Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN MAGANG

IDENTIFIKASI SESAR PALU KORO MENGGUNAKAN


DATA ANOMALI GAYABERAT DAN DATA GMT

SLAMAT RIADY SILALAHI


F1D314010

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2018
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Slamat Riady Silalahi
NIM : F1D314010
Program Studi : Teknik Geofisika
Fakultas : Sains Dan Teknologi
Universitas : Universitas Jambi
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya laporan magang yang berjudul :
Judul : Identifikasi Sesar Palu Koro Menggunakan Data Anomali
GayaBerat Dan Data GMT
Merupakan hasil karya saya sendiri, dan tidak terdapat karya maupun
pendapat serta diterbitkan oleh orang lain kecuali hanya untuk acuan atau
kutipan sebagai tuntunan tata cara penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak
asli, saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jambi,26 Maret 2019


Penulis

Slamat Riady Silalahi


F1D314010

i
RINGKASAN

Sulawesi merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia yang tidak luput
dari rutinnya kejadian alam gempa bumi. Hal ini diakibatkan adanya sejumlah patahan
yang melintasi wilayah pulau Sulawesi dari bagian utara hingga selatan.
Pulau Sulawesi berada di pertemuan antara Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia
dan Lempeng Mikro Filipphina. Akibat dari pertemuan lempeng tersebut, Sulawesi
memiliki beberapa sesar aktif yang berpotensi menimbulkan aktifitas seismik/bencana
gempa. Sesar-sesar itu adalah Sesar Palu Koro terbentang dari Teluk Palu hingga ke
Lembah Koro, kemudian berbelok ke Sesar Matano di sebelah timur.
Banyak cara untuk mengidentifikasi adanya sesar, dengan cara menggunakan
salah satu metoda geofisika, yaitu metode gayaberat. Dimana data gayaberat yang di
dapat akan mampu memperlihatkan keberadaan sesar dengan adanya perubahan nilai
gaya berat di sekitar sesar yang diteliti dengan adanya peningkatan kerapatan garis-
garis kontur yang dihasilkan.
Tahapan pengolahan data gayaberat ini menggunakan surfer15 digunakan
untuk mendapatkan Peta SBA dan Peta Anomali Residual, Pengolahan GMT digunakan
untuk mendapatkan sebaran episenter gempa yang telah terjadi sebelumnya dan
Microsoft Excell digunakan untuk melakukan perhitungan pada tahap-tahap
pengolahan.
Data gayaberat dapat menunjukkan letak sesar palu koro dengan nilai densitas
yang dihasilkan pada Peta Anomaly Residual antara -18 sampai 18 mGal dan Data GMT
menunjukkan sebaran episenter gempa yang telah terjadi. Setelah melakukan studi
geologi dapat disimpulkan bahwa sesar palu koro bersifat sesar geser(hanging wall
relative naik terhadap foot wall, dengan kemiringan bidang sesar besar) dan mampu
menjelaskan posisi sebaran episenter gempa lebih banyak di sebelah kanan sesar palu
koro karena batuan yang berada di sisi kanan sesar palu koro lebih lunak dibandingkan
batuan sisi kiri sesar palu koro.
Kata kunci : Sesar, Gayaberat, Peta SBA,Peta Anomali residual, dan GMT

ii
IDENTIFIKASI SESAR PALU KORO MENGGUNAKAN
DATA ANOMALI GAYABERAT DAN DATA GMT

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Studi S-I Teknik Geofisika

SLAMAT RIADY SILALAHI


F1D314010

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2018

iii
HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI SESAR PALU KORO MENGGUNAKAN DATA ANOMALI


GAYABERAT DAN DATA GMT

Oleh:
SLAMAT RIADY SILALAHI
F1D314010

Disetujui:
Dosen Pembimbing

Yudhi Achnopha, S.P., M.Si


NIP.196611301994031003

Diketahui:

Wakil Dekan BAKSI Ketua Prodi

Dr.Tedjo Sukmono.,S.Si., M.Si Ira Kusuma Dewi, S.Si. MT


NIP. 19720707052000031003 NIDN. 0017018703

iv
RIWAYAT HIDUP

Slamat Riady SIlalahi, dilahirkan pada 30 Mei 1996 di


Kota Medan Provinsi Sumatera Utarai. Penulis
merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Alm. Sahat Torang Silalahi dan Ibu Normida
Naibaho yang berdomisili di Jl.Pemuda No.17B Dolok
Sanggul Kabumaten Humbang Hasundutan Provinsi
Sumatera Utara. Penulis menyelesaikan pendidikan TK di
TK Santo Yosep Doloksanggul, Kab. Humbang
Hasundutan pada tahun 2002, Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan SD
Santa Maria Doloksanggul, Kab. Humbang Hasundutan pada tahun 2008
kemudian melanjutkan jenjang pendidikan SMP dan lulus pada tahun 2011
dari SMP Santa Lusia Doloksanggul, Kab. Humbang Hasundutan kemudian
melanjutkan pendidikan dan lulus pada tahun 2014 dari SMAN 1 Doloksanggul,
Kab Humbang Hasundutan, penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri di Universitas Jambi pada Fakultas Sains dan Teknologi dengan
Program Studi Teknik Geofisika hingga sekarang.

v
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
petunjuk-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang dengan Judul
“Identifikasi Sesar Palu Koro menggunakan data anomaly gaya berat”. Laporan
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
program S-I Teknik Geofisika.

Dalam proses penulisan ini, banyak pihak yang telah memberikan


kontribusi positif bagi penulis. Penghargaan dan terima kasih kepada pihak
yang membantu dalam penulisan laporan ini. Penghargaan tinggi penulis
sampaikan kepada.

1. Orang tua dan Saudari yang selalu memberikan dukungan,


dukungan semangat dan Doa yang tidak pernah putus kepada
penulis.
2. Bapak Yudhi Achnopha,S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang
telah membimbing penulisan laporan dari awal hingga akhir.
3. Bapak Teguh Budiman S.Tr sebagai pembimbing lapangan yang
telah membimbing dari awal hingga akhir.
4. Seluruh Pegawai dan Staff BMKG Kota Bumi, Lampung Utara yang
membantu dalam pelaksaan kerja praktek.
5. Seluruh Dosen Teknik Kebumian terkhusus Teknik Geofisika yang
telah memberikan ilmu bermanfaat yang diterima selama ini
6. Rekan – rekan Seperjuanagn dari T.Geofisika, IMH-Jambi, GMKI

Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, semua kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis. Pada akhirnya, penulis
mengucapkan terima kasih kembali atas dukungan semua pihak dan semoga
laporan ini dapat bermanfaat.

Jambi, 26 Maret 2019

Slamat Riady Silalahi


F1D314010

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. i
RINGKASAN ................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 3
II. METODE PELAKSANAAN ...................................................................... 4
2.1 Waktu Pelaksanaan Magang ................................................................... 4
2.2 Lokasi Kegiatan Magang ............................................................................. 4
2.3 Bidang Unit Kerja ........................................................................................ 4
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................................ 5
3.1 Sejarah Singkat BMKG.............................................................................. 5
3.2 Visi dan Misi BMKG ................................................................................... 6
3.3 Struktur Organisasi.................................................................................... 8
3.4 Logo BMKG .................................................................................................... 9
IV. PELAKSANAAN MAGANG .................................................................... 12
4.1 Topik Magang.............................................................................................. 12
4.2 Permasalahan yang dihadapi ............................................................... 12
4.3 Pembahasan dan Solusi .......................................................................... 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 26
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26
5.2 Saran ............................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Topography ....................................................................................... 14


Tabel 2. Data Gravity atau FAA ............................................................................. 15
Tabel 3. Nilai Bouger Correctin dan Anomaly Bouger .................................... 16
Tabel 4. Matriks Elkins(1951) matriks (5x5) ..................................................... 19
Tabel 5 . Data Rekam Gempa ................................................................................. 21
Tabel 6 . Data Gempa ....................................................Error! Bookmark not defined.

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Pesebaran Sesar di Pulau Sulawesi ........................................ 2


Gambar 2. Struktur Organisasi BMKG ................................................................. 8
Gambar 3. Logo BMKG ............................................................................................... 9
Gambar 4.Diagram Alir Pengolahan Data .......................................................... 12
Gambar 5. Peta Daerah Penelitian ........................................................................ 13
Gambar 6. Peta SBA ......................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Peta Anomali Residual.............................Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Peta Residual yang telah dianalisa. Garis Hitam
menunjukkan posisi sesar ................................................................ 20
Gambar 9. Pengolahan GMT ................................................................................... 22
Gambar 10. Peta Sebaran Episenter ........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. Diagram GMT....................................................................................... 24

ix
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sulawesi merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia yang tidak
luput dari rutinnya kejadian alam gempa bumi. Hal ini diakibatkan adanya
sejumlah patahan yang melintasi wilayah pulau Sulawesi dari bagian utara
hingga selatan. Pulau Sulawesi berada di pertemuan antara Lempeng Indo-
Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Mikro Filipphina. Akibat dari
pertemuan lempeng tersebut, Sulawesi memiliki beberapa sesar aktif yang
berpotensi menimbulkan aktifitas seismik/bencana gempa. Sesar-sesar itu
adalah Sesar Palu Koro terbentang dari Teluk Palu hingga ke Lembah Koro,
kemudian berbelok ke Sesar Matano di sebelah timur. Sesar Palu Koro memiliki
siklus 130 tahun, sesar Palu Koro bersama sesar Matano dikenal sebagai
patahan yang sangat aktif di wilayah Sulawesi. Sesar Matano memanjang di
arah barat laut – tenggara pulau Sulawesi. Bahkan bentangannya mencapai 170
kilometer. Yakni, mulai dari daerah pantai Bahodopi di Teluk Tolo, ke arah
barat laut melewati sepanjang lembah Sungai Larongsangi ke area di sebelah
utara Desa Lampesue, Petea, sepanjang tepian Danau Matano, Desa Matano
dan menyambung di barat laut dengan lembah Sungai Kalaena. Sesar Matano
juga merupakan kumpulan beberapa sesar sejajar yang berdekatan dan
akhirnya membentuk zona sesar yang panjang. Kemungkinan besar ada dua
sesar di sepanjang pantai sisi utara dan selatan Danau Matano yang bergerak.
Akibatnya, daerah yang berada di sepanjang sisi Danau Matano dapat
mengalami getaran lebih besar dibanding daerah lain. Sesar Lawanopo
membentang dari pesisir Pantai Mamuju, Sulawesi Barat memotong diagonal
melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian Tengah, lalu SulawesiSelatan bagian
Selatan, Kota Bulukumba, hingga ke Pulau Selayar bagian Timur. Sesar Walane
Garis patahan sesar Parit-parit bermula dari Laut Makassar Selatan dan Laut
Bone.

Banyak cara untuk mengidentifikasi adanya sesar, dengan cara


menggunakan salah satu metoda geofisika, yaitu metode gaya berat. Dimana
data gayaberat yang di dapat akan mampu memperlihatkan keberadaan sesar
dengan adanya perubahan nilai gayaberat di sekitar sesar yang diteliti dengan
adanya peningkatan kerapatan garis-garis kontur. Metode gaya berat
merupakan salah satu metode dengan menggunakan hukum Newton II tentang
harga percepatan gravitasi yang mengidentifikasi adanya perbedaan dari massa
bumi. Adanya perbedaan massa jenis batuan dari suatu tempat ketempat lain,
akan menimbulkan perbedaan medan gravitasi, dan perbedaan inilah yang
2

terukur di permukaan bumi. Secara umum anomali gaya berat terdiri dari
Anomaly Bouger, Anomaly Regional dan Anomaly Residual. Anomali Bouger
yang terukur dari permukaan merupakan penjumlahan dari semua
kemungkinan sumber anomaly yang ada di bawah permukaan.
Dimana salah satunya merupakan target event. Jika target event adalah
anomali residu, bahwa anomali Bouger merupakan superposisi dari anomali
regional dan anomali residu, dimana anomali Bouger merupakan selisih antar
harga gaya berat teoritis yang seharusnya terukur untuk titik pengamatan
tersebut.

Gambar 1. Peta Pesebaran Sesar di Pulau Sulawesi

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu mengolah data Gayaberat menggunakan beberapa software
serta mengorganisir data dengan baik dan benar
2. Mampu mendapatkan Peta SBA dan Peta anomali residual
3. Mampu mengolah data GMT .
4. Memberi informasi tambahan dan sebagai data pendukung kepada
peneliti dalam penelitian selanjutnya.
3

1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan magang ini adalah agar mahasiswa dapat terlibat
langsung dalam peranan dan pekerjaan seorang geofisikawan dalam dunia
kerja selama magang di BMKG. Memberi informasi tambahan kepada
pembaca serta memberi informasi berupa data pendukung kepada Peneliti
dalam penelitian selanjutnya untuk identifikasi sesar di kawasan palu ,
Sulawesi Tengah untuk pemetaan daerah rawan bencana.
4

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Waktu Pelaksanaan Magang


Kegiatan magang dilakukan pada tanggal 15 oktober 2018 sampai 22
November 2018. Dilaksanakan pada hari kerja dimulai hari Senin sampai
Jum’at, Waktu tambahan pada hari Sabtu dan Minggu dengan waktu
menyesuaikan.

2.2 Lokasi Kegiatan Magang


Lokasi kegiatan magang ini dilaksanakan di Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung beralamat Jl. Raden Intan No.219,
Kota Alam, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Utara,
Lampung 34519

2.3 Bidang Unit Kerja


Adapun pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dalam Pusat
Geofisika Potensial. Pelaksaan magang ini adalah sebagai Geofisikawan yang
melakukan pengolahan data Gravity untuk identifikasi sesar dan melakukan
pengolahan data GMT untuk perekaman data gempa yang telah terjadi.

2.4 Metode Pelaksanaan

Penelitian ini dilakksanakan dengan melakukan studi literature dan


pengolahan data yang didapat. Studi literature dilakukan untuk mengetahui
teori dasar dan studi kasus dalam geologi dari penelitian. Pengolahan data yang
dlakukan dalam penelitianada 2, yaitu ; Pengolahan Gayaberat dan Pengolahan
GMT. Pengolahan Gayaberat memerlukan data seperti Koordinat X & Y, Nilai
Gravity, Topo, BC, dan SBA. Pengolahan ini dilakukan menggunakan software
Microsoft Excell. Setelah data telah didapat, maka akan melakukan pengolahan
kembali menggunakan software Surfer 15. Pengolahan menggunakan Surfer 15
dilakukan untuk mendapatkan Peta SBA. Setelah Peta SBA didapat, diolah
kembali dengan cara melakukan filter SVD operator elkins untuk mendapatkan
Peta Anomali Residual. Setelah mendapatkan Peta SBA dan Peta Anomali
Residual, maka akan dilakukan analisis terhadap peta tersebut. Pengolahan
GMT memerlukan data seperti Tanggal Waktu, Koordinat X & Y Magnitudo dan
Kedalaman. Pengolahan dilakukan menggunakan software notepad++. Setelah
melakukan pengolahan pada notepad++, maka akan menghasilkan Peta
distribusi Episenter dan Diagram GMT. Setelah mendapatkan peta tersebut,
maka akan dilakukan analisis. Dari setiap Pengolahan maka akan didapatkan
analisis yang merupakan Hasil dari penelitian.
5

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat BMKG


Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh
Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan
cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan
nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium
Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada
tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di
Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun
1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi
dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai
digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan
1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso
Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk
melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil
alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk
sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological
6

Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi
Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.Pada
tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi
Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi
suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen
Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan
48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009)

3.2 Visi dan Misi BMKG


Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi
serta memperhatikan kewenangan BMKG agar lebih efektif dan efisien, maka
diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa serta
bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus dapat
menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut serta
memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu
kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah mengacu pada
Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan

Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan
nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam visi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
7

a. Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika


yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data, informasi
pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang
akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.

Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas
yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas udara
dan geofisika.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai berikut :
a. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika artinya BMKG melaksanakan operasional pengamatan
dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai
untuk mengenali dan memahami karakteristik unsur-unsur meteorologi,
klimatologi, kualitas udara, dan geofisika guna membuat prakiraan dan
informasi yang akurat.
b. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu.
c. Mengkoordinasi dan Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan
BMKG, maka BMKG wajib mengawasi pelaksanaan operasional, memberi
pedoman teknis, serta berwenang untuk mengkalibrasi peralatan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional artinya BMKG dalam
melaksanakan kegiatan secara operasional selalu mengacu pada ketentuan
8

internasional mengingat bahwa fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas


udara, dan geofisika tidak terbatas dan tidak terkait pada batas batas
wilayah suatu negara manapun.
3.3 Struktur Organisasi
BMKG memiliki struktur organisasi yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan_kegiatannya dalam upuya mitigasi bencana alam serta pelayanan
kepada masyarakat Indonesia. Berikut ini merupakan struktur organisasi
BMKG.

Gambar 2. Struktur Organisasi BMKG

Deputi Bidang Geofisika


Deputi Bidang Geofisika mempunyai tugas merumuskan, melaksanakan
dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis, serta melaksanakan
pelayanan data dan informasi di bidang geofisika.
Deputi Bidang Geofisika menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis observasi serta pengelolaan data dan
informasi di bidang geofisika yang berkenaan dengan gempabumi dan
tsunami, seismologi teknik, geopotensial, dan tanda waktu;
b. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan observasi di bidang geofisika
yang berkenaan dengan gempabumi dan tsunami, seismologi teknik,
geopotensial, dan tanda waktu;
9

c. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian pengelolaan data dan


informasi di bidang geofisika yang berkenaan dengan gempabumi dan
tsunami, seismologi teknik, geopotensial, dan tanda waktu;
d. Koordinasi dan kerjasama observasi serta pengelolaan data dan
informasi di bidang geofisika yang berkenaan dengan gempabumi dan
tsunami, seismologi teknik, geopotensial, dan tanda waktu;
e. Pelayanan data dan informasi di bidang geofisika yang berkenaan
dengan gempabumi dan tsunami, seismologi teknik, geopotensial, dan
tanda waktu;
f. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan kondisi, kejadian dan/atau
potensi gempabumi dan tsunami, seismologi teknik, geopotensial, dan
tanda waktu;
g. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
geofisika;
h. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan penelitian, pengkajian dan
pengembangan di bidang geofisika;
i. Koordinasi dan kerjasama penelitian, pengkajian, dan pengembangan di
bidang geofisika;
j. Diseminasi hasil penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
geofisika

3.4 Logo BMKG

Gambar 3. Logo BMKG

Bentuk Logo
Logo Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berbentuk lingkaran
dengan warna dasar biru, putih dan hijau, di tengah-tengah warna putih
terdapat satu garis berwarna abu-abu. Dibawah logo yang berbentuk lingkaran
terdapat tulisan BMKG.
Makna Logo
Makna dari logo BMKG menggambarkan bahwa BMKG berupaya
semaksimal mungkin dapat menyediakan dan memberikan informasi
10

meteorologi klimatologi dan geofisika dengan mengaplikasikan perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan dapat berkembang secara dinamis
sesuai kemajuan zaman. Dalam menjalankan fungsinya, BMKG berupaya
memberikan yang terbaik dan penuh keikhlasan berdasarkan pancasila untuk
bangsa dan tanah air Indonesia yang subur yang terletak di garis kathulistiwa.

Arti Logo
Bentuk lingkaran melambangkan BMKG sebagai institusi yang dinamis;
1. 5 (lima) garis di bagian atas melambangkan dasar Negara RI yaitu
Pancasila;
2. 9 (sembilan) garis di bagian bawah merupakan angka tertinggi yang
melambangkan hasil maksimal yang diharapkan;
3. Gumpalan awan putih melambangkan meteorologi;
4. Bidang warna biru bergaris melambangkan klimatologi;
5. Bidang berwarna hijau bergaris patah melambangkan geofisika;
6. 1 (satu) garis melintang di tengah melambangkan garis khatulistiwa;
7. Warna biru diartikan keagungan/ ketaqwaan;
8. Warna putih diartikan keikhlasan/ suci;
9. Warna hijau diartikan kesuburan;
10. Warna abu-abu diartikan bebas/ tidak ada batas administrasi
12

IV. PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Topik Magang


Adapun topik kegiatan magang yang diambil adalah tentang Identifikasi
sesar palu koro menggunakan metoda gaya berat.
4.2 Permasalahan yang dihadapi
Adapun permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya dilakukan
penelitian menggunakan metoda gaya berat pada daerah sesar palu koro,
Sulawesi menggunakan data citra satelit yang digunakan untuk melihat
bagaimana kondisi bawah permukaan daerah tersebut. Dan untuk melihat
bagaimana pola persebaran data gempa yang sebelumnya terjadi pada kawasan
sesar palu koro tersebut.
4.3 Pembahasan dan Solusi

Gambar 4.Diagram Alir Pengolahan Data


13

Sebelum melakukan pengolahan data Gravity data yang harus di


siapkan adalah data gravity berupa gravity/FAA dan data topography dengan
menentukan koordinat daerah atau lokasi yang akan diambil datanya, sehingga
dapat mengetahui batasan area yang akan diolah pada tahap selanjutnya.

1. 119° – 124° BT
2. 2.3° LS – 2.3° LU

Gambar 5. Peta Daerah Penelitian

Data Topo
Data Topo yang digunakan dalam pengolahan gayaberat adalah data
berupa koordinat longnitut(UTM X), latitut(UTM Y) dan ketinggian (topo). Tiap
parameter memiliki 83.678 data, maka jumlah semua data yang digunakan
sebanyak 418.390 data.
14

Tabel 1. Data Topo

Data FAA
Data FAA(Gravity) yang digunakan dalam pengolahan gravity adalah
data berupa koordinat longnitut(UTM X), latitut(UTM Y) dan gravity. Tiap
parameter memiliki 83.678 data, maka jumlah semua data yang digunakan
sebanyak 418.390 data.
15

Tabel 2. Data FAA

Dari kedua data tersebut berupa titik koordinat Lokasi sesar palu koro,
Sulawesi Tengah yaitu data Topo dan data FAA dilakukan perhitungan pada
microsoft excell untuk mendapatkan nilai Bouger Correction dan Anomaly
Bouger(SBA). Anomali Bouguer merupakan data anomali gaya berat yang sudah
terkoreksi variasi pasang surut (tidal), drift, lintang, ketinggian, Bouguer dan
medan (terrain). Secara umum Anomali Bouguer mengandung komponen
anomali regional dan residual. Kemudian dilakukan pemisahan antara anomali
regional anomali residual.

Pengolahan Data Gayaberat


Sebelum mendapatkan kontur Anomaly Bouger, terlebih dahulu data
topography dan FAA dilakukan pengolahan pada microsoft excell. Untuk
mendapatkan nilai Anomaly Bouger setelah didapatkan nilai BC maka BC-FAA
didapat hasil Anomaly Bouger.
16

Tabel 3. Nilai Bouger Correctin dan Anomaly Bouger

Setelah mendapatkan nilai SBA lalu buka Software Surfer kemudian


pilih Grid lalu pilih Data Excell Anomaly Bouger dan isi format X, Y, dan SBA
dan simpan dengan nama SBA Palu Koro. Kemudian pilih Contour untuk
memanggil data SBA. Diperoleh contour SBA dari sesar palu koro, Sulawesi
serta nilai Anomaly Bouger
17

mGal
18
19

Analisa Data
Peta SBA
Peta SBA didapat dari hasil grid data yang didapat dari hasil data
grav dan data topografi berdasarkan citra satelit TOPEX. Data yang
didapat dari citra satelit diolah di Microsoft Excel untuk melakukan
pengolahan untuk mendapatkan nilai SBA. Pertama mencari nilai BC
dengan rumus

BC = ῥ x 0.04193 x elevasi ῥ= estimasi densitas(2,6)

Kemudian mencari nilai SBA = Data GRAV – BC . Setelah data tersebut


lengkap, maka diolah di surfer dengan cara grid data menggunakan
metode krigging nilai koordinat X , Y dan Nilai SBA. Nilai SBA yang
telah didapatkan menggambarkan kondisi struktur bawah
permukaan berdasarkan perbedaan densitas batuan. Variasi nilai SBA
pada kontur berikut digambarkan dengan perubahan warna kontur
yang berkisar antara --150 - 650 mgal. Anomali percepatan gravitasi
yang tinggi ditunjukkan dengan warna Merah dan anomali percepatan
gravitasi yang rendah ditunjukkan dengan warna ungu.
Peta Residual
Peta residual didapatkan dengan cara melakukan filter pada peta
SBA. Tipe filter yang digunakan kali ini adalah dengan metode SVD hasil
perhitungan Elkins(1951).

Tabel 4. Matriks Elkins(1951) matriks (5x5)

Peta anomaly residual memperlihatkan pola sebaran anomali(sesar).


Anommali ditunjukkan warna hijau – kuning dengan rentan nilai -20 sampai 20
mGal. Pola sebaran anomaly rendah ditunjukkan warna biru gelap dengan
rentan nilai 100 -140 mGal. Pola sebaran anomaly tinggi ditunjukkan warna
merah dengan rentan 60 – 110 mGal. Pola sebaran anomaly rendahhampir
selalu mengikuti pola sebaran anomaly tinggi. Sesar adalah suatu karakter
20

geologi yang bisa mempengaruhi nilai-nilai gravitasi. Anomali ini diindikasikan


akibat adanya pertemuan antar struktur batuan dengan respon yang cukup
signifikan pada perbatasan kontak struktur(zona sesar).

Gambar 6. Peta Residual yang telah dianalisa. Garis Hitam menunjukkan posisi
sesar

Secara Geologi daerah penelitian dari beberapa daerah, yaitu; Palu-


Tinjau, Pasang Kayu dan Poso. Pada daerah Palu-Tinjau tersusun tersusun
atas kelumpok Aluvium dan endapan Pantai (Kerikil, pasir, lumpur,dan
batugamping koral), Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (Konglomerat,
batu pasir, batu lumpur, batugamping koral, dan napal, sebagian
mengeras lemah), Formasi Tinombo Ahburg (Serpih, batu pasir,
konglomerat, batu volkanik, batu gamping dan rijang, termasuk filit,
sabak dan kuarsit dekat dengan intrusi), Kompleks Batuan Metamorfis
(sekis mika, sekis amfiolit, genes dan pualam) dan Granit dan
Granodiorit. Pada daerah Pasang Kayu tersusun atas Formasi
Pakuli(Konglomerat dan batu pasir,setempat batu lempung karbonan),
Formasi Pasang Kayu ( perselingan batu pasir dengan lempung,setempat
bersisipan konglomerat dan batu gamping), Formasi Lariang
(Perselisihan konglomerat dengan batu pasir, sisipan batu lempung dan
21

setempat tuf) Formasi Latimojong (persilangan batupasir malih dengan


batu sabak dan setempat bersisipan batu lempung meta) Pada daerah
Poso tersusun atas Endapan Danau ( lempung,lanau,pasir dan kerikil)
Granit Kambuno( granit dan granodiorit), Formasi Nanaka (batu pasir
kuarsa, konglomerat dan serpih dengan sisipan batu bara) Kompleks
Pompangeo(sekis,grafit, batu sabak, genes, serpentinit, kuarsit, gamping
malih dan setempat breksi) Formasi Puna( konglomerat, batu pasir,
lanau, serpih, lempung gampingan) Tuff Rampi ( tuff batu pasit tufan, tuf
abu).

Pengolahan Data GMT


Sebelum melakukan pengolahan data GMT data yang harus disiapkan adalah
data GMT berupa rekam data gempa yang terjadi 21-09-2018 sampai 21-11-
2018 dengan koordinat yang akan diambil datanya, sehingga dapat mengetahui
batasan area yang akan diolah pada tahap selanjutnnya.
119° – 124° BT
2.3°LS – 2.3° LU

Dan koordinat cross-plot

119° ; -1.44° 124° ; 1.44°

Data Rekam Gempa

Data rekam gempa bersumber dari USGS berupa Tanggal, waktu,


koordinat latitut, longnitut magnitude, kedalaman, dan tempat.

Tabel 5 . Data Rekam Gempa


22

Dari data rekam gempa tersebut dapat menentukan pusat gempa yang telah
terjadi.
Pengolahan GMT
Setelah dilakukannya perbaikan dan susunan data pada Microsoft excel, Maka
akan dilakukan pengolahan data scrip pada software notepad++.

Gambar 7. Pengolahan GMT


23
24

Gambar 8. Diagram GMT

Analisa Data

Pada pengolahan GMT akan didapatkan peta pesebaran gempa dan


diagram kedalaman gempa yang didapat dari USGS. Gempa bumi yang terjadi
rentan 21 September – 21 November 2018 memiliki magnitude kisaran 4.5 – 7.5
yang juga disertai gempa bumi susulannya. Pada Peta GMT menunjukkan
sebaran episenter(titik proyeksi gempa pada permukaan bumi) dengan kriteria
tipe gempa tipe dangkal. Gempa tersebut diakibatkan oleh Sesar Geser Palu
Koro. Dari pola sebaran episenter gempa dominan berada pada sebelah timur
palu koro. Penyebabnya adalah daerah timur Sesar Palu Koro memiliki lapisan
batuan yang dominan lebih lunak seperti alluvial, endapan pantai batu pasir,
lumpur lempung lanau dan tuff pasir dibandingkan bagian barat Sesar Palu
Koro seperti batu pasir, breksi gununng api, Perselingan pasir malih dengan
sabak dan filit setempat bersisipan batu lempung meta, sekis mika, sekis
amfibol, genes dan kuarsit.
Pada Diagram Cross Plot terdapat plot titik gempa sesuai kedalaman
dengan jarak perambatan gempa tersebut. Dengan nilai kedalaman 4.99 km
sebanyak 1 data, kedalaman 10 km sebanyak 64 data, kedalan 14,62 ; 20 ;
25.02 ; 27.94 seabnyak 1 data.
25

Analisis menggunakan software GMT bertujuan untuk mengetahui sebaran


gempa yang telah terjadi sesuai waktu, tanggal dan tahun kejadian gempa yang
telah terjadi sesuai keinginan kita.Sesar palu koro adalah sebagai pemicu
gempa yang terjadi. Secara teori, daerah gempa yang diakibatkan oleh sesar
berada tidak jauh dari daerah yang dilalui oleh sesar itu sendiri. Untuk
mengetahui lebih lanjut, maka harus dilakukan penelitian secara berkelanjutan
agar mengetahui posisi sesar palu koro.
26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dalam pengolahan data gayaberaty terlebih dahulu menentukan koordinat
lokasi untuk mengetahui batasan area, pengolahan ini menggunakan
beberapa software yaitu Surfer 15 yang digunakan untuk mendapatkan
peta SBA dan Peta Anomali Residual, GMT digunakan untuk mengetahui
sebaran episenter gempa yang telah terjadi rentan waktu yang kita ingini
dan Microsoft Excell digunakan untuk melakukan perhitungan pada
tahap-tahap pengolahan.

2. Data gayaberat dapat menunjukkan letak sesar palu koro dengan nilai
densitas antara -18 sampai 18 mGal dan Data GMT menunjukkan
sebaran episenter gempa yang telah terjadi. Setelah melakukan studi
geologi dapat disimpulkan bahwa sesar palu koro bersifat sesar geser dan
mampu menjelaskan posisi sebaran episenter lebih banyak di sebelah
kanan sesar palu koro karena batuan yang berada di sisi kanan sesar
palu koro lebih lunak dibandingkan batuan sisi kiri sesar palu koro.

3. Kejadian gempa bumi Sulawesi tengah 21 september hinggal 21 november


2018 diakibatkan oleh sesar palu koro

5.2 Saran
1. Pada saat melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai anomali
Bougeur, nilai estimasi densitas harus diperhatikan.
2. Dalam melakukan filter SVD operator elkin, harus hati-hati agar
terhindar dari kesalahan.
3. Saat melakukan pengolahan GMT harus sesuai dengan koordinat
pengolahan Gayaberat agar peta yang dihasilkan memiliki skala yang
sama.
27

DAFTAR PUSTAKA
Julius, Admiral dkk. 2014. Interpretasi Posisi dan Struktur Segmen Sunda
dengan Pengolahan Data Anomali Gaya Berat. Buletin Artikel Ilmiah
MKKUGBBMKG II Ciputat Vol.4 no.11-November 2014.

Nurwidianto Irham. Kirbani Sri Brotpuspito. Waluyo. Sismanto.2011.Study


Pendahuluan Sesar Opak Dengan Metode Gravity (Study Kasus
Daerah Sekitar Kecamtan Pleret Bantul). Jurnal Berkala Fisika, 14(1):11-
16. Yogyakarta. UGM

Sari, A. Wirma, Jasruddin, Nasrul Ihsan. Analisis Rekahan Gempa Bumi


Dan Gempa Bumi Susulan Dengan Menggunakan Metode Omori.
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 8, Nomor 3, Desember
2012, hal 263 – 268

Sejarah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Diakses melalui


https://www.bmkg.go.id/profil/?p=sejarah, Pada tanggal 9 Maret2019,
Pukul 16.07 WIB.

Sumber data Gaya Berat. Diakses melalui https://databasin.org/maps/new,


Pada tanggal 21 Februari 2019 Pukul 15.00 WIB

Sumber data Gaya Berat. Diakses melalui https://topex.ucsd.edu/cgi-


bin/get_data.cgi , Pada tanggal 22 Februari 2019 Pukul 17.27 WIB

Sumber Data GMT. Diakses melalui https://www.usgs.gov/mission-


areas/natural-hazards, Pada tanggal 24 Februari 2018 Pukul 19.56 WIB

Sumber Peta Geologi. Diakses melalui


https://indogeologist.com/2018/07/download-peta-geologi-regional-
lembar-sulawesi-lengkap.html , Pada tanggal 28 Februari 2019 Pukul
16.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai