Pada bagian dalam Tabung pesawat Sinar-X terbuat dari bahan gelas
yang mengandung filamen yang bertindak sebagai katoda, dan sasaran yang
bertindak sebagai anoda. Tabung Sinar-X merupakan tabung hampa udara
dengan tujuan Agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh
molekul udara dalam perjalanannya menuju anoda.Filamen telah dipanasi akan
menjadi sumber elektron. Makin besar arus yang ada pada filamen maka akan
berpengaruh besar pula bagi elektron. Beda Potensial antara katoda dan anoda
akan membuat elektron yang dibebaskan tertarik ke anoda. Selanjutnya elektron
akan menabrak sasaran yang bernomor atom dan memiliki titik cari yang tinggi
(mis. Wolfram) sehingga dapat terjadinya proses bremstrahlung.
Pada Proses bremsstrahlung Sinar-X memiliki kemungkinan untuk tersebar ke
segala arah. Namun, biasanya sebagian Sinar-X tersebut akan terserap ke bagian
dalam tabung yang terbuat dari logam dan gelas sehingga kemungkinan Sinar-
X yang keluar dari tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan
adalah berkas yang mengarah ke jendela yang merupakan bagian paling tipis
dari tabung (Suyatno et al, 2011).
2. Tipe X-Ray
Tipe alat roentgen untuk Rumah Sakit Kelas C sebaiknya Basic X-Ray
Unit atau BXU Sesuai dengan basic radiology sistem yang dikembangkan
dengan anjuran WHO sistem ini dinamakan Basic Radiology Sistem yang
dikembangkan sejak 1970. Pengoperasian alat ini sederhana dan dibuat
sedemikian rupa sehingga aman dari segi bahaya radiasi. Dalam praktek
dibeberapa negara alat ini mampu menampung 70% dari semua pemeriksaan
yang dibuat di Rumah Sakit besar. Tenaga Listrik yang dibutuhkan berasal dari
PLN atau jika belum ada aliran listrik yang cukup bisa juga dioperasikan dengan
baterai. Alat ini tidak dilengkapi dengan fluoroscopi yang banyak memancarkan
radiasi. Fluoroscopi hanya dilakukan untuk menilai pergerakan seperti
pergerakan diafragma, dan pulsasi jantung. Fluoroskopi paru yang dulu banyak
digunakan di Negara kita untuk diagnosis sekarang sudah ditingalkan. Di
Rumah Sakit tipe C dapat ditempatkan alat Roentgen 500mA-100KV, dengan
2 tabung dan dilengkapi alat fluoroskopi.
3. Produksi Sinar-X
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabugn roentgen hampa
udara dimana terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan
tinggi pada suatu sasaran target. Dari proses tersebut terjadi suatu keadaan
dimana energi elektron sebagian besar diubah menjadi energi panas (99%). Dan
sebagian kecil (1%) dirubah menjadi sinar-x. Suatu tabung pesawat roentgen
mempunyai beberapa persyaratan yaitu :
a. Mempunyai sumber elektron
b. Gaya yang mempercepat gerakan elektron
c. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
d. Alat pemusat berkas elektron
e. Penghenti gerakan elektron
4. Interaksi kolisioner dan radiasi (daftar pustaka: Thrall, D.E. 2018. Veterinary
Diagnostic Radiology Seventh edition.Misouri: Elsevier)
Interaksi electron dari katoda dengan target di anoda terdiri atas interaksi
collisional dan radiasi. Interaksi collisional (benturan),
Produksi sinar-X melalui proses interaksi collisional
Produksi X-ray dengan metode colissional (sumber Thrall 1998)
a). Elektron yang dating dalam tabung sinar-X anoda menyebabkan
terpancarnya atau terlontarnya electron dari orbitalnya (K shell).
Elektron yang berasal dari anoda akan berlanjut terus.
b). Elektrondari membrane luar yang memiliki tingkat energy tinggi
mengisi bagian dalam membrane; perbedaan tingkatan energy tersebut
dikeluarkan sebagai foton sinar-X
c). Foton X-ray yang timbul dari proses ini dapat di gunakan dalam imaging
d). Elektron ini mungkin dapat memproduksi tambahan foton sinar-X
melalui proses interaksi collisional lagi atau pun interaksi radiative,
namun foton yang dihasilkannya merupakan energy lemah dan tidak
dapat digunakan dalam diagnose radiografi.
Interaksiradiasi
Pada proses produksi sinar-X dengan interaksi radiasi foton yang
dihasilkan sangat banyak dibanding dengan yang dihasilkan lewat
interaksi kolisional.
Produksi X-ray dengan metode radiasi (Sumber Thrall 1998)
a). Elektron berkecepatan tinggi dating dalam tabung sinar X anoda,
bergerak mendekati inti atom yang bermuatan +. Electron ini
kemudian melambat dan membengkok disekitar nucleus karena
adanya perbedaan muatan
b). Karena terjadinya perlambatan kecepatan elektron, akan
dihasilkan energy foton sinar-X (braking energy/brems
strahlung) yang bias digunakan untuk membuat gambar
diagnose radiografi
c). Elektron ini mungkin dapat memproduksi tambahan foton sinar-
X melalui proses interaksi kolisional ataupun interaksi radiative
dan fotonsinar-X yang terbentuk dapat digunakan dalam
diagnose radiografi.
5. Sifat- sifat Fisik Sinar- X
Sinar- X mempunyai beberapa sifat fisik yaitu ; daya tembus,
pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pedar fluor (fluoresensi), ionisasi dan
efek biologik.
a). Daya Tembus
Daya tembus sinar- X sangat besar sehingga digunakan dalam
radiografi. Daya tembus dipengaruhi oleh tegangan listrik filamen dan
jenis bahan yang disinari. Sifat daya tembus sinar- X tidak terbelokkan
oleh magnet sehingga sifat ini yang membuat Sinar-X berbeda dengan
sinar katoda (Rudi, 2012). Prinsip daya tembus sinar- X yaitu ;
Semakin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan,
maka makin besar daya tembusnya.
Makin rendah kepadatan suatu benda (berat atom), makin besar
daya tembus sinarnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tembus sinar- X
(Sjahrial Rasad, 2005) yaitu ;
Energi sinar-X
Konsentrasi atau densitas dari objek yang ditembus. Makin
banyak sinar-X yang menembus objek maka makin banyak
sinar-x sampai ke film sehingga makin hitam film
Nomor Atom bahan
Tebal bahan yang dilalui
b). Pertebaran (Hamburan)
Sifat petebaran sinar- X yaitu ketika berkas sinar- X melalui
suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran
kesegala arah, sehingga menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur)
pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara
menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di
antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas
potongan-potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing
dipisahkan oleh bahan tembus sinar.
c). Penyerapan
Sinar- X diserap oleh bahan atau zat. Penyerapan disesuaikan
dengan berat atom atau kepadatan bahan (zat tersebut). Artinya makin
tinggi kepadatan suatu benda/zat maka makin besar penyerapannya.
d). Efek Fotografik
Efek fotografik sinar- X yaitu dapat menghitamkan emulsi film
(perak bronida) setelah diproses secara kimiawai dikamar gelap.
e). Pedar fluor (Fluoresensi)
Sinar- X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau zink-sulfid) memendarkan cahaya (iluminisensi),
bilabahan tersebut dikenai radiasi snar X. Luminisensi ada 2 jenis yaitu:
Fluoresensi Yaitu pemedaran cahaya sewaktu radiasi sinar- X
dihidupkan.
Fosforisensi Pemendaran cahaya yang berlangsung beberapa
saat walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after-glow).
f). Ionisasi
Efek primer sinar- X apabila mengenai suatu benda/zat akan
menimbulkan ionisasi. Yang terionisasi adalah partikel- partikel
bahan/zat yang terpapar sinar- X.
g). Efek Biologik
Pengunaan sinar- X untuk terapi dalam dunia kedokteraan
dilakukan karena sinar- X mampu menghasilkan efek biologik. Artinya
sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada
jaringan. Efek ini dipergunakan dalampengobatan radioterapi.
6. Sifat- sifat Collimator/Diafragma
Collimator/diafragma berfungsi untuk mengatur luas bidang penyinaran
yang dikehendaki. Sebelum dilakukan penyinaran, luas bidang yang akan
dikenai sinar-X dapat diketahui dengan melihat luas bidang yang di kenai
cahaya yang keluar dari collimator (Andi, 2012). Collimator/diafragma
digunakan untuk membantu memfokuskan sinar- X, Collimator/diafragma
memiliki beberapa komponen yaitu lampu kolimator, plat timbal pembentuk
lapangan, meteran untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film,
tombol untuk menghidupkan lampu kolimator, dan filter Aluminium (Al).
Setiap pesawat sinar-X dapat memiliki bentuk dan disain kolimator yang
berbeda namun secara garis besar komponen kolimator seperti yang sudah
disebutkan. Collimator/diafragma adalah salah satu parameter yang harus diuji
dan merupakan salah satu parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari
parameter utama ini adalah parameter yang secara langsung mempengaruhi
dosis radiasi pasien dan menentukan kelayakan operasi pesawat Sinar-X.
Dengan tujuan memastikan dalam batas yang dapat diterima bahwa bidang
berkas sinar-X kongruen dengan bidang cahaya kolimator.
Uji kesesuaian lampu kolimator (uji kolimasi) dengan berkas radiasi,
nilainya tidak boleh melebihi pada titik pengukuran horizontal (X) dan nilainya
tidak boleh melebihi pada titik pengukuran vertikal (Y) . Jika salah satu
nilainya melebihi batas nilai standar yang telah ditetapkan maka berkas radiasi
dinyatakan tidak kongruen dengan bidang lampu kolimator dan dapat
dinyatakan bahwa mutu tidak terjamin.
B. KONSTRUKSI MESIN X-RAY
1. Film Roentgen
a). Komposisi bulan penyusun film
Supercoat (Lapisan Pelindung)
Bahan : Gelatin bening
Fungsi : Sebagai proteksi emulsi yang sensitif terhadap
kerusakan mekanik serta menjaga lapisan emulsi dari
cahaya yang merusak
Letak : Di atas emulsi film
Emulsi
Bahan : Kristal perak halide + glatin (yang terbuat dari
kulit dan tulang hewan yang dipadatkan)
Fungsi : Media perekam bayangan
Letak : Di atas supercoat dan substratum layer
Subratum Layer
Bahan : Celulosa Acetat + gelatin
Fungsi : Perekat antara emulsi dan film base
Letak : Di antara emulsi dan base film
Lapisan Dasar Film
Bahan : Polyester
Fungsi: Lapisan dasar film yang dapat menstransmisikan
cahaya sehingga gambaran dapat dilihat
Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang
sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive ini
mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga
harganya pun relatif lebih murah. Dampak lain dari
penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya
pemakaian faktor exposi, sehingga selain tingginya dosis
yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap
X-ray tube meningkat sehingga automatis akan
memperpendek masa hidup / usia dari X-ray tube.
Perbedaan film menurut sensitivenya dapa di
lihat pada tabel di bawah ini :
Rudi, Pratiwi, Susilo. 2012. “Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat Sinar-X Diinstalasi
Radiodiagnostik Untuk Proteksi Radiasi”. Unnes Physics Journal. Universitas
Negeri Semarang Gunung pati. Jawa Tengah.
Wahdayuni. 2017. Analisis Kualitas Gambar Radiografi Dengan Merek Film Yang
Berbeda. Makassar: Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin Makassar.
Van der plants, G.J. 1980.Medical X-ray Techniqus In Diagnostic Radiology fourth
edition. Netherlands: Centrex Publishing Company
PAPER
RADIOLOGI
Kelompok 6B
Kupang
2019