Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

DIET DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA

HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM

RSUD PROF.DR.H.M. CHATIB

QUZWAIN SAROLANGUN

TAHUN 2019

PROPOSAL SKRIPSI

IKA INDRA YANI

171012114201050

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES PRIMA NUSANTARA

BUKIT TINGGI

2019
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

DIET DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA

HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM

RSUD PROF.DR.H.M. CHATIB

QUZWAIN SAROLANGUN

TAHUN 2019

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan pada Program Studi S-1 Keperawatan

STIKes Prima Nusantara

IKA INDRA YANI

171012114201050

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES PRIMA NUSANTARA

BUKIT TINGGI

2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet


Dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi Di Poli
Penyakit Dalam RSUD Prof.DR.H.M.Chatib
Quzwain Tahun 2019

Nama : IKA INDRA YANI

NIM : 171012114201050

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji

Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Prima

Nusantara Bukittinggi.

Bukittinggi, .
KoordinatorSkripsi Menyetujui
Pembimbing

( Dian Sari, Ns, M.Kep., Sp.Kep.An) (Ns. Elfira Husna, M.Kep)


Ketua Prodi Ners

(Ns. Elfira Husna, M.Kep)


PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet


Dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi Di
Poli Penyakit Dalam RSUD Prof.DR.H.M.Chatib
Quzwain Sarolangun Tahun 2019

Nama : IKA INDRA YANI

NIM : 171012114201050

Telah berhasil dipertahnkan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai Persyaratan yang diperlukan untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
pada Program studi S-1 Keperawatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ns,Elfira Husna,M.Kep (...........................)

Penguji I : Ns,Rima BP,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.Kom

Penguji II :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Dengan Kepatuhan Diet Penderita
Hipertensi Di RSUD Prof.DR.H.M.Chatib Quzwain Tahun 2019” Penulisan
skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi S-1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

Skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan baik aspek kualitas
maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Hal tersebut didasarkan
dari keterbatasan yang dimiliki penulis.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai


pihak yang telah menyumbangkan ide, pikiran serta kebijakannya.Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasi terutama kepada yth. Ibu Ns, Elfira
Husna,M.Kep., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan proposal
sekripsi ini. Seterusnya ucapan terima kasih penulis kepada :
1. Bapak Ns. Fauzi Ashra, M.Kep selaku Ketua STIKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
2. Ibu Rulfia Desi Maria, M.Keb, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Wakil Ketua II Bidang
Keuangan dan Administrasi STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
4. Ibu Tuti Oktaria, M.Keb Selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
5. Ibu Ns. Elfira Husna, M.Kep Ketua Program STIKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
6. Ibu Dian Sari, Ns., M.Kep.An selaku Dosen Koordinator Skripsi STIKes
Prima Nusantara Bukittinggi.
7. .Kepada Staf administrasi dan unit penunjang STIKes Prima Nusantara
Bukittinggi
8. Para Staff dan Dosen yang tidak dapat saya sebutkan namaya satu-persatu.
9. Bapak/Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini.
10. Keluarga Besar STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
11. Bapak dr. Irwan Mizwar, MKM selaku direktur RSUD Prof. DR. H.M.
ChatibQuzwainSarolangun.
12. Kepada para responden peneliti yang bersedia berpartisipasi pada penelitian
ini.
13. Suami, kakak & anak-anak,beserta keluarga yang telah memberikan dukungan
do’a, materiil dan perhatian yang tidak terhingga.
14. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka dan duka menjalani
pendidikan ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi perbaikan proposal skripsi ini dimasa yang akan
datang. Semoga proposal skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.

Bukittinggi,

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi pada siapapun,
baik laki-laki maupun perempuan pada segala umur, Resiko terkena hipertensi ini
akan semakin meningkat pada usia 50 tahun keatas, Hampir 90 % kasus
hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya, Bahkan pada sebagian besar
kasus hipertensi tidak memberikan gejala. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang berada diatas nilai normal
yaitu 120 mmhg untuk sistolik, 80 mmhg untuk diastolik. Penyakit ini merupakan
faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal,
dan stroke, apalagi dimasa sekarang pola makan masyarakat indonesia yang
sangat menyukai makanan berasa asin atau gurih terutama makanan cepat saji
yang memicu timbulnya kolesterol tinggi yang nantinya menjadi penyebab
penyakit hipertensi disamping karena adanya faktor keturunan ( Susilo dan
Wulandari, 2011)
Data World Health Organization (WHO) Tahun 2011, menunjukkan satu
milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi di
dunia akan terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29%
orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan
kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di
Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita Hipertensi( WHO, 2011).
Menurut American Heart Association ( AHA), penduduk Amerika yang berusia
diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta
jiwa, Namun Hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.(
Kemenkes, 2014)
Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada umur ≥ 18 tahun yang didapat
melalui jawaban pernah didiagnosis oleh dokter sebesar 8,4%, sedangkan yang
pernah didiagnosis dokter atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar
8,8%, jadi terdapat 0,4% penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak,
pernah didiagnosis hipertensi oleh dokter. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Nasional Prevalensi Hipertensi mencapai 34,1 %, pada umur ≥
18 tahun, Prevalensi terbesar meliputi Kalimantan Selatan 44,1 % dan Prevalensi
terendah adalah Papua 22,2 % ( Riskesdas, 2018), Prevalensi penderita hipertensi
di RSUD sarolangun dari bulan januari sampai dengan bulan desmber 2018 dipoli
penyakit Dalam adalah 1524 0rang, dan termasuk di sepuluh penyakit terbesar
yang ada di RSUD Sarolangun ( Medikal Record RSUD Sarolangun)
Hipertensi dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti
serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke apabila tidak ditangani dengan baik.
Hipertensi menjadi silent killer karena pada sebagian besar kasus tidak
menunjukkan gejala apapun hingga pada suatu hari hipertensi menjadi stroke dan
serangan jantung yang mengakibatkan penderitanya meninggal. Bahkan sakit
kepala yang sering menjadi indikator hipertensi tidak terjadi pada beberapa orang
atau dianggap keluhan ringan yang akan sembuh dengan sendirinya. Hipertensi
berbahaya karena berhubungan dengan kardiovaskuler, yaitu sistem peredaran
darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi
keseluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme.
(Kurniadi dan Nurrahmi, 2014).
Hipertensi adalah penyakit yang tidak memiliki gejala khusus ataupun
gejala khas, maka usaha pencegahan dan deteksi sejak dini sangatlah penting.
Dengan penanganan yang tepat, Hipertensi dapat diatasi secara tuntas.
Penanganan Hipertensi bisa secara medis dan non medis, seperti rekomendasi
JNC 7 ( The Seventh Joint National Committee) -Obat-obatan anti hipertensi
sebaiknya mulai diberikan pada pasien dengan hipertensi stadium 1. Diuretik atau
beta blocker lebih disukai pada awal pegobtan telah terbukti mengurangi
morbiditas dan mortalitas dan karena harganya murah, ACE ( angiotensin-
converting enzyme) inhibitors, angiotensin receptor blocker dan antagonis
kalsium juga efektif dan umumnya ditoleransi dengan baik, Tujuan awal
pengobatan hipertensi bukan untuk mencapai tekanan darah normal, tetapi lebih
pada mengurangi tekanan darah secara bertahap, karena bisa menimbulkan
hiperfusi cerebral jika rata-rata tekanan darah diturunkan > 40% pada 24 jam
pertama, ( Saputra, 2011)
Hipertensi juga bisa di obati dengan terapi nonmedis menggunakan bahan-
bahan alami yang ada dsekitar kita pengobatan seperti ini biasanya tidak
menimbulkan efek samping tetapi pengobatannya tidak bisa secara langsung ,
perlu sabar, ketelatenan dan manfaatnya baru akan kelihatan dalam jangka
panjang,Berikut ini adalah bahan-bahan alami yang sdh terbiasa dan terbukti
ampuh untuk mengobati hipertensi yaitu, Mengkudu disebut juga dengan Pace,
Daun salam, Rumput Laut, Mentimun, Temu hitam,Bawang putih,dan Jantung
pisang. Terapi medis dan non medis ini merupakan terapi yang digunakan untuk
mencegah komplikasi dP.an dapat mengontrol tekann darah(Susilo dan
Wulandari, 2011). Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi
hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, kurangnya pengetahuan
pasien tentang hipertensi dan kurangnya kesadaran pasien untuk menjaga pola
makan/ diit. (Alexander,dkk , 2014).
Hipertensi merupakan persoalan publik yang sering menjadi penyebab
utama kematian. Walaupun Indonesia belum termasuk negara maju, tetapi
hipertensi telah menjadi salah satu faktor penyebab kemataian yang terbesar dan
jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Ini adalah kenyataan yang sangat
menyedihkan. Usaha untuk memberikan pengertian dan kesadaran masyarakat
akan hipertensi terus-menerus dilakukan oleh dinas kesehatan dan instansi terkait.
Biasanya program ini sering dilabeli dengan “Peduli Hipertensi”yang bertujuan
untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya hipertensi yang siap menyerang
siapa saja (Susilo dan Wulandari, 2011)
Cara yang paling baik dalam menghindari komplikasi hipertensi adalah
dengan mengatur diet / pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan
lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi
alkohol dan rokok, perbanyak aktifitas fisik, dan mengurangi berat badan bagi
penederita yang mempunyai berat badan lebih. Permasalahan saat ini masih
ditemukan paisen hipertensi yang tidak patuh trehadap diet nya, Kepatuhan pasien
ditentukan oleh beberapa faktor yang mendukung yaitu : Pendidikan yang terdiri
dari pengetahuan,sikap dan tindakan, Akomodasi, modifikasi faktor lingkungan
dan sosial, perubahan model terapi, dan ada juga faktor yamg mempengaruhi
yaitu : pemahaman tentang interaksi, tingkat pendidikan,kesakitan dan
pengobatan,keyakinan sera dorongan keluarga.(Susilo dan Wulandari, 2011)
Kepatuhan merupakan hal yang mendasar dan harus ada dalam program
pengobatan yang efektif dan tepat waktu, didalam pencapaian kepatuhan dalam
pengobatan hipertensi diberlakukan partisipasi aktif pasien didalam merawat
kesehataannya, mencari informasi tentang penanganan penyskit dari dokter,
melakukan program diet dan perubahan gaya hidup (Gardner dalam Sartika,2017).
Diet bagi penderita hipertensi adalah untuk membantu menurunkan
tekanan darah dan mempertahankannya menuju normal. Disamping itu, diet juga
ditujukan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang
berlebih,tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Mengatur
menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari
dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolestrol darah serta
meningkatkan tekanan darah (Kurniawan dalam Sartika, 2017)
Berdasarkan paparan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Diet dengan Kepatuhan Diet
Penderita Hipertensi di RSUD, Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Sarolangun Tahun
2019”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan kepatuhan diet penderita
hipertensi di RSUD Prof. DR.H.M.Chatib Quzwain Sarolangun?”.

1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanaya
hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan kepatuhan diet
penderita hipertensi di RSUD Prof. DR. H.M. Chatib Quzwain
Sarolangun Tahun 2019
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang diet
responden di RSUD Prof. DR.H.M. Chatib Quzwain
Sarolangun Tahun 2019
1.3.2.2 Untuk menghetahui Kepatuhan diet pada responden di
RSUD Prof. DR. H.M. Chatib Quzwain Sarolangun Tahun
2019.
1.3.2.3 Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Diet dengan kepatuhan Diet Penederita Hipertensi di RSUD
Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Sarolangun Tahun 2019.

1.4 ManfaatPenelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan pengetahuan dan
menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti karena dapat
secara langsung meneliti masalah yang sering terjadi dilokasi kerja dan
dapat menemukan penyebab utama dari penyakit secara spesifik dan dapat
melakukan penanganan yang tepat pada pasien.
2. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan
sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya, dan dapat digunakan sebagai
sumber pengetahuan tambahan dalam ilmu kesehatan pada umumnya dan
ilmu keperawatan pada khususnya
3. Bagi responden
Menambah pengetahuan dan motivasi dalam menjalani diet bagi pasien
penderita hipertensi dengaan cara mengtur pola makan.
4. Bagi lahan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Rumah
Sakit PROF.DR.H.M Chatib Quzwain dan meningkatkan pelayanan
dengan memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada
pasien
5. Bagi Profesi keperawatan
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan, merencanakan tindakan dalam bentuk-
bentuk penyuluhan / pendidikan kesehatan kepada pasien.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Defenisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan


darah seseorang berada diatas angka normal yaitu 120 / 80 mmHg,
Hipertensi berarti tekanan darah didalam pembuluh darah meningkat,
Pembuluh darah pembuluh darah yang dimaksud adalah pembuluh
darah-pembuluh darahyang mengangkat darah dari jantung yang
memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh..
Hipertensi juga didefenisikan sebagai suatu kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan resiko kesakirtan ( morbiditas) dan kematian
(mortalitas). Penyakit ini dikategorikan sebagai silent killer desease
karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya, karena hipertensi diketahui
ketika sudah parah yang dapat memicu stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan penyebab utama terjadinay gagal ginjal (Susilo dan
Wulandari, 2011)
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia
dan jenis kelamin, yaitu sebagai berikut :
a. Pria berusia < 45 tahun dikatakan hepertensi bila tekanan darah

pada waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg.

b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan

darahnya > 145/95 mmHg

c. Wanita, Hipertensi bila tekanan darah ≥160/95 mmHg

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain Faktor

genetik, Umur,Jenis kelamin, kegemukan, nutrisi,merokok, narkoba,


Alkohol, kafein, kurang berolahraga, dan kolesterol tinggi (Susilo

dan Wulandari, 2011). Hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor

psikologis, karena sebagian besar orang yang memiliki riwayat

hipertensi terlihat memiliki tekanan (stress) dalam hidupnya, baik

mengenai keluarga, keuangan dan hal-hal yang menjadi faktor

pemicu lainnya , Stress merupakan salah satu faktor psikologis yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2.1.2 Anatomi Jantung

Jantung terdiri atas 4 ruang yaitu Bilik kiri, Serambi kiri, Bilik
Kanan dan serambi kanan. Masing- masing sisi ruang terhubung satu
sama lain ; Bilik kiri terhubung dengan serambi kiri, bilik kanan
terhubung dengan serambi kanan. Antara ruang jantung kanan dan kiri
dipisahkan oleh sekat yang sangat kokoh,yang sangat berguna agar
darah yang ada serambi dan bilik kiri tidak tercampur dengan darah
yang di serambi dan bilik kanan.
Darah yang ada pada jantung bagian kiri merupkan darah yang
berasal dari paru-paru sehingga darah ini kaya akan oksigen. Darah ini
di alirkan ke serambi kiri,kemudian dipompa menuju bilik kiri, dan
akan dipompa keseluruh tubuh, saat itulah sel-sel akan mendapatkan
makanan dan oksigen yang dibutuhkan untuk beraktivitas. Setelah itu
darah yang berasal dari seluruh tubuh akan di kembalikan kejantung
melalui serambi kanan kemudian dipompa ke bilik kanan untuk
diteruskan ke paru paru untuk di bersihkan dan akan mendaptkan
oksigen yang tinggi sehingga menjadi darh bersihnyang akan menuju
ke serambikiri jantung.(Kurniadi dan Nurrahmi,2014)

a. Tepi kanan terletak antara iga ketiga dan keenam sepenjang tepi
kanan sternum
b. Tepi kiri terletak antara iga ketiga dan keenam antar linea
midklavikula dan tepi kiri sternum
c. Apeks terletak pada sela iga kelima,linea midklavikularis. Normal
titik impuls maksimal ( PMI) terba disini.
d. Arkus aorta terletak setinggi insisura sternum sesuai dengan
setinggi vertevra T2
e. V kava superior ( SVC) memasuki atrium kanan setinggi iga
ketiga
f. Lapisan Jantung
- Endokardium adalah lapisan terdalam dan kontak langsung
dengan darah darah dalam ruang jantung.
- Miokardium adalah lapisan tengah yang tersusun dari miosit,
lapisan ini bertanggung jawab untuk pemompaan darah
melewati jantung.
- Perikardium tersusun dari 2 lapisan yaitu :
a. Perikardium fibrosa merupakan jaringan penymbung
b. Perikardium serosa, lapisan ini terdiri dari lapisn parietalis
dan lapisan viseral ( TAO.L, 2014)
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1

Klasifikasi Tekanan Darah ( Hipertensi) Pada Orang Dewasa Yang


Ditemukan Oleh The Joint National Committe On Detection,
Evaluation, Treatment Of High Blood Pressure

Klasifikasi Sisitolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normotensi < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

HT derajat 1 (Ringan) 140-159 90-99

HT derajat 2 (Berat) ≥160 ≥100

Sumber (Kusumabrata dkk, 2015)

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi utama ( primary hypertension )


Merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
primer atau hipertensi utama yaitu hipertensi atau peningkatan tekanan
darah tidak diketahui penyebabnya ( idiopatik ). Hipertensi utama
berkembang hanya pada kelompok-kelompok atau masyarakat
mempunyai masukan garam yang cukup tinggi. Faktor genetik juga
dioerkirakan mejadifaktor penyebab yang menonjol dalam
pengembangan hipertensi utama.
b. Hipertensi Sekunder ( secondary hypertension)
Merupakan 5% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder yang di defenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
karena suatu kelainan sfesifik pada salah satu organ atau sitem tubuh
seperti penyakit ginjal atau ganguan tiroid. (dr. Yekti dan Ari, 2011)
Menurut WHO (2012), mengolongkan hipertensi berdasarkan
umur dalam tiga kriteria, yaitu :
a. Kelompok umur 20-29 tahun, tekanan darah > 150/90 mmHg
b. Kelompok umur 30-64 tahun, tekanan darah > 160/95 mmHg
c. Kelompok umur > 65 tahun, tekanan darah > 170/85 mmHg

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(Curah Jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output
diperoleh dari perkalian antara stoke volume dengan heart rate.
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankantekanan darah antara lain sistem baro reseptor arteri,
pengaturan volumecairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi
jugadalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini
memonitor derajattekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan
peningkatan tekanan arteri melelui mekanisme perlambatan jantung
oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan
penurunan tonus otot simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol
sirkulasi meningkatkan arteri sistemik bilatekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bilatekanan
baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal pada
hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-
setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara
tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri
sistemik.Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan
darah meningkatmelalui mekanisme fisiologi kompleks yang
mengubah aliran balik venake jantung dan mengakibatkan
peningkatan curah jantung. Bila gunjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah. kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan
pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akanmeningkatkan
tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang
bertindak substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I,
yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi
bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin
II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh
darahdan merupakan makanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron.Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama
padaaldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem
saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting
ataupenghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatantekanan darah.
Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan
darahtinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan
tekananarteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun
demikian,sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar
renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien
hipertensiesensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah
pada organ-organvital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia
medial (penebalan)arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah
menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan
kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke,
gagal jantung, dan gagal ginjal.
Auteregulasi vaskular merupakan mekanisme lain lain yang
terlibat dalam hipertensi.Auteregulasi vaskular adalah suatu proses yang
mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika
aliranberubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan
vaskulardan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan
meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran.
Auteregulasivaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam
menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang
berkembang secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna
biasanya memiliki sebagai gejala-gejala morning headaches,
penglihatan kabur, dan sesak napas dan dispnea, dan/ atau gejala
uremia. Tekanan darah diastolik >115mmHg, dengan rentang tekanan
diastolik antara 130-170 mmHg.Hipertensi maligna meningkatkan
risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri,dan stroke.(Udjianti, 2011).
2.1.5 Etiologi
2.1.5.1 Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial sebagai berikut :
2.1.5.1 Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi,beresiko tinggi untuk mendapatkan
penyakit ini.
2.1.5.2 Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan
wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
2.1.5.3 Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
2.1.5.4 Berat Badan : Obesitas ( >25 % diatas BB ideal ) dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi
2.1.5.5 Gaya Hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap
2.1.5.2 Hipertensi Sekunder
Faktor pencetus munculnya hpertensi sekunder antara lain :
2.1.5.2.1 Penggunaan obat kontrasepsi hormonal ( Esterogen) Oral
kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan
hipertensimelalui mekanisme renin aldosteron mediated
volume expansion.Dengan penghentian oral kontrasepsi,
tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan
2.1.5.2.2 Penyakit Parenkim dan Vaskular Ginjal Merupakan
penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke
ginjal.
2.1.5.2.3 Gangguan Endokrin, Disfungsi medula adrenal atau
korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenal mediated hypertension disebabkan kelebihan
pimer aldosteron, kortisol dan katekolamin.
2.1.5.2.4 Coarctation Aorta, Merupakan penyempitan aorta
kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada
aorta torasik atau aorta abdominal.,Neurogenik : tumor
otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik
2.1.5.2.5 Kehamilan, Luka Bakar, Peningkatan volume intra
vaskuler,Merokok ( Udjianti, 2011)

2.1.6 Gejala
Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk
hipertensi dan sering disebut “ silent killer”. Pada kasus hipertensi
berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala ( rasa berat
ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur, atau
ganda tinitus ( telinga berdengung), serta kesulitan tidur ( Udjianti,
2011)
2.1.7 Komplikasi
a. Gangguan Penglihtatan
b. Gangguan saraf
c. Gagal Jantung
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Gangguan serbral (otak)yang mengakibatkan kejang dan
pendarahn pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma ( Dessy,
2015 diadopsi dalam skripsi)
2.1.8 Pencegahan Hipertensi
2.1.8.1 Pola Makan Sehat, makan makanan yang mengandung kalori
dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan kita, Ada
beberapa faktor yang dijadikan panduan bagi penderita
hipertensi yaitu :
a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari
b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium
dan kalsium.
c. Hindari minuman beralkohol
d. Makan sayur dan buah- buahan yang berserat tinggi seperti
sayuran hijau, pisang tomat, wortel. Melon dan jeruk
e. Kendalikan kadar kolesterol kita, kurangi makanan yang
mengandun lemak jenuh
f. Kendalikan diabetes jika kita juga menderita diabetes
g. Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan
darah
h. Tidur yang cukup setiap hari antara 6-8 jam
i. Konsumsi minyak ikan
j. Puasa secara Rutin
2.1.8.2 Pola Hidup Sehat
a. Melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan
tekanan darah tinggi
b. Jalankan terapi anti stress agar mengurangi stress dan kita
mampu mengendalikan emosi secara stabil
c. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi
hipertensi
d. Mendekatkan diripada Allah SWT, sehungga jika ada
persoaln besar tidak langsung emosi tinggi
e. Mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan
(Susilo dan Wulandari, 2011)
2.1.9 Penatalaksnaan Hipertensi
2.1.9.1 Pengobatan secara medis
a. Golongan Diuretik lebih disukaipada awal pengobatan karena
telah trebukti mengurangi morbiditas dan mortaltasdan
karena harganya murah
b. ACE (Angiotensin-converting enzyme) inhibitors,
angiotensin, reseptor blocker dan antagonis kalsium juga
efektif dan umumnya ditoleransi dengan baik
c. Hemat kalium terdiri dari amilorid, spirinilakton
d. Penghambat simpatetik, seperti metildopa reserpin dan
klonidin
e. Beta bloker, Obat jenis ini bekerja dengan menurnkan daya
pompa jantung contoh obatnya : metoprolol, propanolol dan
atenolol
f. Vasodilator, obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos
g. Antagonis Kalsium, Obat ini bekerja dengan menurunkan
daya pompa jantung, contoh obatnya ,nifedipin, verapamil
h. Penghambat reseptor angiotensin II
Obat ini bekerja dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang dapat
mrnagkibatkan ringannya daya pompa jantung.
2.1.9.2 Pengobatn non medis
Penatalaksannan hipertensi ( kemenkes 2014) dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan mengubah
pola hidup sehat dan pola makan sehat / diet sehat, yaitu :
a. Membatasi asupan garam,menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman
beralkohol.
b. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit
dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup
istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan
serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
c. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
d. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
e. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
f. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
g. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging
merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
h. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandunggaram natrium.
i. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti
durian, tape. Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan,
yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan
yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan
rendah serat mulai menjamu terutama di kota-kota besardi
Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko
terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya
hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi
dapat dihindarkan.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, asa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang ( Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan dan kognitif merupakan hal yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh
pengetahuan akanlebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan menurut Nadler
didefenisikansebagiproses belajar manusia mengenai kebenaran
atau jalan yang benar secara mudahnya mengetahui pa yang harus
diketahui untuk dilakukan (Arikunto dalam Dessy , 2015).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan kepatuhan
dalam menjalankan diet bagi penderita hipertensi, Jika tingkat
pengetahuan pasien tinggi maka besar kemungkinan kepatuhan
dalam menjalankan diet pun akan lebih bagus.
1. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai ingatan akan suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan dan menginterprestasikan objek atau materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek
kedalam bagian-bagian kecil, tetapi masih dalam struktur
objek sebelumnya dan saling berkaitan.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk yang baru atau kemapuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
sudah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), Faktor –faktor
tersebut adalah :
a. Pengalaman
Pengalaman yang yang didapatkan oleh seseorang berasal
daripengalam pribadi atau pengalamn oraglain.
b. Pendidikan
Faktor pendidikan memberikan wawasan yang baru kepada
seseorang. Secara umum orang yang memiliki tingkat
pengetahuan danwawasan yang luas dibandingkan dengan
orang yang tingkat pendidikannya rendah
c. Keyakinan
Keyakinan bersifat turun temurun yang kadang tanpa
pembuktian sebelumnya yang biasa mempengaruhi tingkat
pendidikan seseorang.
d. Fasilitas
Fasilitas dapat menjadi sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya Televisi,
koran, dll.
e. Penghasilan atau ekonomi
Secara tidak langsung penghasilan yang didapat
memungkinkan seseorang memperoleh fasilitas untuk
menambah pengetahuan mereka
f. Sosial budaya
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari
subjek peneliti atau responden . Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tinkatan-tingkatan diatas.( Notoatmodjo dalam Dessy 2015)
Menurut Nursalam, (2011)dalam mebuat kategori tingkat
pengetahuan bisa juga dikelompokkan yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat Pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
b. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤
50%
4. Pengetahuan Pasien Tentang diet Hipertensi
Pengetahuan merupakan tingkat prilaku pasien dalam
melaksanakan pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan maupun orang lain.
Pengetahuan yang harus dimilki oleh pasien hipertensi
meliputi arti hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang
ditimbulkan pada hipertensi dan pentingnya melakukan
pencegahan dengan diet serta bahaya dari komplikasi
hipertensi. Pengetahuan tentang hipertensi dapat diperoleh dari
pelayanan kesehatan, seperti media massa, televisi, surat kabar
dan sebagaimya ( Hananditia, 2016). Pengetahuan yang baik
tentang hipertensi dapat memotivasi pasien untuk berpartisipasi
dalam memodifikasi gaya hidup yang lebih sehat ( Fenny,
2016), Semakin tinggi tingkat pendidikan orang terseut maka
pengetahuan nya akan semakin baik. Ketika tingkat
pengetahuan seseorang baik maka selurruh informasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan tentang diet hipertensi akan
diterima dan di serap dengan baik.Pengetahuan tentang diet
hipertensi dapat digunakan sebagai dasar untuk berprilaku
hidup sehat termasuk dalam diet hipertensi secara ketat.
Pengathuan yang baik dapat menimbulkan persepsi terhadap
pentingnya diet hipertensi dan mengaplikasikan dalam prilaku
diet agar tekanan darah dalam kodisi stabil ( Putri, 2014 ).
2.3 Kepatuhan
2.3.1 Pengertian
Kepaatuhan adalah suatu perubahan prilaku dari prilaku
yang tidak mentaati peraturan ( Notoadmodjo dalam astuti 2014).
Kepatuhan adalah sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang di berikan oleh professional kesehatan.
2.3.2 Jenis kepatuhan
a. Kepatuhan penuh
Dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara
sungguh-sungguh terhadap diet
b. Penderita yang tidak patuh
Dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet
hipertensi
2.3.3 Faktor- faktor yang mendukung kepatuhan, Beberapa faktor yang
mendukung sikap patuh :
2.3.3.1 Pendidikan
Merupakan suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan ke
pribadian atau proses perubahan prilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan kehdupan manusia dengan
jalan membina dan mengembangkan potensi
kepribadiannya, yang berupa jasmani dan rohani. Domain
pendidikan dapat diukur dari :
a. Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
b. Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang
diberikan
c. Praktek atau tindakan sehubungn dengan materi yang
diberikan
2.3.3.2 Akomodasi, suatu uasaha harus dilakukan untuk memahami
ciri kepribadian pasienyang dapat mempengaruhi
kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan secra aktif
dalam program pengobatan
2.3.3.3 Modifikasi faktor lingkungan dan sosial, membangun
dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat
penting, kelompok pendukung dapat dibentuk unruk
membantu memahami kepatuhan terhadap program
pengobatan
2.3.3.4 Perubahan Model Terapi, program pengobatan dapat dibuat
Sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam
pembuatan program tersebut.

2.3.4 Faktor-faktor yang memepengaruhi kepatuhan


2.3.4.1 Pemahaman tentang Instruksi
Tidak seorangpun mematuhi instruksi jika dirinya salah
paham tentang instruksi yang diberikan.
2.3.4.2 Tingkat Pendidikan, Tingkat pendidikan pasien dapat
meningkatkan kepatuhan

2.3.4.3 Kesakitan dan pengobatan, prilaku kepatuhan lebih rendah


untuk penyakit kronis,
2.3.4.4 Keyakinan, sikap dan kepribadian, kepribadian antara orang
yang oatuh dan yang gagal berbeda.
2.3.4.5 Dukungan keluarga, dukungankeluarga dapat menjadi faktor
yang berpengaruh dalam menetukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu
2.3.4.6 Tingkat Ekonomi, merupakan kemampuan finansial dalam
memenuhi segala kebutuhan hidup
2.3.4.7 Dukungan sosial, keluarga dan teman mengurangi ansietas
yang disebabkan oleh penyakit tertentu.

2.4 Kerangka Teori


Patuh
Hipertensi menjalankan
diet

Pengetahuan tentang Kepatuhan


Tidak
diet menjalankan diet
patuh
menjalanka
n diet
1 .Pengalaman 1.Pemahaman tentang
instruksi
2.Pendidikan
2.Tingkat Pendidikan
3 Keyakinan
3. Kesakitan dan
4.Fasilitas pengobatan

5 Pengahsilan atau 4.Keyakinan sikap dan


ekonomi kepribadian

6.Sosial Budaya 5.Dukungan keluarga

6. Tingkat ekonomi

7.Dukungan sosial
BAB III
METODE PENELITTIAN

1.1 Kerangka Konsep


Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain, atau antara variabel
satu denagn variabel yang lain, dari masalah yang akan diteliti. Oleh
Karena itu, konsep tidak dapat diukur, maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variabel-variabel. Dari vaiabel-variabel itulah konsep
dapat diamati dan diukur ( Notoatmodjo, 2012).

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Kepatuhan Diet


Pengetahuann
1. Tingkat 1. Baik
Pengetahuan 2. Kurang Baik
Kurang persentase
≤50%
2. Tingkat
pengetahuan Baik
> 50%
( Nursalam, 2011)

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara


peneliti, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha = Adanya Hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan keptauhan


diet penderita hipertensi di RSUD Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain
tahun 2019.
Ho = Tidak adanya Hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan
kepatuhan diet penderita hipertensi di RSUD Prof.DR.H.M. Chatib
Quzwain tahun 2019.

3.3 Defenisi Operasional


Menurut Notoatmodjo (2010) defenisi operasionl variabel penelitian
adalah batasan variabel untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian
variabel-variabel yang diamati/ diteliti. Defenisi operasional dari setiap
variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Variabel Defenisi Alat Cara Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independe Segala sesuatu Kuisi Kuisione Ordin 1= kurang baik
nt yang diketahui oner r diisi al nilainya ≤ 50
Tingkat oleh responden oleh
%
Pengetahu tentang diet responde
2= baik nilainya
an Pasien hipertensi / hal- n
> 50 %
tentang hal yang dapat
(Nursalam, 2011)
diet menyebabkan
hipertensi terjadinya
hipertensi

Dependent Semua hal Kuisi Kuisione Ordin 1. Baik


Kepatuhan membuat pasien oner r diisi al 2. Kurang
patuh oleh Baik
diet
menjalankan responde
diet seperti n
1. Mengontrol
TD
2. Tidak
mengkonsum
si makanan
yg berlemak
3. Mengkonsum
si buah dan
sayur
3.4 Desain Penelitian, Populasi, dan Sampel
3.4.1 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang
sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan
maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu
hasil. Dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan penelitian ( Nursalam, 2011). Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian
korelasional dengan pendekatan cross-sectional adalah jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukur atau observasi dari
variabel independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat,
artnya setiap subjek penelitian hanya diobervasi sekali saja dengan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atatu variabel
subjek pada saat pemeriksaan ( Notoadmodjo, 2012)
3.4.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah adalah subjek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan ((Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien hipertensi yang berkunjung ke poli interne RSUD
Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Saroalngun dari bulan juli sampai
dengan Desember tahun 2018
3.4.3 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan
diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoadmodjo,
2012). Sampel dalam penelitian ini pasien yang menderita
hipertensi sudah minum obat dengan usia 45 tahun keatas,yang
berkunjung ke Poli Peyakit Dalam RSUD Prof.DR.H.M. Chatib
Quzwain Sarolangun, dari bulan April sampai bulan Mei 2019
Dengan menggunakan rumus Slovin ( Sani, 2016)
N
n=
1 + N (d²)
695
n= = 252
1+ 685 ( 0,05 x 0,05)
Keterangan
n = Jumlah sampel
N =Jumlah Populasi (685)
d = Derajat kepercayaan ( umumnya digunakan, 1%, 5%, 10%)
3.4.3.1. Adapun krieteria inklusi sampel adalah sebagai berikut :
 Pasien hipertensi yang berusia ≥45 tahun,sudah
minum obat
 Bersedia menjadi responden
 Dapat membaca dan berkomunikasi
 Berada ditempat ketika dilakukan penelitian
 Tidak ada gangguan komunikasi ( Notoatmodjo,
2012)
3.4.3.2 Adapun kriteria eksklusi sampel adalah
 Penderita Hipertensi dengan komplikasi
Penelitian ini direncanakana akan dilakukan pada bulan
April sampai Mei 2019. Tempat penelitian Poli Interne RSUD
Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Sarolangun, Provinsi Jambi.

3.5 Etika Penelitian


Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan
dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
3.5.1 Prinsip manfaat
3.5.1.1 Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada responden, khususnya jika menggunakan tindakan
khusus.
3.5.1.2 Bebas dari eksploitasi
Partisipasi responden dalam penelitian harus dihindari dari
kedaaan yangtidak menguntungkan.
3.5.1.3 Resiko
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada respondenpada setiap
tidakan ( Nursalam, 2011).
3.5.2 Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia
3.5.2.1 Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden
3.5.2.2 Responden Harus dilakukan secara manusiawi
3.5.2.3 Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan
3.5.2.4 Seseorang peneliti harus memberika penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada suatu yang terjadi kepada
responden
3.5.2.5 Lembar Persetujuan
Tahap ini peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan dari penelitian. Jika responden setuju maka peneliti
membrika lembar persetujuan.
3.5.3 Prinsip Keadilan
3.5.3.1 Hak Untuk mendapatkan pebngobatan yang adil. Responden
harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau
dikeluarkan dari penelitian.
3.5.3.2 Hak dijaga Kerahasiaannya
Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus di rahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa
nama dan rahasia.
3.6 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kuisioner. Kuisioner penelitian terdiri dari 2 yaitu :
Tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet, data ini berupa
kuisioer
Responden menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih
jawaban yang sudh tersedia sesuai degam keadaan sebenarnya
responden.

3.7 Prosedur Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan
tingkat pengetahuan tentang diet dengan kepatuhan diet penderita
hipertensi di Poli Interne RSUD Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain
Sarolangun, Provinsi Jambi.

3.7.1 Data Primer


Data primer didapat dengan membagikan angket kepada
responden yang berkunjung ke poli interne RSUD Prof.DR.H.M.
Chatib Quzwain Sarolangun, Provinsi Jambi.

3.7.2. Data Sekunder


Data penunjang atau pelengkap yang diambil dari medical
record yang meliputi jumlah pasien penderita hipertensi yang
berkunjung ke poli Interne RSUD Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain
Sarolangun, Provinsi Jambi.
3.8 Pengolahan Data
Cara Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo ( 2012) setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah
dengan langkah-langkah sebgai berikut :
3.8.1 Editing
Proses editing dilakukan setelah kuisionerterkumpul. Editing data
dilakukan dengan pemeriksaan kelengkapan, kesinambungan dan
keseragaman data.
3.8.2 Koding
Proses koding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data,
semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan simbol-
simbol tertentu untuk setiap jawaban ( pengkodean)
3.8.3 Tabulasi Data
Jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode ( angka
atau huruf) Dimasukkan kedalam program komputer.
3.8.4 Cleaning
Pada tahap akhir dari pengolahan data yaitu membersihkan kembali
terhadap ketetapan didalam memasukan data kemaster tabel (
Notoatmodjo, 2012)

3.9 Analisis Data


Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah kemudian dianalisis dengan
menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai narasi. Adapun analisis data meliputi :
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran deskriftif dari
data-data yang dikumpulkan. Analisa dilakukan pada setiap variabel
yang diukur dalam penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara 2 variabel yaitu apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang diet dengan kepatuhan diet pada hipertensi. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian uni adalah uji Chi Square.Uji ini digunakan
untuk melihat ada tidak nya hubungan proporsi yang bermakna antara
distribusi frekuensi yang diharapkan dengan derajat kepercayaan 0,05
bila p value kurang dari 0,05 maka secara statistik disebut tidak
bermakna berarti tidak ada hubungan yang bermakna ( Ho dietrima)
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Devita I. (2014). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet


Hipertensi Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi, 2014
Kemenkes. (2018). Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional , Tahun 2018
Kemenkes. (2014). Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI, Tahun 2014
Kurniadi & Nurrahmi. (2014). Stop Diabetes, Hipertensi, Kolesterol Tinggi,
Jantung Koroner, Yogyakarta : Istana Media.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Udjianti, Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta : Salemba
Medika
RSUD Kabupaten Sarolangun Tahun 2018
Saputra, L. (2011). Intisari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : Binarupa Aksara
Sartika, Eva D. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan entang Diet Denagn
Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan
Susilo & Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi, Yokyakarta : Andi
TAO. L, & Kendall. K. (2014). Sinopsis Organ Sistem Kardiovasklar. Pamulang :
Karisma Publishing Group.
Wati, S Puspita. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Prilaku Diet
Pada Pasien Hipertensi DiWilayah Kerja Puskesmas Jenggawah
Kabupaten Jember. Tahun 2018
Yessi. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi DiWilayah Kerja
Puskesmas Perkotaan Rasinmah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun
2014. Skripsi Tidak Dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai