Anda di halaman 1dari 18

A.

PERLENGKAPAN MESIN X-RAY


1. Tabung Sinar X
Tabung Pesawat Sinar X merupakan bagian dari Tabung sinar X yang
merupakan sumber radiasi.

Pada bagian dalam Tabung pesawat Sinar-X terbuat dari bahan gelas
yang mengandung filamen yang bertindak sebagai katoda, dan sasaran yang
bertindak sebagai anoda. Tabung Sinar-X merupakan tabung hampa udara
dengan tujuan Agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh
molekul udara dalam perjalanannya menuju anoda.Filamen telah dipanasi akan
menjadi sumber elektron. Makin besar arus yang ada pada filamen maka akan
berpengaruh besar pula bagi elektron. Beda Potensial antara katoda dan anoda
akan membuat elektron yang dibebaskan tertarik ke anoda. Selanjutnya elektron
akan menabrak sasaran yang bernomor atom dan memiliki titik cari yang tinggi
(mis. Wolfram) sehingga dapat terjadinya proses bremstrahlung.
Pada Proses bremsstrahlung Sinar-X memiliki kemungkinan untuk tersebar ke
segala arah. Namun, biasanya sebagian Sinar-X tersebut akan terserap ke bagian
dalam tabung yang terbuat dari logam dan gelas sehingga kemungkinan Sinar-
X yang keluar dari tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan
adalah berkas yang mengarah ke jendela yang merupakan bagian paling tipis
dari tabung (Suyatno et al, 2011).
2. Tipe X-Ray
Tipe alat roentgen untuk Rumah Sakit Kelas C sebaiknya Basic X-Ray
Unit atau BXU Sesuai dengan basic radiology sistem yang dikembangkan
dengan anjuran WHO sistem ini dinamakan Basic Radiology Sistem yang
dikembangkan sejak 1970. Pengoperasian alat ini sederhana dan dibuat
sedemikian rupa sehingga aman dari segi bahaya radiasi. Dalam praktek
dibeberapa negara alat ini mampu menampung 70% dari semua pemeriksaan
yang dibuat di Rumah Sakit besar. Tenaga Listrik yang dibutuhkan berasal dari
PLN atau jika belum ada aliran listrik yang cukup bisa juga dioperasikan dengan
baterai. Alat ini tidak dilengkapi dengan fluoroscopi yang banyak memancarkan
radiasi. Fluoroscopi hanya dilakukan untuk menilai pergerakan seperti
pergerakan diafragma, dan pulsasi jantung. Fluoroskopi paru yang dulu banyak
digunakan di Negara kita untuk diagnosis sekarang sudah ditingalkan. Di
Rumah Sakit tipe C dapat ditempatkan alat Roentgen 500mA-100KV, dengan
2 tabung dan dilengkapi alat fluoroskopi.
3. Produksi Sinar-X
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabugn roentgen hampa
udara dimana terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan
tinggi pada suatu sasaran target. Dari proses tersebut terjadi suatu keadaan
dimana energi elektron sebagian besar diubah menjadi energi panas (99%). Dan
sebagian kecil (1%) dirubah menjadi sinar-x. Suatu tabung pesawat roentgen
mempunyai beberapa persyaratan yaitu :
a. Mempunyai sumber elektron
b. Gaya yang mempercepat gerakan elektron
c. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
d. Alat pemusat berkas elektron
e. Penghenti gerakan elektron
4. Interaksi kolisioner dan radiasi (daftar pustaka: Thrall, D.E. 2018. Veterinary
Diagnostic Radiology Seventh edition.Misouri: Elsevier)
Interaksi electron dari katoda dengan target di anoda terdiri atas interaksi
collisional dan radiasi. Interaksi collisional (benturan),
Produksi sinar-X melalui proses interaksi collisional
 Produksi X-ray dengan metode colissional (sumber Thrall 1998)
a). Elektron yang dating dalam tabung sinar-X anoda menyebabkan
terpancarnya atau terlontarnya electron dari orbitalnya (K shell).
Elektron yang berasal dari anoda akan berlanjut terus.
b). Elektrondari membrane luar yang memiliki tingkat energy tinggi
mengisi bagian dalam membrane; perbedaan tingkatan energy tersebut
dikeluarkan sebagai foton sinar-X
c). Foton X-ray yang timbul dari proses ini dapat di gunakan dalam imaging
d). Elektron ini mungkin dapat memproduksi tambahan foton sinar-X
melalui proses interaksi collisional lagi atau pun interaksi radiative,
namun foton yang dihasilkannya merupakan energy lemah dan tidak
dapat digunakan dalam diagnose radiografi.
 Interaksiradiasi
Pada proses produksi sinar-X dengan interaksi radiasi foton yang
dihasilkan sangat banyak dibanding dengan yang dihasilkan lewat
interaksi kolisional.
Produksi X-ray dengan metode radiasi (Sumber Thrall 1998)
a). Elektron berkecepatan tinggi dating dalam tabung sinar X anoda,
bergerak mendekati inti atom yang bermuatan +. Electron ini
kemudian melambat dan membengkok disekitar nucleus karena
adanya perbedaan muatan
b). Karena terjadinya perlambatan kecepatan elektron, akan
dihasilkan energy foton sinar-X (braking energy/brems
strahlung) yang bias digunakan untuk membuat gambar
diagnose radiografi
c). Elektron ini mungkin dapat memproduksi tambahan foton sinar-
X melalui proses interaksi kolisional ataupun interaksi radiative
dan fotonsinar-X yang terbentuk dapat digunakan dalam
diagnose radiografi.
5. Sifat- sifat Fisik Sinar- X
Sinar- X mempunyai beberapa sifat fisik yaitu ; daya tembus,
pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pedar fluor (fluoresensi), ionisasi dan
efek biologik.
a). Daya Tembus
Daya tembus sinar- X sangat besar sehingga digunakan dalam
radiografi. Daya tembus dipengaruhi oleh tegangan listrik filamen dan
jenis bahan yang disinari. Sifat daya tembus sinar- X tidak terbelokkan
oleh magnet sehingga sifat ini yang membuat Sinar-X berbeda dengan
sinar katoda (Rudi, 2012). Prinsip daya tembus sinar- X yaitu ;
 Semakin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan,
maka makin besar daya tembusnya.
 Makin rendah kepadatan suatu benda (berat atom), makin besar
daya tembus sinarnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tembus sinar- X
(Sjahrial Rasad, 2005) yaitu ;
Energi sinar-X
Konsentrasi atau densitas dari objek yang ditembus. Makin
banyak sinar-X yang menembus objek maka makin banyak
sinar-x sampai ke film sehingga makin hitam film
Nomor Atom bahan
Tebal bahan yang dilalui
b). Pertebaran (Hamburan)
Sifat petebaran sinar- X yaitu ketika berkas sinar- X melalui
suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran
kesegala arah, sehingga menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur)
pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara
menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di
antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas
potongan-potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing
dipisahkan oleh bahan tembus sinar.
c). Penyerapan
Sinar- X diserap oleh bahan atau zat. Penyerapan disesuaikan
dengan berat atom atau kepadatan bahan (zat tersebut). Artinya makin
tinggi kepadatan suatu benda/zat maka makin besar penyerapannya.
d). Efek Fotografik
Efek fotografik sinar- X yaitu dapat menghitamkan emulsi film
(perak bronida) setelah diproses secara kimiawai dikamar gelap.
e). Pedar fluor (Fluoresensi)
Sinar- X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau zink-sulfid) memendarkan cahaya (iluminisensi),
bilabahan tersebut dikenai radiasi snar X. Luminisensi ada 2 jenis yaitu:
 Fluoresensi Yaitu pemedaran cahaya sewaktu radiasi sinar- X
dihidupkan.
 Fosforisensi Pemendaran cahaya yang berlangsung beberapa
saat walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after-glow).
f). Ionisasi
Efek primer sinar- X apabila mengenai suatu benda/zat akan
menimbulkan ionisasi. Yang terionisasi adalah partikel- partikel
bahan/zat yang terpapar sinar- X.
g). Efek Biologik
Pengunaan sinar- X untuk terapi dalam dunia kedokteraan
dilakukan karena sinar- X mampu menghasilkan efek biologik. Artinya
sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada
jaringan. Efek ini dipergunakan dalampengobatan radioterapi.
6. Sifat- sifat Collimator/Diafragma
Collimator/diafragma berfungsi untuk mengatur luas bidang penyinaran
yang dikehendaki. Sebelum dilakukan penyinaran, luas bidang yang akan
dikenai sinar-X dapat diketahui dengan melihat luas bidang yang di kenai
cahaya yang keluar dari collimator (Andi, 2012). Collimator/diafragma
digunakan untuk membantu memfokuskan sinar- X, Collimator/diafragma
memiliki beberapa komponen yaitu lampu kolimator, plat timbal pembentuk
lapangan, meteran untuk mengukur jarak dari fokus ke detektor atau ke film,
tombol untuk menghidupkan lampu kolimator, dan filter Aluminium (Al).
Setiap pesawat sinar-X dapat memiliki bentuk dan disain kolimator yang
berbeda namun secara garis besar komponen kolimator seperti yang sudah
disebutkan. Collimator/diafragma adalah salah satu parameter yang harus diuji
dan merupakan salah satu parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari
parameter utama ini adalah parameter yang secara langsung mempengaruhi
dosis radiasi pasien dan menentukan kelayakan operasi pesawat Sinar-X.
Dengan tujuan memastikan dalam batas yang dapat diterima bahwa bidang
berkas sinar-X kongruen dengan bidang cahaya kolimator.
Uji kesesuaian lampu kolimator (uji kolimasi) dengan berkas radiasi,
nilainya tidak boleh melebihi pada titik pengukuran horizontal (X) dan nilainya
tidak boleh melebihi pada titik pengukuran vertikal (Y) . Jika salah satu
nilainya melebihi batas nilai standar yang telah ditetapkan maka berkas radiasi
dinyatakan tidak kongruen dengan bidang lampu kolimator dan dapat
dinyatakan bahwa mutu tidak terjamin.
B. KONSTRUKSI MESIN X-RAY
1. Film Roentgen
a). Komposisi bulan penyusun film
 Supercoat (Lapisan Pelindung)
 Bahan : Gelatin bening
 Fungsi : Sebagai proteksi emulsi yang sensitif terhadap
kerusakan mekanik serta menjaga lapisan emulsi dari
cahaya yang merusak
 Letak : Di atas emulsi film
 Emulsi
 Bahan : Kristal perak halide + glatin (yang terbuat dari
kulit dan tulang hewan yang dipadatkan)
 Fungsi : Media perekam bayangan
 Letak : Di atas supercoat dan substratum layer
 Subratum Layer
 Bahan : Celulosa Acetat + gelatin
 Fungsi : Perekat antara emulsi dan film base
 Letak : Di antara emulsi dan base film
 Lapisan Dasar Film
 Bahan : Polyester
 Fungsi: Lapisan dasar film yang dapat menstransmisikan
cahaya sehingga gambaran dapat dilihat

b). Proses pembentukan latent image


Proses pembentukan gambar radiografi, setelah dilakukan
penyinaran, maka sinar-X yang keluar dari tabung mengenai dan
menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar
X (seperti otot, lemak dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar-X
sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus
sinar-X (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar
sinar-X akibatnya tidak ada atau sedikit sinar-X yang keluar sehingga
pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar-X
mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinarX,
yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun
bagian tubuh yang mudah ditembus sinar-X disebut Radio-lucen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar-X disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih.
Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan
oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-X nya mudah diserap.
Semakin pendek panjang gelombang sinar-X (yang dihasilkan oleh kV
yang lebih tinggi) akan membuat sinar-X mudah untuk menembus
bahan.
c). Tipe Film
Adapun tipe-tipe film rontgen terbagi atas:
 Tipe Film Menurut Lapisannya
Adapun tipe film rontgen menurut lapisannya dibagi
menjadi 2 yaitu:
Single Side
Single side adalah film rontgen dengan satu
lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi
dioleskan hanya pada satu sisi dasar film (base) saja.

Karena emulsi hanya pada satu sisi dari dasar film


(base) setelah film diproses dan kering terlihat film
menjadi melengkung ke arah emulsi dan hal ini sangat
mengganggu. Untuk mencegah hal ini baik film yang flat
atau datar dan rol diperlukan bahan lain “gelatin” yang
direkatkan pada sisi lain dasar yang sifatnya
mengkerutan film ke arah berlawanan bahan tersebut
dikenal dengan non curl backing.
Contoh dari film single side adalah mamography
film. Pada awal dilakukannya pemeriksaan mammografi
yaitu menggunakan film dengan kaset non screen.
Dengan menggunakan kaset non screen pada
pemeriksaan mammografi, radiasi sinar-X yang setelah
menembus obyek langsung menembus pada film tanpa
melewati intensifying screen terlebih dahulu. Untuk
mendapatkan gambaran dari mammae yang optimal
dibutuhkan dosis radiasi yang tinggi. Namun kualitas
gambar dari gambaran mamae yang dihasilkan rendah.
Pada tahun 1970 diperkenalkan oleh perusahaan Du Pont
dan Kodak yaitu penggunaan kombinasi film dan screen
pada pemeriksaan mammografi. Film yang digunakan
untuk pemeriksaan mammografi adalah film yang single
emulsi dan kaset yang digunakan adalah kaset dengan
single screen. Penggunaan jenis film tertentu memiliki
tujuan untuk kualitas gambaran yang di harapkan agar
dapat memberikan informasi mengenai keadaan suatu
objek yang diperiksa, sehingga membantu proses
tindakan medis selanjutnya berdasarkan klinis
pemeriksaan. Mammografi merupakan pemeriksaan
radiografi yang di lakukan secara khusus untuk
mendeteksi keadaan patologi dari organ payudara.
Penggunaan film pada mammografi berperan sebagai
pencetak bayangan dengan adanya perpindahan
informasi dari sumber sinar – x hingga hasil berupa
gambaran sampai ke radiolog.
Double Side
Double side adalah film sinar x dengan dua
lapisan emulsi, dimana lapisan perekat dan lapisan
emulsi dioleskan pada kedua sisi dari dasar film (base).
Beberapa keuntungan film Double Side :
 Meningkatkan kepekaan
Karena emulsi pada kedua permukaan
dasar film →gambar terjadi bersamaan pada dua
lapis emulsi dan bila dilihat dengan viewer kedua
gambar bertumpuk menjadi satu → sehingga
penghitaman oleh atom perak juga menjadi dua
kali.Meningkatnya kepekaan dapat mengurangiu
waktu eksposi & mengurangi kemungkinan
pengaburan karena faktor bergeraknya pasien,
sehingga dapat mengurangi dosis radiasinya juga.
 Peningkatan nilai kontras
Kontras adalah perbedaan derajat hitam
terhadap putih (gelap terhadap terang). Dengan
dua emulsi nilai kontras juga menjadi dua kali
dibanding dengan satu lapis emulsi.
 Tipe Film Menurut Sensifitasnya
Salah satu perkembangan teknik radiografi yang sangat
revolusioner dan dapat mengurangi dosis radiasi pada pasien
adalah ditemukan intesifying screen yang tergantung dari jenis
screen dan jenis film yang dipakai, dapat mengurangi dosis
radiasi sebesar faktor 15 – 500, dimana jenis intensifying rare
earth screen (gadolinium dan lanthanum) menunjukkan
effisiensi dosis 3 sampai 5 kali lebih baik dibanding dengan
calcium tungstate screen.
Adapun tipe film menurut sensifitasnya
Green Sensitive
Green sensitive adalah jenis film sinar x yang
sensitif terhadap cahaya hijau. Green sensitive ini
mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya pun
relatif mahal. Dampak lain dari penggunaan green screen
adalah pengurangan pemakaian faktor exposi, sehingga
selain rendahnya dosis yang diterima pasien, juga
menyebabkan beban terhadap X-ray tube menurun
sehingga automatis akan memperpanjang masa hidup /
usia dari X-ray tube.

Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang
sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive ini
mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga
harganya pun relatif lebih murah. Dampak lain dari
penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya
pemakaian faktor exposi, sehingga selain tingginya dosis
yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap
X-ray tube meningkat sehingga automatis akan
memperpendek masa hidup / usia dari X-ray tube.
Perbedaan film menurut sensitivenya dapa di
lihat pada tabel di bawah ini :

 Tipe Film Menurut butir emulsi


Emulsi merupakan bahan film sinar-x yang rentan
terhadap cahaya, yang bila terkena cahaya / x-ray akan berubah
dan membentuk warna hitam.
Emulsi setiap bahan untuk fotografi mempunyai sifat
tertentu :
 Kecepatan
Perbandingan kecepatan dari suatu bahan
terhadap bahan lain untuk mutu gambar yang
sama dipengaruhi oleh:
 Ukuran Perak Halogen (Grain)
 Tahapan proses pembuatan emulsi
 Sifat radiasi yang digunakan
 Masa pembangkitan
Suatu emulsi dikatakan cepat jika emulsi
tersebut membutuhkan sedikit cahaya
dibandingkan dengan emulsi yang banyak
membutuhkan cahaya untuk menghitamkannya.
 Kontras
Kontras adalah perbedaan derajat hitam
terhadap putih (gelap terhadap terang) yang
dipengaruhi oleh: penempatan, kerentanan perak
halogen dan masa pembangkitan
Adapun Tipe film sinar x menurut butir emulsi
dibagi menjadi 3 yaitu:
Butir emulsi ukuran besar
Pada butir emulsi ukuran besar bahan
fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi
berukuran besar.Dengan ukuran butir perak halida yang
besar, maka jarak antara butir perak halida yang satu
dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan
emulsi mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih
banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai
sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat
karena emulsi mendapatkan sedikit cahaya.

Butir emulsi ukuran sedang


Pada butir emulsi ukuran sedang bahan
fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi
berukuran sedang.

Dengan ukuran butir yang sedang ini maka sinar-


x / cahaya yang menembus emulsi akan lebih sedikit
karena banyak dihalangi butiran perak halida yang
jaraknya tidak terlalu renggang. Emulsi jenis ini
mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi tapi
kecepatannya lebih lambat karena emulsi mendapatkan
cukup banyak cahaya.
Butir emulsi ukuran keci
Pada butir emulsi ukuran kecil bahan
fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada emulsi
berukuran kecil.

Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan


jarak / celah antara butir perak halida agak rapat. Sinar x
/ cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak
halida dan sedikit sinar yang diteruskan. Emulsi jenis ini
mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi
kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan
banyak cahaya.
2. Kaset Sinar X
Kaset sinar X adalah suatu tabung yang tahan terhadap cahaya serta
berisi intensifying screen yang memungkinkan untuk memasukan film roentgen
diatara keduanya. Kaset film memiliki beberapa komponen sebagai berikut :
 Bakelit, terbuat dari alumunium dan tahan terhadap cahaya secara
radiolusen.
 intensifying screen atas (upper).
 Tempat meletakan film roentgen.
 intensifying screen bawah (lower)
 Lapisan Timah (lead foil back)
 Per
intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus khusus yang
memilikikandungan lapisan tipis emulsi fosfor. Terdapat 3 Jenis intensifying
screenyaitu Fast Screen, Medium Screen dan Slow Screen. Keburukan
intensifying screenadalah sering tampak partikel-partikel debu atau bercak-
bercak yang dapat menimbulkan gambaran artefak pada film.
3. Lampu Iluminator
Lampu illuminator atau X-ray film viewer memiliki cara kerja yang
sederhana. Cara kerja pada mesin ini hanya membutuhkan cahaya yang untuk
menyinari film. Film yang ditembak dengan cahaya akan menunjukkan pola
gelap terang yang berbeda.
Lampu illuminator atau X-ray film viewer adalah alat yang digunakan
untuk melihat, membaca dan mengartikan hasil foto rontgen. Pola gradasi gelap
terang film mendiskripsikan kondisi struktur apa yang telah di uji dengan x-
ray. Sehingga abnormalitas dari bagian yang di uji dapat diketahui dengan alat
ini Sebagai viewer standar utamanya adalah intensitas cahaya. Namun perlu
diperhatikan juga temperature yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Kalau tidak
dikontrol dengan baik maka dapat merusak film itu sendiri. Film yang rusak
akan menimbulkan fogging pada gambar sehingga kita akan kesulitan
membedakan cacat organ atau kerusakan film itu sendiri akibat suhu yang
menganggu. Terdapat beberapa jenis atau ukuran lampu illuminator,
penggunaannya disesuaikan dengan jumlah film yang akan dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Cahyo. (Reapproved 2000), Standard Guide For illuminators Used for
Viewing Industrial

Pasinringi, Andi. 2012. Skripsi ; “Pengujian Kesesuaian Antara Lapangan Penyinaran


Kolimator Dengan Berkas Radiasi Yang Dihasilkan Pada Pesawat Sinar-X Mobile
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tani Dan Nelayan Gorontalo”. Universitas
Hasanuddin. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika.
Program Studi Konsentrasi Fisika Medik.

Rudi, Pratiwi, Susilo. 2012. “Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat Sinar-X Diinstalasi
Radiodiagnostik Untuk Proteksi Radiasi”. Unnes Physics Journal. Universitas
Negeri Semarang Gunung pati. Jawa Tengah.

Rasad Syahriar, Krtoleksono Sukonto, Ekayuda Iwan. 2005. Radiologi Diagnostik


Edisi Kedua. Jakarta: Gaya Baru.

Wahdayuni. 2017. Analisis Kualitas Gambar Radiografi Dengan Merek Film Yang
Berbeda. Makassar: Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin Makassar.

Van der plants, G.J. 1980.Medical X-ray Techniqus In Diagnostic Radiology fourth
edition. Netherlands: Centrex Publishing Company
PAPER

RADIOLOGI

“Perlengkapan dan Konstruksi Mesin X-Ray”

Kelompok 6B

Mega Yakoba Kapitan 1709010004

Joseph Ricardo Wunda 1709010006

Stivani Jayanti Beda 1709010032

Rizaldo Mariano Ludji 1709010046

Yosefina Triafyuni Sukanto 1709010052

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Nusa Cendana

Kupang

2019

Anda mungkin juga menyukai