Anda di halaman 1dari 7

Nama: Andi Indi Zein

Nim: 01165037

Prodi: Perbankan Syariah 2

Pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Mudharabah) pada Bank syariah

A. Pengertian dan Rukun Mudharabah

Bagi hasil menurut terminologi asing ( Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing
diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Lebih
lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk bonus uang tunai tahunan yang didasarkan
pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan.

Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-
produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk
bisnis koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis, harus
melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan
pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi
yang menjalankan proyek.1

Istilah “mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-
bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai “qiradh” atau “muqaradhah”. Mudharabah
disebut juga qiradh yang berarti “memutuskan”. Dalam hal ini, si pemilik uang itu telah
memutuskan untuk menyerahkan sejumlah uangnya untuk dikelola oleh mudharib dan
memutuskan sebagian dari keuntungannya bagi kedua orang yang terlibat akad qiradh ini.
Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak di mana satu pihak yang disebut rab al-mal
(investor) mempercayakan uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib untuk tujuan
menjalankan usaha dagang. Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya serta mengelola
kongsi mereka sesuai dengan syarat syarat kontrak. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah disepakati bersama. Dalam terminologi hukum,
mudharabah adalah suatu kontrak di mana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock)
tertentu ditawarkan oleh pemiliknya kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan
(joint partnership) yang di antara kedua pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan.
Pihak lain yang berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan
tersebut disebut mudharib. Tujuan akad mudharabah adalah supaya ada kerjasama kemitraan
antara pemilik harta (modal) yang tidak memiliki pengalaman dalam perniagaan/perusahaan
atau tidak peluang untuk berusaha sendiri dengan orang yang berpengalaman di bidang
tersebut tetapi tidak memiliki modal. Ini merupakan suatu langkah untuk menghindari

1
Dr. Muhammad, M. Ag, manajemen bank syariah, Yogyakarta: sekolah tinggi ilmu manajemen
YKPN, 2011, hal 107-108.
menyia-nyiakan modal pemilik harta dan menyia-nyiakan keahlian tenaga ahli yang tidak
mempunyai modal untuk memanfaatkan keahlian mereka.

Mudharabah ini biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan


pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, almudharabah diterapkan pada:

1. tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan qurban dan deposito biasa.

2. Deposito special (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk
bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Rukun Mudharabah

1. ada mudharib ( pelaksana usaha)

mudharib pada hakikatnya memegang 4 jabatan fungsioner:

a) Mudharib adalah orang yang melakukan dharb, perjalanan dan pengelolaan usaha, dan
dharb ini merupakan saham penyertaan dari padanya.
b) Wakil, manakala berusaha atas nama perkongsian yang dibiayai oleh shahibul maal.
c) Syarik yaitu partner penyerta, karena dia berhak untuk mnyertai shahibul maal dalam
keuntungan usaha.
d) Pemegang amanat yaitu dana mudharabah dari shahibul maal, dimana ia dituntut
untuk menjaganya dan mengusahakannya dalam investasi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah disepakati bersama, termasuk mengembalikannya manakala
usaha sudah selesai.
2. ada pemilik dana
3. ada usaha yang akan dihasilkan
4. ada nisbah ( keuntungan)

B. Praktik Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 tentang Perbankan


Syari’ah, Perbankan syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut bank syari’ah dan unit
usaha syari’ah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya (Umam, 2013).

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pendanaan dan pembiayaan.


Pada sisi pendanaan, mudharabah diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Dalam
produk simpanan tersebut, penyimpan dana atau deposan bertindak sebagai shahibul maal
dan bank syari’ah sebagai mudharib. Dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan
pembiayaan kepada pihak lain dengan bentuk transaksi seperti prinsip jual beli, sewa, dan
pembiayaan (Djamil, 2012). Jika bank melakukan mudharabah kedua (two-tier-mudharabah),
maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi terhadap dana tersebut. Dengan
kewenangan yang diberikan oleh penyimpan dana, bank dapat menerapkan prinsip
mudharabah tersebut dalam bentuk mudharabah mutlaqah ataupun mudharabah muqayyadah.
Prinsip mudharabah mutlaqah diterapkan dalam produk tabungan dan deposito, sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana, yakni tabungan dan deposito mudharabah. Prinsip
mudharabah muqayyadah dapat diterapkan dalam bentuk pembiayaan khusus on balance
sheet dan off balance sheet (Djamil, 2012). Pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan
untuk pembiayaan modal kerja seperti modal perdagangan dan jasa atau investasi yang
khusus, yang disebut dengan mudharabah muqayyadah. Kekhususan tersebut berasal dari
sumber dana khusus dengan penyaluran khusus yang syaratnya ditetapkan oleh shahibul maal
(Djamil, 2012).

Beberapa contoh dari investasi dengan menggunakan akad mudharabah, antara lain
sebagai berikut (Ismail, 2011):

1. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah merupakan produk penghimpunan dana oleh bank syari’ah


dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Dalam hal ini bank syari’ah bertindak
sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal. Nasabah menyerahkan
modalnya kepada bank syari’ah tanpa ada batasan pengelolaan dan bank syari’ah akan
membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir bulan, yang besarnya sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati diawal akad. Bagi hasil ini akan berubah setiap bulannya. Perubahan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:

a. Pendapatan bank syari’ah


b. Total investasi mudharabah muthlaqah
c. Rata-rata saldo tabungan mudharabah
d. Nisbah tabungan mudharabah yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian
e. Metode perhitungan bagi hasil yang diberlakukan
f. Total pembiayaan bank syari’ah

2. Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah


yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan penarikannya dapat dilakukan pada
waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan antara bank dan nasabah
investor. Penarikan pada deposito hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktunya,
sehingga pada umumnya balas jasa yang berupa nisbah bagi hasil yang diberikan oleh bank
untuk deposito akan lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan mudharabah.

3. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah pada perbankan syari’ah diatur dalam Fatwa Dewan


Syari’ah Nasional Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah (qiradh).
Pembiayaan mudharabah sering disebut dengan trust financing atau trust investment. Dalam
pembiayaan mudharabah ini modal investasinya disediakan oleh bank sebagai shahibul maal
sebesar 100%. Peran nasabah adalah sebagai mudharib (yang menjalankan usaha). Nisbah
keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan pada saat akad. Pembiayaan mudharabah
dapat diaplikasikan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
untuk investasi khusus. Bank dapat memberikan persyaratan khusus yang akan diproyeksikan
oleh mudharib (Dahlan, 2012).

Syarat-syarat operasional yang diperlukan dalam pelaksanaan pembiayaan mudharabah


antara lain sebagai berikut (Ismaniyati, 2013):

1. Jumlah modal harus jelas.


2. Jika modal berbentuk barang maka harus ditaksir dengan rupiah.
3. Modal yang diberikan oleh bank harus berbentuk tunai dan diserahkan kepada
nasabah.
4. Keuntungan dibagi setelah seluruh atau sebagian modal dikembalikan.

C. Contoh Perhitungan Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Mudharabah

Tn. Derani memiliki tabungan di Bank Syariah Pangkal Pinang. Pada bulan juni
2002 Saldo rata-rata tabungan Tn. Derani adalah sebesar Rp 10.000.000,-. Perbandingan bagi
hasil (nisbah) antara Bank Syariah Pangkal Pinang dengan deposan adalah 40%:60%. Saldo
rata-rata tabungan per-bulan di seluruh Bank Syariah Pangkal Pinang adalah Rp
10.000.000.000,-. Kemudian pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang yang dibagihasilkan
adalah Rp 40.000.000,-.

Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Derani pada bulan yang bersangkutan.

Jawab :

= 10.000.000x 40.000.000x60%= 24.000

10.000.000.000

Contoh Perhitungan Keuntungan Deposito Mudharabah :

Tn. Rahman Hakim memiliki deposito sebesar Rp 100.000.000, -untuk jangka


waktu 1 bulan di Bank Syariah Belinyu. Bagi hasil (nisbah) antara Bank Syariah Belinyu
dengan nasabah adalah 45%:55%. Saldo rata-rata deposito per bulan di Bank Syariah Belinyu
adalah Rp 10.000.000.000,-. Kemudian pendapatan yang dibagihasilkan di Bank Syariah
Belinyu adalah Rp 500.000.000, -.

Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Rahman Hakim dari nisbah yang ditetapkan.
Jawab:

= 100.000.000x 500.000.000x 55%= 2.750.000

10.000.000.000

Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak Irfa, seorang
pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS sebagai
pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada Irfa sebesar
Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil
BJS : Irfa = 30% : 70%. Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi
penjualan buku sebagai berikut:

Penjualan Rp 1.000.000

Harga Pokok Penjualan (Rp 700.000)

Laba Kotor Rp 300.000

Biaya-biaya Rp 100.000

Laba bersih Rp 200.000

Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis tersebut pada
tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil tersebut menggunakan
metode:

a. Profit sharing

b. Revenue sharing

Jawab:

a. Profit sharing Pendekatan ini merupakan perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada
pendapatan yang didapat (laba kotor), artinya pendapatan yang didapat sebelum dikurangi
dengan biaya-biaya usaha.

Bank Syariah : 30% x Rp 200.000 (Laba bersih) = Rp 60.000

Irfa : 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000


b. Revenue sharing. Pendekatan ini memiliki pengertian bahwa perhitungan bagi hasil
didasarkan pada laba bersih, yaitu pendapatan yang didapat dikurangi dengan biaya usaha
dan lain-lain.

Bank Syariah : 30% x Rp 300.000 (Laba Kotor) = Rp 90.000

Irfa : 70% x Rp 300.000 = Rp 210.000

D. Permasalahan- Permasalahan Dalam Pembiayaan Mudharabah

1. Preferensi Muslim dan Pilihan Tipe Kontrak

Pemilihan kontrak bagi muslim ditentukan oleh minimal dua faktor penentu, yaitu
ekspektasi keuntungan yang diharapkan (tinggi) dan sesuai dengan syariah. Berbeda dari
preferensi non muslim yang hanya berdasarkan keuntungan semata, preferensi muslim dalam
memilih tipe kontrak harus sesuai dengan konsep maslahat yang sesuai dengan syariah.
Kontrak yang walaupun mendatangkan keuntungan yang sangat besar, namun jika tidak
sesuai dengan sayriah , tidak dapat diterima. Kontrak dengan bunga yang tinggi misalnya,
memang mendatangkan keuntungan yang besar, namun tidak sesuai dengan syariah, maka
kontrak itu ditolak. Sharing, merupakan suatu kontrak usaha yang dianjurkan dalam Islam
Konsep syariah sangat menganjurkan tolong menolong dalam menghadapi ketidakpastian
dalam dunia usaha. Anjuran Islam tersebut ditambah lagi dengan petunjuk yang berfungsi
untuk meningkatkan kualitas transaksi kontrak. Anjuran tersebut misalnya perintah untuk
berbuat jujur (Sidiq). Konsep kejujuran akan mendorong transparansi dalam berkontrak.
Transaparansi dapat melahirkan kontrak usaha yang bermutu dan berkualitas. Islam juga
mempunyai konsep penghargaan terhadap waktu dan dorongan untuk bekerja keras didunia.
Penghargaan terhadap waktu dan bekerja keras adalah syarat untuk keberhasilan suatu usaha.

Islam juga mewajibkan amanah terhadap sesuatu yang dipercayakan orang kepada
kita. Konsep amanah adalah konsep yang sangat diperlukan dalam sebuah kontrak usaha,
apalagi sharing. Ketiga konsep Islam tesebut tentu sangat mendorong terjadinya kontrak yang
berkulitas dalam sharing. Pembahasan konsep sharing secara empiris maupun teoritis
sebenarnya telah banyak dilakukan oleh para ekonom. Hal ini karena sharing memang
dilakukan oleh berbagai macam masyarakat. Dari beberapa pembahasan, muncul beberapa
permasalahan yang menjadikan sharing tidak optimal. Masalah yang menyebabkan tidak
optimalnya sharing antara lain adalah level informasi yang berbeda yang dialami oleh pihak
yang melakukan kontrak sharing, dan preferensi masing-masing individu pelaku sharing
tersebut.

2. Preferensi Individu Bagi individu

Pemilihan jenis kontrak termasuk sharing, ssungguhnya ditentukan oleh faktor


utama sejauh mana jenis usaha tersebut dapat memberikan ekspectasi pendapatan yang tinggi.
Dalam prinsip ekonomi , manusia yang rasional adalah manusia yang berfikir margin yang
didapat dan prinsip opportunity cost (Mankiw, 2001). Seseorang lebih suka mendapatkan
lebih banyak daripada mendapatkan lebih sedikit. Namun dalam Islam, tentu saja terdapat
perbedaan dari segi preferensi. Seorang Muslim tidak hanya sekedar mengejar hasil yang
banyak atau keuntungan tanpa mempertimbangkan faktor etika dan moral. Faktor moral,
halal dan haram, etika adalah hal yang juga sangat dipertimbangkan dalam preferensi
individu. Kontrak sharing, pada prinsipnya memberikan keleluasaan bagi pengusaha (Fund
User) untuk menentukan level optimal usaha yang dilakukannya. Pada kondisi seperti itu
maka preferensi individu dari masing-masing pihak akan menentukan kontrak sharing.
Dengan kata lain, seorang shahibul mal ingin keuntungan yang besar, seorang mudharib pun
menginginkan keuntungan yang besar pula .

Anda mungkin juga menyukai