Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

TENTANG RUMOR DAN FAKTA YANG BERHUBUNGAN


DENGAN REPRODUKSI

Dosen Pembimbing :
Rosyidah Alfitri,SST., MPH

Kelas 2B Kebidanan Disusun Oleh :


Ayu Resti Wulandari (182049)

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
MALANG
TA 2019
PEMBAHASAN

1. Rumor : Hanya orang ‘jorok’ yang terkena PMS


Fakta :
PMS tidak membeda-bedakan orang yang tertular. Secara umum,
siapapun yang telah aktif secara seksual berisiko terkena penyakit menular
seksual.

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh


bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. ( Sri Linuwih, 2015).

PMS merupakan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.


Penyakit ini menular melalui darah, sperma, cairan vagina, atau cairan tubuh
lainnya. Penyakit yang biasa disebut penyakit kelamin ini biasa ditularkan
saat berhubungan seksual.

Penyakit menular seksual disebabkan oleh infeksi yang ditularkan saat


berhubungan seksual. Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat tertularkan
melalui kontak seksual baik itu proses hubungan intim melalui alat kelamin,
anal, atau oral. Infeksi dapat tertular dari wanita ke wanita atau dari pria ke
pria.

Penularan juga bisa terjadi melalui hubungan ibu pada janin dalam
kandungan atau setelah bayi dilahirkan. Selain itu, penggunaan jarum suntik
secara bergantian atau berulang pun akan meningkatkan risiko penularan.
Namun, perilaku seks bebas adalah faktor pemicu utama penyakit menular
seksual.

Penyakit menular seksual tidak selalu menimbulkan gejala atau bisa


hanya menyebabkan gejala ringan. Oleh karena itu, tidak heran beberapa
orang baru mengetahui dirinya menderita penyakit menular seksual setelah
muncul komplikasi atau ketika pasangannya terdiagnosis menderita penyakit
menular seksual.

Gejala yang dapat muncul akibat penyakit menular seksual akan


berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya, namun umumnya berupa:
a. Muncul benjolan, luka, atau lepuhan di sekitar penis, vagina, anus, atau
mulut.
b. Vagina atau penis terasa gatal dan terbakar.
c. Nyeri ketika buang air kecil atau berhubungan intim.
d. Keluar cairan dari penis (kencing nanah) atau vagina (keputihan).
e. Nyeri perut bagian bawah.
f. Demam dan menggigil.
g. Muncul pembengkakan kelenjar getah bening atau benjolan di
selangkangan.
h. Muncul ruam kulit di badan, tangan, atau kaki.
i. Kulit penis kering, ruam, dan kemerahan.

Selain beberapa gejala di atas, wanita juga bisa merasakan gejala lain,
yaitu perdarahan di luar masa menstruasi dan muncul bau tidak sedap dari
vagina. Sementara pada pria, gejala lain penyakit menular seksual yang
dapat dialami adalah nyeri atau pembengkakan pada testis.

Segeralah berkonsultasi dengan dokter bila mengalami keluhan pada


organ intim atau gejala-gejala di atas. Dan juga perlu memeriksakan diri ke
dokter jika pasangan diketahui menderita penyakit menular seksual, atau bila
melakukan hubungan seksual yang berisiko, misalnya tanpa kondom dan
sering bergonta-ganti pasangan.

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,


jamur, dan parasit. Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular
seksual:

1. SifilisSifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang


juga dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat
kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
2. GonoreGonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan
oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya
cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri
penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lain,
jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.
3. Human papillomavirus (HPV) Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh
virus dengan nama yang sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat
menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks pada perempuan.
Penularan HPV terjadi melalui kontak langsung atau melakukan
hubungan seksual dengan penderita.
4. Infeksi HIVInfeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini
dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan
alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.
5. Chlamydia Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang leher
rahim. Sedangkan pada pria, menyerang saluran keluar urine di penis.
Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Trikomoniasis Penyakt menular seksual ini disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit trikomoniasis bisa menimbulkan
keputihan pada wanita atau malah tidak menimbulkan gejala, sehingga
sering kali seseorang secara tidak sadar menularkan penyakit ini ke
pasangan seksualnya.
7. Hepatitis B dan hepatitis C Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis,
dan dapat mengakibatkan gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus
ini ditemukan dalam darah atau cairan tubuh penderita. Selain melalui
hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang
dipakai bersama dan transplantasi organ.
8. Tinea cruris Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur ini
menyerang kulit di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, dan
bokong. Tinea cruris ditandai dengan ruam merah yang terasa gatal pada
kulit yang terinfeksi. Penularannya adalah melalui kontak langsung
dengan penderita atau menyentuh benda yang telah terinfeksi.
9. Herpes genital Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini
bersifat tidak aktif atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan
gejala. Penyebarannya terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan
yang telah terinfeksi.
10. Candidiasis Penyakit ini disebabkan oleh
jamur Candida. Candidiasis ditandai dengan ruam atau lepuhan yang
muncul pada kulit, terutama area lipatan kulit. Sama seperti infeksi
menular seksual lainnya, penularan penyakit ini dapat terjadi melalui
hubungan seksual dengan penderita

Untuk itu penggunaan kondom pada hubungan seksual beresiko


merupakan salah satu strategi pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah penularan PMS dan HIV pada kelompok beresiko, termasuk
kepada Wanita Tuna Susila (WTS). Peningkatan kesadaran penggunaan
kondom pada WTS terbukti dapat menurunkan penularan PMS dan HIV (Sri
Karyati, 2011)

2. Rumor : Kontrasepsi tidak diperlukan bagi wanita di atas umur 35


tahun
Fakta :

Pernyataan di atas tidak benar, karena selama belum memasuki


menopause, wanita masih berpeluang untuk hamil.

Hamil di atas usia 35 tahun identik dengan meningkatnya berbagai risiko


kehamilan dan persalinan. Terkait dengan kondisi kesehatan yang menurun,
maka kualitas sel telur pun akan menurun sehingga dapat meningkatkan
risiko keguguran, serta kelainan/cacat bawaan pada janin akibat kelainan
kromosom. Selain itu, mulai muncul berbagai keluhan kesehatan saat hamil,
seperti; tekanan darah tinggi dan diabetes yang sering memengaruhi proses
persalinan. (Curtis,GB, 1999)

Oleh sebab itu, wanita berusia matang diminta tetap menggunakan alat
kontrasepsi mengingat risiko kehamilan tetap besar.

Secara alamiah, semakin bertambah usia, kemampuan tubuh wanita


untuk memproduksi hormon estrogen dan progesteron akan menurun. Itu
sebabnya, kesuburan akan menurun seiring bertambahnya usia. Meski
begitu, seorang wanita tetap dapat hamil pada usia 30-an, 40-an, bahkan di
usia 50-an.

Tingginya angka aborsi pada wanita usia 40-an tahun diduga karena
mereka tak siap hamil dan anggapan di usia tersebut mereka tak mungkin
hamil lagi. Aborsi tersebut juga dilakukan antara lain karena alasan cacat
janin yang sering terjadi pada kehamilan wanita berusia matang.

Berdasarkan kurva kesuburan, wanita memasuki usia paling subur pada


usia 20-35 tahun. Namun kemungkinan hamil tetap tinggi pada perempuan
berusia 30-34 tahun memiliki tingkat fertilitas tertinggi, yakni 113,1 kelahiran
per 1.000 wanita. Meski demikian angka kelahiran pada wanita usia 40-an
meningkat tajam beberapa tahun belakangan ini, khususnya di negara maju.
Dalam beberapa tahun terakhir, pasangan di negara-negara industri
memilih untuk menunda perkawinan dan melahirkan anak (Aghamohammadi
A, Nooritajer M.,2011)
DAFTAR PUSTAKA

Acandra. 2010. Wanita Usia Matang Tetap Perlu Kontrasepsi .https://www


.google.com/amp/s/am..kompas.com/lifestyle/read/2010/02/11/11490451/wanita.
usia.matang.tetap.perlu.kontrasepsi. Diakses 29 Oktober 2019

Gabrielle, Iyone. 2016. Penyakit Menular Seksual dengan Sikap Sehat


pada Wanita Tuna Susila Di Kota Bitung. Jurnal kedokteran komunitas dan
tropik. Vol 4. No 2. Hal.107-110.https://scholar.google.co.id/scholar?hl =id&assdt
=0%2C5&q=orang+baik+beresiko+pms&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DYqnjC
wt5V0sJ. Diakses 29 Oktober 2019

Lumbantobing, Alexander. 2016. Remaja, Ini 5 Mitos Penyakit Menular


Seksual. https://m.liputan6.com/health/read/2410959/remaja-ini-5-mitos-penyakit-
menular-seksual. Diakses 29 Oktober 2019

Meyclin, Hermie, Freddy. 2013. Persalinan Pada Usia ≥ 35 Tahun Di Rsu


Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol 1. No 1. Hal. 484-
489. https://scholar .google.co. id/scholar?hl=id& as_sdt=0%2C5&q=k ehamilan
+di+usia+35+tahun&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DFYfl3iUDZU8J. Diakses 29
Oktober 2019

Vonia Lucky Pradhitya Rizqi. 2018. 9 Mitos Dan Fakta Tentang Alat
Kontrasepsi.https://www.motherandbaby.co.id/article/2018/4/4/9799/9-Mitos-Dan-
Fakta-Tentang-Alat-Kontrasepsi. Diakses 29 Oktober 2019

Willy, Tjin. 2019. Penyakit Menular Seksual (PMS). https://www.alodokter


.com/ penyakit-menular-seksual-pms. Diakses 29 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai