Anda di halaman 1dari 28

TUGAS STATISTIK

PROFIL DEFINED DAILY DOSE (DDD) ANTIBIOTIK


DI RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE JANUARI – DESEMBER 2014

Disusun Oleh :
Agustina Sitorus (13334046)
Dosen : Drs.Syarif hidayatullah,M.Komp

PROGRAM STUDI FARMASI


FALKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2015

1
2

BAB I Formatted: Space After: 0 pt

PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang

Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

terbanyak. Penemuan dan penggunaan antibiotik secara luas dalam bidang

kesehatan sejak 1943 telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat infeksi secara tajam Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan

bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk

penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. (1), (2). Formatted: Superscript

Antibiotik merupakan obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau

membunuh mikroorganisme. Penggunaannya dimaksudkan sebagai pencegahan

dan penanganan terhadap infeksi mikroba. antibiotika merupakan kelompok obat

yang paling sering digunakan saat ini.

Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak

tepat guna, menyebabkan masalah kekebalan antibiotik, meningkatkan biaya

pengobatan, dan efek samping antibiotik(Juwono, 2003). Pada penelitian kualitas

penggunaan antibiotik diberbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai

dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi. (2), (3), (4) Formatted: Superscript
Formatted: Superscript

Penilaian kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik khususnya di sarana

pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, dapat diukur secara retrospektif dan
3

prospektif melalui data rekam medik dan Rekam Pemberian Antibiotik (RPA).

DataSituasi penggunaan antibiotika juga memang harus dievaluasi dari waktu ke

waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang mutakhir

serta masukan yang dapat diberikan oleh para klinikus (Nelwan, 2009). (5), (6) Formatted: Superscript

Salah satu indikator penggunaan antibiotik telah rasional adalah penurunan Formatted: Indent: First line: 0"

kuantitas penggunaan antibiotik. Semakin kecil kuantitas antibiotik yang

digunakan menunjukkan bahwa dokter lebih selektif dalam menggunakan

antibiotik sehingga lebih mendekati prinsip penggunaan antibiotik yang bijak.

Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas penggunaan antibiotika sangat

diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis,

serta disajikan dengan suatu sistem atau metode yang terstandar. Salah satu

metode terstandar yang dikembangkan WHO untuk studi penggunaan obat

khususnya penggunaan antibiotik adalah metode Anatomical Therapeutic


(7), (8)
Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Kebutuhan akan adanya suatu Formatted: Superscript

metode yang terstandar untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika dan

juga menetapkan ketepatan penggunaan antibiotika telah nampak dengan begitu

jelas (Nouwen, 2006)

Pada tahun 1996, World Health Organization (WHO) mengakui bahwa Formatted: Font: Italic

klasifikasi Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
perlu dikembangkan sebagai standar penggunaan obat dan dapat diaplikasikan

secara internasional. Tujuan utama analisis dengan ATC/DDD adalah untuk


4

mengukur intensitas konsumsi produk obat dan memperbaiki kualitas penggunaan

obat. (Hutchinson et al., 2004; Wertheimer & Santella, 2007). (9) Formatted: Superscript

Dengan menggunakan metode ATC/DDD, hasil evaluasi penggunaan obat

dapat dengan mudah dibandingkan. Adanya perbandingan penggunaan obat di

tempat yang berbeda sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya perbedaan

substansial. Evaluasi lebih lanjut akan dapat dilakukan ketika ditemukan

perbedaan bermakna yang akan mengarah pada identifikasi masalah dan

perbaikan sistem penggunaan obat. (1), (9) Formatted: Superscript

Dari latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian terhadap Formatted: Space After: 10 pt

profil DDD antibiotik di suatu sarana pelayanan kesehatan. Penelitian ini

dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo karena rumah rumah sakit

tersebut merupakan salah satu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan

nasional dengan klasifikasi rumah sakit tipe A. Alasan kedua yaitu rumah sakit

tersebut memiliki pelayanan kesehatan yang baik dan berstandar internasional

yang diperkuat dengan akreditasi oleh Joint Commission International (JCI).. Formatted: Font: Italic

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit yang memiliki

pelayanan yang sangat baik. Sebelumnya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan antibiotik dengan

menggunakan metode ATC/DDD, sehingga dengan penelitian tersebut peneliti

ingin mengetahui profil defined daily dose antibiotik di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo dari Januari – Desember 2014.


5

Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan menggambarkan

profil Defined daily dose

1.B Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil Defined Daily Dose (DDD) antibiotik di RSUPN Dr. Formatted: Indent: Left: 0.31"

Cipto Mangunkusumo pada periode Januari – Desember 2014? Formatted: Font: Bold

1.2. Bagaimana pola penggunaan antibiotik jika dikaitkan dengan profil

Defined Daily Dose (DDD)/100 hari rawat di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo?

2. Apakah penggunaan antibiotik sudah tepat dan sesuai berdasarkan

formularium rumah sakit?

1.C Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui profil Defined Daily Dose (DDD) antibiotik di RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode Januari – Desember 2014.

2. Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik berdasarkan profil Defined

Daily Dose (DDD)/100 hari rawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

2. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

3. Untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian penggunaan antibiotik dosis

dan frekuensi pemberian) berdasarkan formularium rumah sakit?

1.D Manfaat Penelitian

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk :
6

1. Memberikan informasi mengenai profil Defined Daily Dose (DDD)

antibiotik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

1.2. Dapat dijadikan sebagai kontrol penggunaan antibiotik Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.3", Hanging:
0.2", Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space
between Asian text and numbers, Tab stops: Not at 0.5"
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
2.
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.3", Hanging:
0.2", No bullets or numbering, Adjust space between Latin
3. Menjadi bahan pembanding dan pelengkap bagi penelitian selanjutnya and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers

yang berhubungan dengan profil Defined Daily Dose antibiotik di RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo.

3.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.A Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati

suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu

pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang

menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain. (10), (11) Formatted: Superscript

II.B Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1) Berdasarkan struktur kimia antibiotik (12) Formatted: Superscript


Formatted: Superscript
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, gentamisin,

kanamisin, neomisin, tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam, antara lain penisilin (Benzil penisilin,

oksasilin, kloksasilin, ampisilin, amoksisilin, piperasilin), golongan


8

karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), sefalosporin

(generasi pertama : sefalotin, sefaleksin, sefadroksil; generasi kedua :

sefaklor,sefuroksim; generasi ketiga : sefotaksim, seftriakson,

sefoperazon, seftazidim; generasi keempat : sefepim), karbapenem

(imipenem, meropenem).

c. Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin.

d. Golongan Makrolida antara lain eritromisin, azitromisin, klaritromisin.

e. Golongan Tetrasiklin antara lain tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin.

f. Golongan Kuinolon antara lain asam nalidiksat

g. Golongan Fluorokuinolon antara lain siprofloksasin, ofloksasin,

levofloksasin.

h. Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, tiamfenikol,

metronidazol, klindamisin dan kotrimoksazol.

2) Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik. (13) Formatted: Superscript


Formatted: Superscript
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik

dikelompokkan sebagai beirkut :

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri

Memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel

dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara

lain golongan β-Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem,

monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti

vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.


9

b. Inhibitor sintesis protein bakteri

Memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu

sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat

tahap tahap sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya

menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida,

makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon,

kloramfenikol.

c. Menghambat sintesa fosfat

Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti sulfonamida dan

trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus

membuat asam folat dari PABA (asam para amino benzoat), pteridin,

dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin

dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu

target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba.

d. Mengubah permeabilitas membran sel

Memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan menghilangkan

permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler

menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas ini

antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.

e. Mengganggu sintesis DNA

Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol,

kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam

deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA.


10

DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang

menyebabkan terbukanya da terbentuknya superheliks pada DNA

sehingga menghambat replikasi DNA.

f. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

32) Berdasarkan aktivitas antibiotik. (14) Formatted: Superscript

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :

a. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)

Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap

organisme baik Gram positif maupun Gram negatif. Antibiotik

berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi

yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan

sensitifitas.

b. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)

Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme.

Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi

yang disebabkan oleh bakteri Gram positif. Karena antibiotik

berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif

dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik

berspektrum luas

II.C Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik(17)

Terapi dengan menggunakan antibiotika berbeda dengan farmakoterapi

lainnya. Terapi ini berdasarkan tidak hanya karakteristik pasien dan obat,
11

namun juga jenis infeksi dan mikroorganisme penyebab infeksi. Ada

hubungan rumit antara pasien, patogen dan antibiotika. Memilih antibiotika

untuk mengobati infeksi lebih rumit daripada memilih obat untuk patogen

yang sudah diketahui. Pada umumnya dilakukan pendekatan sistematis untuk

memilih regimen antibiotika. Secara umum, antibiotika digunakan dalam tiga

cara yaitu pencegahan (profilaksis), terapi empiris, dan definitif.

II.C.1. Pencegahan (profilaksis)(17)

Pada keadaan tertentu antibiotika digunakan untuk

mencegah penyakit. Biasanya digunakan pada infeksi saluran kemih

berulang, pasien dengan transplantasi organ tubuh atau pasien dalam

kemoterapi maupun tindakan bedah. Pada pasien atau tindakan bedah

pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi

dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi.

Diharapkan pada saat operasi antibiotik di jaringan target

operasi sudah mencapai kadar optimal yang efektif untuk menghambat

pertumbuhan bakteri. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis selain

tepat dalam pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi

antibiotik dalam jaringan saat mulai dan selama operasi berlangsung.

1. Tujuan pemberian antibiotik profilaksis pada kasus pembedahan:

a. Penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO).


12

b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.

c. Penghambatan muncul flora normal resisten.

d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.

2. Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas operasi,

yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi.

3. Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis:

a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak

pada

kasus bersangkutan.

b. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri.

c. Toksisitas rendah.

d. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat

anestesi.

e. Bersifat bakterisidal.

f. Harga terjangkau

4. Rute pemberian

a. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena.

b. Untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan dianjurkan

pemberian antibiotik intravena drip.

5. Waktu pemberian

Antibiotik profilaksis diberikan ≤ 30 menit sebelum insisi kulit.

Idealnya diberikan pada saat induksi anestesi.

6. Dosis pemberian
13

Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi

dalam jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotik dengan

dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan target operasi kadar

antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat

kadar terapi.

7. Lama pemberian

Durasi pemberian adalah dosis tunggal.

II.C.2 Terapi Empiris

Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah

penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui

jenis bakteri penyebabnya. Tujuan pemberian antibiotik untuk

terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan

bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh

hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada

keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab

infeksi. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data

epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di komunitas

atau di rumah sakit setempat, kondisi klinis pasien, ketersediaan

antibiotik, kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam

jaringan/organ yang terinfeksi, untuk infeksi berat yang diduga


14

disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan antibiotik

kombinasi.

Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan

pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat

dapat

dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Lama

pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72

jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data

mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang

lainnya

II.C.3 Terapi Definitif

Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah

penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui

jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya. Tujuan pemberian

antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan

pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan

hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Indikasi: sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi

penyebab infeksi. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik :

Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik,

Sensitivitas, Biaya, Kondisi klinis pasien, Diutamakan antibiotik

lini pertama/spektrum sempit. Ketersediaan antibiotik (sesuai


15

formularium rumah sakit). Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan

Terapi (PDT) setempat yang terkini. Paling kecil memunculkan

risiko terjadi bakteri resisten. Rute pemberian: antibiotik oral

seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada

infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan

antibiotik parenteral. Jika kondisi pasien memungkinkan,

pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti dengan

antibiotik per oral.

Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada

efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang

telah dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi

berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data

penunjang lainnya.

II.C.4 Formularium Antibiotik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Dalam memilih dan menggunakan antibiotika RSUPN

memiliki kebijakan sendiri yang tercantum dalam formularium

sebagai berikut :

1. Antibiotik kategori A (lini pertama)

Antibiotik kategori A merupakan antibiotik yang boleh

diresepkan oleh semua dokter yang bertugas di RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo. Antibiotik yang termasuk kategori A

antara lain amoksisilin, amoksisilin asam klavulanat, ampisilin,


16

ampisilin sulbaktam, banzatin benzyl penisilin, prokain

penisilin, eritromisin, gentamisin, kanamisin, linkomisin,

kloramfenikol, tiamfenikol, levofloksasin, moksifloksasin,

siprofloksasin, azitromisin, fosfomisin, klindamisin, kolistin,

kotrimoksazol, metronidazol, klaritromisin, spiramisin,

sefadroksil, sefazolin, sefditoren pivoksil, sefiksim,

sefuroksim, doksisiklin, dan tetrasiklin.

2. Antibiotik kategori B (lini kedua)

Antibiotik kategori B merupakan antibiotik yang boleh

diresepkan bila pemeriksaan mikrobiologik memperlihatkan

adanya resistensi dengan antibiotik lini pertama (kategori A),

penggunaan nya merupakan prosedur standar di

departemen/divisi atau penggunaannya telah disetujui oleh tim

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Antibiotik yang termasuk

dalam kategori B antara lain, amikasin, sefoperazon,

sefoperazon sulbaktam, sefotaksim, sefotiam, seftizoksim,

seftriakson.

3. Antibiotik kategori C (lini ketiga)

Antibiotik kategori C merupakan antibiotik yang boleh

diresepkan setelah mendapat persetujuan oleh konsultan

spesialis penyakit infeksi di masing-masing departemen atau

panitia antibiotik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.


17

Antibiotik yang termasuk dalam kategori C antara lain,

sefepim, sefpirom, seftazidim, tigesiklin, aztreonam,

ertapenem, doripenem, imipenem kilastatin, linezolid,

meropenem, teikoplanin, vankomisin.

II.D Sistem Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose Formatted: Font: Bold

(ATC/DDD)

II.D.1 Sejarah Sistem ATC/DDD Formatted: Tab stops: 0.3", Left + Not at 0.25" + 0.5"

Penelitian penggunaan obat semakin meningkat sejak kelahiran Formatted: Indent: Left: 0.79"

metode ATC/DDD tahun 1960. pada symposium The Consumption of

Drugs di Oslo tahun 1969 dan The Drug Utilization Research Group

(DURG ), disetujui untuk studi penggunaan obat diperlukan suatu

sistem klasifikasi internasional. (9) Formatted: Superscript

Sistem Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dimodifikasi dan Formatted: Indent: Left: 0.79", Tab stops: 0.79", Left +
Not at 0.69"

dikembangkan para peneliti Norwegia oleh The European

Pharmaceutical Market Research Association (EPhMRA). Defined

Daily Dose D(DDD) digunakan untuk memperbaiki unit pengukuran

tradisional untuk digunakan dalam studi penggunaan obat. (9) Formatted: Superscript

ATC/DDD untuk studi penggunaan obat direkomendasikan oleh Formatted: Indent: Left: 0.79"

Kantor Regional WHO Eropa pada tahun 1981 sebagai sistem

pengukuran obat internasional. The WHO Collaborating for Drug

Methodology didirikan di Oslo pada tahun 1982 bertugas sebagai

badan pusat yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasi


18

penggunaan metodologi penggunaan ini. Pusatnya dibangun oleh

Pemerintah Norwegia tepatnya di The Norwegia Institute of Public

Health. (9) Formatted: Superscript

II.D.2 Tujuan Sistem ATC/DDD

Tujuan dari sistem ATC/DDD adalah sebagai sarana untuk Formatted: Indent: Left: 0.69"

penelitian penggunaan obat untuk meningkatkan kualitas penggunaan

obat. Salah satu komponen ini adalah presentasi dan perbandingan dari

konsumsi obat tingkat internasional dan level-level lain. Sistem ini

dibuat oleh kelompok kerja bentukan WHO yaitu Centre and Working Formatted: Font: Italic

Group (9) Formatted: Superscript

II.D.3 Sistem Klasifikasi ATC/DDD

Obat diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok pada lima level Formatted: Indent: Left: 0.69"

yang berbeda. Contoh: ATC J01CA01 adalah kode utuk Ampicilin. (6) Formatted: Superscript

Adapun maknanya adalah sebagai berikut:

Struktur ATC Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25" +
0.69"

J Anti infective for systemic Formatted: Font: Italic


Formatted: Font: Italic
Level 1, kelompok utama anatomi

J01 Antibacterial for systemics use Formatted: Font: Italic

Level 2, kelompok utama farmakologi

J01C Beta-Lactam Antibiotickals Penicillins


19

Level 3, kelompok farmakologi

J01CA Penicillins with extended spectrum

Level 4, kelompok kimia

J01CA01 Ampicillin

Level 5, kelompok zat kimia

Prinsip umum klasifikasi: Formatted: Indent: Left: 0.98", Tab stops: Not at 0.25" +
0.69"

1) Penggunaan terapi utama Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.73", Numbered +
1) Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab
stops: Not at 0.25" + 0.69"
2) Satu kode untuk setiap sediaan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2)

3) 3) Suatu zat dapat mempunyai kode ATC lebih dari satu bila Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

mempunyai kekuatan dan bentuk sediaan lebih dari satu untuk

terapi yang berbeda

Formatted: Indent: Left: 0.25"

II.D.4 Pemanfaatan SistemUnit Pengukuran ATC/DDD.

DDD diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-rata Formatted: Indent: Left: 0.69", Space After: 0 pt, Tab
stops: Not at 0.25"

perhari yang digunakan untuk indikasi utama orang dewasa. DDD

hanya ditetapkan untuk obat yang mempunyai kode ATC. Penggunaan

satuan unit biaya dalam studi kuantitatif penggunaan obat dapat

digunakan dalam membantu memonitor pengeluaran biaya obat untuk


20

masalah yang efektif dan mengidentifikasi masalah penggunaan obat

untuk menyusun langkah kebijakan penggunaan obat. (9) Formatted: Superscript

Analisis penggunaan obat dalam unit kuantitas dapat

membantu dalam mengidentifikasi penggunaan yang over use dan

under use dalam pengobatan sendiri dan kelompok. Metode DDD

merubah dan menyeragamkan data kuantitas produk yang ada seperti

dalam berbagai bentuk sediaan seperti tablet, injeksi vial, dan botol

kedalam perkiraan kasar dari pemaparan obat yang dinamakan sebagai

dosis harian. (9) Formatted: Superscript

Keuntungan pengukuran DDD : Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25"

i.1. Unit tetap yang ada tidak dipengaruhi perubahan harga dan mata Formatted: Indent: Left: 0.73", Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.25"
uang serta bentuk sediaan. + 0.69"

2. Mudah diperbandingkan institusi, nasional, regional, internasional.

1.3. Dapat memeriksa tren penggunaan obat dari waktu ke waktu dan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

dalam situasi yang berbeda

Keterbatasan pengukuran DDD : Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25"

g. Tidak menggambarkan penggunaan yang sebenarnya Formatted: Normal, Indent: Left: 0.69", No bullets or
numbering, Tab stops: Not at 0.25"

Belum lengkap untuk semua obat: topical, vaksin, anestesi Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25"

Faktor kritis untuk keberhasilan aplikasi ATC/DDD :

1) 1) Mengetahui prinsip-prinsip ATC/DDD Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.73", Numbered +
Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab
stops: 0.98", Left + Not at 0.25" + 0.69"
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
2) Perhatikan perubahan-perubahan
21

2) Perhatikan perubahan-perubahan

3) Koleksi data yang akurat

3)

4) 4) Pertimbangkan keterbatasan-keterbatasan pada saat

mengevaluasi hasil

c. Untuk mengitung DDD, sebaiknya angka konsumsi obat

disajikan dalam jumlah

DDD/1000 pasien/hari atau ketika di rumah sakit penggunaan obat Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25"
dianggap, sebagai DDD/ 100 tempat tidur/ hari. Konsumsi obat yang Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
disajikan dalam DDD/1000 pasien/ hari atau DDD/100 hari rawat dapat

memberikan gambaran umum dari proporsi populasi dalam area yang

ditentukan setiap hari rawat dengan obat-obatan tertentu. DDD/100 hari

rawat juga dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,

dan efisiensi pelayanan rumah sakit. (9) Formatted: Superscript

DDD/100 hari rawat dapat juga disebut sebagai Bed Occupancy

Rate (BOR). BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada

satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai

parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. (15). Rumus : Formatted: Superscript

BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X

Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

Perhitungan Kuantitas Penggunaan obat dengan unit pengukuran DDD Formatted: Indent: Left: 0.69", Tab stops: Not at 0.25"

dapat dilakukan sebagai berikut :


22

d. Sedangkan, untuk menghitung Dihitung data total penggunaan obat

dalam unit; tablet, vial, dan kekuatan; dan kemudian disesuaikan

dengan ATC

e. Dihitung total kuantitas yang dikonsumsi (unit dikali dengan kekuatan)

f. Dibagi total kuantitas dengan DDD yang ditetapkan (DDD definitif)

g. Dibagi kuantitas total (DDD) dengan jumlah total hari Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Normal, Indent: Left: 0.69", No bullets or
rawatkuantitas penggunaan antibiotika dapat dihitung dengan rumus numbering, Tab stops: Not at 0.25"

DDD/100 hari rawat sebagai berikut (1) : Formatted: Superscript

Formatted: Normal, No bullets or numbering

Cara perhitungan: Formatted: Space After: 0 pt

Untuk menghitung penggunaan antibiotik selama 1 tahun

a. Jumlah antibiotik terjual adalah jumlah antibiotik terjual dalam waktu 1 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 +
tahun Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

b. DDD WHO sesuai dengan ATC/DDD , WHO 2006

c. Angka 100 untuk 100 hari rawat Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

d. Jumlah populasi: (jumlah tempat tidur x dengan Bed Occupation Rate Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

(BOR) Rumah Sakit dalam tahun yang sama)

e. Angka 365: lamanya hari dalam 1 tahun. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: Normal, No bullets or numbering


23

Formatted: Left, Tab stops: Not at 0.25" + 0.69"

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.A Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik secara retrospektif

dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Electronic Health

Recordrd (EHR) di instalasi rawat inap RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Pusat periode Januari - Desember 2014.

III.B Waktu dan Tempat Penelitian

III.B.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data ini berlangsung pada April - Mei 2015.

II.B.2 Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo :

1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) : ruang ICU dan High Care Unit

(HCU)

2. Rawat Inap Terpadu (gedung A) : lantai 1-lantai 8

3. Pelayanan Jantung Terpadu (PJT)

4. Intensive Care Unit (ICU) : ICU dan Intensif Coronary Care Unit

(ICCU)

III.C Populasi dan Sampel

III.C.1 Populasi
24

Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti. Dalam

penelitian ini populasi yang diperlukan adalah semua data Electronic Health

Record pasien yang menggunakan antibiotik dan menjalani rawat inap di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat.

III.C.2 Sampel

Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua data

Electronic Health Record pasien yang menggunakan antibiotik dan

menjalani rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat

yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pada penelitian ini, banyak nya

sampel sama dengan populasi

III.D Kriteria Sampel

III.D.1 Inklusi

Kriteria inklusi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

- Data penggunaan antibiotik pasien rawat inap

- Bentuk sediaan : oral dan parenteral

III.D.2 Eksklusi

Kriteria eksklusi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

- Pasien rawat jalan yang menggunakan antibiotik.

- Bentuk sediaan : topikal


25

III.E Variabel Penelitian

III.E.1 Variabel Bebas

Data penggunaan antibiotik dalam setahunSatuan DDD, data

penggunaan antibiotik per periode pemakaian (100 hari rawat), dan golongan

antibiotik yang digunakan.

III.E.2. Variabel Antara

Tetapan DDD WHO dalam gram

III.E.3 Variabel Terikat

Total DDD dalam 1 tahun, DDD/100 hari rawat, dan tren

penggunaan antibiotik

III.F Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan penggunaan antibiotik di

Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Inap Terpadu (gedung A), Pelayanan

Jantung Terpadu (PJT), dan Intensive Care Unit (ICU) RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo. Hubungan antara variabel yaitu variabel bebas, variabel antara

dan variabel terikat dapat digambarkan dalam kerangka konsep penelitian seperti

bagan pada Gambar III.1

in put in process out put


Tetapan DDD WHO dalam Profil defined daily dose Formatted: Indent: Left: 0.19", No bullets or numbering
a. Data penggunaan gram antibiotik/100 hari rawat Formatted: Indent: Left: 0.25", No bullets or numbering
antibiotik selama 1 dan 1 tahun
tahun a. Diolah menggunakan
rumus DDD Tren penggunaan
antibiotk
26

Gambar III.1. Kerangka konsep penelitian

III.G Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menunjukkan bagaimana

mengukur suatu variabel yang juga merupakan informasi ilmiah yang sangat

membantu penelitiannya yang ingin menggunakan variabel yang sama. Adapun

penjabaran dari definisi operasional pada penelitian ini antara lain pada Tabel

III.1.

Tabel III.1. Data Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Skala


1 Data penggunaan jumlah penggunaan antibiotik gram nominal Formatted: Font: 10 pt
antibiotikDemog perperiode; dan, setahun 4. 6 – 12 tahun Interval Formatted: Font: Not Bold
rafi 5. 13 – 65 tahun
3.Usia Tingkat hidup pasien yang 6. >65 tahun Formatted: Normal, Line spacing: single, No bullets or
numbering, Tab stops: Not at 3.25" + 6.5"
diambil dari lahir sampai
sampel diambil Formatted: Font: 10 pt
4. Laki-laki Nominal Formatted: No bullets or numbering, Tab stops: Not at
5. Perempuan 3.25" + 6.5"
b.Jenis kelamin Ciri fisik pasien yang Formatted: No bullets or numbering, Tab stops: Not at
dibedakan menurut 3.25" + 6.5"
kelaminnya yang tercatat pada
rekam medik
2. Tetapan DDD DDD WHO sesuai dengan gram nominal Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
WHO dalam ATC/DDD WHO 2015 Formatted: Font: 10 pt
gram. (update)
34. Profil DDD/100 kuantitas penggunaan 1) DDDParentral Nominal Formatted: Adjust space between Latin and Asian text,
Adjust space between Asian text and numbers, Tab stops: Not
hari rawatCara antibiotika setelah dimasukkan 2) Oral at 0.3" + 0.59"
Pemberian ke dalam rumusCara
pemberian obat yang Formatted: No bullets or numbering
diresepkan dokter dalam Formatted: Font: Font color: Auto
electronic health record Formatted Table
46. Golongan Golongan Antibiotik yang 1. Aminoglikosida Ordinal
Formatted: Font: 10 pt
Antibiotik digunakan pada terapi 2. Beta laktam
3. Sulfonamid Formatted: No bullets or numbering
4. Kuinolon
5. Tetrasiklin

III.H Cara Pengumpulan Data


27

Surat penelitian terlebih dahulu diajukan kepada Direktur RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Bagian Penelitian,

Kepala Unit Rekam Medik, Kepala Instalasi Gawat darurat (IGD), Kepala UPT

Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), Kepala Unit Rawat Inap Terpadu (gedung A),

Kepala ICU IBP, dan Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo

untuk disetujui. Data dikumpulkan setelah mendapat persetujuan dari bagian

penelitian dan lolos keterangan kaji etik dari FKUI-RSCM. Alur pengambilan

data dapat dilihat pada Gambar III.2.

Electronic Heaalth Record (EHR) RSUPN Dr. Cipto


Mangunkusumo

Rawat Inap

Data Penggunaan Antibiotik periode Januari – Desember


2014

Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), Intensive Care


Unit (ICU) Gedung A dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pengumpulan data penggunaan antibiotik periode


Januari-Desember 2014

Nilai Defined Daily Dose (DDD) Antibiotik

Pengolahan dan analisis data

Interpretasi data
28

Kesimpulan dari penelitian

Gambar III.2. Tahapan pengambilan data

III.I Pengolahan dan Analisis Data

Dilakukan pengolahan data untuk variabel bebas dan variabel antara yaitu

setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan Spss.

Anda mungkin juga menyukai