Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FARMAKOTERAPI III
Praktikum ke-3
Generally Anxiety Disorder

DISUSUN OLEH:
Nama Mahasiswa : 1. Wahyu Fajar Irianti (170500106)
2. Yesi Lestari (170500107)
3. Yuliana Pratiwi (170500108)
Golongan/Kelompok : III / E
Hari/Tgl Praktikum : Sabtu, 26 Oktober 2019
Dosen Pretest : Ari Susiana Wulandari.M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi stres, namun sebagian orang
dapat mengalami kecemasan yang berlebihan sehingga mengalami kesulitan dalam
mengatasinya. Secara klinis, seseorang yang mengalami masalah kecemasan dibagi dalam
beberapa kategori, yaitu gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh
(generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan fobia
(phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (National
Institute of Mental Health (NIMH), 2013).
Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu
gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety
disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai
dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan
peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang
tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa
yang disebut Freud dengan “mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan suatu
gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua
puluhan tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup (Hayashida & Horiguchi, 2013).
Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki
(APA dalam dalam Nevid,dkk, 2005). Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis,
mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,
kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anakanak dengan gangguan ini
mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari kehidupan sekolah. Ciri
lain yang terkait adalah: merasa tegang, waswas, atau khawatir; mudah lelah; mempunyai
kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikirannya menjadi kosong; iritabilitas,
ketegangan otot; dan adanya gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur, untuk terus tidur, atau
tidur yang gelisah dan tidak memuaskan (APA dalam Nevid, dkk, 2005).Meskipun GAD
secara tipikal kurang intens dalam respon fisiologisnya dibandingkan dengan gangguan
panik, distress emosional yang diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk menganggu
kehidupan orang sehari-hari. GAD sering ada bersama dengan gangguan lain seperti depresi
atau gangguan kecemasan lainnya seperti agoraphobia dan obsesif-kompulsif (Handayani et
al., 2013)

B. FAKTOR RESIKO

Sebenarnya, faktor risiko untuk setiap jenis gangguan kecemasan dapat bervariasi
tergantung jenisnya. Namun, beberapa faktor risiko umum untuk semua jenis anxiety
disorder meliput:

 Trauma. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual atau menyaksikan peristiwa


traumatis di masa kecil berisiko lebih tinggi mengalami anxiety disorder ketika mereka
dewasa. Tak hanya anak-anak, orang dewasa yang mengalami peristiwa traumatis juga dapat
mengalami gangguan kecemasan.
 Riwayat genetik. Memiliki kerabat sedarah, terutama orangtua dan saudara kandung, dapat
meningkatkan risiko Anda terkena kondisi ini juga.
 Kepribadian tertentu. Orang dengan tipe kepribadian tertentu lebih rentan terhadap
gangguan kecemasan daripada yang lain.
 Mengalami gangguan mental. Orang dengan gangguan mental, seperti depresi, sering kali
juga mengalami gangguan kecemasan.
 Penggunaan obat-obatan atau alkohol. Penyalahgunaan alkohol dan narkoba dapat
menyebabkan atau bahkan memperburuk gangguan kecemasan yang Anda alami.
 Stres karena suatu penyakit. Memiliki kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat
memicu perasaan takut dan cemas berlebih. Terutama perihal biaya pengobatan, peluang
kesembuhan, hingga bagaimana Anda menghadapi masa depan nantinya. Selain karena
penyakit, Anda juga bisa mengalami gangguan ini karena masalah di pekerjaan, kehilangan
orang yang terkasih, atau bahkan himpitan ekonomi.

C. PATOFISIOLOGI
1. Model Noradrenergik
Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonom pada penderita gangguan anxietas,
hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Glukokortikoid
mengaktifkan locus caeruleus, yang berperan dalam mengatur anxietas, yaitu dengan
mengaktivasi pelepasan norepinefrin (NE) dan merangsang sistem saraf simpatik dan
parasimpatik (DiPiro, et al., 2015).

2. Model Serotonin
Jalur serotonergik yang timbul dari nukleus raphé di batang otak mempersarafi berbagai
macam struktur yang dianggap terlibat dalam gangguan anxietas, termasuk korteks
frontal, amigdala, hipotalamus, dan hipokampus (Mathew, et al., 2008). Selain itu,
mekanisme serotonergik diyakini mendasari aktivitas biologis berbagai obat yang
digunakan untuk mengobati mood disorder, termasuk gejala anxietas. Patologi seluler
yang dapat berkontribusi pada pengembangan gangguan anxietas termasuk regulasi
abnormal pelepasan 5HT, reuptake atau respons abnormal terhadap signal 5-HT.
Reseptor 5-HT1A diduga memainkan peran yang sangat penting terhadap anxietas.
Aktivasi reseptor 5-HT1A meningkatkan aliran kalium dan menghambat aktivitas
adenilat siklase (Soodan and Arya, 2015). Reseptor HT1A juga terlibat dalam panic
disorder. Polimorfisme spesifik dalam gen yang mengkodekan reseptor 5HT1A telah
terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan agoraphobia dan panik
(Lopez, et al., 2010). Peran 5-HT dan subtipe reseptornya dalam memediasi gejala
kecemasan, panik, dan obsesi adalah kompleks. 5-HT dilepaskan dari terminal saraf
berikatan dengan subtipe reseptor 5-HT2C postsinaptik, yang memediasi kecemasan.
5HT1A adalah auto-reseptor pada neuron pra-sinaptik yang apabila dirangsang dapat
menghambat pelepasan 5-HT dari neuron presinaptik ke sinaps (Mathew, et al., 2008).

3. Model GABA
Gamma-amino butyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibitor penting dalam
sistem saraf pusat dan mengatur banyak rangsangan di daerah otak. (DiPiro, et al., 2015).
Terdapat 2 subtipe reseptor GABA yaitu GABAA dan GABAB. Benzodiazepin berikatan
dengan kompleks reseptor benzodiazepine yang terletak di neuron post-sinaptik.
Pengikatan semacam itu dapat meningkatkan efek GABA untuk membuka kanal ion
klorida, menyebabkan masuknya ion klorida ke dalam sel yang menghasilkan stabilisasi
membran saraf (Soodan and Arya, 2015). GABA juga dapat mempengaruhi tingkat
kecemasan dengan memediasi pelepasan neurotransmitter lain seperti cholecystokinin
dan menekan aktivitas saraf pada sistem serotonergik dan noradrenergik.
Neurotransmitter lain yang diduga terlibat dalam gangguan anxietas termasuk dopamine,
glutamine dan neurokinin (Christmas and Nutt, 2008). Meskipun kemungkinan
patofisiologi yang berbeda mendasari berbagai gangguan anxietas, secara luas diyakini
bahwa GABA merupakan salah satu sistem yang terlibat secara integral pada gangguan
anxietas. Studi neuroimaging melaporkan bahwa terjadi penurunan kadar GABA dan
pengikatan reseptor GABAA-benzodiazepine pada pasien dengan gangguan anxietas.
Reseptor GABA-benzodiazepine didistribusikan secara luas di otak dan sumsum tulang
belakang. Terutama terkonsentrasi di bagian otak yang dianggap terlibat dalam terjadinya
anxietas, termasuk medial PFC, amigdala, dan hipokampus, serta hasil dari beberapa
penelitian telah menunjukkan kelainan pada sistem tersebut pada pasien dengan
gangguan anxietas (Soodan and Arya, 2015).

D. PENENTUAN DIAGNOSA
Generalized Anxiety Disorder (GAD) Generalized Anxiety Disorder 7Item (GAD-7)
adalah kuesioner berupa self-report untuk menilai tingkat keparahan GAD selama 2 minggu
terakhir, dengan mengukur berbagai gejala yang dirasakan berdasarkan kategori skor respon
0 (tidak sama sekali), 1 (beberapa hari), 2 (lebih dari setengah hari), dan 3 (hampir setiap
hari). Total skor diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan skor dari 7 item. Skor GAD-7
berkisar 0-21 dengan skor ≥5 (mild), ≥10 (moderate), dan ≥15 (severe) (Lowe, et al., 2011).

E. TERAPI

Terapi Non-Farmakologi

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan menyerupai kondisi medis lainnya. Kondisi ini
tidak akan menghilang dengan sendirinya. Penting untuk Anda mengerti tentang kondisi Anda
dan ikuti rencana perawatan.

Berikut beberapa hal-hal sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu meredakan
gejala gangguan kecemasan yang sedang Anda alami:

 Tenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau beribadah.


 Berendam air hangat untuk merileksasikan otot-otot yang menegang.
 Berolahraga selama kira-kira setengah jam bisa mengurangi kecemasan, membuat Anda lebih
tenang, serta kian percaya diri.
 Menggunakan minyak esensial untuk pijat atau aromaterapi penghantar tidur.
 Melakukan hobi yang disukai atau bahkan mencoba hal-hal baru yang belum pernah Anda
lakukan sebelumnya.
 Bercerita dengan orang-orang kepercayaan Anda, entah itu keluarga, pasangan, atau sahabat
terdekat.
 Jangan ragu untuk mencari dukungan ke dokter atau psikolog jika Anda memang
memerlukannya.

Terapi farmakologi
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. KASUS
KASUS 2 :
Generally Anxiety Disorder

SL., seorang mahasiswi berusia 27 tahun BB 58kg TB 160 cm, telah mengonsumsi alprazolam 1
mg TID untuk pengobatan GAD selama hampir 1 tahun. Dia menyatakan bahwa alprazolam
telah sangat membantu untuk GAD nya, tetapi mengeluh kepada dokternya bahwa dia merasa
sangat stres akhir-akhir ini karena dia selain sebagai seorang istri dia berusaha untuk mengikuti
kuliahnya yang sangat sulit. Selain itu dia juga sedang mempersiapkan pernikahakan adiknya 2
bulan yang akan datang karena orang tuanya sdh meninggal sehingga dia yang bertanggungn
jawab dalam mengurus pernikahan adiknya. Dia tidak memiliki penyakit medis, tetapi
menyatakan bahwa dia telah menderita kandidiasis vulvovaginal sejak baru-baru ini memulai
kontrasepsi oral. SL dulu merokok 1 bungkus rokok per hari dan minum hingga 6 cangkir kopi
per hari. Itraconazole, 200 mg QD selama 3 hari, diresepkan untuk pengobatan kandidiasis
vulvovaginal. Bagaimana tanggapan anda mengenai kasus ini apakah pengobatan terapinya
sudah sesuai dengan standar terapinya? Berikan penjelasannya! farmakoterapi yang seperti apa
yg sesuai untuk kasus ini

B. KASUS
Nama Pasien : SL
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 27 tahun
Riwayat Pengobatan Pasien : - alprazolam 1 mg selama 1 tahun
 Itraconazole 200 mg selama 3 hari
Riwayat Sosial Pasien : SL dulu merokok 1 bungkus rokok per hari dan minum
hingga 6 cangkir kopi per hari.
a. Subyektif (S)
Keluhan : mengeluh kepada dokternya bahwa dia merasa sangat
stres akhir-akhir ini karena dia selain sebagai seorang istri dia
berusaha untuk mengikuti kuliahnya yang sangat sulit. Selain itu
dia juga sedang mempersiapkan pernikahakan adiknya 2 bulan
yang akan datang karena orang tuanya sdh meninggal sehingga dia
yang bertanggungn jawab dalam mengurus pernikahan adiknya.
Riwayat Pengobatan : - alprazolam 1 mg selama 1 tahun
 Itraconazole 200 mg selama 3 hari
Riwayat Sosial Pasien : SL dulu merokok 1 bungkus rokok per hari dan minum
hingga 6 cangkir kopi per hari.

b. Obyektif (O)

Tanda – tanda vital menunjukkan hal – hal berikut :

- Berat badan pasien : 58 kg


- Tinggi badan pasien : 160 cm
58
- IMT = 2,56 = 22,6

c. Assesment (A)
Setelah dilakukan assesment diketahui keluhan pasien yaitu GAD selama hampir 1 tahun
dan pasien telah menggunakan terapi alprazolam untuk GAD nya. Tetapi pasien
mengeluh kepada dokternya bahwa dia merasa sangat stres akhir-akhir ini karena selain
sebagai seorang istri dia berusaha untuk mengikuti kuliahnya yang sangat sulit. Selain itu
dia juga sedang mempersiapkan pernikahakan adiknya 2 bulan yang akan datang karena
orang tuanya sdh meninggal sehingga dia yang bertanggungn jawab dalam mengurus
pernikahan adiknya. Dia tidak memiliki penyakit medis, tetapi menyatakan bahwa dia
telah menderita kandidiasis vulvovaginal sejak baru-baru ini memulai kontrasepsi oral.
pasien dulu merokok 1 bungkus rokok per hari dan minum hingga 6 cangkir kopi per
hari. Itraconazole, 200 mg QD selama 3 hari, diresepkan untuk pengobatan kandidiasis
vulvovaginal.

d. Planning (P)

Terapi farmakologi
1. Alprazolam 1 mg
3 kali sehari sesudah makan
Efek samping : mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia,
ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan, insomnia, mual, muntah.
2. Nystatin
Oleskan 100.000-200.000 unit selama 14 hari sebelum tidur.
Efek samping : iritasi lokal, sensitisasi dan mual.
Terapi Non-Farmakologi

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan menyerupai kondisi medis lainnya. Kondisi ini
tidak akan menghilang dengan sendirinya. Penting untuk Anda mengerti tentang kondisi Anda
dan ikuti rencana perawatan.
Berikut beberapa hal-hal sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu
meredakan gejala gangguan kecemasan yang sedang Anda alami:

 Tenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau beribadah.


 Berendam air hangat untuk merileksasikan otot-otot yang menegang.
 Berolahraga selama kira-kira setengah jam bisa mengurangi kecemasan, membuat Anda
lebih tenang, serta kian percaya diri.
 Menggunakan minyak esensial untuk pijat atau aromaterapi penghantar tidur.
 Melakukan hobi yang disukai atau bahkan mencoba hal-hal baru yang belum pernah
Anda lakukan sebelumnya.
 Bercerita dengan orang-orang kepercayaan Anda, entah itu keluarga, pasangan, atau
sahabat terdekat.
 Jangan ragu untuk mencari dukungan ke dokter atau psikolog jika Anda memang
memerlukannya.
 Kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun sehingga sirkulasi udara lancar.
 Hindari sabun pembersih vagina dan hindari memakai pantyliner.

C. MONITORING
Rencana Monitoring
 Monitoring stress yang diderita pasien setelah dilakukan terapi non-farmakologi
 Monitoring efek samping terapi alprazolam jangka panjang seperti sakit kepala,
mual, muntah.
 Monitoring penurunan dosis pada alprazolam
 Monitoring penyakit kandidiasi vulvovaginal setelah pemberhentian pemakaian
kontrasepsi oral.

D. KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE)

a. Memberikan informasi obat dan kepatuhan obat kepada pasien.


b. Pasien dan keluarga harus diberikan informasi untuk memahami penyakit Generally
Anxiety Disorder (gangguan kecemasan menyeluruh).
c. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi kopi.
d. Jika mendapatkan efek samping obat sebaiknya konsultasi ke dokter.
e. Memberitahukan kepada keluarga pasien terutama kepada suami pasien untuk
mendengarkan keluh kesah sang istri.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, F. W., Muhtadi, A., Farmasi, F., Padjadjaran, U., Dara, T., Manis, K., & Aktif, S.
(2013). Farmaka Farmaka. Farmaka, 4, 1–15.
Hayashida, M., & Horiguchi, J. (2013). [Anxiety disorder]. Nihon Rinsho. Japanese Journal of
Clinical Medicine, 71(10), 1787–1792. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-9284-0_8

Menggunakan itraconazole dan alprazolam tidak dianjurkan. Menggunakan obat-obatan ini


bersama-sama dapat menyebabkan kantuk dan pernapasan yang lambat. Penting bahwa Anda
memberi tahu penyedia layanan kesehatan Anda tentang semua obat lain yang Anda gunakan
termasuk vitamin dan herbal. Jangan berhenti menggunakan obat Anda tanpa berbicara dengan
dokter Anda terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai