Anda di halaman 1dari 2

Gangguan Bipolar

Definisi
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Text
Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu
episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat
episode depresi mayor.

Epidemiologi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi. Studi di
berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya gangguan bipolar sepanjang
kehidupan adalah sekitar 1-2%.8,9 Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan
bahwa prevalensi sekali seumur hidup gangguan bipolar adalah antara 0,6%-1,1% (antara
0,8%-1,1% pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita).10 Studi-studi yang dilakukan di Eropa
menunjukkan bahwa angka prevalensi gangguan bipolar mungkin mencapai 5%.11 Angka
prevalensi dari keseluruhan spektrum gangguan bipolar pada seumur hidup adalah 2,6-7,8%.

Etiologi
Dalam usaha memahami etiologi gangguan bipolar, para peneliti terus melakukan penelitian
untuk mencari hubungan antara manifestasi penyakit yang sangat kompleks dengan dasar
biologinya. Gangguan bipolar dihubungkan dengan berbagai gangguan otak seperti gangguan
struktur, fungsi, kimia, neurokimia, neuroendokrin, dan transduksi sinyal otak. Stres yang
terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan
mood. Peristiwa-peristiwa seperti itu dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang
menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan mood

2. 1. 4. Klasifikasi

Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

a. Gangguan bipolar I.
Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya disertai oleh
episode-episode depresi mayor;

b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai
oleh paling sedikit satu episode hipomanik;

c. Gangguan siklotimik
Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak
memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi
kriteria depresif mayor;

d. Gangguan bipolar yang tidak terinci


Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas.
Diagnosis Banding

Gangguan bipolar didiagnosis banding dengan cara sebagai berikut:

1. Menyingkirkan kondisi medis umum


Beberapa kondisi medis dapat menginduksi terjadinya mania, termasuk penyakit Cushing (di
mana tubuh menghasilkan kortikosteroid yang berlebih), hipertiroidisme, stroke, epilepsi
lobus temporal, tumor otak (khususnya mempengaruhi ventrikel ketiga), trauma kepala,
infeksi HIV, gangguan jaringan ikat seperti systemic lupus erythematosus atau multiple
sclerosis.

2. Menyingkirkan obat yang dapat menginduksi terjadinya mania


Penggunaan obat stimulan seperti metamfetamin atau kokain dapat menyebabkan terjadinya
agitasi, berpikir yang cepat, flight of ideas atau gejala psikotik yang dengan mudah dapat
menjadi episode manik. Saat pasien sedang menggunakan obat ini “crash” dan pengalaman
mood swing akan muncul mengikuti perjalanan mood swing yang tampak pada bipolar. Obat
antidepresan dapat menginduksi episode manik pada individu yang rentan terhadap
perkembangan gangguan bipolar. Suatu episode dari mania yang berespons terhadap obat
antidepresan dipertimbangkan sebagai diagnosis dari gangguan bipolar primer.
Perbedaannya, perkembangan mania yang berespon pada obat-obatan lain tidak ditempatkan
pada pasien yang berisiko tinggi pada perkembangan gangguan bipolar. Satu contoh yang
paling sering dari obat-obatan yang terlibat pada mania sekunder adalah prednison, suatu
kortikosteroid yang dapat menyebabkan mania pada beberapa pasien. Simetidin dapat juga
menyebabkan terjadinya mania, psikosis atau depresi. Obat-obatan lain yang terlibat
menghasilkan mania termasuk levodopa (L-Dopa) dan bromocriptine (kemungkinan aksi
dasarnya dalam meningkatkan aktivitas dopaminergik pada otak), obat relaksasi otot seperti
baclofen dan obat antituberkulosis seperti isoniazid.

3. Menyingkirkan gangguan psikiatri

Mood swing merupakan gejala yang sering terdapat pada beberapa kondisi psikiatri, seperti:
a. Gangguan skizoafektif

Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif sering mempunyai riwayat depresi dan
episode manik. Bagaimanapun juga, pasien ini mempunyai gejala psikotik yang kronis dari
skizofrenia, seperti delusi dan halusinasi, meskipun selama periode mood yang normal.
b. Gangguan kepribadian

Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian kemungkinan mempunyai mood yang tidak
stabil. Hal ini khususnya terjadi pada gangguan kepribadian kelompok B, yaitu: histrionik,
borderline, narsistik dan antisosial. Perubahan mood ini dapat dihubungkan dengan
siklotimia, tetapi lebih sering berhubungan dengan faktor lingkungan. Pasien yang
mempunyai gangguan kepribadian sering salah didiagnosis sebagai gangguan bipolar.

c. Skizofrenia
Pasien dengan gangguan bipolar terkadang didiagnosis sebagai pasien dengan skizofrenia,
kemungkinan hal ini disebabkan oleh munculnya gejala psikotik pada mania dan awitan pada
usia muda yang menyerupai skizofrenia. Salah diagnosis juga terjadi ketika pasien dan dokter
berasal dari etnis yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai