OLEH:
Kelompok 5
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita
jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lebih-
lebih lagi kehidupan akhirat kelak, sehingga semua harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Kami sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
yang kadang kala hanya menuruti goisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
PSAK 46 ini sejalan dengan SFAS 96 yang diterbitkan oleh FASB tahun
1987 dan SFAS 109 pada tahun 1992, mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak
penghasilan. Masalah yang timbul adalah bagaimana pengakuan pengaruh pajak
1
pada periode berjalan dan periode mendatang terhadap transaksi yang telah diakui
dalam laporan keuangan dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) serta
kompensasi kerugian fiskal yang belum digunakan.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai
beberapa hal antara lain :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Keuntungan karena pengaliahan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apapun
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan dianggap sebagai penghasilan bagi yang mengalihkan,
kecuali harta tersebut dialihkan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan penambangan
6. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
5) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
6) Dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dari pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
7) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
8) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
9) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
10) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
4
11) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
12) Selisih lebih karena penilaian kembali aset
13) Premi asuransi
14) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari atas Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
15) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai
pajak
16) Penghasilan dari usaha syariah
17) Imbalan bungasebagaimana dimaksud dalam Undang- undang yang mengatur
mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
18) Surplus Bank Indonesia
Dalam pasal 4 ayat (2) Undang- undang tentang Pajak Penghasilan bahwa
penghasilan yang dikenai pajak yang sifatnya final adalah
5
2.1.3 Bukan Objek Pajak Penghasilan
a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterma oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
dan disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atas berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan ;
Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak- pihak yang bersangkutan.
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai Yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)huruf b sebagai pengganti penyertaan
modal ;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib
Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa
6
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan baik yang dibayar oleh pemberi kerja
atau pegawai
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud huruf g, dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggotadari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
j. Dihapus
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan tersebut :
1. Merupakan perusahaan mikro kecil, menegah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuaannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
7
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dibidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
8
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut :
Tarif PPh atas Wajib Pajak Badan dan BUT adalah sebesar 25 %. Dalam
Pasal 17 ayat (2b) yang menyatakan bahwa Wajib Pajak Badan dalam negeri
berbentuk perseroan terbuka yang sahamnya paling sedikit 40 % dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor tersebut diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu dapat memperoleh tarif sebesar 5 %
lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b
dan Pasal 17 ayat (2a) Undang- undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
9
3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dab Wajib Pajak Badan yang tidak memiliki
NPWP
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu :
10
1. Deferred Method
2. Liability Method
Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan laba
akuntansi tidak dibukukan dalam suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan
11
atau dikurangkan kepada aktiva atau hutang tertentu serta unsur pendapatan atau
biaya yang bersangkutan.
Interperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan
periode-periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan
antar periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan terhadap jumlah
laba kena pajak dan laba akuntansi.
Intraperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena
adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen laba
atau pendapatan (Misal : tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa berbeda
dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa.)
12
TGL AKUN DEBIT KREDIT
Biaya gaji Xxx
Iuran Pensiun Terutang xxx
PPh Pasal 21 Terutang xxx
Kas dan Bank xxx
Pada saat perusahaan menyetor ke kas negara dan pembayaran iuran
pensiun via bank
13
Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak
1. Pihak Pemungut
Saat terjadi transaksi
14
Penjualan xxx
Saat penyetoran PPh Pasal 22
15
2.2.3 Pajak Penghasilan 23
1. Pemberi hasil
Saat pembayaran bunga
16
TGL AKUN DEBIT KREDIT
Biaya Bunga xxx
PPh Pasal 23 Terutang xxx
Kas dan Bank xxx
Saat menyetor ke kas Negara melalui bank persepsi
17
PENGKREDITAN DAN PENENTUAN SUMBER PENGHASILAN
18
TATA CARA PENGKREDITAN
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
19
1. Jumlah kredit pajak yang besarna paling tinggi sama dengan jumlah pajak
yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
jumlah tertentu .
2. Jumlah tertentu seperti pada butir 1 dihitung menurut perbandingan antara
penghasilan dari LN terhadap PKP dikalikan dg pajak yg terutang atas
PKP .
3. Kemungkinan penghasilan dari LN tersebut berasal dari beberapa negara ,
maka penghitungannya dilakukan untuk masing-masing negara .
4. PKP yg digunakan sebagai perbandingan tidak termasuk pajak yang
dikenakan pajak bersifat final .
5. Apabila ternyata jumlah PPh yang dibayar di LN melebihi jumlah kredit
pajak yang diperkenankan , atas kelebihan tsb tidak dapat diperhitungkan
dg PPh terutang tahun berikutnya . Maka kelebihan itu tidak boleh
dibebankan sebagai biaya / pengurang penghasilan . Dan tidak bisa
diajukan restitusi .
Prinsip dasarnya PPh dikenakan atas PKP yang dihitung atas dasar seluruh
penghasilan yg berasal dari dalam maupun luar negeri . Dengan demikian
digabungkan seluruh penghasilan yang diperoleh dalam tahun pajak sesuai
keputusan menteri keuangan untuk penghasilan berupa deviden .
Contoh penghitungan :
20
Rp. 75.000.000, yang berasal dari keuntungan saham tahun 2012 yang
berdasar KMK ditetapkan diperoleh tahun 2014 .
d) Bunga kuartal IV tahun 2014 sebesar Rp.100.000.000 dari Riza di Kuala
Lumpur yang baru akan diterima Juli 2015 .
Contoh :
1. Penghasilan dari LN
Penghasilan dari China Rp. 2.000.000.000
2. Penghasilan dalam negeri Rp. 3.500.000.000
Koreksi pasal 4 (2) Rp. 500.000.000
21
Rp. 3.000.000.000
3. Total Penghasilan Netto Rp. 5.000.000.000
4. PPh terutang :
25 % x Rp. 5.000.000.000 = Rp. 1.250.000.000
5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar :
Rp. 2.000.000.000
x Rp. 1.250.000.000 = Rp. 500.000.000
Rp. 5.000.000.000
22
Besarnya PPh Pasal 25 dapat dihitung dengan rumus berikut : PPh terutang
menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong
dan/atau dipungut serta PPh yang dibavar atau terutang di luar negeri vang boleh
dikreditkan (Pasal 21. Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24) selanjutnya dibagi dengan
12 (dua belas) atau banyaknya bularn dalam bagian tahun pajak.
Khusus untuk PPh Pasal 26, apabila terjadi pembayaran dividend dan
bunga yang ditujukan pembayarannya kepada Wajib Pajak Luar Negeri yang
bersifat final (tetapi juga perlu diperhatikan adanya perjanjian perpajakan dengan
Negara lain) maka tarif yang umumnya diberlakukan untuk PPh Pasal 26 yaitu
sebesar 20% haruslah diperlukan penyesuaian dengan tarif menurut perjanjian
perpajakan (tax treaty). Secara umum akuntansi komersial dan akuntansi pajak
berkaitan dengan PPh Pasal 26 tidak terdapat perbedaan perlakuan.
Contoh :
23
Ayat jurnal bagi pihak pemotong :
1. 20% dari jumlah bruto dan bersifat final, atas bunga dan diskonto yang
terutang atau dibayarkan kepada penerima penghasilan, baik orang pribadi
maupun badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap di Indonesia.
24
2. 20% dari jumlah bruto atau sesuai dengan tarif yang ditetapkan dalam
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda dan bersifat final, atas bunga
diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada penerima penghasilan wajib
pajak luar negeri, baik orang pribadi maupun badan selain bentuk usaha tetap
di Indonesia.
Atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta
sertifikat Bank Indonesia, yang dikecualikan atau tidak dikenakan pemotongan
Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia
tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang
dipecah-pecah.
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri.
25
Hadiah Undian
Obyek pajaknya berupa hadian undian dan dikenakan pajak sebesar 25%
dari jumlah bruto nilai hadiah undian dengan sifat pengenaan bersifat final.
Akuntansi pajaknya :
Contoh : Tn. Arifin memperoleh hadiah undian yang diperolehnya dengan cara
undian sebesar Rp 100.000.000,00 tunai.
Ayat jurnal :
Akuntansi pajaknya :
26
2. Saat penyetoran PPh pasal 4 (2)
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Final 5.000.000,00
Kas dan Bank 5.000.000,00
Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi
Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% dan bersifat
final. Tata cara pengenaan pajaknya dilakukan melalui pemotongan oleh pihak
yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.
27
1. Transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari pada kontrak dan perjanjian
pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument yang
mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks baik
yang diikuti dengan pergerakan maupun tanpa pergerakan dana atau
instrument.
2. Kontrak berjangka yaitu suatu perjanjian termasuk kontrak standar untuk
membeli atau menjual sejumlah efek atau komoditas yang jumlah, mutu,
jenis, tempat,dan waktu penyerahan dikemudian hari telah ditetapkan.
3. Margin awal yaitu sejumlah uang atau surat berharga yang harus
ditempatkanoleh pialang berjangka atau anggota bursa pada lembaga kliring
dan penjamin untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.
4. Lembaga kliring dan penjamin adalah badan usaha yang menyelenggarakan
dan menyediakan system dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan
penjaminan transaksi di bursa, termasuk lembaga kliring dan penjamin
berjangka.
5. Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh oleh orang pribadi atau badan
dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di
bursa dikenai Pajak Penghasilan sebesar 2,5% dari margin awal. Sifat
pengenaannya yaitu final.
6. Saat terutangnya yaitu pada saat orang pribadi atau badan menerima dan/atau
memperoleh penghasilan. Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut
pajak penghasilan pada saat menerima penyetoran margin awal oleh pialang
berjangka atau anggota bursa.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tarif PPh atas Wajib Pajak Badan dan BUT adalah sebesar 25 %. Dalam
Pasal 17 ayat (2b) yang menyatakan bahwa Wajib Pajak Badan dalam negeri
berbentuk perseroan terbuka yang sahamnya paling sedikit 40 % dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor tersebut diperdagangkan di bursa efek di
29
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu dapat memperoleh tarif sebesar 5 %
lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b
dan Pasal 17 ayat (2a) Undang- undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Undang- undang Nomor 28 Tahun 2007, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Jakarta.