Anda di halaman 1dari 5

Amanat para Pahlawan Kepada TNI wujudkan Indonesia

yang dicita-citakan

HUT TNI menjadi momentum merefleksikan diri bagi para prajurit bahwa masyarakat
Indonesia merupakan ibu kandung yang telah melahirkan dan membentuk jiwa patriotisme
TNI. Memberikan kekuatan dengan kesadaran bahwa TNI selalu siap berjuang dan
mengabdikan diri sekuat tenaga dan profesional untuk kepentingan rakyat Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari kemanunggalan TNI dan Rakyat yang terbangun dalam jiwa bangsa
atas rasa senasib sepenanggungan guna meraih dan mewujudkan cita-cita bangsa.

Selain itu, berbagai tatanan nilai yang melandasi setiap perjuangan TNI yakni Sumpah
Prajurit, Sapta Marga, Delapan Wajib TNI dan Sebelas Azas kepemimpinan merupakan
simbol kekuatan bahwa TNI akan selalu mengabdikan diri kepada rakyat.Setidaknya TNI
memiliki dua prinsip dasar yaitu prinsip hak sejarah (birthright principle) dan prinsip
kompetensi (competence principle). Prinsip hak sejarah didasarkan pada suatu
interpretasi sejarah bahwa militer berperan besar dalam sejarah pembentukan bangsa
dan siap berkorban untuk mewujudkan dan mempertahankan negara.

Sedangkan, prinsip kompetensi menjelaskan bahwa militer merupakan institusi terbaik


yang dimiliki negara untuk mempertahankan dan mencapai kepentingan nasional. Dengan
demikian, berdasarkan prinsip hak sejarah dan prinsip kompetensi tersebut, maka TNI
sejak awal memiliki wujud profesionalismenya sendiri, yang dirumuskan berdasarkan
sistem nilai yang terpadu sesuai abstraksi semangat kejuangan, patriotisme dan
nasionalisme para pendiri (The founding Fathers) bangsa. Pengalaman sejarah yang
dilewati oleh TNI dan rakyat Indonesia dalam perjuangan meraih kemerdekaan
merupakan alasan logis terjadinya perbedaan mendasar mengenai visi, profesionalisme
TNI.
2

Sebagai institusi yang lahir dari kancah perjuangan bersama rakyat, profesionalisme TNI
tidak semata-mata diukur dari keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility) dan
jiwa korsa (corporateness atau spirit de corps) yang terbatas di lingkungan komunitas
militer semata, sehingga menjadi institusi yang eksklusif, hidup terpisah dengan
rakyatnya. Indonesia sebagai negara kesatuan dengan potensi keanekaragaman suku
bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan memliki potensi timbulnya konflik dan
kerawanan sosial yang cukup besat.

Kondisi ini dapat terlihat dari meningkatnya konflik yang bernuasa SARA, serta munculya
gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI (Gerakan Separatisme) akibat
dari ketidak puasan dan perbedaan kepentingan. Dengan semakin marak dan meluasnya
konflik tersebut dapat di indikasikan sebagai pertanda menurunnya rasa nasionalisme di
dalam diri masyarakat Indonesia. Untuk itu, peran Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dalam membangun Indonesia yang bermartabat tentu sangat diperlukan. Sesuai dengan
amanat Pahlawan pendahulunya dan Cita-cita Panglima Besar Jendral Soedirman, maka
TNI harus terus mendekatkan diri dan meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat
berbangsa dan bertanah air.

TNI harus senantiasa menjadi mitra dan bagian terpenting di dalam masyarakat, melalui
langkah perjuangan yang diarunginya atas rasa cinta tanah air yang sangat kuat. Pada
era globalisasi ini, sifat ancaman tidak lagi didominasi oleh ancaman militer tetapi juga
oleh ancaman nonmiliter atau ancaman nontradisional. Dilihat dari sumber ancaman,
semakin besar keterkaitan antara eksternal dan internal.

Dimensi ancaman mudah berkembang dari satu dimensi ke dimensi lain, termasuk
dimensi ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, informasi dan teknologi, serta
keamanan. Spektrum ancaman dapat berubah dengan tiba-tiba dari lokal ke nasional,
demikian juga perkembangan eskalasi keadaan dari tertib hingga darurat, dan sebaliknya
tidak mudah untuk diprediksi.
3

Apabila tidak ditangani secara cepat dan tanggap akan menjadi “bom waktu”, yang dapat
meledak kapan saja. Mengingat kompleksitas ancaman yang dihadapi, semua komponen
pertahanan negara dan unsur-unsur diluar bidang pertahanan dituntut untuk saling
mendukung dan bersinergi satu dengan yang lain, dengan senantiasa mengindahkan
tataran dan lingkup kewenangan yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Dari setiap konflik, ancaman aktual yang menuntut sinergitas tinggi dalam
penanganannya dan perlu mendapat perhatian serius adalah ancaman terhadap konflik di
wilayah perbatasan dan keamanan pulau-pulau kecil terluar, ancaman separatisme,
terorisme, bencana alam, konflik horizontal, radikalisme, kelangkaan energi dan berbagai
kegiatan ilegal baik di darat maupun di laut. Konfik-konflik ini tentu membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

Selain itu, kesiapan pertahanan negara dalam menghadapi ancaman potensial seperti
pencemaran lingkungan, pandemik, cyber crime, pemanasan global, krisis finansial,
agresi militer, serta berbagai kemungkinan ancaman yang muncul di sepanjang alur laut
kepulauan Indonesia tetap menjadi perhatian pembangunan pertahanan negara dalam
jangka pendek, sedang, maupun panjang.

Dalam undang-undang tentang Tentara Nasional Indonesia, menegaskan bahwa tugas


pokok TNI dalam operasi militer untuk perang adalah menghadapi agresi musuh dari luar
negeri. Sedangkan tugas pokok TNI dalam operasi militer selain perang antara lain,
mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata,
mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan obyek vital
nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri.

Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, Memberdayakan


wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai sistem pertahanan
semesta, membantu tugas pemerintah di daerah, Membantu Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur undang-
undang.
4

Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan


pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia, Membantu menanggulangi akibat
bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, Membantu pencarian
dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue), serta membantu pemerintah
dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan
penyelundupan.

Untuk itu, alasan yang sangat logis apabila prajurit TNI harus mampu mendekatkan diri
dengan rakyat. Menghilangkan batas jarak yang sadar atau tidak di sadari dapat terjadi.
Kemanunggalan dengan rakyat merupakan nyawa bagi keberlangsungan hidup TNI,
negara dan bangsa. Ukuran utama profesionalisme TNI adalah ketika mampu menjadi
prajurit yang dicintai oleh rakyatnya.

Seperti yang dilakukan oleh Presiden AS, Jhon Kennedy. Kennedy sangat memahami
cara mengajak seluruh rakyat Amerika untuk “focus” kepada sasaran yang hendak dicapai
oleh Amerika. Kennedy mengajak seluruh pengikutnya, seluruh rakyatnya kepada
keyakinan bahwa kita dapat memberikan hal yang besar kepada negara dengan bekerja
bersama-sama, dibanding hanya berusaha untuk bersama-sama memperoleh sesuatu
dari negara. Dia berusaha membangunkan kesadaran untuk mendahulukan memberi dari
pada meminta.

Keyakinan bahwa mulai dengan memberi jauh akan lebih baik hasilnya dari pada
memulainya dengan mengharapkan keuntungan terlebih dahulu. Kennedy telah berhasil
merubah mindset warga Amerika dari pemahaman berupaya untuk memperoleh sebesar-
besar dengan pemahaman berilah sebesar-besar yang kamu mampu. Semangat yang
dibangun dari jargonnya Kennedy itu adalah mengandung dua hal yang sangat mendasar
yaitu, membangun moril yang tinggi dan menebarkan kesetiakawanan.

Dua hal ini merupakan pelataran tempat berdirinya karakter atau jatidiri yang kokoh dan
kuat sebagai modal dalam konteks menuju keberhasilan, apapun yang hendak dicapai.
Dengan dua hal ini, maka akan menjadi lebih mudah dalam membentuk The Winning
Team. Bersama rakyat, Indonesia sangat meyakini bahwa TNI mampu membentuk NKRI
yang aman, adil, bermartabat dan disegani oleh bangsa lain.
5

Dan lebih dari sekedar itu, maka para pahlawan kita yang telah gugur mempertaruhkan
jiwa dan raganya untuk Indonesia, terutama bagi Panglima Besar Jendral Soerdirman
yang tidak hanya memberikan semangat dan jargonnya. Tetapi jiwa raganya untuk
Indonesia maka hendaknya dapat menjadi roh dan jiwa bagi TNI untuk berbuat dan
memberikan sumbangsih terbesar dan terdepannya sebagai teladan dan contoh bagi
masyarakat dalam hal menjaga, membangun Indonesia yang lebih baik, dan tidak justru
menjadi larut dalam dinamika transisi demokrasi Indonesia yang hanya menjadi penonton.

Namun dapat memberikan solusi terbaik berdasarkan asas Demokrasi, Penegakan HAM,
Transparansi dan Komitmen Kebangsaan dengan Pancasila sebagai pedoman jatidirinya.
Selamat Hari Pahlawan Para Pejuang Bangsa………………

Anda mungkin juga menyukai