Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SOSIOLOGI
Sosiologi sebagai ilmu berarti sosiologi merupakan kumpulan
pengetahuan mengenai kajian masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara
sistematis dan logis. Sosiologi sebagai metode berarti sosiologi merupakan cara-
cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dalam masyarakat dengan
prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menurut Selo Soemardjan dan Soemardi dalam buku Mulyadi,dkk
(2013) Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses
sosial—termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-
lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial. Sedangkan
proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan
bersama.
Sedang menurut Roucek dan Warren buku Mulyadi,dkk (2013)
mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
manusia dalam kelompok. Misalnya, interaksi sosial di antara sesama anggota
masyarakar RT, RW, dusun, dan nagari.
B. HAKIKAT SOSIOLOGI
Beberapa hakikat sosiologi adalah sebagai berikut:
1. Sosiologi termasuk rumpun ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam
ataupun ilmu kerohanian.
2. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang kategoris, artinya sosiologi
membatasi diri dengan apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya
terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni.
4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, artinya yang
diperhatikan adalah pola dan peritiwa yang terjadi dalam masyarakat.
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola
umum.
6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terkait dengan metode
yang digunakannya.
7. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan umum, bukan ilmu pengetahuan yang
khusus.
C. CIRI – CIRI SOSIOLOGI
Sebagai ilmu sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi mempunyai ciri-ciri
utama sebagai berikut (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto,
1990) meliputi :
1. Sosiologi bersifat empiris karena didasarkan pada pengamatan (observasi)
terhadap kenyataan-kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi selalu berusaha untuk menyusun
kesimpulan dari hasil-hasil observasi untuk menghasilkan teori keilmuan.
3. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori dalam sosiologi dibentuk atas
dasar teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Kemudian diperbaiki,
diperluas, serta diperdalam.
4. Sosiologi bersifat nonentis, artinya sosiologi tidak mempersoalkan baik-
buruknya fakta, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan fakta tersebut
secara analitis dan apa adanya.
D. PERAN DAN FUNGSI SOSIOLOGI
1. Peran Sosiolog
Menurut Horton dan Hunt (1987), dewasa ini beberapa profesi yang
umumnya diisi oleh para sosilog adalah:
a. Sebagai ahli riset, baik itu riset ilmiah untuk kepentingan pengembangan
keilmuan atau riset yang diperlukan sektor industri
b. Sebagai konsultan kebijaksanaan, khususnya ikut membantu untuk
memperkirakan pengaruh dari kebijaksanaan sosial tertentu
c. Sebagai teknisi atau yang populer disebut sosiolog klinis, yakni ikut
terlibat di dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan masyarakat
d. Sebagai guru atau pendidik yang terlibat dalam kegiatan belajar-
mengajar
e. Sebagai pekerja sosial.
2. Fungsi Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi
memiliki empat macam fungsi atau kegunaan, yaitu dalam bidang
perencanaan sosial, penelitian, pembangunan, dan pemecahan masalah
sosial.
a. Perencanaan sosial
Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat, baik
masyarakat tradisionalmaupun modern sehingga proses penyusunan dan
permasyarakatan suatu perencanaan sosial relatif mudah dilakukan.
Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam,
hubungan antargolongan, juga proses perubahan dan pengaruh penemuan
baru terhadap masyarakat. Ini berarti perencanaan ke depan yang disusun
atas dasar kenyataan yang faktual dalam masyarakat oleh sosiologi relatif
bisa dipercaya
b. Penelitian
Dalam bidang penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan
dibandingkan ilmu-ilmu yang lain karena memahami simbol kata-kata,
kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat sebagai
objek penelitian empiris. Pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku
manusia dalam masyarakat. Kemampuan untuk mempertimbangkan
berbagai fenomena atau gejala sosial yang timbul dalam kehidupan
masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif. Kemampuan
melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku
anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu. Kehati-hatian dalam
menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak dalam pola
pikir yang tidak jelas.
c. Pembangunan
Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam
Sosiologi Suatu Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986) adalah
sebagai berikut:
1) Pada Tahap Perencanaan
Sosiologi dapat berguna di dalam mengadakan identifikasi-
identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini
diperlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang akan
dibangun. Data-data tersebut mencakup pola interaksi sosial,
kelompok sosial, kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai,
lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.
2) Pada Tahap Pelaksanaan
Pada tahan pelaksanaan perlu diadakan identifikasi terhadap
kekuatan dalam masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian terhadap pola-pola kekuasaan dan wewenang
yang ada di masyarakat. Di samping itu, juga harus diadakan
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
3) Pada Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi diadakan analisi terhadap efek pembangunan.
Kebersihan pembanguna hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan
dapat diidentifikasi tentang adanya kekurangan, kemacetan,
kemunduran, bahkan mungkin kemerosotan. Melalui evaluasi dpaat
dilakukan pengadaan, pembetulan, penambahan, dan peningkatan
secara proposional (seimbang).
d. Pemecahan masalah sosial
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor berikut.
1) Ekonomis, misalnya kemiskinan, pengangguran, dan bencana alam.
2) Biologis, misalnya penyakit menular dan wabah.
3) Psikologis, misalnya penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi
jiwa.
4) Kebudayaan, misalnya kejahatan, penceraian, kenakalan remaja,
konflik etnis, dan konflik agama.
BAB III

PEMBAHASAN

A. SOSIOLOGI SEBAGAI TEKNISI


Seorang sosiolog dapat terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan
program kegiatan masyarakat untuk memberi saran - saran dalam masalah
moral, hubungan masyarakat, hubungan antar karyawan, hubungan antar
kelompok dalam suatu organisasi dan penyelesaian berbagai masalah mengenai
hubugan antar manusia. Para sosiolog sering mengambil keahlian khusus dalam
bidang psikologi sosial, sosiologi industri, sosiologi pedesaan, sosiologi
perkotaan atau sosiologi organisasi majemuk.
Salah satu diantara peran teknisi yang dapat ditunjukkan yaitu mulai
munculnya sosiologi klinis. Istilah ini sesungguhnya merupakan pennyebutan
terhadap kebiasaan sosiolog masa lalu dalam melakukan kajian terhadap
masalah kesehatan. Namun, pada masa sekarang sosiologi klinik lebih
cenderung menunjukkan peran dirinya pada sosiologi terapan dalam
menganalisis masalah kesehatan (Sudarma, 2008)
Baru – baru ini sosiolog klinis telah muncul untuk menggambarkan tugas
sosiolog sebagai teknisi (gardner). Sampai batas tertentu istilh sosiolog klinis ini
adalah nama baru untuk sesutu yang telah dikerjakan para sosiolog sejak dahulu,
tetapi istilah ini juga mencakup perluasan jangkauan usaha para sosiolog tentang
kegunaan mereka dalam masyarkat (Murdiyatmoko, 2007).
Dalam kedudukan seperti ini, sosiolog tersebut bekerja sebagai ilmuwan
terapan (applied scientist). Mereka dituntut untuk mempergunakan pengetahuan
ilmiahnya dalam mencari nilai – nilai tertentu seperti kemampuan bekerja efisien
dan serasi, citra umum terhadap industri yang menarik, atau program kegiatan
masyarakat yang efektif.
Sosiologi terapan pada tahapan berikutnya dikebangkan oleh Louis
Wirth menjadi sosiologi klinis. Jika sosiologi terapan mengevaluasi isu sosial,
lanjut Schaefer, sosiologi klinis ditujukan untuk memfasilitasi perubahan dengan
mengubah hubungan sosial (seperti dalam terapi keluarga) atau merestrukturasi
institusi sosial, seperti mereorganisasi pusat kesehatan (2012: 20 – 21).
Perkembangan sosiologi klinis telah memasuki tahapan dimana para anggotanya
disertifikasi sebagai ahli sosiologis klinis dala melakukan intervensi sosiologis
terhadap individu dan perubahan sosial ( Damsar, 2016)
B. SOSIOLOGI SEBAGAI TEKNISI DALAM KEBIDANAN
Sosiolog klinis telah muncul untuk menggambarkan tugas sosiolog
sebagai teknisi (gardner). Sosiologi klinis melibatkan studi tentang kelompok –
kelompok orang yang menggunakan informasi yang dipelajari dalam kasus dan
manajemen perawatan terhadap holistik pengayaan hidup atau perbaikan kondisi
sosial dan kehidupan. Sosiolog klinis biasanya fokus pada kelompok penduduk
rentan seperti anak – anak,pemuda atau orang tua, dan bekerja di berbagai
pengaturan seperti fasilitas pengolahan atau komunitas perawatan hidup seperti
panti jompo. Mereka terlibat langsung dalam manajemen kasus dan perencanaan
perawatan.
Seorang bidan erat dengan penggambaran tugas sosiolog sebagai teknisi,
bidan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat
untuk mendukung program kesehatan dari pemerintah bersama masyarakat
untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat. Bidan juga tidak jarang
menjadi pemberi saran dalam masalah hubungan antar masyarakat, hubngan
antar kelompok maupun antar manusia. Bidan juga sebagai pelaksana garda
terdepan untuk kesehatan ibu dan anak.
Sosiolog klinis gambaran sosiolog sebagai teknisi, sosiologi klinik lebih
cenderung menunjukkan peran dirinya pada sosiologi terapan dalam
menganalisis masalah kesehatan. Sebagaimana bidan harus mampu menganalisa
dan memberikan asuhan yang tepat sesuai standar pelayanan agar pasien
selamat. Bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja, mengenai medis tetapi
bidan diharuskan mampu bersosialisasi dengan masyarakat maupun lainnya
untuk menjalin hubungan sosial, individu maupun kelompok budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Damsar, Prof Dr. 2016. Pengantar Sosiologi Perdesaan. Jakarta : Cempaka

Makalah Sosiologi. Maulindra Cindy Kelas X-IIS 5 SMA Negeri 110 Jakarta Utara
https://www.academia.edu/30304921/makalahsosiologi, diakses pada tanggal
26 September 2019 pukul 18.39 WIB

Maryati, Kun, Dra. dan Suryawati, Juju, S.Pd. 2001. Sosiologi untuk SMA dan MA
Kelas X. Jakarta : Erlangga

Mulyadi, Yad, dkk. 2013. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi : Memahami dan Mengkaji Masyarakat Buku


Pelajaran untuk SMA/MA Kelas X. Bandung : Grafindo Media Pratama

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Anda mungkin juga menyukai