak bergerak memegang kancing
sedangkan tangan kanan bekerja menggerak-gerakan jarum. Dalam hal ini tangan
sekarang dapat melakukan pekerjaan yang lain. Salah satu alat yang bisa
dipakai untuk memegang adalah catok atau ragum yang merupakan satu
peralatan dari perkakas pembantu (jig), peralatan lain yang juga dapat dipakai
untuk memegang adalah alat-alat yang memakai prinsip magnet, gesekan, dan
lain-lainnya.
g. Melepas (Release)
Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang
69
merupakan gerakan yang relatif lebih singkat. Therblig ini mulai pada saat pekerja
mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah
tidak menyentuh objek lagi. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan
mengangkut atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti gerakan
Jadi di sini objek dibawa dan sekaligus dilepas sehingga dengan demikian
diperlukan untuk therblig ini akan menjadi lebih singkat. Hal ini tercapai
misalnya dengan memberi landasan yang lunak (busa) pada tempat objek
70
setelah dilepas, sehingga dengan demikian pekerja tidak usah terlalu hati-hati
3. Apakah setelah melepas beban, tangan atau alat angkut sudah dalam keadaan
Bila keadaan tangan sudah siap untuk melakukan gerakan selanjutnya, berarti
Fungsi tujuan untuk melepas dapat diganti oleh suatu alat misalnya dengan
h. Mengarahkan (Position)
diikuti oleh gerakan merakit (assemblling). Gerakan ini mulai sejak tangan
dan berakhir pada saat gerakan merakit atau memakai dimulai. Untuk jelasnya
perhatikan Gambar 2.18. Waktu untuk mengarahkan juga terpengaruh oleh kerja
mata karena tangan mengarahkan, mata terus mengawasi agar objek dapat
71
Menurut Sutalaksana, dkk, 2006, waktu untuk mengarahkan sering
karena dengan tidak adanya elemen ini maka elemen gerak membawa akan
2. Apakah objek yang akan dipegang telah diletakkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan perngarahan?
Hal ini terjadi karena objek yang akan dipegang sudah diposisikan sedemikian
72
terjadi bersama dengan therblig yang lain seperti mengangkut dan melepas
Untuk jelasnya ikutilah uraian gerakan dari seseorang yang akan menulis,
ke tempat semula (tempat pulpen yang disebut pen holder). Uraian tersebut
terletak dengan posisi berdiri (pada pemegang pulpen) sedemikian rupa sehingga
Bila pulpen tersebut dibawa setelah dipakai dan disimpan pada tempat pulpen
dengan meletakkannya begitu saja mendatar pada meja kerja, yang terjadi bukan
j. Pemeriksaan (Inspect)
73
Therblig ini merupakan pekerjaan pemeriksaan objek untuk mengetahui
apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa
objek dan suatu standar. Banyak atau sedikitnya waktu yang diperlukan untuk
dkk, 2006).
dalam therblig ini dapat berupa pemeriksaan kualitas seperti baik atau buruknya
objek yang ditentukan oleh warnanya, dapat pula berupa pemeriksaan kualitas,
Dengan adanya kombinasi operasi antara pemeriksaan dengan gerak yang lain,
2. Dapatkah dipakai suatu alat yang bisa memeriksa beberapa objek sekaligus?
peran yang sangat penting apalagi untuk objek-objek yang berukuran kecil atau
4. Apakah jarak objek yang diperiksa sudah tepat dari mata operator?
74
Jarak penglihatan manusia sangat terbatas kemampuannya. Jarak yang lebih
dekat atau lebih jauh dari jarak optimal bagi seseorang akan mengakibatkan
misalnya mata elektronik, lampu polarisasi, dan lain-lain yang pada umumnya
untuk mengurangi efek dari silau, memudahkan separasi warna, ataupun untuk
memperjelas objek.
k. Perakitan (Assemble)
yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. gerakan ini biasanya didahului oleh
salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig
melepas. Pekerjaan perakitan dimulai bila sudah siap dipasang (biasanya setelah
Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig di atas, di sini dua bagian
objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gambar 2.19 dan 2.20 menunjukkan proses
75
Gambar 2.19. Merakit Gambar 2.20. Lepas Rakit
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh melepas. Gerakan ini dimulai
pada saat pemegangan atas objek dan dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan
berakhir bila kedua objek telah terpisah secara sempurna. Biasanya akhir dari
lepas rakit merupakan awal dari salah satu gerakan membawa atau melepas
m. Memakai (Use)
Yang dimaksud memakai di sini adalah bila satu tangan atau kedua-
untuk gerak ini tergantung dari jenis pekerjaan dan keterampilan pekerjaannya. Di
gerak memakai terjadi. Pada Gambar 2.21 yang melakukan gerakan memakai
adalah tangan kanan. Merakit, lepas rakit, dan memakai dapat diperbaiki dengan
76
2. Dapatkah dilakukan secara otomatis?
Seperti di atas, hal ini pun diharapkan akan dapat meningkatkan waktu kerja.
Bila keadaan di atas memungkinkan, hal ini juga akan mempersingkat waktu
kerja.
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, pekerjaan harus dilakukan dalam
kondisi yang optimal. Misalnya dalam pemakaian mesin bubut, apakah antara
sedangkan tangan yang lainnya bekerja, misalnya pada operator mesin bor.
Sebagai akibat dari sifat alat dan pekerjaannya, hanya memungkinkan satu tangan
Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang timbul sepanjang waktu kerja
oleh pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja yang
sedang menderita sakit batuk. Ia batuk-batuk sepanjang waktu kerjanya dan hal ini
77
menimbulkan gangguan pada pekerjaannya. Contoh lain: pekerja yang merokok
p. Merencanakan (Plan)
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Therblig ini lebih sering
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik.
Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat
kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga karena
78
untuk memperbaiki kelambatan-kelambatan yang diakibatkan oleh therblig-
therblig kedua jenis kelambatan di atas, merencanakan dan istirahat karena fatigue
Agar tidak terjadi pemborosan tenaga harus diperhatikan apakah anggota tubuh
yang tidak diperlukan ikut bergerak atau tidak. Dengan hanya memberdayakan
anggota tubuh yang tepat rasa fatigue tidak akan berlebih dan takkan datang
2. Apakah suhu kelembapan, ventilasi, kebisingan, dan kondisi kerja yang lain
telah memuaskan?
sedemikian rupa sehingga rasa fatigue dari pekerja akan lebih cepat datang atau
kemampuan bekerja menurun jika kondisi ruang kerjanya tidak cocok bagi
pekerja tersebut.
3. Apakah ukuran kursi dan meja telah disesuaikan dengan tubuh pekerja?
Ukuran kursi dan meja harus disesuaikan dengan ukuran-ukuran tubuh yang
memakainya sehingga tidak akan terjadi hambatan yang ditimbulkan oleh tidak
cocoknya ukuran-ukuran kursi dan meja tersebut. Untuk jenis pekerjaan yang
Harus diteliti apakah suatu pekerjaan lebih baik dilakukan sambil duduk atau
berdiri. Hal ini tergantung pada pengaturan tata letak kerja dan ketahanan
79
5. Apakah untuk beban-beban yang berat sudah digunakan peralatan mekanik?
suatu objek yang berat. Jadi pembebanan terhadap tangan atau bagian tubuh
kalori/perharinya.
menentukan batas-batas satu therblig dengan therblig yang lainnya karena sangat
singkatnya waktu perpindahan antara satu elemen ke elemen yang lain. Kesulitan
ini terjadi juga ketika elemen-elemen itu sendiri yang sangat singkat waktu
perlengkapannya dapat mengatasi hal ini. Di sini hasil rekaman diputar pada
kecepatan yang sangat lambat sehingga analisis dapat dilakukan secara lebih
80
2.8. Ekonomi Gerakan
1. Pendahuluan.
sistem kerja yang baik pula. Oleh karena itu, sistem kerja harus dirancang
dkk, 2006).
gerakan-gerakannya.
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang
sama.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada
waktu istirahat.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan
berlawanan arah.
Ketiga prinsip di atas berkaitan cukup erat satu sama lain dan dapat
lebih mudah dan cepat jika dikerjakan sekaligus oleh tangan kanan dan tangan
kiri. Hal ini juga sesuai dengan analisis Therblig pada studi gerakan yang
pekerjaan yang tidak teratur (tidak simetris) akan lebih cepat menimbulkan
kelelahan, karena menimbulkan pekerjaan mental dan fisik yang lebih berat
81
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Gerakan hanya bagian badan
Disamping itu dilakukan gerak dengan seminimum mungkin sesuai dengan yang
yang dilakukan oleh tangan dapat diklasifikasikan dalam tingkat gerak sebagai
1. Gerakan jari.
5. Gerakan jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan bahu.
sampai dengan lengan atas janganlah menggerakkan bahu untuk dapat melakukan
Hal ini disarankan karena beban kerja otot akan berkurang. Dalam
beberapa keadaan di tempat kerja sering dijumpai total berat dari objek
digerakkan sepenuhnya oleh pekerja. Hal ini terjadi karena tidak dimanfaatkannya
82
momentum objek itu sendiri. Contoh dari pemakaian momentum dalam pekerjaan
dapat dilihat pada seorang tukang tembok yang sedang memasang bata seperti
pada gambar 2.22. Terlihat dua cara pemindahan bata, yaitu cara a dan cara b.
gerakan tersebut.
penyelesaian kerja, sehingga waktu yang diperlukan akan menjadi lebih banyak
g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan, dan lebih teliti dari pada
yang terjadi pada suatu pekerjaan, yakni memerlukan dua otot yang berlawan
kerjanya, misalnya pekerja untuk menulis, disini terdapat dua otot yang saling
tahan, yaitu jari dan jempol. Sementara yang dimaksud dengan gerakan balistik
83
sepenuhnya. Misalnya pada waktu memukul bola pada permainan kasti
mengikuti irama tertentu. Jadi irama dapat dikatakan suatu pengulangan yang
teratur dari suatu rangkaian kerja operator. Pada dasarnya setiap individu
Pengamatan pada suatu hari kerja terhadap irama ini umumnya akan
menemukan bahwa dipagi hari irama berlangsung dengan seragam dan benda
kerja selesai dengan waktu yang teratur. Siang hari saat rasa lelah sudah datang,
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan perunit akan bertambah. Dalam hal ini
Gerakan mata memang hampir tidak dapat dihindarkan dari dunia industri.
yang kecil juga memerlukan gerakan mata yang cermat untuk menanganinya.
Sering kali antara tangan dan mata terjadi koordinasi, yaitu fungsi mata sebagai
pengarah dan tangan. Diantara yang patut diperhatikan adalah bahwa rasa lelah
pada mata akan terasa menjalar keseluruh badan dengan cepat dan mata termasuk
84
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja.
tetap.
Sebaiknya semua bahan dan peralatan berada pada tempat yang tetap
karena akan memudahkan pekerja untuk mengambilnya pada saat diperlukan. Jika
tempat bahan dan peralatan sudah tetap dan dikenali, tangan pekerja akan secara
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang mudah, cepat, dan enak
untuk dicapai.
Dari analisis therblig sudah diketahui bahwa untuk menjangkau jarak yang
pendek diperlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan bila jaraknya lebih
jauh. Oleh karena itu, semua bahan dan peralatan itu sedapat mungkin harus diatur
keterbatasan dalam jarak jangkauannya. Oleh sebab itu, peletakan bahan dan
jangkauan di atas, terdapat dua pengertian yang penting untuk diketahui yaitu
daerah kerja normal dan daerah kerja maksimum (Sutalaksana, dkk, 2006).
Daerah kerja normal adalah daerah di depan pekerja yang dapat disapu
oleh kedua lengan bawah tanpa menggerakkan lengan atas (Sutalaksana, dkk,
2006).
85
Daerah kera maksimum adalah daerah yang dapat dijangkau oleh tangan
prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat
Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada tempat yang relatif sempit, yaitu
sebatas daerah kerja, dapat dipakai untuk menyimpan barang dalam jenis dan
jumlah yang cukup banyak. Mulut dari setiap wadah bahan tersebut posisinya
sedemikian rupa sehingga dekat dengan (di sini selalu berada pada bibir wadah
karena terdorong oleh bahan lainnya dari atas) (Sutalaksana, dkk, 2006).
86
Gambar 2.24. Mekanisme yang Baik untuk Menyalurkan Objek yang Sudah
Selesai Dirancang
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang.
gerakannya. Untuk membantu penempatan objek yang telah selesai ini, dapat
mengangkut yang jauh. Bahkan waktu mengangkut ini dapat dihilangkan sama
sekali bila pangkal penyalur tepat berada di bawah tempat gerakan kerja
pinggir kanan daripekerjaan terakhir dilakukan. Tentu waktu yang diperlukan oleh
gerak kedua akan lebih lama karena terdapat satu tambahan elemen gerak, yaitu
elemen gerak membawa objek ke pinggir kanan sejauh 30 cm. Pada cara pertama
cukup hanya melakukan suatu elemen gerak, yaitu melepas. Selain menambah
waktu karena penambahan satu elemen gerak, cara kedua juga kurang baik karena
87
tidak memungkinkan kedua tangan bekerja secara simultan untuk siklus kerja
dalam keadaan ini mengakibatkan tangan yang satu menganggur untuk menunggu
tangan yang lain selesai melakukan penyimpanan objek (Sutalaksana, dkk, 2006).
Gambar 2.25 menunjukkan tempat kerja perakitan mur dan baut yang
penempatan yang demikian maka seperti telah dikemukakan di atas tidak akan
terjadi pemborosan waktu kerga karena objek langsung dilepas dari tempat
88
ini dapat dicapai diantaranya dengan memperhatikan urutan-urutan proses yang
yang diperlukan pada posisi penempatan suatu elemen gerak dalam satu siklus
dkk, 2006).
1. Waktu yang diperlukan untuk elemen gerak menjangkau biasanya akan lebih
menjadi lebih lama karena dalam gerakan ini terdapat persiapan mental untuk
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif
berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang
menyenangkan.
alternatif posisi untuk mengerjakannya, dapat dilakukan dengan duduk dan dapat
pula dilakukan dengan berdiri. tergantung cara yang lebih disukai. Berdiri terus
atau duduk terus untuk jangka waktu yang lebih panjang akan menimbulkan lebih
cepat rasa lelah dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
89
memungkinkan untuk melakukan pekerjaan secara kombinasi antara duduk dan
kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih besar dalam setiap tempat
kerja, terutama bila pekerjanya sebagian besar wanita. Beberapa kursi mempunyai
kemungkinan untuk diatur tinggi rendahnya terhada meja kerja atau mesin
sehingga posisi yang biasanya hanya dapat dilakukan dengan berdiri dapat pula
dirancang agar tidak Memberikan rintangan pada bagian badan untuk melakukan
maupun dengan cara duduk. Karena meja dan kursi yang dapat diatur biasanya
mempunyai harga yang mahal, sebaiknya meja dan kursi yang tidak dapat diatur
ini misalnya dapat dicapai dengan rancangan melayang tinggi sehingga cocok
untuk bekerja sambil berdiri dan kursi yang dipakai harus tinggi (untuk mengikuti
Yang dimaksud dengan bersikap yang baik pada waktu berdiri adalah
posisi kepala-leher-dada dan perut berada dalam keseimbangan yang baik ke arah
peredaran darah, pencernaan, dan lain-lain bekerja dalam kondisi normal. Dengan
90
demikian diharapkan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang bersikap baik
akan mencapai efisiensi tinggi. Sikap yang baik pada waktu posisi duduk, pada
prinsipnya hampir sama dengan sikap berdiri. Di sini tubuh dari atas pinggang
sampai leher harus lurus, tidak diizinkan adanya lenturan-lenturan badan karena
hal ini akan merusak tulang belakang dan pada saatnya akan mengganggu
pekerjaan memeriksa memerlukan pencahayaan yang lebih baik lagi. Hal ini
kelainan dari objek yang sedang di periksa dengan standar yang dipakai. Untuk
menciptakan kondisi yang baik bagi penglihatan, salah satu hal penting yang
harus adalah letak peralatan dan alat penerangan yang dipakai untuk menerangi
ruang kerja, karena hal ini akan menentukan arah datangnya cahaya kepada objek
dari berbagai sisi yang langsung mengenai sisi yang harus diperiksa tersebut. Bila
untuk keperluan itu pencahayaan hanya diarahkan pada satu arah, maka untuk
pemeriksaan yang teliti dengan kondisi seperti ini, si pemeriksa agar dapat dengan
91
jelas harus selalu memutar-mutar objek tersebut supaya sisi yang diperiksa dapat
dari objek yang dilihat. Arah yang salah dapat mengakibatkan jelasnya
pencahayaan, keamanan mata juga harus diperhatikan dengan baik, untuk itu
usahakan agar cahaya jatuh pada objek dan pantulan dari objek itulah yang
perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
suatu pabrik menunjukkan hanya dijalankan oleh tangan saja. Hal ini
kerja tersebut. Jika dilihat dari tenaga yang dipunyai oleh kaki, untuk beberapa
tangan. Dengan demikian bila kaki dimanfaatkan untuk diharapkan hasil kerja
satu kegunaan.
92
dalam bekerja. Dari elemen-elemen telah dibahas didepan, para pembaca tentu
membawa, kedua therblig ini sulit untuk dihilangkan karena merupakan therblig-
Diharapkan proses mengambil alat yang lain dalam satu pekerjaan dapat
ditiadakan karena pekerjaan tersebut dapat pula dikerjakan oleh alat yang sedang
dua pekerjaan. Contoh dari alat ini adalah palu, selain dipakai untuk memukul
paku, juga dirancang untuk dipakai mencabut paku. Seandainya palu tersebut
tidak dirancang demikian. Untuk mencabut diatas diperlukan dua elemen gerakan
lagi, yaitu menjangkau tang atau gegep dan membawanya untuk dipakai mencabut
Beberapa contoh lain dari alat yang mempunyai kegunaan lebih dari satu
93
tangan, dengan demikian pemegangan dapat dilakukan dengan kuat (Sutalaksana,
dkk, 2006).
mengambil secara mudah bila akan dipakai dalam pekeriaan selanjutnya. Hal ini
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri sendiri, misalnya seperti
pekerjaan mengetik. Beban yaag didistribusikan pada jari harus sesuai dengan
Kedua tangan, yaitu tangan kanan dan kiri biasanya mempunyai kekuatan
yang berbeda, tangan kanan sering dijumpai lebih kuat dari pada tangan kiri,
meskipun oleh beberapa tipe pekerjaan hal ini dapat disamakan, tidak demikian
halnya dengan jari. Sulit sekali untuk menyamakan kemampuan atau kekuatan
dari tiap jari. Pada umumnya jari telunjuk danjari tengah merupakan jari yang
Kerja & Ergonomi Departemen Teknik Industri ITB dan Lab Fisiologi Fakultas
Kedokteran UNPAD, beban yang dialami oleh masing-masing jari pada waktu
mengetik dengan mesin tik yang ada sekarang, tidak sesuai perbandingan
94
Untuk menyesuaikan perbandingan kekuatan terhadap pembebanan jari
letak tombol yang baru. Perbandingan tata letak tumbol dan beban yang dialami
oleh masing-masing jari antara mesin tik yang ada sekarang dengan mesin tik
yang disusutkan dapat dilihat pada Gambar 2.26 (Sutalaksana, dkk, 2006).
e. Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur
sejenis dengan roda penggerak pada pintu air, kemudi kapal laut, roda lemari besi,
dan lainnya. Untuk dapat merangsang peralatan ini dengan baik, terlebih dahulu
antara lain adalah: posisi penempatan, diameter, arah putar (Sutalaksana, dkk,
2006).
Gambar 2.26. Pembebanan pada Tiap Jari Dari Mesin Tik Semula dan yang
Disarankan
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
95
Kedua, diameter alat menentukan tenaga yang harus dikeluarkan oleh
pekerja untuk memutar alat tersebut. Pada dasarnya bila pekerjaan dilakukan
dengan sikap tegak dan putaran alat tidak terhalang oleh badan, diameter yang
diperlukan. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan tangan kanan dan tangan kiri yang
berbeda serta kekuatan untuk mendorong dan menarik yang juga berbeda,
96
BAB III
PENGUMPULAN DATA
2. Korek api, untuk sampel yang digunakan dalam pekerjaan yang dilakukan.
97
7. Bentuk sebuah grup yang terdiri dari 4 orang, dimana orang ke-1 bertugas
sebagai operator, orang ke-2 bertugas bagian pengontrol stopwatch, orang ke-
3 bertugas sebagai pencatat hasil praktikum, dan orang ke-4 bertugas sebagai
pengembali keadaan korek api yang telah dikemas seperti sedia kala.
9. Catat waktu yang dibutuhkan seorang operator dalam mengemas satu buah
11. Lakukan hal ini secara bergantian, sehingga didapatkan data sebanyak 160
Hasil dari pengumpulan data praktikum percobaan 1 stopwatch time study dan
98
Tabel 3.1. Tabel Hasil Pengamatan untuk Layout 1 (Lanjutan)
Waktu (detik)
No.
Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4
12. 12,07 7,08 4,91 7,90
13. 12,03 6,73 16,81 9,05
14. 18,37 9,76 5,89 11,12
15. 15,50 8,30 7,73 6,37
16. 24,03 11,35 7,66 10,64
17. 19,84 8,99 5,40 8,27
18. 11,78 8,59 8,98 6,49
19. 15,43 7,41 8,72 7,71
20. 13,39 11,05 5,98 10,01
21. 16,80 11,58 7,35 7,57
22. 17,31 8,56 9,63 9,30
23. 12,98 9,37 8,42 7,35
24. 12,33 6,39 7,16 10,90
25. 9,76 10,33 8,03 9,01
26. 13,20 10,02 7,05 11,52
27. 18,19 9,71 6,06 8,04
28. 18,45 12,24 6,97 6,79
29. 14,65 10,61 5,04 8,59
30. 15,12 13,36 5,32 8,04
31. 11,86 10,74 8,54 10,06
32. 14,81 5,69 11,93 8,27
33. 15,01 7,83 10,15 5,77
34. 19,13 9,33 7,59 4,59
35. 15,40 13,40 6,90 7,80
36. 9,50 9,94 7,89 9,41
37. 13,52 9,13 8,54 6,71
38. 14,40 7,95 6,96 5,64
39. 13,01 10,42 6,89 12,58
40. 10,53 10,25 6,10 6,81
∑ 601,78 356,30 303,76 336,64
x̿ 15,04 8,91 7,59 8,42
Sumber: Data Praktikum, 2017
dalam penyelesaian pengemasan korek api yaitu 7,59 detik dan operator 1 lebih
lama 15,04 detik. Sedangkan untuk hasil dari pengumpulan data praktikum
99
percobaan 2 stopwatch time study dan ergonomi gerakan dapat dilihat pada Tabel
3.2.
100
Tabel 3.2. Tabel Hasil Pengamatan untuk Layout 2 (Lanjutan)
Waktu (detik)
No.
Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4
37. 6,64 7,28 8,86 7,45
38. 10,21 7,76 8,71 7,51
39. 7,29 7,31 5,93 8,75
40. 7,57 9,45 6,52 6,79
∑ 348,57 313,63 314,62 320,07
x̿ 8,71 7,84 7,87 8,00
Sumber: Data Praktikum, 2017
dalam penyelesaian pengemasan korek api yaitu 7,84 detik dan operator 1 lebih
101
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun layout 1 dan layout 2 perakitan dalam praktikum ini dapat dilihat
26 cm
87 cm
A B C D
21 cm
Operator
26 cm
54 cm
C D 21 cm
43 cm
A B
Operator
102
Gambar 4.1 dan 4.2 merupakan susunan perakitan yang telah diatur
melakukan pekerjaannya tanpa adanya tekanan dari segi posisi tata letak benda
kerja.
sebagai berikut:
1. Operator 1
Umur: 26 tahun
Berat badan: 56 kg
2. Operator 2
Umur: 24 tahun
Berat badan: 60 kg
103
Jarak operator ke wadah d: 29 cm.
3. Operator 3
Umur: 26 tahun
Berat badan: 54 kg
4. Operator 4
Umur: 20 tahun
Berat badan: 44 kg
Dimana:
104
Wadah d adalah tempat pengemasan korek api yang sudah jadi.
sebagai berikut:
1. Operator 1
Umur: 26 tahun
Berat badan: 56 kg
2. Operator 2
Umur: 24 tahun
Berat badan: 60 kg
3. Operator 3
105
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 26 tahun
Berat badan: 54 kg
4. Operator 4
Umur: 20 tahun
Berat badan: 44 kg
Dimana:
106
1. Menjangkau
Seorang operator menjangkau wadah kotak korek api di tangan kiri dan korek
2. Memegang
Seorang operator memegang wadah kotak korek api di tangan kiri dan korek
3. Melepas
Operator melepas batang korek api yang ada di tangan sebelah kanan ke dalam
4. Mengarahkan
kotak korek api, lalu mengarahkan kemasan korek api ke wadah kosong
5. Melepas
baris, kemudian ditambah kolom baru sebagai kolom rata-rata tiap baris. Rincian
pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5, Tabel 4.6, Tabel 4.7,
107
Tabel 4.1. Pengukuran Pendahuluan Operator 1 Layout 1
Subgrup
ke i 1 2 3 4 5 Rata-rata
i
1 18,68 16,57 19,84 9,76 15,01 15,97
2 12,80 15,99 11,78 13,20 19,13 14,58
3 6,83 18,33 15,43 18,19 15,40 14,84
4 17,07 12,07 13,39 18,45 9,55 14,11
5 13,80 12,03 16,80 14,65 13,52 14,16
6 17,03 18,37 17,31 15,12 14,40 16,45
7 14,98 15,50 12,98 11,86 13,01 13,67
8 21,25 24,03 12,33 14,81 10,53 16,59
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
108
Tabel 4.4. Pengukuran Pendahuluan Operator 4 Layout 1
Subgrup
ke i 1 2 3 4 5 Rata-rata
i
1 10,26 8,37 8,27 9,01 5,77 8,34
2 11,35 6,77 6,49 11,52 4,59 8,14
3 5,91 9,14 7,71 8,04 7,80 7,72
4 8,77 7,90 10,01 6,79 9,41 8,58
5 7,95 9,05 7,57 8,59 6,71 7,97
6 7,88 11,12 9,30 8,04 5,64 8,40
7 8,99 6,37 7,35 10,06 12,58 9,07
8 8,94 10,64 10,90 8,27 6,81 9,11
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
109
Tabel 4.7. Pengukuran Pendahuluan Operator 3 Layout 2
Subgrup
ke i 1 2 3 4 5 Rata-rata
i
1 6,89 8,99 6,27 5,43 9,26 7,37
2 6,52 4,76 7,57 10,92 6,93 7,34
3 8,35 8,31 5,93 8,72 6,89 7,64
4 8,71 9,11 6,89 8,49 5,86 7,81
5 8,71 9,12 7,39 9,11 8,86 8,64
6 5,21 6,71 7,71 12,10 8,71 8,09
7 8,71 9,83 12,00 6,67 5,93 8,63
8 8,91 6,89 7,52 7,21 6,52 7,41
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
1. Mencari rata-rata dari data pada tiap operator menggunakan Rumus 2.1.
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
110
c. Operator 3 (Layout 1)
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
111
c. Operator 3 (Layout 1)
2
(7,16 – 7,59) + … + (6,10– 7,59)
σ=√ = 2,22
40
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
112
σx̅2 = 1,96/√5 = 0,88
c. Operator 3 (Layout 1)
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
4. Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB)
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
c. Operator 3 (Layout 1)
113
BKA = 7,59 + 3 x 0,99 = 10,57
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
Oleh karena semua rata-rata subgrup berada dalam BKA dan BKB, maka
semua harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran
yang diperlukan.
10% dan tingkat keyakinan 95% dan dengan menggunakan Rumus 2.6.
114
a. Operator 1 (Layout 1)
2
20√40 x 9505,10 - (601,78)^2
N' = ( ) = 19,95
601,78
b. Operator 2 (Layout 1)
2
20√40 x 3326,93 - (356,3)^2
N' = ( ) = 19,31
356,3
c. Operator 3 (Layout 1)
2
20√40 x 2503,07 - (303,76)^2
N' = ( ) = 34,04
303,76
d. Operator 4 (Layout 1)
2
20√40 x 2957,82 - (336,64)^2
N' = ( ) = 17,60
336,64
e. Operator 1 (Layout 2)
2
20√40 x 3164,01 - (348,57)^2
N' = ( ) = 16,66
348,57
f. Operator 2 (Layout 2)
2
20√40 x 2571,96- (313,63)^2
N' = ( ) = 18,36
313,63
115
g. Operator 3 (Layout 2)
2
20√40 x 2585,86 - (314,62)
N' = ( ) = 17,98
314,62
h. Operator 4 (Layout 2)
2
20√40 x 2617,42 - (320,07)
N' = ( ) = 8,79
320,07
Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
c. Operator 3 (Layout 1)
d. Operator 4 (Layout 1)
116
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
yang sedang bekerja. Praktikan menentukan besar rating factor seorang operator
sesuai dengan penilaian pribadinya dan didasarkan pada kriteria yang telah
untuk operator 1, 2, 3 dan 4 pada layout 1 dan layout 2 yang dapat dilihat pada
Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12, Tabel 4.13, Tabel 4.14, Tabel 4.15,
117
Tabel 4.9. Rating Factor Operator 1 (Layout 1) (Lanjutan)
Taufik Hidayah (Operator 1)
No Faktor
Kelas Lambang Penyesuaian
3 Kondisi Kerja Good C 0,02
4 Konsistensi Average D 0
Total +0,07
Rating Factor +1,07
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
118
Tabel 4.12. Rating Factor Operator 4 (Layout 1) (Lanjutan)
Total +0,13
Rating Factor +1,13
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
119
Tabel 4.2.2. Rating Factor Operator 4 (Layout 2)
Sherly Rachmawati (Operator 4)
No Faktor
Kelas Lambang Penyesuaian
1 Keterampilan Excellent B1 0,10
2 Usaha Good C2 0,02
3 Kondisi Kerja Good C 0,02
4 Konsistensi Average D 0
Total +0,14
Rating Factor +1,14
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
c. Operator 3 (Layout 1)
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
120
4. Penetapan besar kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh
dengan berdasarkan pada Tabel 4.17 dan 4.18 untuk tiap-tiap operator.
pekerjaan yang sama, dan di tempat yang sama juga, maka penentuan besar
121
5. Menghitung waktu standar atau waktu baku dengan menggunakan Rumus 2.9.
a. Operator 1 (Layout 1)
b. Operator 2 (Layout 1)
c. Operator 3 (Layout 1)
d. Operator 4 (Layout 1)
e. Operator 1 (Layout 2)
f. Operator 2 (Layout 2)
g. Operator 3 (Layout 2)
h. Operator 4 (Layout 2)
pada layout 1 diperoleh oleh operator 3 yaitu 12,10 detik, dan waktu baku terlama
diperoleh oleh operator 1 yaitu 20,69. Operator 2, 3 dan 4 memiliki waktu baku
yang hampir sama yaitu operator 2 selama 12,59 detik, operator 3 selama 12,10
detik dan operator 4 selama 12,22 detik, sedangkan operator 1 memperoleh waktu
122
baku yang cukup jauh dari ketiga operator lain, yaitu 20,69 detik. Dan
berdasarkan hasil penelitian waktu baku tercepat pada layout 2 diperoleh oleh
operator 4 yaitu 11,72, dan waktu baku terlama diperoleh oleh operator 2 yaitu
12,49. Dari analisa yang telah peneliti lakukan, operator 1 pada layout 1 dan
baku untuk pekerjaan mengemas korek api ke dalam kotaknya pada layout 1
adalah sebesar 14,40 dan pada layout 2 adalah 48,56 yaitu rata-rata dari operator
1, 2, 3, dan 4.
123
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
baku sebesar 14,40 detik untuk layout 1 dan sebesar 48,56 untuk layout 2.
Data waktu baku tersebut diambil dari rata-rata data penelitian operator 1, 2, 3,
peneliti mengambil garis tengah dimana perbedaan waktu baku yang mungkin
efektifitas dan koofisien suatu pekerjaan yang sedang dilakukan. Salah satu
dihindarkan. Sehingga, dalam penelitian ini, data waktu baku operator ke-1
layout 1 sebesar 20,69 dan data waktu baku operator ke-1 layout 2 sebesar
5.2. Saran
124
1. Untuk penelitian berikutnya, perlu lebih divariasikan operator-operator yang
akan diteliti, baik dari jenis kelamin, umur, tinggi badan, berat badan, dan lain
penelitian.
125
DAFTAR PUSTAKA
126
LAMPIRAN
127
Lampiran 3. Foto Pengamatan Stopwatch Time Study dan Ergonomi Gerakan
Operator 3
128
129
130