Nim: 01165037
Bagi hasil menurut terminologi asing ( Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing
diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Lebih
lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk bonus uang tunai tahunan yang didasarkan
pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan.
Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-
produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk
bisnis koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis, harus
melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan
pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi
yang menjalankan proyek.1
Istilah “mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-
bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai “qiradh” atau “muqaradhah”. Mudharabah
disebut juga qiradh yang berarti “memutuskan”. Dalam hal ini, si pemilik uang itu telah
memutuskan untuk menyerahkan sejumlah uangnya untuk dikelola oleh mudharib dan
memutuskan sebagian dari keuntungannya bagi kedua orang yang terlibat akad qiradh ini.
Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak di mana satu pihak yang disebut rab al-mal
(investor) mempercayakan uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib untuk tujuan
menjalankan usaha dagang. Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya serta mengelola
kongsi mereka sesuai dengan syarat syarat kontrak. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah disepakati bersama. Dalam terminologi hukum,
mudharabah adalah suatu kontrak di mana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock)
tertentu ditawarkan oleh pemiliknya kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan
(joint partnership) yang di antara kedua pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan.
Pihak lain yang berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan
tersebut disebut mudharib. Tujuan akad mudharabah adalah supaya ada kerjasama kemitraan
antara pemilik harta (modal) yang tidak memiliki pengalaman dalam perniagaan/perusahaan
atau tidak peluang untuk berusaha sendiri dengan orang yang berpengalaman di bidang
tersebut tetapi tidak memiliki modal. Ini merupakan suatu langkah untuk menghindari
1
Dr. Muhammad, M. Ag, manajemen bank syariah, Yogyakarta: sekolah tinggi ilmu manajemen
YKPN, 2011, hal 107-108.
menyia-nyiakan modal pemilik harta dan menyia-nyiakan keahlian tenaga ahli yang tidak
mempunyai modal untuk memanfaatkan keahlian mereka.
1. tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan qurban dan deposito biasa.
2. Deposito special (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk
bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.
Rukun Mudharabah
a) Mudharib adalah orang yang melakukan dharb, perjalanan dan pengelolaan usaha, dan
dharb ini merupakan saham penyertaan dari padanya.
b) Wakil, manakala berusaha atas nama perkongsian yang dibiayai oleh shahibul maal.
c) Syarik yaitu partner penyerta, karena dia berhak untuk mnyertai shahibul maal dalam
keuntungan usaha.
d) Pemegang amanat yaitu dana mudharabah dari shahibul maal, dimana ia dituntut
untuk menjaganya dan mengusahakannya dalam investasi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah disepakati bersama, termasuk mengembalikannya manakala
usaha sudah selesai.
2. ada pemilik dana
3. ada usaha yang akan dihasilkan
4. ada nisbah ( keuntungan)
Beberapa contoh dari investasi dengan menggunakan akad mudharabah, antara lain
sebagai berikut (Ismail, 2011):
1. Tabungan Mudharabah
2. Deposito Mudharabah
3. Pembiayaan Mudharabah
Tn. Derani memiliki tabungan di Bank Syariah Pangkal Pinang. Pada bulan juni
2002 Saldo rata-rata tabungan Tn. Derani adalah sebesar Rp 10.000.000,-. Perbandingan bagi
hasil (nisbah) antara Bank Syariah Pangkal Pinang dengan deposan adalah 40%:60%. Saldo
rata-rata tabungan per-bulan di seluruh Bank Syariah Pangkal Pinang adalah Rp
10.000.000.000,-. Kemudian pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang yang dibagihasilkan
adalah Rp 40.000.000,-.
Jawab :
10.000.000.000
Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Rahman Hakim dari nisbah yang ditetapkan.
Jawab:
10.000.000.000
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak Irfa, seorang
pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS sebagai
pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada Irfa sebesar
Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil
BJS : Irfa = 30% : 70%. Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi
penjualan buku sebagai berikut:
Penjualan Rp 1.000.000
Biaya-biaya Rp 100.000
Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis tersebut pada
tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil tersebut menggunakan
metode:
a. Profit sharing
b. Revenue sharing
Jawab:
a. Profit sharing Pendekatan ini merupakan perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada
pendapatan yang didapat (laba kotor), artinya pendapatan yang didapat sebelum dikurangi
dengan biaya-biaya usaha.
Pemilihan kontrak bagi muslim ditentukan oleh minimal dua faktor penentu, yaitu
ekspektasi keuntungan yang diharapkan (tinggi) dan sesuai dengan syariah. Berbeda dari
preferensi non muslim yang hanya berdasarkan keuntungan semata, preferensi muslim dalam
memilih tipe kontrak harus sesuai dengan konsep maslahat yang sesuai dengan syariah.
Kontrak yang walaupun mendatangkan keuntungan yang sangat besar, namun jika tidak
sesuai dengan sayriah , tidak dapat diterima. Kontrak dengan bunga yang tinggi misalnya,
memang mendatangkan keuntungan yang besar, namun tidak sesuai dengan syariah, maka
kontrak itu ditolak. Sharing, merupakan suatu kontrak usaha yang dianjurkan dalam Islam
Konsep syariah sangat menganjurkan tolong menolong dalam menghadapi ketidakpastian
dalam dunia usaha. Anjuran Islam tersebut ditambah lagi dengan petunjuk yang berfungsi
untuk meningkatkan kualitas transaksi kontrak. Anjuran tersebut misalnya perintah untuk
berbuat jujur (Sidiq). Konsep kejujuran akan mendorong transparansi dalam berkontrak.
Transaparansi dapat melahirkan kontrak usaha yang bermutu dan berkualitas. Islam juga
mempunyai konsep penghargaan terhadap waktu dan dorongan untuk bekerja keras didunia.
Penghargaan terhadap waktu dan bekerja keras adalah syarat untuk keberhasilan suatu usaha.
Islam juga mewajibkan amanah terhadap sesuatu yang dipercayakan orang kepada
kita. Konsep amanah adalah konsep yang sangat diperlukan dalam sebuah kontrak usaha,
apalagi sharing. Ketiga konsep Islam tesebut tentu sangat mendorong terjadinya kontrak yang
berkulitas dalam sharing. Pembahasan konsep sharing secara empiris maupun teoritis
sebenarnya telah banyak dilakukan oleh para ekonom. Hal ini karena sharing memang
dilakukan oleh berbagai macam masyarakat. Dari beberapa pembahasan, muncul beberapa
permasalahan yang menjadikan sharing tidak optimal. Masalah yang menyebabkan tidak
optimalnya sharing antara lain adalah level informasi yang berbeda yang dialami oleh pihak
yang melakukan kontrak sharing, dan preferensi masing-masing individu pelaku sharing
tersebut.