Anda di halaman 1dari 41

BLOK REPRODUKSI

SKENARIO 2
KEHAMILAN

KELOMPOK A-2

Ketua : Fajar Pambudi 1102014090


Sekretaris : Mahesa Kurnianti Putri 1102016108
Anggota : Angga Rizki Oktavian 1102015022
Ayunda Maharani Syahrizal 1102016037
Azizah 1102016040
Dinda Maharani Augusmiadoni 1102016056
Ibnu Hakim Ansori Nasution 1102016085
Maya Aulia Marsam 1102016113
Melsya Halim Utami 1102016118

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018

Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


Telp. 62. 21.4244574 Fax. 62.21.4244574
KEHAMILAN
Seorang pasien 27 tahun, G1P0A0H0 datang ke RSUD pada tanggal 12 September
2014 dengan keluhan keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu tanpa
disertai mules. Pasien mengaku HPHT 15 Desember 2013. Pasien belum pernah memeriksakan
kehamilannya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, hanya
konjungtiva yang ditemukan anemis. Pad apalpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri
32cm, his masih hilang timbul. Dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, medial
pembukaan 1-2 cm, selaput ketuban (-), sisa jernih, kepala H1-2. Pada pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan Hb 9,2 gr%. Direncanakan dilakukan induksi persalinan.
Pasien mengaku saat ini sedang berpuasa Ramadhan dan bertanya apakah puasanya boleh
diteruskan atau tidak.

1
KATA SULIT
1. HIS: Kontraksi ritmi otot polos uterus yang dapat diraba dan menimbulkan
pembukaan serviks
2. Induksi Persalinan: Suatu stimulasi mulainya proses persalinan dari tidak adanya
tanda-tanda persalinan sampai adanya tanda persalinan
3. Kepala H1-2: Kepala janin sudah masuk Hodge 1-2 dimana H1 setinggi PAP dan H2
setinggi bawah simfisis pubis
4. Selaput ketuban: Lapisan yang membunngkus amnion

2
BRAINSTROMING
1. Mengapa HIS hilang timbul?
2. Mengapa dilakukan induksi persalinan?
3. Berapa kadar HB normal pada ibu hamil?
4. Berapa usia kehamilan pasien? Perkiraan partus?
5. Apa penyebab dan dampak keadaan anemis ibu terhadap kehamilan?
6. Apa boleh puasa dilanjutkan pada pasien?
7. Bagaimana cara induksi persalinan?
8. Mengapa selaput ketuban negatif?
9. Bagaimana pandangan islam puasa pada ibu hamil?
10. Kapan waktu normal ketuban pecah?
JAWABAN
1. Keadaan ibu anemis dan tenaga untuk kontraksi lemah karena masih pembukaan satu
2. Karena takut janin terkena infeksi akibat ketuban pecah
3. – Trisemester 1 dan 3 berkisar 11gr%
– Trisemester 2 berkisar 10,5gr%
4. Usia kehamilan 36-37 minggu dengan perkiraan partus hari ditambah 7 (15+7= 22),
bulan dikurang 3 (12-3= 9), tahun disesuaikan. Perkiraan partus tanggal 22 September
2014
5. Akibat kurangnya nutrisi, tidak melakukan pemeriksaan rutin dsb. Dampaknya janin
dapat kekurangan oksigen , berat badan janin kurang dan meninggal
6. Tidak dianjurkan karena kondisi ibu tidak memungkinkan
7. Pemberian obat oksitosin untuk merangsang HIS
8. Karena ketuban sudah pecah
9. Boleh, jika tidak membahayakan
10. 37-40 minggu

3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan
1.1 Menjelaskan Fertilisasi, Nidasi, Pembentukan Plasenta
1.2 Menjelaskan Fisiologi Ibu Hamil dan Janin
2 Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal
2.1 Menjelaskan Mekanisme Persalinan Normal
2.2 Menjelaskan Tahapan dan Tindakan Persalian Normal
3 Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Anemia
3.1 Menjelaskan Dampak dari anemia pada kehamilan
3.2 Menjelaskan Klasifikasi anemia pada kehamilan
4 Memahami dan Menjelaskan Gizi
4.1 Menjelaskan Zat Gizi Ibu Hamil dan Janin (Pola Makan dan Pilihan makanan)
4.2 Menjelaskan Masalah Nutrisi pada Ibu Hamil
5 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Puasa Pada Ibu Hamil

4
HIPOTESIS
Keadaan anemis akibat kurangnya nutrisi dan tidak melakukan pemeriksaan secara rutin
dapat menyebabkan kontraksi hihlang-timbul dan pecah ketuban dini sehingga diperlukan
induksi persalinan. Dalam pandangan islam puasa pada ibu hamil boleh dilakukan asal tidak
membahayakan.

5
1. Memahami dan menjelaskan fisiologi kehamilan
1.1 Proses fertilisasi, implantasi dan plasenta
Proses fertilisasi
Terdapat konsep kapasitas yang merupakan proses perubahan sel spermatozoa yang baru
mengalami ejakulasi sehingga mampu melakukan fertilisasi. Kapasitas terdiri dari:
1. Kemaampuan melakukan reaksi akrosom
2. Kemampuan untuk melakukan ikatan dengan zona pelusida
3. Mendapatkan posisi hipermotilitas.
Kapasitas adaalah proses terjadi sejak memasuki kanalis servikalis untuk menghilangkan
penutup kepala spermatozoa yang berasal dari sperma dan membatasi gerak spermatozoa.

Pelepasan penutup membran plasma menyebabkan membran plasma menjadi kurang stabil
dengan lapisan luar akrosom sehingga dapat menyatu dan akan mempermudah pengeluaran
enzim seperti: hialoronidase, faktor neuramidase, pemecah komulus ooforus dan proteinase,
akron yang sangat berguna saat spermatozoa melakukaan penembusan ke ovum.
Diketahui bahwa protein zona pelusida mengeluarkan oosit dalam bentuk ZP-3, ZP-2 dan ZP-
1 dengan ZP-3 yang paling dominan.

6
Keberadaan komulus ooforus-korona radiata ovum mempunyai dua kepentingan yaitu
memudahkan kesempatan dari spermatozoa untuk kontak dengan ovum karena permukaan
korona radiata tidak rata, tetapi bergerigi akibat selnya yang tidak rata dan saat ditembus oleh
spermatozoa tidak mengeluarkan enzimnya sehingga tidak mengurangi kemampuan untuk
menembus ovum.
Spermatozoa setelah melewati korona radiata berikatan dengan ligand zona melalui ZP-3
sehingga akan menimbulkan reaksi akrosom dengan mengeluarkan enzim yang kompleks dan
berikatan dengan ZP-2 sehingga terdapat persiapan reaksi kortikal.
Pertemuan membran oosit dengan spermatozoa nantinya akan melebur menjadi satu. Dalam
proses ini, speematozoa mengeluarkan dua bentuk enzim protein, yaitu pH 20 bertindak
melakukan ikatan dengan pelusida, sedangkan pH 30 disebut fertilin bertindak melebur inti
spermatozoa dengan oosit. Menyatunya membran oosit dan spermatozoa menumbulkan
reaksi:
1. Terjadi proses meiosis lengkap menjadi haploid dan badan polar
2. Reaksi kortikal depolaeisasi zona pelusida mengeluarkan ion kalsium
Reaksi kortikal menyebabkan penebalan zoan pelusida dengan menginaktifkan ligand untuk
reseptor spermatozoanya. Dengaan demikian tidak akan terjadi polispermia.
Dengan bersatunya inti haploid spermatozoa dan inti haploid ovum, proses fertilisasi berakhir
dan diikuti dengan penataan kembali kromosom sehingga terbentuk gumparan kromosom
(pembelahan sel) dan terbentuk blastokista dengan inner sel dan trofoektoderm terjadi
implantasi.
Implantasi
Ovum yang keluar diarahkan menuju tuba uterus oleh fimbriae dan aliran cairan peritonium.
Normalnya , beeberapa jam setelah inseminasi, spermatozoa melewati serviks dan uterus
menuju tuba fallopi. Persiapan fertilisasi terjadi ketika sperma berenang menuju serviks dan
mencapai bagian tengah hingga distal tuba. Fertilisasi terjadi ketika spermatozoa menembus
ovum. Fertilisasi tidak lazim terjadi lebih dari 24 jam setelah ovulasi. Memang, bila hal itu
terjadi dapat menyebabkan kehamilan ektopik.
Ovum yang sudah dibuahi berkembang pesat menjadi blastokista melalui proses aposisi dan
membagi diri menjadi inner cell mass sebagai calon embrio dan trofoektoderm sebagai cikal
bakal plasenta. Telah mampu mengeluarkan human gonadotropin hormone sehingga korpus
luteum dapat bertahan sejak morula-blastula baru mempunyai sekitar 8-12. Telah dapat
mengeluarkan early pregnancy factor (EPF).
Dibutuhkan 3-4 hari untuk blastokista mencapai uterus. Hingga implantasi zigot mendapat
makanan dari sel granulosa dan cairan tuba. Implantassi tuba endometrium terjadi 5-6 hari
kemudian. Upaya blastokis menempel pada endometrium terjadi proses pinopodes yaitu
terjadi semacam penyerapan cairan endometrium oleh sel mikrovili endometrium sehingga
blastokis tertarik untuk bersentuh.Tempat implantasi yang paling sering adalah fundus
anterior dan posterior.
Perubahan pada endometrium dijumpai paling sedikit terdapat sitokin (bahan yang dapat
merangsang proses pembelahan sel), di antaranya:

7
a. Colony stimulatting factor (CSF-1) dijumpai juga pada blastokis
b. Leukimia inhibitory factor (LIF)
c. Interleukin-1 (IL-1)
Kekuraangan atau hilangnya faktor tersebut dapat menggagalkan implantasi. Diduga bahwa
perubahan pertama pada maternal adalah meningkatnya permeabilitas kapiler dekat
implantasi karenas blastokis dapat mengubah dan berikatan dengan heparin binding
epidermal growth factor (HB-EGF). Dengan ikatan ini akan terjadi pertumbuhan
trofektoderm dan membuat lubang zona pelusida makin besar sehingga pertumbuhan
trofoblas makin nyata dan dapat melakukan invasi.
Blastokis melalui trofektoderm mengadakan ikatan dengan bahan ekstraseluler (terutama
lamini dan fibronectin) sehingga dapat berikatan (melekat) dengan sel pelekat terutama
integrin dan diikuti invasi. Tertumpuknya integrin yang berasal dari blastokis pada saat
implantasi sehingga adhesi antara blastokis dengan endometrium dapat berlangsung dan
selanjutnya diikuti invasi trofoblas sel.
Setelah invasi, nutrisi berasal dari ekstraseluler matriks dan sel endometrium karena
trofektoderm telah memiliki kemampuan melakukan tugas mencari nutrisi. Invasi
berlangsung terus sehingga pada hari ke-12 pembuluh darah vena mulai terbuka sehingga
terjadi pemberian nutrisi dari ektraseluler matriks dan darah vena.
Pada hari ke-14 telah terjadi destruksi pembuluh darah arteri sehingga mulai terjadi aliran
retroplasenta, dengan ini nutrisi mulai diambil alih oleh fungsi plasenta.
Korion, lapisan pelindung ovum terfertilisasi yang sedang berkembang, memiliki lapisan
ektoderm luar (trofoblas). Trofoblas berkembang menjadi dua jenis jaringan: plasmotrofoblas
di bagian luar menyatu tetapi berdiferensiasi dan sintrofoblas yang berbeda pada bagian
dalam (striae langhans). Trofoblast menghasilkan enzim proteolitik yang mampu melakukan
destruksi endometrium bahkan miometrium dengan cepat. Hal tersebut memungkinkn zigot
untuk mengikis stratum fungsional endometrium dengan cepat tetapi tidak melampaui
stratum kompaktum. Invasi yang lebih dalam tidak akan terjadi bila terdapat pembentukan
lapisan fibrin berhialin (striae Nitabuch).
Seluruh hasil konsepsi mencapai ukuran yang cukup untuk mendesak desidua parientalis dan
menghilangkan ruang bebas dalam kavun uterus yang terjadi sekitar minggu ke-12.
Pembentukan plasenta
Pada hari ke-3 setelah fertilisasi morula telah mencapai kavum uteri dan pada zona pelusida
terbentuk ruangan eksoselum, makin tipis, ditembus sel trofoblast sehingga dengan bebas
terjadi kontak langsung pada endometrium. Kontak langsung sel trofoblas menimbulkan
rangsangan baru sehingga proses desidua berlangsung dengan cepat. Kontak langsung
blastokis dengan desidua berlangsung kompleks.
Villi korialis yang tertanam dn menanamkan diri tumbuh kembang terus sampai mencapai
desidual basalis yang disebut korion frundusum. Sedangkan yang tidak tumbuh karena
desiduanya tipis disebut korion leave. Invasi villii korialis dengan sel trofoblas, semua
melakukan destruksi ekstraseluler matrik sambil menyerap nutrisi yang diperlukan. Disini
sirkulasi retroplasenta awal dimulai.
Sirkulasi retroplasenta merupakan sirkulasi untuk pertukaran nutrisi, elektrolit, O² dan CO²,
membuang hasil metabolisme yang tidak berguna bagi janin dan memasukkan bahan-bahan

8
yang diperlukan. Dengan hal ini darah janin dan darah ibu yang berada dibelakang plasenta
tidak tercampur dan dibatasi oleh membran plasenta
Proses pematangan plasenta telah terjadi sejak kehamilan 28 minggu dan berlangsung terus
menerus sampai hamil aterm dengan tanda sebagai:
a. Terjadi penebalan membran
b. Terjadi penimbunan fibrin dan kalsium, pada vili korialis dan sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan oblitersasi pembuluh darah
c. Oblitersasi pembuluh darah menyebabkan infark kecil dab besar karena kekurangan
darah dan menambah timbunan kalsium.
Pematangan plasenta menimbulkan gangguan fungsi nya dan menurunkan pengeluaran
hormon sehingga dapat dimulai timbul kontraksi Braxton Hick yang pada gilirannya menjadi
kontraksi untuk persalinan.
Selama kehamilan plasentas sebagai sumber hormon kehamilan solah-olah menggantikan
fungsi hipofisis bahkan mungkin hipotalamus dan memicu hormon gonadotropin sehingga
semua metabolisme tubuh dapat ditingkatkan untuk tumbuh-kembangnya janin dalam rahim.
Sejumlah hormon yang dikeluarkan plasenta tertera pada tabel 4.2

1.2 Fisiologi janin dan perubahan fisiologi ibu hamil


A. Fisiologi janin
Sejak fertilisasi sel menerima nutrisi dari simpanan dalam sitoplasma ovum untuk tumbuh-
kembangnya.
Minggu pertama – 8 hari selepas proses persenyawaan berlaku, blastocyst (kini mengandungi
200 sel) merembeskan mukus untuk memberitahu kehadirannya di dalam rahim.

9
Minggu ke-2 – Blastocyst menggelembung dan sel-sel mula berkembang dan terbahagi kira-
kira 2 kali sehari sehinggalah pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu
blastocyst terpaut atau disauh dengan kukuh pada endometrium.
Minggu ke-3 – Saiz embrio terbentuk dan saiznya hanyalah sepanjang 0.08 inci/2 mm. Gen
janin mula hendak membentuk dalam 3 lapisan benih (sel) daripada organ badan yang akan
bergabung.
Minggu ke-4 - Janin sudah mulai membentuk struktur asas manusia dimana sel-sel mula
bergabung dan pada masa itu embrio sudah mulai memanjang kira-kira 1/4 inci (6 mm =
sebesar biji tembikai). Pada masa ini sudah kelihatan pembentukan otak dan tulang belakang
serta anggota lain seperti jantung yang mengepam darah ke paru-paru dan aorta (urat besar
yang membawa darah daripada jantung).
Minggu ke-5 - Embrio akan terus membesar. Terdapat 3 lapisan iaitu ectoderm, mesoderm dan
dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas. Ianya akan membentuk sistem saraf
pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Manakala lapisan mesoderm pula yang berada pada lapisan tengah akan membentuk organ
penting yang asas iaitu jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Sistem peredaran
darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Akhir sekali ialah lapisan endoderm iaitu
lapisan paling dalam yang akan membentuk organ dalaman seperti usus, hati, pankreas dan
pundi kencing.
Minggu ke-6 - Sekiranya pemeriksaan secara ultrasound dilakukan, kita akan dapat melihat
janin sudah membentuk kepada dan badan. Biasanya getaran jantungnya juga sudah dapat
dikesan.
Minggu ke-7 – Pembentukan bayi semakin jelas terbentuk. Kepala bayi seolah-olah tertunduk
dan berada dalam cecair (air ketuban atau amnotic sac) yang akan memberikan keperluan
tumbesaran bayi semasa dalam kandungan.

Janin usia 8 Minggu

Seluruh organ tubuh utama bayi telah terbentuk


meskipun belum berkembang sempurna. Mata
dan telinga mulai terbentuk. Jantung berdetak
kuat. Dengan ultrasound kita dapat melihat
jantung janin berdenyut.
Minggu ke-9 :
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan
tangan terus berkembang berikut jari kaki dan
tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak
walaupun Anda tak merasakannya. Dengan
Doppler, Anda bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm
dan beratnya sekitar 4 gram.

10
Minggu ke-10 :
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat
dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti
manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram.

Minggu ke-11 :
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai
tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan
menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah
posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

Janin usia 12 Minggu


Panjang janin sekarang sekitar 6,5 cm dan bobotnya sekitar 18 gram. Kepala bayi menjadi lebih
bulat dan wajah telah terbentuk sepenuhnya. Jari-jari tangan dan kaki terbentuk dan kuku mulai
tumbuh. Bayi mulai menggerak-gerakkan tungkai dan lengannya, tetapi ibu belum dapat
merasakan gerakan-gerakan ini.

11
Minggu ke-13 :
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen , nutrisi dan
pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram.
Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin
membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke-14 :
Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Lehernya
semakin panjang dan kuat. Lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh dan melindungi
kulit mulai tumbuh pada minggu ini. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang dan ovarium
turun dari rongga perut menuju panggul.Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi
belum tebal karena belum ada lapisan lemak
Minggu ke-15 :
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi Anda
perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan
panjang 113 mm
Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih
tertutup
Janin usia 16 Minggu
Panjang janin sekarang sekitar 16 cm dan bobotnya sekitar 35 gram. Dengan bantuan scan, kita
dapat melihat kepala dan tubuh bayi, kita juga dapat melihatnya bergerak-gerak. Ia menggerak-
gerakkan seluruh tungkai dan lengannya, menendang dan menyepak. Inilah tahap paling awal
di mana ibu dapat merasakan gerakan bayi. Rasanya seperti ada seekor kupu-kupu dalam
perutmu. Tetapi, ibu tidak perlu khawatir jika belum dapat merasakan gerakan ini. Jika si bayi
adalah anak pertama, biasanya ibu agak lebih lambat dalam merasakan gerakannya.

Minggu ke-17 :
Dengan panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak cokelat
mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir. Tahukah Anda ? Saat
dilahirkan, berat lemak mencapai tiga perempat dari total berat badannya.
Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk.
Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke-18 :
Mulailah bersenandung sebab janin sudah bisa mendengar pada minggu ini. Ia pun bisa terkejut
bila mendengar suara keras. Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui adanya cahaya
jika Anda menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya
140 gram.
Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Hormon Estrogen dan
Progesteron semakin meningkat.

12
Minggu ke-19 :
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari
luka. Otak bayitelah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan
sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm.
Janin usia 20 Minggu
Bayi masih berenang-renang dalam lautan air ketuban. Ia tumbuh dengan pesat, baik dalam
bobot maupun panjangnya yang sekarang telah mencapai 25 cm, yaitu separuh dari panjangnya
ketika ia dilahirkan nanti dan bobotnya sudah sekitar 340 gram. Bayi membuat gerakan-
gerakan aktif yang dapat dirasakan ibu. Mungkin ibu memperhatikan ada saat-saat di mana
bayi tampaknya tidur, dan saat-saat lain di mana ia melakukan banyak gerak.

Minggu ke-21 :
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan gula dari
cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin
pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm
Minggu ke-22 :
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu,
wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin
proporsional
Minggu ke-23 :
Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga tampak
keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia memiliki kebiasaaan
“berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki secara teratur.
Beratnya hampir 450 gram. Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari juga
terbentuk sempurna.
Janin usia 24 Minggu
Sekarang panjang bayi sekitar 32 cm dan bobotnya 500 gram. Ibu dapat merasakan bagian-
bagian tubuh bayi yang berbeda yang menyentuh dinding perutnya. Otot rahim ibu meregang
dan terkadang ibu merasakan sakit di bagian perutnya.
Minggu ke-25 :
Bayi cegukan, apakah Anda merasakannya? Ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia
menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan
cegukan.
Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat. Saluran darah di
paru-paru bayi sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk
dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin membaik
karena di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi sudah
mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm.

13
Minggu ke-26 :
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk.
Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah
berfungsi. Berat badan bayi sudah mencapai 750-780gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.
Minggu ke-27 :
Minggu pertama trimester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus
dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air
ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan tinggi
badan 36-38 cm.
Minggu ke-28 :
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin berkembang dan
meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh.
Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas karena
beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat
cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya
belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah
dapat bertahan hidup.
Minggu ke-29 :
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen. Hormon
ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga membuat kolostrum (air
susu yang pertama kali keluar saat menyusui).
Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya,
rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan
dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat badannya
1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.
Janin usia 30 Minggu
Kepala bayi sekarang sudah proporsional dengan tubuhnya. Ibu mungkin mengalami tekanan
di bagian diafrakma dan perut. Sekarang bobot bayi sekitar 1700 gram dan panjangnya sekitar
40 cm.
Minggu ke-31 :
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di
dalam air ketuban
Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang
akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya.
Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-
zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan
perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan
sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi akan
bergerak. Berat badan bayi 1550-1560 gram dengan tinggi 41-43 cm.
Minggu ke-32 :
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan rambut di
kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian
masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang 29 cm,
kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada
minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran telah
terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan

14
sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai
bisa bermimpi .
Minggu ke-33 :Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak
bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi
antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang
bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa
mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-
laki maka testis bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat badan bayi 1800-
1900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm.
Minggu ke-34 :
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk
dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda sedang mengirimkan
antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan
tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai
menyusui. Berat Badan bayi 2000-2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
Minggu ke-35 :
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai
memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan
kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim
bunda. Apabila bayi bunda laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan
bayi 2300-2350 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-47 cm.
Janin usia 36 Minggu
Bayi sudah hampir sepenuhnya berkembang. Sewaktu-waktu ia dapat turun ke
rongga pinggul ibu. Kulit bayi sudah halus sekarang dan tubuhnya montok. Apabila ia bangun,
matanya terbuka dan ia dapat membedakan antara terang dan gelap. Sekarang panjang bayi
sekitar 50 cm dan bobotnya berkisar antara 2500 hingga 4500 gram.
Janin usia 37 hingga 42 Minggu
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi merah
jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan
sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang
belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan
pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan bayi di minggu
ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm
Bayi siap lahir. Ibu tidak perlu khawatir jika bayinya tidak lahir tepat pada waktu yang telah
diperkirakan. Persentasenya hanya 5% bayi lahir tepat pada tanggal yang diperkirakan.
B. Perubahan fisiologi Ibu hamil
1. Darah, curah jantung dan tekanan darah
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh, kebanyakan perubahan ini akan
menghilang setelah persalinan. Jantung dan pembuluh darah. Selama kehamilan, jumlah
darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) meningkat
sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai
puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu. Karena curah jantung meningkat, maka denyut
jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-
90 kali/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang
membesar menekan vena yang membawa darh dari tungkai ke jantung. Selama persalinan,
curah jantung meningkat sebesar 30%, Setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-
25% diatas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.

15
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan
dalam aliran darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh, maka darah lebih banyak dikirim ke
rahim ibu. Pada akhir kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu.
Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel
darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%. Volume plasma
meningkat lebih banyak lebih banyak dan lebih awal pada masa gestasi dibanding
peningkatan volume sel. Keadaan ini menyebabkan penurunan hematokrit (HT) hingga
medekati minggu ke-30 kehamilan, ketika volume plasma stabil yang dikenal dengan anemia
dilusional ( anemia fisiologis pada kehamilan).
Volume plasma yang meningkat dapat disebabkan oleh peningkatan kadar renin plasma
sekunder akibat peningkatan estrogen dan progesteron. Kondisi ini mendoron terjadinya
retensi natrium dengan menstimulasi aldosteron. Dengan demikina, total caitan tubun
meningkat 6-8 lter dan 4-6 liter berada ekstraseluler.
Jumlah sel darah putih (yang berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi) selama kehamilan
meningkat menjadi 5000-12000/l saat aterm dan pada saat persalinan dan beberapa hari
setelah persalinan meningkat lebih tinggi hingga 25000/l.
Terdapat peningkatan fibrinogen sampai 50% selama masa gestasi. Peningkatan ini disertai
dengan aktivitas pembekuan yang meningkat secara umum yang menyebbkan LED
meningkat. Jumlah trombosit dapat sedikit menurun.
Tekanan darah menurun hingga tengah kehamilan akibat terjadinya resistensi vaskular yang
berkurang meskipun curah jantung meningkat. Tekanan darah meningkat akibat pengaruh
progesteron dan faktor lainnya.

2. Paru
Dilatasi kapiler disaluran pernapasan menyebabkan perubahan suara dan kesulitan bernafas
melalui hidung sejak awal kehamilan. Secara radiologis gambaran vaskularisasi paru
meningkat. Bahkan perubahan otot abdomen berelaksasi selama kehamilan sehingga
pernafasan cendrung bersifat dagfragmatik.
Volume ruang rugi meningkat akibat relaksasi otot saluran pernafasan. Selama kehamilan,
terjadi peningkatan volume tidal, elevasi digfragma menurun kapasitas paru, kapasitas residu
fungsional, volume residu dan volume cadangan ekspirasi berkurang sehingga dapat terjadi
hiperventilasi . Hiperventilasi maternal disebbkan aktivitas progesteron pada pusat
pernapasan, hal ini memungkinkan janin untuk melakukan pertukaran CO²

3. Ginjal
Dilatasi hilus ginjal, kaliks dan ureter terjadi sejak akhir trisemester pertama tetapi biasanya
kembali normal pad akhir masa nifas. Refluks vesikouretera bilateral sering terjadi selama
kehamilan. Oleh karena itu, wanita hamil menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran
kemih.
Aliran plasma meningkat selama kehamilan dan kemudian turun pada saat aterm. Selama
masa kehamilan, lebih banyak glukosa dan laktosa yang diekskresi.
Pada awal kehamilan creatinin clearance (CC) meningkat hingga 45%. Selama trisemester
ke-2 CC tetap meningkat, namun pada trisemester ke-3 beberapa minggu sebelum aterm CC
menurun secara bertahap hingga mencapai kadar normla sebelum hamil.
Besarnya peningkat GFR selama kehamilan menyebabkan filtrasi natrium meningkat, tetapi
reabsobsi natrium oleh tubulus ginjal juga meningkat. Keadaan ini menyebabkan banyak air

16
yang diretensi dibandingkan natrium selama trisemester ke-3 sehingga terjadi edema
dependent yang sering terlihat pada akhir kehamilan.
Perubahan Gastrointestinl pada kehamilan
1. Mulut
Salivasi meningkat dan bersifat lebih asam. Gusi dapat menjadi hipertrofik dan hiperemis.
Jika tidak memiliki kebersihan mulut yang baik akan dapat terjadi pembentukan epuils.
2. Gastrointestinal
Selama kehamilan, tonus dan motilitas gastointestinum menurun. Hal ini memperlambat
pengosongan lambung, mengurangi waktu transit lebih lama dan konstipasi. Refluks
gastroesofagus sering terjadi sehingga menimbulkan heartburn dan besar kemungkinan
terjadi regurgitasi dan aspirasi bila tidak sadar.
3. Hati
Albumin serum menurun perlahan selama kehamilan dan meningkat mencapai normal pada
minggu 6-8 setelah lahiran. Kadar globulin alfa dan beta sedikit meningkat dan kadar gamma
globulin sangat sedikit menurun saat hamil. Flokulasi sefalin meningkat, alkali fosfatase
serum meningkat.
4. Kandung empedu
Waktu pengosongan melambat dan sering tidak tuntas. Komposisi kimiawi empedu tidak
berubah, tetapi statis empedu dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu.
Peningkatan berat badan ibu pada kehamilan
Selama kehamilan berat badan rata-rata meningkat 22-27 pon (10-12 kg). Idealnya
peningkatan pada trisemester pertama 1,5-3 pon dan terisemster ke-2 dan ke-3 sebanyak 0,8
pon/minggu.Peningkatan progresif dan tidak adekuat pada kehamilan dapat disebabkan
kekurangan nutrisi, penyakit ibu, malabsorbsi/ keadaan hormonal yang abnormal.
2. Memahami dan menjelaskan Persalinan normal
2.1 Menjelaskan Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Wiknjosastro, dkk (1999 : 186), hampir 96% janin berada dalam uterus dengan
presentasi kepala dan presentasi kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun-ubun kecil
terletak terletak di kiri depan, kurang lebih 23% di kanan depan, kurang lebih 11% di kanan
belakang, dan kurang lebih 18% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoit dan rektrum.
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 (tiga) faktor penting yang memegang peranan pada
persalinan, ialah :
1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan;
2) keadaan jalan lahir;
3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu – seperti telah dijelaskan – yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan mulai turun dan masuk kedala rongga panggul.
Masuknya kepala melalui pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah
sumbu kepala tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam
keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.
Asinklitismus anterior menurut naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip
kedepan dengan pintu atas pinggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut litzman :
keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnyakepala
dengan turunnya asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih

17
luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus penting, apabila
daya akomodasi panggul agak terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati
siboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan menurun,
menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggul menurut hukum
Koppel : a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar dari titik A. Dengan fleksi kepala
janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter
suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada didalam
keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intreuterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula
putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun dibawah simfisis, maka
dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih dan kepala janin makin tampak bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar.
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang akan dilaluinya, sehingga didasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan irokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang,
kemudian, bayi lahir seluruhnya,

18
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas di bersihkan. Tali pusar di jepit antara 2 cunam pada
jarak 5 dan 10 cm. Kemudian di gunting antara kedua cunam tersebut, lalu di ikat. Tunggul tali
pusat dibei anti-septika. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan segera menarik nafas dan
menangis.
Resuitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lendir pada jalan nafas harus segera di
kerjakan. Pula cairan di dalam lambung hendaknya di isap untuk mencegahnya masuk ke paru-
paru ketika bayi muntah dan muntahnya terhisap masuk ke paru-parunya.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri). Walaupun bayi
telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dari pada kala I dan II. Kematian ibu karena
pendarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang crmat di kerjakan.
Seperti telah di kemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira-kira
sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil, sehingga
pelekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding
uterus ini dapat di mulai dari 1) tengah 2) (sentral menurut schultze); 2) pinggir (marginal
menurut Mathews – Duncan); 3 kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah menurut schultze.
Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III
kira-kira 2 jari di bawah pusat

19
2.2 Menjelaskan Tahapan dan Tindakan Persalian Normal
Pembagian fase/kala persalinan menurut WIknyosastro, dkk (1999 : 181) sebagai berikut:
1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

20
Periode tahap-tahap persalinan normal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) sebagai
berikut : Tabel 2.1. Periode Tahap-tahap Persalinan Normal
Tahap Persalinan Nullipara Multipara
Kala 1 – fase laten Kurang dari 20 jam Kurang dari 14 jam
Fase aktif 5 – 8 jam 2 – 5 jam
Pembukaan serviks Rata-rata 1,2 cm/jam Rata-rata 1,5 cm/jam
Kala 2 Kurang dari 2 jam Kurang dari 1 jam
Kala 3 Kurang dari 30 menit Kurang dari 30 menit

Proses Berlangsungnya Persalinan Normal


1. Persalinan Kala 1 : Fase Pematangan/Pembukaan Serviks
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang
teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persalinan kala 1 berakhir pada waktu
pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba
lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida menurut
Wiknyosastro, dkk (1999 : 183) berbeda dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan -
pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar).
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.

21
His ssesungguhnya dan his palsu
His Sesunggunya His Palsu
1. Rasa sakit : 1. Rasa sakit :
- teratursemakin sering, - tidak teratur dan tidak sering
berlangsung selama 30-70 detik (kontraksi Braxton Hicks)
- Interval makin pendek - interval panjang
- semakin lama semakin kuat - kekuatan tetap
- dirasakan paling sakit di - dirasakan kuat di daerah
daerah punggung perut
- intensitas makin kuat kalau - tak ada perubahan walaupun
penderita berjalan. penderita berjalan
2. Keluar “show” 2. Tidak keluar “show”
3. Serviks membuka dan 3.Serviks tertutup dan tak ada
menipis. pembukaan.

2. Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi


Persalinan kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat
bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput
ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding
perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.

22
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
Rekomendasi Pimpinan Persalinan Kala I dan II Normal pada Wanita tanpa Faktor Risiko
Anestetik, Medis atau Obstetris
1. Tanda vital ibu diperiksa sekurang-kurangnya setiap 4 jam.
2. Pemeriksaan vagina periodik menggunakan pelumas larut-air dan steril; hindari antiseptik
povidon-iodin dan heksaklorofen.
3. Diizinkan untuk minim cairan jernih, kadang-kadang potongan es batu, sedikit demi sedikit
dan memakai pelembab bibir. Hidrasi intravena diindikasikan bila persalinan memanjang.
4. Si ibu harus mempunyai pilihan untuk dapat berjalan-jalan selama persalinan kala I.
5. Pereda nyeri harus bergantung pada kebutuhan dan keinginan si ibu.
Dari American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and
Gynecologists, 1997

3. Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta


Persalinan kala 3 dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.

23
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan
baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di
dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi
mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir (jika lepasnya plasenta terjadi sebelum
bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik).

4. Persalinan Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan


Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Menurut Kampono dan M. Moegni
(1999) ada 7 (tujuh) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi,
7. resume keadaan umum ibu.
Dua jam pertama setalah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.Petugas/bidan
harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20- 30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,
otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
2. Periksa tekanan darah, nadi kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat – ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi
yang nyaman.
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya.
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan
ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3
jam
9. pascapersalinan.
10. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
a) bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

24
Pimpinan Persalinan Normal

CARA MEMIMPIN PERSALINAN NORMAL


A. Persiapan
1. Pasien
2. Instrumen dan medikamentosa
3. Bayi
4. Penolong
B. Pengenalan kala II
1. His datang 4-5 kali dalam 10 menit
2. Ibu mengedan terus menerus,anus membuka, perinium menonjol
3. Pada periksa dalam (PD) didapatkan :

- Pembukaan lengkap, porsiotidak teraba


- Penurunan Hodge III (+)
- Denominator UUK kiri atau kanan atas
- Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
C. Pimpinan kala II
1. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase akme atau puncak his dan minta ibu
untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan
abdomen menjadi efektif. Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakan kemnbali
tungkai ibu di atas ranjang persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu
terdebut (tiap 5 menit).
2. Pimpin berulang- ulang sampai bayi maju kearah vulva
( bila langka episiotomi diperlukan, lanjutkan ke langkah D dan bila episiotomi tidak
diperlukan, lanjutkan ke langkah E )

D. EPISIOTOMI

Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui


perineum yang dilakukan unuk memperlebar
vagina dengan maksud untuk membantu proses
kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan
di garis tengah ("midline") atau dari sebuah
sudut dari ujung belakang dari vulva, dijahit
kembali setelah melahirkan.Ini merupakan
suatu prosedur umum dalam kedokteran yang
dilakukan kepada wanita.

E. EKSPULSI KEPALA
1. Pada his berikut minta pasien untuk untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk mengedan
sekuat mungkin.
2. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala), letakkan
telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan ibu jari
sehingga bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk
membantu lahirnya berturut-turut UUB, mata,hidung, mulut dan dagu (hilangkan
tahanan pada belakang kepala secara bertahap).
3. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali kearah punggung bayi).

25
4. Ambil kain/handuk bersi, seka muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari dara, air
ketuban atau ferniks kaseosa. Bersikan pula lipat paha, perineum dan daerah di sekitar
bokong ibu.
F. MELAHIRKAN BAYI.
1. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi
depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakan bayi
kebawah sehingga lahir bahu depan.
2. Gerakan bayi keatas sehingga lahir bahu belakang.

Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai.

Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ranjang persalinan yang dapat dilepas atau meja
ginokologi ( bagian bokong atau kaki), setelah kedua bahu lahir, topangkan badan bayi pada
lengan bawa kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi).
Letakan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi, letakan bayi di atas
perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar tidak terjatuh).

G. MANAJEMEN AKTIF KALA III (lihat prosedur manajemen aktif kala III).
Bila plasenta telah lepas, lahirkan plasenta secara BRANDT –ANDREW:
1. Penolong pada sisi kanan ibu.
2. Regangkan tali pusat dengan menarik klem penjepit dengan salah satu tangan.
3. Dengan 4 jari tangan lain, dorong korpus uteri ke dorsokranial hingga plasenta
masuk ke segmen bawah rahim dan lumen vagina.
4. Regangkan lagi tali pusat,tekan suprasimfisis secara simultan agar plasenta
terdorong keluar.
5. Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat. Tampung plasenta dengan tangan kiri
(atau mangkok logam).

Penegangan Tali Pusat Terkendali


1. Memindahkan klem pada tali pusat.
2. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan Plasenta
1. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.

26
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
 Menilai kandungan kemih dan lakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-
jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai pendarahan
1. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami pendarahan aktif.
H. PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI
MENJAHIT LASERASI PERINEUM ATAU EPISIOTOMI
Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan
terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada
saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan
sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.

Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:


 Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis
simpul)
 Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
 Menggunakan lebih sedikit jahitan

 Mempersiapkan penjahitan:
 Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur
atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.

27
 Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
 Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat
dengan jelas.
 Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan
anestesi lokal dan menjahit luka (Lihat Bab 1).
 Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
 Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.
 Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan
disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan (peralatan dan bahan-bahan ini tercantum di
lampiran 5)
 Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan
penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
 Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina
dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil
menilai dalam dan luasnya luka.
 Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan
perineum hanya merupakan derajat satu atau dua (lihat Bab 5). Jika laserasinya dalam
atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi
robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus
dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi
sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami
laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika
mengalami laserasi serviks.
 Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang
baru
setelah melakukan pemeriksaan rektum.
 Berikan anestesia lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestesia lokal di bawah
ini.
 Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan
benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan
paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
 Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum
tersebut.

Memberikan anestesia local


Berikan anestesia lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau
episiotomi.Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anestesia lokal merupakan
asuhan sayang ibu.Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan anestesia lokal, lakukan
pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anestesia masih bekerja.Sentuh luka
dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forseps atau cunam.Jika ibu merasa tidak nyaman,
ulangi pemberian anestesia lokal.

Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm. Jarum
yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan, tapi, jarum harus
berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan anestesia. Obat standar
untuk anestesia lokal adalah 1% lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika lidokain 1% tidak
tersedia, gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan
perbandingan 1:1 (sebagai contoh, larutkan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air steril atau normal
salin untuk membuat larutan lidokain 1%).

28
- Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
- Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml (tabung
suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1 % tidak
tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian normal salin atau air steril yang
sudah disuling.
- Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
- Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lain tarik jarum sepanjang
tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
- Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan lidokain
dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.

Alasan:Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan ke
dalam pembuluh darah.
- Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
- Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut disuntikkan.
- Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi. Tusukkan jarum untuk
ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan
anestesia lokal. Ulangi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan
memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesia yang cukup.
- Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan forseps atau disentuh dengan jarum
yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan
kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.

Penjahitan laserasi pada perineum


- Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
- Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan
penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
- Setelah memberikan anestesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah di
anestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan
batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka.
Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu
dengan mudah.
- Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih
pendek dan ikatan.
- Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen.
- Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah
cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum di
perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
- Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang
terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.

29
- Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis ke dua Periksa lubang bekas jarum. Jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan
menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
- Tusukkan jarum dan robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari
belakang cincin himen.
- Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan
sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan
laserasi akan membuka.
- Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa
atau peralatan yang tertinggal di dalam.
- Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada
rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu
pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula
rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), ibu segera dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan.
- Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi,
kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
- Nasehati ibu untuk:
 menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
 hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
 cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali
per hari
 kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali
lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari
daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Ingat:
- Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan dan men-
dekat dengan baik.
- Gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan
hemostasis.
- Selalu gunakan teknik aseptik.
- Jika ibu mengeluh sakit pada saat penjahitan dilakukan, berikan lagi anestesia lokal
untuk memastikan kenyamanan ibu, inilah yang disebut asuhan sayang ibu.

Penjahitan episiotomy
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi
perineum. Jika episiotomi sudah dilakukan, lakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikan lukanya tidak meluas.Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur.Jika ada sayatan
yang terlalu dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin diperlukan penjahitan secara
terputus untuk merapatkan jaringan.
I. PEMANTAUAN KALA IV.
- Ganti baju ibu dengan baju bersi dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada
bagian bokong untuk memantau dara yang keluar.
- Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
- Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam pasca
kala III.
- Beri obat-obatan yang di perlukan dan minum secukupnya.

30
- Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa penyerap
dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa keruang perawatan dan lakukan rawat
gabung sesegera mungkin.

Nilai Apgar
Nilai Apgar adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir. Nilai Apgar
merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang perlu segera diberikan kepada
bayi baru lahir.
Nilai Apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna
kulit dan respon terhadap rangsangan (refleks); masing-masing diberi nilai 0, 1 atau 2:
1. Denyut jantung : dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian
yang paling penting.
- Jika tidak terdengar denyut jantung : 0
- Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit :1
- Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit : 2
2. Usaha untuk bernafas
- Jika tidak bernafas : 0
- Jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1
- Jika bayi menangis : 2
3. Ketegangan otot
- Jika otot lembek : 0
- Jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
- Jika bayi bergerak aktif : 2
4. Refleks : dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan
- Jika tidak timbul refleks : 0
- Jika wajahnya menyeringai : 1
- Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras : 2
5. Warna kulit
- Jika kulit bayi berwarna biru pucat : 0
- Jika kulit bayi berawarna pink dan lengan/tungkainya berwarna biru : 1
- Jika seluruh kulit bayi berwarna pink: 2.
Nilai Apgar 8-10 adalah normal, menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan yang baik.
Nilai 10 sangat jarang ditemui, hampir semua bayi baru lahir kehilangan 1 nilai karena kaki
dan tangannya yang berwarna kebiruan. Nilai Apgar yang kurang dari 8 menunjukkan bahwa
bayi memerlukan bantuan untuk menstabilkan dirinya di lingkungan yang baru. Nilai Apgar 0-
3 menunjukkan bahwa perlu segera dilakukan resusitasi.
Penilaian Apgar secara rutin dilakukan dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir dan kemudian
biasanya diulang 5 menit kemudian. Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap
proses kelahirannya. Nilai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan
barunya. Pada keadaan tertentu, penilaian Apgar bisa kembali dilakukan pada menit ke 10, 15
dan 20. Jika pada menit ke 20 nilai Apgar masih tetap rendah, hal ini merupakan resiko tinggi
terjadinya kematian atau penyakit.

3. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Anemia


3.1 Pengaruh ibu dan janin
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada
trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia
kehamilan di sebut “potentional danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan
anak). Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam
folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya Wanita hamil sangat

31
rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi
sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga penurunan
konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Cunninggham et al., 2013; Winkjosatro H, 2009).
Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi di antaranya
dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri dan
menyebabkan perdarahan serta syok. Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi
diantaranya dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin
waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan.
(Agarwal KN, Gupta V, & Agarwal S, 2013; Kalaivani, 2009; Melku M, Assis Z, Alem M, &
Enawgaw B, 2014).
Anemia kehamilan dapat dipengaruhi oleh gravida. Hasil penelitian Ridayanti (2012),
menyebutkan bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6%
sedangkan ibu multigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut
disebabkan ibu primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan
kehamilan dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali hamil.(Farsi Y et al., 2011).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya tingkat
pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Tingkat pendidikan dapat
menyebabkan terjadinya anemia kehamilan, karena dalam pendidikan terdapat proses
pengembangan pengetahuan, wawasan, kompetensi serta pola pikir seseorang.
(Balarajan, Ramakrishnan U, Ozaltin E, Shankar AH, & Subramanian SV, 2011).
Kebutuhan zat besi ibu hamil pada trimester I relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari, kemudian
meningkat tajam pada trimester II-III hingga 6,3 mg sehari. Konsumsi tablet Fe sangat di
anjurkan untuk ibu hamil karena dapat meningkatkan zat besi. (WHO, 2012)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 41,8%.(WHO, 2012) Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia sebesar 37,1%.
Wiknjosasto (2009) menjelaskan bahwa anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang
baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya.
Berbagai penyulit akibat anemia diantaranya terjadi abortus, partus prematurus, partus lama
karena inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum,
infeksi postpartum, sedangkan anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Sedangkan menurut Soebroto (2009), Anemia pada
kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, diantaranya dapat terjadi abortus, kelainan congenital,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, berat badan lahir rendah,
mudah terkena infeksi. Adapun pengaruh anemia terhadap persalinan diantaranya gangguan
his (kekuatan mengejan), persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah,
retensio plasenta. Anemia juga berpengaruh terhadap masa nifas yaitu perlukaan sukar sembuh,
mudah terjadi febris puerpuralis, gangguan involusio uteri.

3.2 Klasifikasi anemia pada kehamilan


Pembagian Anemia dalam Kehamilan Anemia dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu:
1) Anemia defisiensi besi
Anemia dalm kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena
gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar

32
dari badan , misalnya pada perdarahan. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi diantaranya
yaitu rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, dan mudah patah, lidah tampak pucat, licin,
dan mengkilat, berwarna merah daging, pecah - pecah disertai kemerahan disudut mulut.
Pengobatannya biasanya dengan memenuhi kebutuhan zat besi, misalnya dangan perbaikan
pola makan dan pemberian tablet besi.
2) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat
(pteroyglutamic acid). Jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (Cyano balamin ). Hal itu
erat hubungannya dengan defisiensi makanan. Gejala anemia megaloblastik yaitu diantaranya
malnutrisi, glositis berat (lidah meradang, nyeri), diare, kehilangan nafsu makan.
Pengobatannya dapat diberikan asam folik 15 - 30 mg per hari, vitamin B12 3x1 tablet per hari,
sulfat ferosus 3x1 tablet per hari.
3) Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat
sel - sel darah baru, di namakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, atau obat – obat.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil
maka anemianya biasanya menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumya tidak menderita anemia.
5) Anemia – anemia lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter
atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun,
penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor ganas, dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam
hal ini anemianya menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bagi anak dalam kandungannya. Pengobatan
ditunjukkan kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat - obat
anti malaria, anti sifilis, obat cacing dan lain – lain (Soebroto, 2009).
Menurut Manuaba (2001)
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat (Manuaba, 2001).

4. Memahami dan menjelaskan gizi pada kehamilan


Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan
zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama
masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300
kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337
Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal,
yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa

33
dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan
adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per
hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan
dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester
II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama
trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi
tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II
dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk
trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya
tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan
pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama
hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan
mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta
janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998
menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu
hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar
1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari
(di bawah 15 tahun).
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai
biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang
berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat
Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk
mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin,
plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45
tahun).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana
pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar
6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang
Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah
menderita anemai gizi.
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB (Kg) Penambahan BB
TM I (Kg) TM II (Kg)
Normal ( BMI 19,8-26) 12,5 – 13 2,3 0,49
Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,5 – 16 1,6 0,44

34
Lebih 7 – 11, 6 0,9 0,3
Obesitas ( BMI > 29 ) 6

Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004)


Status Tanda
Keadaan umum Responsive, gesit
Berat badan Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
Postur Tegak, tungkai dan lengan lurus
Otot Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit
Saraf Perhatian baik, tidak mudah tersinggung,
refleks normal, mental stabil
Pencernaan Nafsu makan baik
Jantung Detak dan irama normal, tekanan darah
normal sesuai usia
Vitalitas umum Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh
semangat
Rambut Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit
kepala normal
Kulit Licin, cukup lembab, warna segar
Muka dan leher Warna sama, licin, tampak sehat, segar
Bibir Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak
bengkak
Mulut Tidak ada luka dan selaput merah
Gusi Merah normal, tidak ada perdarahan
Lidah Merah normal, licin, tidak ada luka
Gigi geligi Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat,
lurus dagu normal, bersih dan tidak ada
perdarahan
Mata Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak
ada perdarahan
Kelenjar Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak
ada perdarahan
Kuku Keras dan kemerahan
Tungkai Kaki tidak bengkak, normal

Penilaian nutrisi
IMT Prahamil Anjuran peningkatan BB total
Underweight (IMT < 19,8) 12,5 – 18 kg
Normal (IMT 19,8 – 26 ) 11,5 – 16 kg
Overweight (IMT 26 - 29) 7 -11,5 kg
Obesitas (IMT > 29) 6 kg

35
Kebutuhan nutrisi pada perempuan tidak hamil, hamil dan menyusui

Peningkatan Berat Badan


American College Of Obstetricians and Gynecologist menyarankan peningkatan berat badan
sebesar 11,5-16 kg pada kehamilan tunggal. Wanita hamil obese atau yang kenaikan berat
badannya selama kehamilan sangat besar, memiliki resiko melahirkan janin makrosomik ;
wanita hamil yang berat badannya kurang atau kenaikan berat badannya selama kehamilan
sangat kurang, memiliki resiko untuk melahirkan janin SGA (Small for Gestational Age).
Komponen berat badan ibu :
 Janin = 3500 gram
 Plasenta-cairan amnion dan uterus = 650 – 900 gram
 Cairan interstisiil dan darah = masing-masing sebesar 1200 – 1800 gram
 Payudara = 400 gram
 Lemak ibu = 1640 gram

Kebutuhan Nutrisi

Protein
 Kebutuhan protein pada paruh kedua kehamilan 1 gram/Kg + 20 gram perhari (total
kebutuhan perhati ± 80 gram)

36
 Protein terutama diperlukan untuk pertumbuhan janin
Kalsium
 Asupan kalsium pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan masa laktasi ditambah sebesar
1,5 gram perhari.
 Kekurangan kalsium akan menyebabkan demineralisasi tulang ibu.
Zat besi
 Pada wanita hamil dan laktasi disarankan penambahan asupan zat besi sebesar 30-60 mg
perhari.
 Selama kehamilan, diperkirakan 300-500 mg zat besi yang diberikan pada janin.
Vitamin dan Mineral
 Preparat Vitamin dan Mineral diberikan bukan sebagai pengganti asupan makanan yang
normal.
 Asam folat berguna untuk mengurangi kejadian NTD’s dan diberikan dengan dosis 4 mg
perhari pada ibu dengan riwayat melahirkan anak dengan NTD’s 3 bulan sebelum
kehamilan dan dilanjutkan sampai sekurang-kurangnya kehamilan 12 minggu.
 Pada kehamilan normal, asam folat diberikan dengan dosis 0,4 mg perhari
 Pada pasien vegetarian dan penderita anemia megaloblastik diperlukan suplemen Vitamin
B12.
Diet Rendah Garam
 Makanan yang mengandung sedikit natrium tidak membahayakan kehamilan.
 Diet rendah garam merupakan hal yang harus dihindari oleh karena dapat membahayakan
ibu hamil.
Tidak ada bukti bahwa kenaikan berat badan yang terlalu cepat pada preeklampsia dapat
dikendalikan dengan diet rendah garam.

4.2 Menjelaskan Masalah Nutrisi pada Ibu Hamil


Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat (Poedji Rochjati).
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah
(Nelson, 2000).

5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Puasa Pada Ibu Hamil
1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya Saja Bila
Berpuasa
Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain
ketika telah sanggup berpuasa.
Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan
dirinya. Sebagaimana dalam ayat,

37
“Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”(Qs.
Al Baqarah[2]:184)
Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Kami tidak
mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti
orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.” (al-Mughni: 4/394)

2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah
Hati Bila Berpuasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak
hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para sahabat kami (ulama Syafi’iyah) mengatakan,
‘Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat
membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti
orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara Syafi’iyyah). Apabila orang
yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan
anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada
perselisihan (di antara Syafi’iyyah).’” (al-Majmu’: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon)

3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja
Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah,
kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan
berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau
telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. Patokan
lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya – bahwa puasa bisa membahayakan
anaknya seperti kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8)
Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu.
Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut.

Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.
Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita
hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih
oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di rahimahumallah

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja.
Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan
fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut
terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.” ( HR.
Abu Dawud)
Dan ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar
fidyah adalah, “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]:
184)
Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap
sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini.
Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali
Hasan hafidzahullah.

Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar
fidyah

38
Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua,
yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah
memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena
tidak ada dalam syari’at yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya.
Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam
keumuman ayat berikut,
“…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-Baqarah [2]:184)
Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan
menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan
seorang miskin.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Irwa’ul Ghalil).
Begitu pula jawaban Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang
khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah berbuka dan memberi makan
seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.”
Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma yang hanya menyatakan
untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah
lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan

39
DAFTAR PUSTAKA

(PDF) Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/322777666_Kejadian_Anemia_pada_Ibu_Hamil_D
itinjau_dari_Paritas_dan_Usia [accessed Nov 01 2018].

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=424747&val=278&title=Faktor-Faktor.
[accessed Nov 01 2018].
https://rumaysho.com/1085-perselisihan-ulama-mengenai-puasa-wanita-hamil-dan-
menyusui.html. [accessed Nov 01 2018].
Cunningham, MacDonald, Gant. Obstetri Williams. Penerbit EGC:Jakarta
Benson, Ralph C. Pernoll,MartinL. Buku saku Obstetri dan ginekologi. 2009. Penerbit EGC :
Jakarta
Langman. Embriologi kedokteran langman ed.12. 2014. Penerbit EGC: Jakarta
Munuaba et all. Pengantar kuliah obstetri.2009.Penerbit EGC: Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai