Islamization Between Al-Attas and Faruqi
Islamization Between Al-Attas and Faruqi
Pendahuluan
1
Budi Handrianto, Islamisasi Sains; Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern,
(Jakarta: INSISTS, 2009), p.137
2
Muhammad Mumtaz Ali, Issues in Islamization of Human Knowledge; Civilizations
building Discourse of Contemporary Muslim Thinkers, (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2014), p.90
3
Ibid, p.105
1
Islamisasi Menurut Syed M.N. Al-Attas
...untuk perumusan dan penyebaran ilmu di dunia Islam pada masa kini,
kita harus melihat bahwa penyusupan konsep-konsep kunci dari dunia
Barat telah membawa kekeliruan yang pada akhirnya menimbulkan akibat
yang serius jika tidak ditangani. Karena apa yang dirumuskan dan
disebarkan dalam dan melalui universitas-universitas dan lembaga-
lembaga pendidikan yang lainnya mulai dari tingkat dasar hingga tingkat
tinggi sebenarnya adalah ilmu yang mengandung watak, kepribadian,
kebudayaan dan peradaban Barat dan dibentuk dalam cetakan budaya
Barat. 5 Tugas kita pertama-tama adalah mengasingkan unsur-unsur itu
termasuk konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan
peradaban itu 6 ..... Islamisasi pengetahuan kontemporer tepatnya berarti
bahwa, setelah pengasingan itu, ilmu yang telah terbebaskan itu kemudian
diisi dengan unsur-unsur dan konsep-konsep kunci Islam. Karena sifat asasi
unsur-unsur dan konsep-konsep kunci Islam ini merupakan sesuatu yang
4
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir
Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1990), p. 90.
5
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: PIMPIN, 2010) p.
1-15
6
Ibid., p. 137-8.
2
mendefinisikan fitrah, maka sebenarnya Islamisasi akan mengisi ilmu itu
dengan fungsi dan tujuan tabii sehingga menjadikannya ilmu sejati.7
Dengan demikian, langkah Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer yang di
tawarkan Al-Attas adalah melakukan De-westernisasi. Maka penulis
menyimpulkan bahwa De-westernisasi Al-Attas merupakan kegiatan
pengidentifikasian, pemisahan, dan pengisolasian unsur-unsur Barat yang ada pada
tubuh ilmu pengetahuan. Mengapa demikian? Karena Al-Attas melihat setidaknya
ada lima factor yang menjiwai dalam tubuh ilmu pengetahuan Barat, yaitu
mempercayakan akal manusia untuk membimbing manusia, kepercayaan pada
dualistik yang akan mengantar pada kebenaran, penegasan akan sisi fana kehidupan
sebagai realiti yang memancarkan pandangan alam yang sekular, penerimaan ajaran
humanisme, penerimaan drama dan tragedi, yang dianggap sebagai realiti
universal. 8 Setelah unsur-unsur keilmuan barat tersebut diidentifikasi, kemudian
dipisahkan dan diisolasi dari tubuh ilmu pengetahuan yang utuh, barulah dapat
dilakukan islamisasi. Dengannya de-westernisasi telah mengangkat penyakit dalam
tubuh ilmu pengetahuan. Pengobatan selanjutnya berupa islamisasi ilmu
pengetahuan dengan mengacu pada konsep-konsep kunci dalam Islam atau
memasukan nilai-nilai dan konsep dasar Islam di dalamnya. Konsep-konsep dasar
Islam itu di antaranya adalah: (1) Konsep din; (2) Konsep manusia (insan); (3)
Konsep ilmu (ilm dan ma’rifah); (4) Konsep keadilan (‘adl); (5) Konsep amal yang
benar (amal sebagai adab) dan semua istilah dan konsep yang berhubungan dengan
itu semua; dan (6) Konsep tentang universitas (kulliyah, jâmi’ah) yang berfungsi
sebagai bentuk implementasi semua konsep-konsep itu dan menjadi model sistem
pendidikan. 9 Dan tujuan akhir dari proses Islamisasi ini adalah mewujudkan
manusia yang beradab.10
7
Ibid., p. 204-5.
8
Ibid., p. 170.
9
Lihat Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme, p. 201.
10
Adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu dan segala
sesuatu yang ada terdiri dari hirarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-
tingkatannya , dan bahwa seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan
3
Berikut penulis ingin menyederhanakan tentang bagaimana langkah-langkah
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Al-Attas. Islamisasi ilmu pengetahuan
kontemporer Al-Attas melibatkan dua proses yang saling berkaitan.
realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual, dan spiritual. Lihat, Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat
dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas,( p. 177.
11
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam, (Kuala
Lumpur: ISTAC, 1995), hlm. 114
12
Lihat Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme, hal. 134
4
menjadi cara pandang Islam yaitu konsep Tuhan. konsep Tuhan (Tauhid)
merupakan kunci pokok yang memengaruhi konsep-konsep yang lain. Artinya,
konsep Tuhan menjadi jiwa atau ruh bagi pandangan hidup Islam. selain itu Konsep
tentang Wahyu (al-Qur’an), Konsep Penciptaan, Konsep Manusia, Konsep Ilmu,
Konsep Agama, Konsep Kebebasan Manusia, Konsep Nilai dan Kebajikan, Konsep
Kebahagiaan kesepuluh: Konsep Hari Akhir, dan sebagainya.
5
yang semua itu dengan tujuan agar disiplin-disiplin ilmu itu kaya serta sesuai
dengan visi Islam.13
13
“… to Islamize, is to recast knowledge as Islam relates to it… i.e. to redefine and reorder
the data, to rethink the reasoning and relating of the data, to reevaluate the conclusions, to reproject
the goals and to do so in such a way as to make the diciplines enrich the vision and serve the cause
of Islam” Lihat, Ismail Raji Al-Faruqi, Islamization of Knowledge: General Principles and
Workplan, (Herndo, Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1982), h. 15
14
Ibid., h. 28
6
Analisa Islamisasi Al-Attas dan Al-Faruqi
Menurut Syamsul Rizal, semua pelopor ide Islamisasi ilmu, khususnya al-
Attas, dan al-Faruqi, menyakini bahwa ilmu itu bukanlah neutral (value Free).16
atau bebas nilai. Tujuan usaha mereka adalah sama dan konsep Islamisasi ilmu yang
mereka bawa adalah berpedoman kepada prinsip metafisik, ontologi, epistemologi
dan aksiologi Islam yang berasaskan kepada konsep tauhid. Mereka sependapat
bahwa ilmu Barat khususnya ilmu sains kemanusiaan, sains kemasyarakatan, dan
sains alam modern bersandar pada falsafah dan pandangan yang sekuler di mana
Allah yang Maha Esa telah dipinggirkan. Dalam kerangka ilmu ini, Allah tidak
berperan. Keduanya juga sependapat tentang metodologi ilmu modern ini banyak
dipengaruhi oleh metodologi sains alamiah yang lebih menekankan objektivitas
tetapi telah melampaui batasan dengan wujudnya golongan berpaham positivistik
yang menolak segala kenyataan atau hakikat yang tidak dapat dibuktikan secara
empirikal.
15
Lihat: Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme; Ismail Raji Al-Faruqi,
Islamization of Knowledge: general Principles and workplane, (Herdon: IIT, 1982)
16
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), p.204
7
Dan sudut epistemologi, falsafah yang bersumber dari peradaban Barat ini
menentang ilmu yang bersumberkan wahyu maupun ilham dan hanya menerima
akal dan pancaindera. Sehingga implikasi nyata dari ilmu modern ini bukan
mengokohkan iman sebagaimana pandangan Islam, tetapi sebaliknya merusak dan
menyesatkan aqidah umat Islam.
17
S. Sholeh, Islamisasi Ilmu Pengetahuan; Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqidan
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Al-Hikmah; Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 14 (2), 2017,
p.217
18
Ibid, p.124
8
keperluan kepada Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai respons terhadap
sekularisasi.19
Perbedaan yang lain di antara kedua pemikir ini adalah dalam masalah
metodologi proses Islamisasi. Bagi al-Attas, definisi Islamisasi ilmu
pengetahuan itu sendiri memberi panduan kepada metode pelaksanaannya. Proses
ini melibatkan dua langkah, yaitu, proses verifikasi atau saringan dan proses
penyerapan. Beliau tidak menjelaskan prosedur-prosedur yang khusus.22 Menurut
beliau apabila seorang individu memahami pandangan Islam, menafsirkannya dan
menghayati nilai-nilainya yang sesuai dengan pemahaman tersebut, maka islamisasi
ilmu pengetahuan pun akan terlaksana. Seseorang akan dapat mengidentifikasi
unsur-unsur dan konsep-konsep asing serta melakukan pembedahan yang
diperlukan.
19
Budi Hanrianto, Islamisasi Sains..., p.156
20
Abdul Rashid Moten, Approaches to Islamization of Knowledge: A Review, Islamization
of Human Sciences, edit. M. Yusof Hussain, (Kuala Lumpur: IIUm Press, 2009), p.67
21
Irma Suryani Siregar & Lina Mayasari Siregar, Studi Komparatif Pemikiran Ismail Raji
al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib al-Attas, Jurnal al-Hikmah, Vol. 15, no.1, April 2018, p.91
22
Rosnani Hasyim & Imron Rossidy, A Comparative Analysis of The Conceptions of Al-
Attas and Al-Faruqi, dalam Islamization of Human Sciences, (Kuala Lumpur: IIUm Press, 2009),
p.127
9
Barat dan Islam yang dirancang dapat menyerap ilmu Islam ke dalam ilmumodern
dan sebaliknya ilmu modern ke dalam ilmu Islam. Namun bagi Al-Attas hal ini
dapat dilaksankan hanya setelah menyaringkan unsur dan konsep Barat sekuler.
Di samping itu, ulama tradisional melihat tasawuf sebagai satu cara untuk
memperoleh ilmu kerohanian, dan menganggap ilmu kerohanian sebagai cara
utama bagi menyelamatkan manusia dari cengkaman empirisme, pragmatisme,
materialisme dan rasionalisme sempit yang merupakan sumber utama sains
modern.25 Justru itu ilmu kerohanian menjadi cara untuk mengatur pendidikan dan
perspektif terpadu dan komprehensif.
23
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: PIMPIN, 2010),
p. 152-154
24
Rosnani Hasyim & Imron Rossidy, A Comparative Analysis of The Conceptions..., p.120
25
Ibid
26
Muhammad Mumtaz Ali, Issues in Islamization of Human Knowledge; Civilizations
building Discourse of Contemporary Muslim Thinkers, (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2014), p.144
10
Muslim tidak memahami tentang Islam dan pandangannya belum menjadi Muslim
yang baik? Oleh karena itu, menurut al-attas strategi yang tepat sesuai dengan
zaman dan keadaan kita, yang lebih penting adalah menekankan individu dalam
mencari penyelesaian kepada masalah yang kita hadapi daripada menekankan
masyarakat dan negara. Al-Attas mendukung intuisi sebagai sumber dan metode
yang sah bagi metodologi saintifik.27
Penutup
27
Rosnani Hasyim & Imron Rossidy, A Comparative Analysis of The Conceptions..., p.120;
Muhammad Mumtaz Ali, Issues in Islamization of Human Knowledge..., p. 95
11
mereka, ilmu kontemporer atau sains modern telah keluar dari jalur yang
seharusnya.
12
Islamisasi ilmu kepada massa melalui aktivitas tetap yang berbentuk seminar,
persidangan dan membuka beberapa cabangnya di beberapa negara. Konsep
islamisasi ilmu pengetahuan al-Attas juga mnemberi lebih perhatian kepada
individu daripada masyarakat. Baginya perubahan individual akan diikuti oleh
perubahan dalam masyarakat dan ummah.
13
Daftar Pustaka
al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1990. Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir,
(Bandung: Mizan)
Daud, Wan Mohd Nor Wan, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam
Sholeh, S., 2017. Islamisasi Ilmu Pengetahuan; Konsep Pemikiran Ismail Raji Al-
Faruqidan Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Al-Hikmah; Jurnal Agama
dan Ilmu Pengetahuan, 14 (2)
14
Siregar, Irma Suryani & Siregar, Lina Mayasari, 2018, Studi Komparatif Pemikiran
Ismail Raji al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib al-Attas, Jurnal al-
Hikmah, Vol. 15, no.1, April
15